Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi Pada UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor)
ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM KOMPENSASI
PADA UMKM (Studi Kasus : UMKM Alas Kaki dan
Alat Rumah Tangga di Kota Bogor)
MEITA PURNAMAWATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Pengembangan Sistem Kompensasi pada UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas
Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Meita Purnamawati
NIM H24090075
ABSTRAK
MEITA PURNAMAWATI. Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi pada
UMKM (Studi Kasus UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor).
Dibimbing oleh PRAMONO D. FEWIDARTO.
Jumlah UMKM di Kota Bogor mengalami perkembangan, namun masih
menghadapi permasalahan keterbatasan SDM dalam mengelola aspek manajemen
SDM. UMKM perlu memberikan sistem kompensasi yang tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menghasilkan kepuasan kerja karyawan. Tujuan
dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan
oleh UMKM di Kota Bogor, (2) menganalisis penerapan sistem kompensasi serta
hubungannya dengan kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada
UMKM di Kota Bogor, dan (3) merekomendasikan pengembangan sistem
kompensasi yang lebih baik bagi UMKM yang menjadi objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif, komponen kompensasi
yang diterapkan oleh UMKM alas kaki tidak berbeda dengan UMKM alat rumah
tangga yaitu terdiri dari gaji atau upah dan tunjangan (program pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan serta Tunjangan Hari Raya). Karyawan sudah puas
dengan sistem kompensasi yang diterapkan dan tingkat kesejahteraan sebagian
karyawan baru terpenuhi sampai pada biaya sehari-hari dan transportasi.
Kata kunci : UMKM, kompensasi, kepuasan Karyawan, kesejahteraan karyawan
ABSTRACT
MEITA PURNAMAWATI. Compensation System Improvement for Small &
Medium Enterprises (SMEs) Analysis (case study: Footwear and Household items
SMEs in Bogor). Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
The number of SMEs in Bogor continues to grow, but still have a problem
the limitation in managing the human resources management aspect. The SMEs
need to provision of appropriate compensation system to improve employees
welfare and make job satisfaction. This research purposes are (1) to identify the
implemented compensation system by SMEs in Bogor, (2) to analyze the
implementation of compensation system and the correlation on SMEs employees
welfare and job satisfaction in Bogor, and (3) to recommend the improvement of
the better compensation system for the SMEs which are the research objects.
Based on the descriptive analysis result, the implemented compensation
component by footwear and household items SMEs is not different which consists
of salaries and allowances (services and welfare programs and also holiday
allowances). The employees are satisfy enough with their salaries and allowances
amount and satisfy with the implemented compensation system and the level of
employees welfare largely only fulfilled the daily and transportation costs.
Keywords : SMEs, compensation, employees satisfaction, employees welfare
ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM KOMPENSASI
PADA UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas Kaki dan
Alat Rumah Tangga di Kota Bogor)
MEITA PURNAMAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi Pada UMKM (Studi
Kasus: UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota
Bogor)
Meita Purnamawati
H24090075
Disetujui oleh
If Pramono D Fewidalio, MS
Pembimbing
Diketahu i oleh
MSc
Tangga l Lulu:)
25 Oel 2013
Judul Skripsi : Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi Pada UMKM (Studi
Kasus: UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota
Bogor)
Nama
: Meita Purnamawati
NIM
: H24090075
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Jono M Munandar, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada mei hingga juni 2013 adalah sistem
kompensasi, dengan judul Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi pada
UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Pramono D. Fewidarto selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Nia dari Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor serta
para pemilik dan karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga Kota Bogor
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua, seluruh keluarga, Departeman Manajemen IPB,
serta Manajemen IPB 46 atas doa dan dukungannya.
