Analisis produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH ESTATE,
PT BHUMIREKSA NUSASEJATI, MINAMAS PLANTATION,
INDRAGIRI HILIR, RIAU

REZKY ABADI ABDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah
Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Rezky Abadi Abdi
NIM A24080003

ii

ABSTRAK
REZKY ABADI ABDI. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati,
Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilakukan di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau dari tanggal 13 Februari sampai
dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara
khusus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit
pada areal lahan gambut. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

sekunder. Kebun Mandah Estate secara menyeluruh sudah mencapai produksi
yang cukup tinggi karena telah melebihi target yang ditentukan perusahaan dan
secara berturut-turut mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Hal ini
terbukti dari lima kebun yang terdapat di PT Bhumireksa NusaSejati, kebun
Mandah Estate yang memiliki rata-rata produksi tertinggi sebesar 57.54
ton/ha/tahun. Pengelolaan kebun kelapa sawit di lahan gambut dalam pencapaian
produksi berbeda dengan kebun di lahan mineral. Beberapa faktor yang menjadi
masalah utama dalam pengaruhnya terhadap produksi meliputi umur tanaman,
serangan penyakit, curah hujan, jenis tanah/lahan, pemanenan, dan water
management.
Kata Kunci : Faktor produksi, Kelapa sawit, Lahan gambut

ABSTRACT
REZKY ABADI ABDI. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) on Peatlands in PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri
Hilir, Riau. Supervised by HARIYADI.
The internship program has been conducted at PT Bhumireksa Nusa Sejati,
Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau from February 13 to May 13 2012.
The purpose of this internship program is to learn oil palm cultivation and
specifically analyzes the factors that influence the production of palm oil. The

data to be collected consist of primary and secondary data. Mandah Estate has
reached a high production and has exceeded its specified company targets and
successively increased production from year to year. From five estates in PT
Bhumireksa Nusa Sejati, Mandah Estate which has an average peak production of
57.54 tonnes/ha/year. Management of oil palm plantations on peatlands has a
different management technique on soil minerals. There a several major factors
that can effects a crop production is age of plant, disease, rainfall, soil/land,
harvesting, and water management.
Key Word: Determinant production factor, Oil palm, Peatlands

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH ESTATE,
PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION,
INDRAGIRI HILIR, RIAU

REZKY ABADI ABDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada
Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa
NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.
Nama
: Rezky Abadi Abdi
NIM
: A24080003

Disetujui oleh


Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat
untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di

perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati, Indragiri Hilir, Riau.
Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Hariyadi, MS selaku pembimbing skripsi dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro,
M.Agr selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran.
Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Kamsul Efendi selaku Estate
Manager di Kebun Mandah Estate, Bapak Aron Schnitzer Saragih selaku Asisten
Divisi III, Bapak Ritaudin selaku Asisten Divisi IV, Bang Andi Makkarumpa
selaku Krani Divisi III, Ipar Dani, Bobby, Anita, Gilang Triono, Jamet, sahabat
Panjen, dan rekan AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu,
membimbingan, dan memberi masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

Rezky Abadi Abdi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

2

Sifat dan Jenis Tanah Gambut


4

Pemanenan

4

Produktivitas Kelapa Sawit di Lahan Gambut

5

METODE MAGANG

5

Tempat dan Waktu

5

Metode Pelaksanaan


5

Pengamatan dan Pengumpulan Data

6

Analisis Data dan Informasi

6

KEADAAN UMUM

7

Letak Geografi

7

Keadaan Iklim dan Tanah


7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

7

Keadaan Tanaman dan Produksi

8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

10

Aspek Teknis

10

Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Kelapa Sawit

10

Pengendalian Gulma secara Manual

11

Cabut Kentosan dan Tebas Anak Kayu

11

Pengendalian Gulma secara Kimiawi

11

Oles Anak Kayu

13

Pengendalian Hama dan Penyakit

13

Pemupukan

16

Penunasan

17

viii

Sarana Transportasi

18

Water Management

19

Pemanenan

19

Aspek Manajerial

22

Mandor I

22

Krani Divisi

23

Mandor Panen

23

Krani Panen

23

Mandor Perawatan

23

Mandor Chemis

24

Asisten Divisi

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Rotasi Panen

24

Produksi Aktual dan Budget

26

Umur Tanaman

27

Serangan Ganoderma/ Busuk Pangkal Batang

27

Kapasitas Pemanen

28

Water Management

29

Produktivitas

30

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tata guna lahan kebun Mandah Estate
Produksi kebun Mandah Estate tahun 2006-2011
Tingkat kematangan dan kriteria panen di Mandah Estate
Denda pemanen
Pengaruh rotasi panen terhadap produksi pada bulan Februari di
Mandah Estate
Perbandingan antara produksi aktual dengan budget di Kebun Mandah
Pengaruh umur tanaman terhadap produksi kebun Mandah Estate
Sensus ganoderma pada blok G020 di Mandah Estate
Kapasitas pemanen di Divisi III, Mandah Estate
Perbandingan rata-rata produktivitas di Manda berdasarkankelas lahan

8
9
20
22
25
26
27
28
29
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Oles anak kayu
Jenis ulat api yang ditemukan di Mandah Estate
Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate
Serangan Ganodermadi Divisi III, Mandah Estate
Denah seksi panen Divisi III, Mandah Estate
Grafik level air di Divisi III, Mandah Estate