Semoga Karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Meita Purnamawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
8
Kerangka Pemikiran
8
Tahapan Penelitian
9
Kebutuhan dan Sumber Data
11
Metode Pengambilan Sampel dan Pengolahan Data
11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
12
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Gambaran Umum UMKM Alas kaki dan Alat Rumah Tangga
13
Profil Karyawan UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
14
Sistem Kompensasi UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
15
Tingkat Kesejahteraan Karyawan
18
Kepuasan Kerja Karyawan
19
Analisis Hubungan antara Profil, Kepuasan dan Kesejahteraan Karyawan
20
Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi
24
Implikasi Manajerial
25
SIMPULAN DAN SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bogor tahun 2009-2012
Rincian jumlah responden
Profil karyawan UMKM alas Kaki dan alat rumah tangga
Upah harian pada UMKM alas kaki berdasarkan jenis bahan dasar
Upah harian pada UMKM alat rumah tangga berdasarkan jenis produk
Sistem Kompensasi UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
Tingkat kesejahteraan karyawan
Tingkat kepuasan karyawan terhadap sistem kompensasi
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan pendidikan
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan lama bekerja
Kepuasan terhadap besarnya penghasilan terkait dengan besarnya
penghasilan
Kepuasan terhadap besarnya THR terkait dengan THR
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan keinginan
Pindah
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan tingkat
kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan terkait dengan lama bekerja
Tingkat kesejahteraan terkait dengan harapan akan kesejahteraan
1
12
14
16
16
17
18
19
20
21
21
22
22
23
23
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
Kerangka pemikiran
Tahapan penelitian
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Dokumentasi UMKM alas kaki
Dokumentasi UMKM alat rumah tangga
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami
perkembangan. Salah satu daerah yang mengalami perkembangan jumlah UMKM
adalah Kota Bogor. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah UMKM di Kota Bogor
khususnya pada skala mikro dan kecil mengalami peningkatan dari tahun 2009
hingga tahun 2012. Perkembangan jumlah UMKM ini tidak terlepas dari potensi
Kota Bogor sebagai salah satu tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara. Beberapa produk yang dihasilkan oleh UMKM di Kota
Bogor diantaranya adalah boneka, batik, keramik, kerajinan daur ulang, kerajinan
kayu, alat rumah tangga, sepatu/ sandal, tas, serta berbagai makanan dan jajanan
khas Kota Bogor.
Tabel 1 Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bogor (2009-2012)
No
Uraian
Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah
di Kota Bogor (unit)
2009
2010
2011
2012
1
Usaha mikro
25 804
26 320
26 649
27 383
2
Usaha kecil
4 838
4 936
5 038
5 139
3
Usaha menengah
2 016
1 531
1 214
1 050
Total UMKM
32 658
32 790
Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2013)
32 901
33 572
Pada umumnya, beberapa UMKM masih menghadapi sejumlah masalah
seperti masalah pemasaran produk ke pasar dalam negeri maupun luar negeri,
masalah finansial dalam memperoleh modal awal dan modal untuk pengembangan
usaha, serta masalah keterbatasan sumber daya manusia dalam aspek manajemen,
teknik produksi, dan pengembangan produk. Selain itu, seringkali UMKM juga
menghadapi masalah keterbatasan bahan baku, dan masalah yang berkaitan
dengan penggunaan teknologi yang masih sederhana.
Salah satu aspek manajemen yang perlu dikelola dengan baik oleh pemilik
UMKM adalah manajemen sumber daya manusia. Karyawan sebagai sumber daya
manusia merupakan kekayaan (asset) utama namun seringkali kurang diperhatikan
bahkan dianggap sebagai beban oleh perusahaan. Hal ini dapat berdampak pada
menurunnya kepuasan kerja, meningkatnya absensi, dan menurunnya
produktivitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan perhatian kepada
karyawannya, salah satunya melalui pemberian sistem kompensasi yang tepat.
Kompensasi tidak hanya dipandang sebagai balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan atas kontribusi karyawan terhadap perusahaan, namun juga sebagai
cara untuk memperoleh, memelihara, serta mempertahankan karyawan. Sistem
kompensasi yang baik dapat memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya,
dimana kepuasan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, absensi,
dan tingkat perputaran karyawan.
2
Kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak, dimana adil artinya
besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, dan jabatan karyawan,
sedangkan layak artinya kompensasi yang diterima harus dapat memenuhi
kebutuhan karyawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
Penetapan sistem kompensasi yang tepat bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan. Ketidakpuasan karyawan akan kompensasi yang terlalu rendah
dapat menyebabkan penurunan semangat kerja, tingginya absensi, pemogokan,
bahkan menyebabkan keluar atau pindahnya karyawan ke perusahaan lain. Hal
terebut dapat berdampak bagi perusahaan seperti produktivitas menurun, adanya
biaya tambahan untuk perekrutan, hingga harus berakhirnya kegiatan operasional
perusahaan. Sebaliknya, kompensasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
berkurangnya daya saing bagi perusahaan dan menjadi sumber ketegangan atau
stress bagi karyawan karena harus selalu mencapai prestasi yang tinggi.