13
14
14
16
20
30

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di
Kebun Mandah Estate
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Kebun Mandah Estate
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di
Kebun Mandah Estate
4. Peta Kebun Mandah Estate
5. Data curah hujan di Kebun Mandah tahun 2006-2011
6. Struktur organisasi Kebun Mandah Estate

33
34
35
37
38
39

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi
primadona perkebunan yang memegang peran strategis dalam mendukung
perkembangan kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Tanaman perkebunan yang
memiliki prospek cerah sebagai sumber penghasil devisa, pajak serta mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terletak pada komoditi kelapa sawit.
Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dan
diperkirakan masih akan berlangsung dalam tahun-tahun mendatang. Berbagai
produk dapat dihasilkan dalam industri kelapa sawit dan dapat digunakan untuk
keperluan pangan maupun non-pangan. Salah satu produk non-pangan yang paling
diminati dalam kurun waktu terakhir ini adalah biodiesel yang dihasilkan dari minyak
kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), potensi konsumsi dunia
terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan
penduduk sebagai konsumen maupun sebagai akibat pertumbuhan global.
Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu sekitar 21
juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (BB Litbang
SDLP 2008). Tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian karena
variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan
maupun kesuburannya. Pulau-pulau utama Indonesia terdapat 18.3 juta ha lahan
gambut dan hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap produk
pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga meningkat. Lahan
yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal yaitu lahan gambut menjadi salah satu
sasaran perluasan lahan pertanian, seperti penanaman kelapa sawit di lahan gambut.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009
tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit, lahan
gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit dengan ketebalan kurang
dari 3 (tiga) meter dan proporsi lahan minimal 70% dari luas areal yang diusahakan.
Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan gambut
setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang untuk pengembangan
budidaya kelapa sawit. Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutrofik, yaitu tingkat
kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk
budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai dan/atau pasang surut air
laut.
Pencapaian produktivitas yang optimal di lahan gambut, perlu dilakukan
pengelolaan yang memerlukan standardisasi teknologi dan kultur-teknis khusus yang
berbeda dengan tanah mineral. Efektifitas operasional di lahan gambut juga
memerlukan paket teknologi yang terintegrasi mulai dari sistem pembukaan lahan,
penanaman, pemeliharaan tanaman, transportasi, pengendalian hama dan penyakit,
dan panen.

2

Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit serta dapat bekerja secara
nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus yaitu menganalisis
faktor produksi kelapa sawit pada areal lahan gambut di perkebunan kelapa sawit
Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Taksonomi kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) menurut Fatmawati, Lubis,
dan Ginting (2004) sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledone
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elais guineensis Jacq.
Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan.
Tanaman ini justru lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama
kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari Mauritius dan Amsterdam sebanyak
empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya
disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Lubis 1992).
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya tumbuh lurus, umumnya
tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Tanaman ini berumah satu atau
monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga dapat
menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi
menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar,
batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo 2008).
Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terbagi menjadi akar primer
yang tumbuh ke bawah dan ke samping, akar sekunder yang cabang akar primer yang
bercabang ke atas dan ke bawah, dan akar tertier yang merupakan cabang akar
sekunder berupa bulu-bulu akar (pilus radicalis) yang banyak menyerap hara
makanan dan berfungsi sebagai alat pernafasan. Akar kelapa sawit dapat berkembang
hingga kedalaman ± 1 meter dengan daerah perakaran terdapat pada kedalaman ± 25
cm, sehingga permukaan air tanah diusahakan pada kedalaman 80-100 cm. Panjang
akar yang tumbuh menyamping dapat mencapai 6 meter. Penyerapan unsur hara dan
air dilakukan oleh akar kuartener (Risza 2009).

3

Batang kelapa sawit tidak mempunyai cabang dan tidak mempunyai kambium.
Jenis pertumbuhannya yaitu pertumbuhan primer, titik tumbuh berada pada ujung
batang dan terus berkembang membentuk daun serta tinggi batang. Batang mencapai
diameter 90 cm dengan ketinggian 12 meter. Hartley (1976), pertumbuhan batang
sawit mencapi sebesar 0.3 – 0.6 m/tahun. Lubis (1992) mengemukakan bahwa batang
sawit baru dapat terlihat setelah tanaman berumur 4 tahun.
Daun kelapa sawit terdiri dari tempat duduknya helaian daun (leaflet), helaian
daun (lamina), lidi (nervatio), tangkai daun (petiole), dan duri (spine). Produksi
pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan
berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 atau kurang (Lubis 1992).
Lubis (1992) menyatakan bahwa kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24
bulan. Pembungaan termasuk monocious artinya bunga jantan dan betina terdapat
pada satu pohon, namun tidak pada tandan yang sama, tetapi ada juga ditemukan
bunga jantan dan betina yang terdapat dalam satu tandan yang disebut bunga banci
(hermaprodit). Risza (1997) menambahkan bahwa penyerbukan kelapa sawit dapat
dilakukan oleh angin, serangga, dan bantuan manusia.
Corley (1976) mengemukakan buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yakni
lapisan luar (exocarpium/epicarpium) yang disebut kulit luar, lapisan tengah
(mesocarpium) yang disebut daging buah, dan lapisan dalam (endocarpium) yang
disebut cangkang yang melindungi 1 – 4 inti (kernel) yang mengandung minyak inti.
Cangkang yang keras terdapat diantara inti dan daging buah. Biji sawit terdiri dari
tiga bagian, yaitu kulit biji atau cangkang (spermodermis), tali pusat (fumiculus), dan
inti biji. Inti terdapat di dalam lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman
baru.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 270C dengan suhu maksimum
330C dan suhu minimum 220C. Surah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan
untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250 – 3 000 mm yang merata sepanjang
tahun, curah hujan optimal sekitar 1 750 – 2 500 mm. Lama penyinaran matahari
yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada
kisaran 50 – 90% (optimal 80%). Elevasi untuk pengembangan kelapa sawit adalah
kurang dari 400 m dari permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada
tanah yang memliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung
sampai lempung berliat (Buana dan Siahaan 2003).
Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah :
1. Solum tebal 80 cm (merupakan media yang baik bagi perlembangan akar
sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik).
2. Tekstur ringan yang memiliki pasir 20–60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 – 25%.
3. Perkembangan srtuktur baik, konsistensi gembur, dan permeabilitas sedang.
4. Potensial hidrogen (pH) tanah yang terbaik pada 5 – 5.5.
5. Kandungan unsur hara tinggi.