UMKM di Kota Bogor memiliki jenis usaha yang beragam, diantaranya
adalah usaha alas kaki dan alat rumah tangga, namun penerapan sistem
kompensasi belum tentu sama antar usaha tersebut. Hal ini dikarenakan masingmasing UMKM memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan sistem
kompensasi yang dipengaruhi oleh faktor produktivitas, kemampuan untuk
membayar, kesediaan untuk membayar, suplai dan permintaan tenaga kerja,
serikat pekerja, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Hasil studi awal ke UMKM alas kaki dan alat rumah tangga menunjukkan
bahwa rata-rata penghasilan karyawan adalah sebesar Rp50,000 per hari. Jika
dibandingkan dengan UMR Kota Bogor sebesar Rp2,002,000, maka pendapatan
karyawan tersebut dapat dikatakan belum sesuai dengan UMR. Meskipun
demikian, menurut Kepala Kantor UMKM Kota Bogor, sampai pada tahun 2013
belum pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan yang dilakukan oleh karyawan
UMKM Kota Bogor untuk menuntut kenaikan upah.
Perumusan Masalah
Jumlah UMKM di Kota Bogor terus mengalami perkembangan, namun
beberapa UMKM masih menghadapi permasalahan seperti keterbatasan SDM
dalam mengelola aspek manajemen SDM. Para pemilik UMKM sering kali
kurang memperhatikan karyawannya, padahal karyawan merupakan asset utama
perusahaan. Hal tersebut dapat berdampak pada menurunnya kepuasan kerja,
meningkatnya absensi, menurunnya produktivitas hingga keluarnya karyawan dari
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian kepada
karyawannya, salah satunya melalui pemberian sistem kompensasi yang tepat.
Penerapan sistem kompensasi di UMKM alas kaki dan alat rumah tangga belum tentu
sama. Rata-rata upah karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga masih jauh
dari UMR, namun belum pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan untuk menuntut
kenaikan upah. Meskipun demikian, belum dapat dipastikan bahwa karyawan sudah
sejahtera dan puas dengan jumlah dan sistem kompensasi yang diterapkan oleh
pemilik UMKM. Permasalahannya adalah bagaimana sistem kompensasi yang
diterapkan UMKM di Kota Bogor serta hubungannya dengan kesejahteraan
karyawan dan kepuasan kerja karyawannya.
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan oleh UMKM di Kota
Bogor.
2. Menganalisis penerapan sistem kompensasi serta hubungannya dengan
kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada UMKM di Kota
Bogor.
3. Merekomendasikan pengembangan sistem kompensasi yang lebih baik bagi
UMKM yang menjadi objek penelitian.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh pihak-pihak terkait dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi UMKM Kota Bogor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana sistem kompensasi yang diterapkan
dapat menghasilkan kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan
serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan sistem kompensasi
yang lebih baik.
2. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah
didapat selama masa perkuliahan khususnya di bidang manajemen sumber
daya manusia.
3. Bagi kalangan peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat menambah pengetahuan di
bidang manajemen sumber daya manusia khususnya dalam bidang kompensasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada UMKM di Kota Bogor dengan studi
kasus pada UMKM alas kaki dan UMKM alat rumah tangga. Hasil penelitian ini
difokuskan untuk menganalisis sistem kompensasi yang diterapkan UMKM di
Kota Bogor serta hubungannya terhadap kesejahteraan karyawan dan kepuasan
kerja karyawannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai
balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi penting bagi karyawan karena
besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para
karyawan itu sendiri , keluarga, dan masyarakat. Kompensasi juga penting bagi
organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusianya (Handoko 2001).
4
Rivai (2004) mengemukakan bahwa kompensasi merupakan sesuatu yang
diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi SDM yang
berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.
Menurut Hasibuan (2008), kompensasi adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang, barang, langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi
berbentuk uang, artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada
karyawan bersangkutan.Kompensasi berbentuk barang, artinya kompensasi
dibayar 10% dari produk yang dihasilkan.