4

Sifat dan Jenis Tanah Gambut
Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral lainnya dan untuk menanam
atau membuka lahan seperti ini memerlukan tindakan pengelolaan khusus. Sifat tanah
gambut meliputi bobot isi atau bulk density yang rendah, memiliki sifat kering tak
balik (irreversible drying), penurunan muka tanah (subsiden), pH yang rendah, dan
miskin unsur hara. Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya
bahan organik (C-organik>18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Lahan gambut
banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang
drainasenya buruk (PPKS 2005).
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang
sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi
terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang
menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah
gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh
proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral
yang pada umumnya merupakan proses pedogenik (Hardjowigeno 1986).
Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi
cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob,
menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga
terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Proses pembentukan
gambut di Kalimantan terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman
dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu
kesuburan gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur,
sedang gambut pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang
subur (Harjowigeno 1996 dan Noor 2001).
Berdasarkan kedalaman, maka lahan gambut dibedakan menjadi gambut
dangkal (< 100 cm), gambut sedang (100 – 200 cm), gambut dalam (200 – 300 cm),
dan gambut sangat dalam (> 300 cm). Berdasarkan tingkat pelapukan (dekomposisi),
maka gambut dibedakan menjadi gambut mentah (fibrik) yaitu vegetasi/bahan
organik belum terdekomposisi, masih berupa sisa-sisa potongan bagian-bagian
tanaman, gambut sedang (hemik) yaitu vegetasi/bahan organik terdekomposisi
sebagian, dan gambut matang (saprik) yaitu vegetasi/bahan organik sudah
terdekomposisi semua, berwarna gelap, dan humus tinggi.

Pemanenan
Lubis (2008), keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanaman
yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengankapasitas kerjanya, peralatan yang
digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti
organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan dan lain-lain.
Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau
pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Kandungan minyak

5

pada daging buahnya telah maksimal. Buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai
tandannya ketika terlalu masak, hal ini disebut dengan istilah membrondol.
Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu
untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara
panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut
bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen
minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).

Produktivitas Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Budidaya perkebunan Kelapa sawit berskala besar telah dikembangkan di lahan
gambut Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan, pembangunan kebun dilakukan pada
gambut dengan ketebalan antara 1-5 meter. Produksi tanaman di lahan gambut
bervariasi sekitar 12 ton/ha – 25 ton/ha. Adapun produksi kelapa sawit di gambut
tebal Kalimantan Barat pada tanaman tahun kedelapan sekitar 14 ton/ha (Fahmuddin
2008).
Pemadatan tanah diperlukan untuk tanaman perkebunan berbentuk pohon
seperti kelapa sawit, kelapa dan karet. Daya sangga tanah (bearing capacity) yang
rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan
produksi. Pemadatan tanah dianjurkan dapat dilakukan untuk tanaman kelapa sawit
agar kerapatan lindak tanah meningkat dan akar lebih kuat mencengkram tanah
sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Pemadatan tanah juga akan
meningkatkan hasil karena semakin besarnya serapan.Kendala yang dihadapi dalam
penanaman kelapa sawit di lahan gambut yaitu gambut merupakan lahan marginal
yang pemanfaatannya memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat,
membutuhkan biaya besar untuk memperbaikinya, teknologi yang lebih dan kendala
agronomis (Tahir 2004).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati, Minamas Plantation yang terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri
Hilir, Propinsi Riau. Pelaksanaan magang dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari
2012 sampai dengan 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh pekerjaan di lapangan
pada berbagai tingkatan pekerjaan yang diprogramkan sesuai tahapan status
ketenagakerjaan penulis selama magang yang meliputi aspek teknis dan aspek