Komponen-Komponen Kompensasi
1. Gaji
Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Gaji dapat
juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari
keanggotaanya dalam sebuah perusahaan.
2. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau
banyaknya pelayanan yang diberikan. Tidak seperti gaji yang jumlahnya
relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran yang
dihasilkan.
Secara umum sistem upah diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Upah Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah sistem waktu hanya
didasarkan kepada lamanya bekerja, bukan dikaitkan dengan prestasi kerja.
b. Upah Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit yang
dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram. Besarnya
upah yang dibayarkan didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan,
bukan kepada lamanya waktu mengerjakan.
c. Upah Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang merupakan gabungan
dari sistem waktu dan sistem hasil. Penetapan upah berdasarkan sistem ini
cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan
karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif merupakan
bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji. Tujuan utama dari
insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada
karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.
5
a. Insentif Individu
Program insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan
tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar
prestasi tertentu.
1) Piecework
Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang
dinyatakan dalam unit produksi.
2) Bonus
Tambahan upah yang diterima karena hasil kerja melebihi standar yang
ditentukan. Bonus juga dapat diberikan karena pekerja menghemat waktu
penyelesaian pekerjaan.
3) Komisi
Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang yang terjual. Sistem ini
biasanya digunakan untuk tenaga penjual.
4) Kurva kematangan
Kurva yang menunjukkan jumlah tambahan gaji yang dapat dicapai sesuai
dengan pestasi kerja dan masa kerja sehingga mereka diharapkan terus
meningkatkan prestasi.
5) Insentif bagi eksekutif.
Mengingat pentingnya peranan para manajer dalam menjalankan dan
mengemudikan roda organisasi, sistem insentif bagi para manajer tersebut
pada umumnya mendapat perhatiaan serius, baik bagi manajer yang relatif
muda maupun bagi manajer yang relatif senior.
6) Pay for Knowledge/ Pay for Skill Compensation
Pemberian insentif yang didasarkan bukan pada apa yang dikerjakan oleh
karyawan untuk menghasilkan produk, tapi pada apa yang dapat dilakukan
untuk organisasi melalui pengetahuan yang dimiliki..
7) Nonmonetary Incentive
Insentif umumnya berupa uang, tetapi insentif dapat pula dalam bentuk
lain. Sebagai contoh dalam bentuk materi baru (gantungan kunci, pin, topi,
dll), sertifikat, liburan, dan sebagainya.
b. Insentif Tingkat Kelompok
Pembayaran insentif individu seringkali sukar dilaksanakan karena untuk
menghasilkan sebuah produk dibutuhkan kerja sama atau ketergantungan
dari seseorang dengan orang lain. Oleh sebab itu, insentif akan diberikan
kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka melebihi standar yang telah
ditetapkan.
1) Rencana insentif produksi
Rencana ini biasanya bersifat jangka pendek, misalnya ketika perusahaan
menghadapi persaingan ketat pada suatu kurun waktu tertentu.
2) Rencana bagi Keuntungan
Rencana ini membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para
pekerjanya. Dua manfaat besar dari sistem ini ialah para karyawan
terdorong bekerja secara produktif dan secara psikologis timbul rasa
sepenanggungan dengan pihak manajemen karena para karyawan
diikutsertakan langsung dalam menikmati keberhasilan perusahaan meraih
keuntungan.
6
4.
a.
b.
c.
d.
e.
3) Rencana pengurangan biaya
Dalam prakteknya, banyak organisasi yang mendorong para anggotanya
untuk mencari dan menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk
menghemat berbagai jenis biaya yang dikeluarkan, baik untuk kepentingan
produksi, pemasaran maupun dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan
perkantoran.
Tunjangan atau kompensasi pelengkap (fringe benefits)
Tunjangan adalah komponen imbalan jasa atau penghasilan yang tidak terkait
langsung dengan berat ringannya tugas jabatan dan prestasi kerja karyawan.