6

manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis adalah menjadi karyawan harian
lepas (KHL) yang dimulai dari kegiatan pemupukan, pengendalian gulma,
pengangkutan buah dari TPH sampai PKS, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan
water management, sedangkan aspek manajerial dilakukan pada saat penulis menjadi
pendamping mandor, pendamping krani, dan pendamping asisten divisi dapat dilihat
pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan pengamatan pada
kegiatan perkebunan di lapangan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan
kebun. Metode tidak langsung dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data dari
laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun. Data tersebut berkaitan dengan
keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi,
struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi
Hasil kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder. Data yang
diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis secara deskriptif dan
kuantitatif menggunakan norma kerja yang berlaku dan sebagian dianalisis dengan
menggunakan Uji-t untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kelapa sawit berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi terhadap produksi yang diamati meliputi :
 Rotasi Panen. Pengamatan terhadap rotasi panen yang mempengaruhi produksi
aktual perusahaan.
 Produksi Aktual dan Budget. Pengamatan terhadap selisih target budget
produksi perusahaan terhadap aktual produksi perusahaan.
 Umur Tanaman. Pengamatan terhadap umur tanaman bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan baik
vegetatif maupun generatif yang berpengaruh pada tingkat produksi yang akan
dicapai perusahaan.
 Serangan Ganoderma. Pengamatan terhadap serangan penyakit yang
menyerang tanaman produktif yaitu penyakit busuk pangkal batang atau
ganoderma yang mengakibatkan pokok produktif mati.
 Kapasitas Pemanenan. Pengamatan terhadap pemanenan yang diterapkan di
kebun, baik kapasitas pemanen dan rotasi panen yang berpengaruh pada tingkat
produksi kebun.
 Water Management. Pengamatan pada kegiatan water management untuk
menyeimbangkan level air sehingga tidak berlebih ataupun kekurangan air.
 Produktivitas Kebun terhadap Kelas Lahan. Pengamatan terhadap produktivitas
perusahaan terhadap kelas lahan yang ada.

7

KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Lokasi kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation
secara administratif terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir,
Propinsi Riau. Lokasi kebun Mandah berada pada latitude 1030 28‟ 28”– 1030 34‟ 34”
BT dan longitude 00 05‟ 41”– 00 09‟ 40” LU. Jarak yang ditempuh menuju kebun
Mandah dari Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir melalui sungai
menggunakan speed boat selama 4-6 jam dan dari Batam melalui laut menggunakan
kapal ferry selama 2-4 jam. Peta kebun Mandah Estate terdapat pada Gambar
Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah
Kondisi iklim di Mandah Estate menurut klasifikasi Smith dan Ferguson
termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Rata-rata curah hujan tahunan kebun Mandah adalah 2 525 mm/tahun. Data curah
hujan disajikan pada Lampiran 5.
Tanah di areal perkebunan PT Bhumireksa NusaSejati tergolong tanah organik.
Tanah ini berkembang terutama di daerah dengan kondisi anaerob (tergenang).
Kondisi ini menyebabkan proses penumpukan bahan organik lebih cepat daripada
proses mineralisasinya.
Tanah gambut di Mandah Estate termasuk gambut ombrogin karena terbentuk
di dataran rawa yang luas, tidak tergenang permanen, permukaan air tanah sangat
dangkal, umumnya ± 40 cm dari permukaan tanah.Topografi di kebun Mandah
memiliki areal yang datar dengan kemiringan 0–8%. Derajat kemasaman (pH) tanah
di Mandah Estate rata-rata 2.93. Angka ini menunjukkan bahwa tanah gambut di
Mandah Estate merupakan tanah dengan derajat kemasaman yang tinggi dengan
kesesuaian lahan kelas S3 sehingga diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan pH
dengan pembuatan kanal, parit, dan memberikan kapur.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas total area Mandah Estate adalah 5 040 ha yang terdiri dari tanaman
menghasilkan (TM) seluas 4111 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) tidak ada,
dan luas areal yang tidak ditanami 929 ha. Areal pertanaman terdiri dari 5 divisi
dengan luas areal masing-masing yaitu divisi I seluas 832 ha, divisi II seluas 822 ha,
divisi III 784 ha, divisi IV seluas 819 ha, dan divisi V 854 ha. Luas areal dan tata
guna lahan di Mandah Estate dapat dilihat pada Tabel 1.

8

Tabel 1. Tata guna lahan kebun Mandah Estate
No

Uraian

Tanaman Menghasilkan
TT. 1996
TT. 1997
TT. 1998
TT. 1999
TT. 2000
TT. 2004
TT. 2005
Total Areal TM
Areal TBM
Total Areal Ditanam
2
Areal Belum Ditanam /
Lainnya
- Emplasment/Pabrik
- Kanal/kolektor
- Sungai/rawa
- Okupasi
- Konservasi
Total Areal Tidak Ditanam
Total Areal Mandah Estate

Divisi (ha)
III
IV

V

Total
Luas (ha)

413
145
261
819
819

229
376
249
854
854

141
842
810
645
642
521
510
4111
4111

11
36

14
18

17

69
150

47
831

235
208
475
1 294

I

II

141
691
832
832

151
671
822
822

139
645
784
784

30
41

14
38

1

71
903

52
874

267
284
1 138

502
208
929
5 040

Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah

Tabel 1 dapat dilihat bahwa areal TM terdiri atas 81.57 %dari total areal Kebun
Mandah, yang tersebar di Divisi I 20.24 %, Divisi II 19.99%, Divisi III 19.07 %,
Divisi IV 19.92 %, dan Divisi V 20.77 %, dengan tahun tanam 1996 sampai dengan
2005. Areal yang di okupasi oleh masyarakat terdiri atas 9.96% yang terletak di
Divisi IV dan Divisi V. Areal prasarana seperti emplasment, kanal, dan konservasi
terdiri atas 8.47 % dari total areal kebun, dan areal yang belum ditanam terdiri atas
18.43 %.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Mandah Estate didominasi oleh tanaman
menghasilkan dengan tahun tanam 1996-2005. Varietas kelapa sawit yang ditanam di
Mandah Estate berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Penanaman
kelapa sawit menggunakan pola tanam segitiga samasisi dengan jarak tanam 9 m x
9 m x 9 m (populasi efektif 143 pokok/ha). Produksi kebun Mandah Estate selama
enam tahun berturut-turut mengalami peningkatan, dapat dilihat pada Tabel 2.