Pemberian tunjangan pada umumnya terkait dengan upaya perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan karyawannya akan rasa aman (security need), sebagai
bentuk pelayanan kepada karyawan (employee services) serta menunjukkan
tanggung jawab sosial perusahaan (company social responsibility). Program
tunjangan atau kompensasi pelengkap dapat dikategorikan menjadi lima,
yaitu:
Pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan tertentu
Program penjaminan terhadap resiko kerja
Program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
Program yang berkaitan dengan pengembangan diri karyawan
Tunjangan yang diharuskan oleh undang-undang (Rivai 2004; Hariandja 2007;
Siagian 2008).
Definisi UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian dari Usaha Kecil atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Menengah.
Adapun kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp50 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki
omzet paling banyak Rp300 Juta. Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 50 Juta sampai dengan paling banyak Rp 500 Juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki omzet lebih dari Rp300
Juta sampai dengan paling banyak Rp 2.5 Milyar. Kriteria Usaha Menengah
adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 Juta sampai dengan paling
banyak Rp10 Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta
memiliki omzet lebih dari Rp2.5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp50
Milyar.
7
Kepuasan Kerja
Handoko (2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan
dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut (Rivai 2004).
Menurut Siagian (2008), pembahasan mengenai kepuasan kerja tidaklah
sederhana, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis
kepuasan kerja seseorang. Analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan
prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerjaan, tingkat
jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Penelitian Terdahulu
Setyaningsih (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Hubungan
Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) Amanah Ummah Leuwiliang Bogor”, bertujuan untuk
mengetahui sistem kompensasi yang diterapkan di PT BPRS Amanah Ummah
Leuwiliang Bogor, menganalisis tingkat kepuasan kerja karyawan di PT BPRS
Amanah Ummah Leuwiliang Bogor secara keseluruhan dan berdasarkan
karakteristik karyawan, serta menganalisis hubungan kompensasi dengan
kepuasan kerja di PT BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
Berdasarkan hasil penelitiannya, sistem kompensasi yang diterapkan di PT.
BPRS Amanah Ummah terdiri dari gaji (gaji pokok dan gaji berkala), upah
lembur, tunjangan (tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan,
tunjangan transportasi, tunjangan makan, tunjangan selisih dan tunjangan Hari
Raya), bonus, fasilitas (fasilitas pembiayaan karyawan, koperasi karyawan,
fasilitas olahraga dan rekreasi), hari tidak masuk kerja dan cuti kerja, izin kerja,
santunan kedukaan, sumbangan pernikahan karyawan serta sumbangan kelahiran
anak.
Kepuasan kerja karyawan PT BPRS Amanah Ummah secara keseluruhan
sebesar 3.56, yaitu cukup puas. Kompensasi tidak signifikan berhubungan dengan
kepuasan kerja karyawan, namun ada faktor-faktor lain seperti suasana dan situasi
kerja, sarana dan prasarana yang mendukung terselesaikannya pekerjaan,
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan serta sesama rekan kerja, serta
label syariah yang membuat karyawan lebih tenang bekerja.
Sumarto (2009) dalam penelitiannya berjudul “Meningkatkan Kompensasi,
Kepuasan Kerja, dan Motivasi untuk Mengurangi Labor Turnover Intention”,
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja,
pengaruh kompensasi terhadap labor turnover intention, dan pengaruh kepuasan
kerja terhadap labor turnover intention.
8
Berdasarkan hasil penelitian, kompensasi berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Hasil ini mengisyaratkan bukti kuat bahwa kompensasi yang
diberikan perusahaan mampu membentuk kepuasan kerja karyawan. Kepuasan
kerja yang telah terbentuk hendaknya dijaga perusahaan melalui penerapan
“remuneration management” baku dan kompetitif. Selanjutnya hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh negatif terhadap labor
turnover intention karyawan karena meskipun setiap tahun diberikan kenaikan
gaji tetap tidak mengurangi labor turnover intention. Menghadapi fakta ini
hendaknya perusahaan menerapkan sistem kompensasi yang transparan, adil, serta
terkendali. Pemberian kompensasi berbasis kinerja mempunyai kriteria cocok
dengan tujuan perusahaan.
METODE
Kerangka Pemikiran
UMKM di Kota Bogor masih mengalami sejumlah permasalahan seperti
masalah pemasaran produk ke pasar dalam negeri dan luar negeri, masalah
finansial, masalah keterbatasan SDM, masalah keterbatasan bahan baku, dan
masalah penggunaan teknologi. Masalah keterbatasan SDM berkaitan dengan
keterbatasan SDM dalam mengelola teknik produksi, aspek manajemen, dan
pengembangan produk.