9

Tabel 2. Produksi kebun Mandah Estate tahun 2006-2011
Aktual Produksi (ton/bulan)
Bulan
2005 / 2006 / 2007 / 2008 / 2009 / 2010/
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Juli
1 153
1 545
2 131 3 388 4 218 4 584
Agustus
1 553
1 065
2 316 3 589 4 080 4 628
September
1 210
1 509
3 194 3 027 2 637 3 343
Oktober
1 821
704
2 226 3 227 4 509 3 589
November
1 298
1 392
3 589 3 759 4 358 4 194
Desember
1 827
2 012
3 223 3 548 4 542 4 412
Januari
892
1 991
2 694 3 472 3 905 3 805
Februari
865
1 729
2 187 2 473 3 532 3 445
Maret
505
1 860
2 092 2 724 3 810 4 578
April
1 009
1 878
2 473 2 309 3 917 4 479
Mei
1 904
1 909
2 608 2 168 3 755 5 295
Juni
1 300
1 673
2 715 3 454 4 214 5 743
Total
15 343 19 272 31 454 37 144 47 482 52 101
Luas(ha)
3 207
3 207
3 589 3 589 4 116 4 111
Produktivitas (ton/ha)
4.78
6.01
8.76 10.35 11.54 12.67
Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Mandah dipimpin oleh seorang estate manager yang bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di unit kebun. Estate manager membawahi seorang senior
asisten, lima asisten divisi, seorang asisten traksi, satu asisten QA, dan seorang kepala
seksi. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh
divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala seksi
memimpin kegiatan administratif di kantor besar.
Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager dibantu oleh asisten kepala,
asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen
teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.
Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika tidak
berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,gudang, dan
keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager.
Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten
dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,
mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan peraturan
perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, krani divisi, mandor perawatan,
mandor panen, krani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan

10

pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten dibantu oleh
seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh krani yang
dibawahinya. Struktur organisasi kebun Mandah Estate dapat dilihat pada gambar
Lampiran 6.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pengelolaan tanaman kelapa sawit harus memperhatikan dua hal penting untuk
tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu persiapan potensi tanaman dan
pemungutan hasil (panen). Persiapan potensi meliputi jenis benih, pembukaan lahan,
pembibitan, lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, dan sarana angkutan buah.
Khusus di areal gambut perlu dilakukan pembuatan kanal dan parit selain untuk
drainase juga sebagai sarana transportasi dan pengangkutan buah. Kegiatan panen
tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan
memungut hasil berupa TBS dan brondolan yang bernilai ekonomis tinggi. Sistem
panen yang dilaksanakan di Mandah Estate dikenal dengan Block Harvesting System.

Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan penulis selama magang di Mandah Estate
adalah sebagai KHL selama 3 minggu, yang dalam pelaksanaannya penulis
bekerjasebagai KHL yang sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan teknis
sebagai KHL dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman mulai dari
pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengangkutan
buah dari TPH sampai PKS, water management, dan pemanenan.
Kegiatan dimulai dengan mengikuti apel karyawan lapangan, dimulai pukul
06.00-06.30 WIB yang dipimpin masing-masing mandor. Pada saat apel karyawan,
para mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan pengarahan jika ada
pengalihan kegiatan, membagi hancak, dan volume pekerjaan. Pelaksanaan di
lapangan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, istirahat pada
pukul 11.30 – 12.30 WIB.
Aspek teknis ini dilakukan di Divisi III, Kebun Mandah Estate. Kegiatan
sebagai KHL, pendamping Mandor dan pendamping Asisten Divisi terlampir pada
Lampiran 1, 2, dan 3.

Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kebun Mandah Estate
memiliki tanaman yang telah menghasilkan sehingga pemeliharaan tanaman berfokus
pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu

11

tindakan yang sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit,
disamping kondisi lingkungan dan potensi genetik.
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pengendalian gulma secara
manual dan kimiawi, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penunasan,
pemeliharaan sarana transportasi, water management dan pemanenan.

Pengendalian Gulma secara Manual
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman yang sedang
dibudidayakan. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pohon.
Gulma yang dominan di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut adalah
Nephrolepis biserata, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria
alata, dan Mikania micrantha.
Piringan merupakan areal disekitar pertanaman kelapa sawit yang memerlukan
perhatian khusus dalam hal pengendalian gulma dengan membersihkan selebar
proyeksi tajuk kelapa sawit pada jari-jari 1-1.5 m. Piringan di sekitar tanaman kelapa
sawit harus bebas gulma atau dikenal dengan zona W0 yaitu piringan harus benarbenar bersih dari semua gulma. Pemberantasan gulma di piringan bertujuan untuk
mengurangi kompetisi unsur hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di
sekitar piringan/pokok, untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah
kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, serta memudahkan pengutipan
brondolan (menekan losses brondolan).
Gawangan merupakan areal pertanaman kelapa sawit yang memiliki jarak
1.5-3 m dari tempat tumbuh pohon kelapa sawit. Pengendalian gulma di gawangan
bertujuan mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol
pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, dan menekan populasi hama
(terutama pada TBM).

Cabut Kentosan dan Tebas Anak Kayu
Cabut kentosan dan tebas anak kayu merupakan salah satu kegiatan
pemeliharaan tanaman dengan membuang tanaman sawit liar dan anak kayu yang
tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama yang terdapat di piringan, gawangan
maupun pasar pikul. Sawit liar dicabut bertujuan agar penyerapan hara oleh tanaman
kelapa sawit utama tidak terganggu dan juga mencegah terbentuknya pokok ganda.

Pengendalian Gulma secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan salah satu cara pengendalian
gulma dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Tujuannya adalah untuk
mempermudah kegiatan pemupukan, pemanenan, memudahkan pengontrolan dan
sanitasi terhadap hama dan penyakit.

12

Pengendalian gulma secara kimiawi di Mandah Estate menerapkan sistem
kerja Block Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang
dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan
penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan output
pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil
semprotan.
Tim BSS MDE dibentuk atas penggabungan beberapa divisi menjadi satu tim.
Pembentukan berdasarkan aspek syarat yaitu jarak antar divisi saling berdekatan. Tim
ini terdiri atas seorang mandor chemis membawahi 16 pekerja yang terdiri dari 1
orang pekerja lelaki sebagai operator, pembuat larutan herbisida, pelangsir herbisida
sekaligus sebagai pengisi herbisida pada knapsack sprayer pekerja dan 15 orang
pekerja perempuan yang bertugas mengaplikasikan herbisida ke lahan yang menjadi
target semprot.
Standar yang digunakan adalah sesuai dengan 7 jam kerja. Seorang pekerja
dapat menyelesaikan 11-12 kep herbisida dalam kondisi standar. Output yang
dihasilkan untuk penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan sebesar 3 ha/HK.
Rotasi penyemprotan adalah 3 kali dalam setahun.
Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe “RB 15” dengan
kapasitas kep 15 liter, berat bersih 3.5 kg, dan kaliberasi menggunakan CFValve.
Perlengkapan lainnya seperti: nozzle VLV (Very Low Volume) 200, nozzle VLV 100,
drum dengan kapasitas 220 liter, parang, ember, timbah, sarung tangan, masker, dan
topi. Penggunaan VLV diaplikasikan jika kondisi gulma tergolong berat, kondisi
sangat semak. Nozzle VLV 200 digunakan untuk aplikasi herbisida pada gawangan
dengan lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya lebih merata dengan
flow rate 900-915 ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan jika menggunakan
VLV 200 dalam keadaan standar adalah 156 l/ha blanket. Nozzle VLV 100
digunakan untuk aplikasi piringan dengan lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat
kebasahannya merata dengan flow rate 400-430 ml/menit. Volume semprot yang
dibutuhkan jika menggunakan VLV 100 dalam keadaan standard adalah 69 l/ha
blanket.
Efisiensi penyemprotan akan tercapai jika tiga faktor utama dilakukan dengan
benar meliputi: 1) kecepatan jalan, dalam pelaksanaan di lapangan kecepatan jalan
sangat dipengaruhi oleh bentuk topografi areal, penghalang seperti parit dan batang
melintang, kerapatan gulma, dan volume semprot yang dibutuhkan. Umumnya
seorang penyemprot dapat menempuh jarak antara 0.5-0.8 meter/detik, untuk itu
penyemprot harus dilatih berjalan dengan kecepatan yang sesuai agar diperoleh hasil
pengendalian yang baik, 2) posisi ketinggian nozel, untuk mendapatkan ketinggian
nozel yang konstan (± 45 cm) dari permukaan gulma sasaran (agar didapatkan
lebar semprotan yang optimal), maka dapat dilakukan dengan cara menggantungkan
seutas tali (panjang ± 45 cm) pada ujung tangkai nozel, dan 3) tekanan pompa
semprot, tekanan pompa semprot “knapsack sprayer” yang umum digunakan untuk
penyemprotan herbisida adalah 1 kg/cm². Jika tekanan pompa kurang atau berlebih,
maka akan dihasilkan pancaran semprot yang kurang sempurna.
Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida dengan merk dagang Audit
dan Meta Prima. Audit merupakan herbisida pra dan purna tumbuh bersifat sistemik,

13

berbentuk larutan dalam air berwarna coklat kekuningan, dan berbahan aktif
isopropilamina glisofat 486 g/l yang berfungsi untuk mengendalikan jenis gulma
berdaun lebar, sempit dan teki. Pengaplikasian audit di lapang dengan dosis 78-80
cc/kap.
Meta prima merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif,
berbentuk butiran berwarna putih keabuan, dan berbahan aktif metil metsulfuron 20%
yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.
Cara pengaplikasian meta prima terlebih dahulu melarutkan bahan dan air dengan
perbandingan 1:10. Meta prima yang digunakan sebanyak 3 gram dilarutkan kedalam
30 cc air.

Oles Anak Kayu
Kegiatan oles anak kayu dilakukan beriringan dengan kegiatan pengendalian
manual. Bahan olesan anak kayu menggunakan campuran herbisida dengan merk
dagang “Kenlon” yang merupakan herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekata,
berwarna coklat terang, dan berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l. Cara
aplikasi meliputi anak kayu yang telah didongkel atau ditebas hingga kulitnya
mengelupas sampai terlihat kambium dilanjutkan dengan mengoleskan herbisida pada
anak kayu tersebut, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Oles anak kayu
Pengolesan dengan menggunakan jenis herbisida ini tergolong ampuh dalam
memberantas anak kayu karena bekerja secara sistemik sehingga anak kayu tersebut
mati.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada hakikatnya mengendalikan populasi agar
tidak melewati batas kritis keseimbangan alam sehingga tidak merugikan secara ekonomi.
Hama yang sering mengganggu tanaman kelapa sawit untuk TM di Mandah Estate adalah
ulat api dan kantong, tikus, dan rayap. Penyakit yang banyak menyerang tanaman kelapa
sawit yaitu tirathaba dan ganoderma.

14

a) Hama Ulat Api & Ulat Kantong.Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah
banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dari waktu ke
waktu.Akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun (defoliasi)
tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Jenis ulat api
yang ditemukan terlihat pada Gambar 2.

(a)
(b)
(c)
Gambar 2. Jenis ulat api yang ditemukan di Mandah Estate
(a) Setothosea asigna
(b)Thosea vetusta
(c) Setora nitens
Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate terlihat pada Gambar 3.

(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate
(a) Mahasena corbetti
(b)Metisa plana
(c) Cremastopsyche pendula
Tindakan pengendalian yang dilakukan bertujuan utama tindakan pengendalian
hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi
hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia
adalah merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan
akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan
akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan
pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan dengan penanaman tanaman
bermanfaat/beneficial plant. Contoh yang umum dari tanaman yang bermanfaat ini
adalah Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla, Turnera subulata, dan
Antigonon leptopus.

15

b) Hama Tikus.
Serangan hama tikus (Rattus tiomanicus) dilakukan pada TBM dan TM.
Tikusmenyerang umbut/titik tumbuh pada TBM. Gejala serangannya berupa
bekas gerekan, lubang-lubang pada pangkal pelepah bahkan sering ditemui
pelepah yang putus/terkulai. Kadang-kadang dijumpai serangan hama ini sampai
ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 tahun sehingga
menyebabkan kematian tanaman. Hama tikus juga menyerang bunga betina dan
bunga jantan, juga memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda
maupun yang sudah matang pada TM.
Pengendalian hama tikus dilakukan secara biologi dan kimia. Pengendalian
secara kimia dilakukan dengan pemberian umpan beracun atau rait-bait (contoh:
Klerat RM-B atau umpan jenis lainnya yang direkomendasikan oleh Dept. Riset).
Pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung
hantu/Tyto alba.
c) Hama Rayap.
Rayap (Captotermes sp.) menyerang umumnya pada tanaman menghasilkan
(TM). Areal yang rawan terhadap serangan rayap adalah areal bukaan baru
terutama areal tanah gambut. Tanah gambut berasal dari pelapukan-pelapukan
bahan organik yang berpotensi sebagai sarang dan tempat berkembangbiak rayap.
Rayap merusak dengan cara menyerang titik tumbuh (umbut) yang mengakibatkan
pelepah menjadi kering dan bunga betina tidak menjadi tandan sehingga
menyebabkan kematian. Tanaman yang terserang mempunyai ciri-ciri pada
permukaan batang pohon terdapat lorong-lorong dari tanah mengarah ke titik
tumbuh.
Pengendalian rayap pada serangan ringan menggunakan insektisida Regent 50
SC dengan bahan aktif fipronil 50 g/l. Konsentrasi yang digunakan 2ml/l. Satu
knapsack sprayer yang berisi 15 liter digunakan untuk menyemprot satu pohon
yang terserang dan 6 pohon di sekitarnya sebagai isolasi.
d) HamaTirathaba sp.
Stadia hama yang merugikan adalah larva (ulat). Kerusakan berat yang terjadi
pada buah muda dapat menyebabkan terlambatnya pertumbuhan ulat Tirathaba sp.
merupakan hama yang menyerang bunga (jantan dan betina) dan buah kelapa
sawit, terutama bunga dan buah muda buah dan terjadinya kematangan buah yang
lebih cepat. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotoran ulat dan
remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh air liurnya di sekitar
buah. Kerusakan ringan hanya akan menyebabkan permukaan buah, terutama di
sekitar ujungnya berwarna coklat kering karena lapisan atas buah dimakan oleh
ulatn. Serangan berat dapat ditemukan buah yang berlubang pada pangkal.
Cara pengendalian untuk menghambat perkembangan hama Tirathaba sp.
adalah cara sanitasi. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan tanaman muda
dari buah atau bunga yang busuk dan pelepah-pelepah kering serta mengusahakan
piringan selalu bersih sesuai rotasi yang sudah ditentukan.

16

e) Penyakit Ganoderma/Busuk Pangkal Batang.
Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit yang terpenting di
perkebunan kelap sawit di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Mulanya penyakit
ini hanya menyerang tanaman kelapa sawit tua (> 25 tahun), tetapi dapat
menyebabkan kerugian besar pada tanaman yang berumur 10-15 tahun. Dari
generasi ke generasi persentase serangan semakin meningkat. Penyakit ganoderma
kebun Divisi III, Mandah Estate dapat terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Serangan Ganodermadi Divisi III, Mandah Estate
Pengendalian penyakit ini dengan membersihkan sumber infeksi sebelum
penanaman.Pembersihan sumber infeksi khususnya harus diperhatikan jika akan
menanam kelapa sawit pada bekas kelapa sawit yang pernah terserang (replanting).
Mencegah penyebaran penyakit dalam kebun yaitu dengan sensus pokok dan
pembongkaran pokok.

Pemupukan
Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa
setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah
direkomendasikan oleh Dept. Riset untuk mencapai produktifitas tanaman. Biaya
pemupukan sangat signifikan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh
karena itu ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk
dilakukan.
Hara yang ada di tanah gambut menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena
dipengaruhi pH yang rendah dan kelat. Kelat adalah senyawa organik yang
berkombinasi dengan dan melindungi kation logam Fe, Mn, Zn, dan Cu membentuk
suatu struktur lingkaran. Hal ini menyebabkan logam yang diikat kehilangan sifat
ionnya sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, pemberian pupuk mikro
(micro element) seperti CuSO4, ZnSO4, FeSO4 akan sangat menentukan
keberhasilan pertumbuhan tanaman karena ketersediaan unsur tersebut di lahan
gambut sangat miskin. Unsur mikro berfungsi menstabilkan pemanfaatan unsur hara
oleh tanaman. Kekurangan unsur mikro, dapat menyebabkan tanaman mengalami
pertumbuhan yang tidak stabil/normal tetapi bila kelebihan akan meracuni tanaman

17

Kebun Mandah Estate menerapkan sistem Block Manuring System. Sistem
pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak pemupukan per kebun, dikerjakan
blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus,
dan produktifitas yang lebih tinggi. Pencapaian output sistem BMS tidak terlepas dari
prosedur kerja, sebagai berikut:
1) Persiapan pupuk. Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia di
kebun pada waktunya. Stock pupuk lama dan pupuk yang karung goninya rusak
harus digunakan lebih dahulu (prinsip FIFO: first in first out). Pupuk yang
membatu/menggumpal harus dikeluarkandari karungnya dan dihancurkan untuk
kemudian diuntil dengan disertai label jenis pupuk dan beratnya. Setiap satu
untilan seberat 25 kg. Selain itu, jenis dan dosis pupuk juga telah ditentukan untuk
aplikasi. Penentuan jenis dan dosis pupuk di Mandah Estate dilakukan oleh
Departemen Riset. Rekomendasi pemupukan disusun atas dasar hasil analisis daun,
status hara tanah, kondisi tanah dan LCC, serta proyeksi produksi (balance sheet).
Pupuk makro menggunakan NK Blend dan Peat Kay, sedangkan pupuk mikro
menggunakan CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4. Pemupukan dilakukan sebanyak 2
rotasi untuk peat kay dan pemupukan lainnya hanya 1 kali rotasi/tahun.
2) Pelaksanaan Aplikasi. Aplikasi pemupukan memiliki tahapan-tahapan yaitu: a)stok
pupuk di gudang yang telah diuntil, diangkut menggunakan bargas untuk diecer ke
blok yang akan di pupuk, b) pengecer pupuk meletakkan didekat TPH, yang
selanjutnya akan dilangsir ke pasar pikul, dan c) untilan pupuk di lorong akan
ditabur ke tanaman dengan sistem angka 11.
3) Pemeriksaan Mutu Pemupukan. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor perawatan.
Selama kegiatan pemupukan, mandor selalu mengawasi para pekerja sehingga
optimalisasi pemupukan tercapai.
4) Melakukan Management Goni/Karung. Jumlah goni/karung pupuk yang
dikeluarkan di gudang harus kembali sesuai dengan jumlah awal, karena akan
digunakan untuk pemupukan selanjutnya.
5) Pertanggungjawaban oleh tim supervisi.

Penunasan
Tunas pokok adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling
bertolak belakang, yakni mengusahakan agar cabang yang masih produktif (daun
masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain pihak kadang kala harus dipotong
untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses (brondolan
tersangkut di cabang). Memotong pelepah sesuai dengan standar tunas yaitu untuk
pokok kelapa sawit berumur 3–10 tahun jumlah pelepah yang dipertahan 56 pelepah
(songgo dua) dan untuk tanaman berumur 10 tahun keatas jumlah pelepah yang
dipertahankan 48 pelepah (songgo satu).
Sistem penunasan yang dilakukan di Mandah Estate yaitu „„system progressive
pruning’’. Penunasan progresif dilakukan terus menerus sepanjang tahun yang
dilakukan pemanen pada saat memanen buah. Pelepah yang ditunas adalah pelepah
yang menyangga buah matang dan pelepah yang tidak berfungsi lagi (kering). Norma

18

kerja penunasan sudah terintegrasi dengan norma panen 3 ha/HK. Pelepah dipotong
serapat mungkin dengan batang berbentuk tapak kuda yang mempunyai kemiringan
15- 30ke dalam. Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan
posisi duri menghadap ke

Dokumen yang terkait

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 25 72

Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

0 9 171

Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.

2 43 64

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Mandah Estate, Pt Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 5 55

Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

4 23 77

Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq) Di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

1 11 54