Salah satu aspek manajemen yang perlu dikelola oleh pemilik UMKM
adalah manajemen sumber daya manusia. Karyawan merupakan asset utama
perusahaan sehingga perlu diberi perhatian dalam bentuk pemberian sistem
kompensasi yang tepat. Pada umumnya, sistem kompensasi diterapkan
berdasarkan beban kerja dan penilaian kinerja karyawan. Beban kerja merupakan
suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang (man hour) yang dipergunakan
atau yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dalam waktu
tertentu sedangkan penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi yang dilakukan
secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja,
termasuk potensi pengembangannya.
Kompensasi tidak hanya dipandang sebagai balas jasa atas kontribusi
karyawan terhadap perusahaan, tapi juga harus mampu memenuhi kebutuhan
hidup karyawan. Kompensasi merupakan sumber pendapatan utama karyawan
yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu, kompensasi
juga harus mampu memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya. Hal ini
dikarenakan kepuasan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan,
absensi, dan tingkat perputaran karyawan.
Ketidakpuasan karyawan akan sistem kompensasi dapat menyebabkan
keluar atau pindahnya karyawan ke perusahaan lain, maka dari itu sistem
kompensasi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja
karyawannya sehingga pada akhirnya dapat mempertahankan karyawan yang ada.
Apabila UMKM di Kota Bogor menerapkan sistem kompensasi tersebut, UMKM
di Kota Bogor diharapkan dapat terus berkembang. Kerangka Pemikiran dapat
dilihat pada Gambar 1.
9
UMKM di Kota Bogor
Masalah
pemasaran
Masalah
finansial
Masalah
keterbatasan
SDM
Masalah
bahan baku
Masalah
teknologi
Teknik
produksi
Aspek
manajemen
Pengembangan
produk
Beban kerja
Sistem
kompensasi
Penilaian Kinerja
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kesejahteraan
karyawan
Kepuasan kerja
karyawan
Mempertahankan
karyawan
UMKM di Kota Bogor
terus berkembang
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan identifikasi masalah yang dihadapi
UMKM di Kota Bogor kemudian melakukan kajian pustaka dan studi literatur
tentang sistem kompensasi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sistem
kompensasi yang diterapkan oleh UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota
Bogor, mengidentifikasi tingkat kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor, serta mengidentifikasi
kebutuhan karyawan terkait sistem kompensasi yang diterapkan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metodemetode yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian antara lain
mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan oleh UMKM di Kota Bogor,
menganalisis penerapan sistem kompensasi serta hubungannya dengan
10
kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada UMKM di Kota
Bogor, serta merekomendasikan pengembangan sistem kompensasi yang lebih
baik bagi UMKM yang menjadi objek penelitian.
Identifikasi masalah
Kajian literatur dan studi pustaka
tentang sistem kompensasi
Mengidentifikasi sistem kompensasi dan aspek
yang terkait yang diterapkan pada UMKM alas
kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor
Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan UMKM alas kaki dan
alat rumah tangga di Kota Bogor
Mengidentifikasi kebutuhan karyawan terkait
sistem kompensasi yang diterapkan
Menganalisis hubungan sistem kompensasi dengan
kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
Karyawan
puas dan
sejahtera?
Tidak
Pengkajian dan rekomendasi sistem
kompensasi yang lebih baik
Implementasi sistem kompensasi
oleh UMKM alas kaki dan alat
rumah tangga di Kota Bogor
Gambar 2 Tahapan penelitian
Ya
11
Setelah didapatkan hasil analisis mengenai hubungan sistem kompensasi
dengan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan, langkah selanjutnya adalah
pengkajian dan rekomendasi sistem kompensasi yang lebih baik apabila sistem
kompensasi yang diterapkan saat ini tidak menghasilkan kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan. Langkah akhir yang dilakukan adalah implementasi
sistem kompensasi oleh UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor.
Alur tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Kebutuhan dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari profil pemilik, profil usaha, profil karyawan, sejarah sistem
kompensasi yang diterapkan, sistem kompensasi yang diterapkan, kriteria
pemberian kompensasi, kebutuhan karyawan terkait dengan sistem kompensasi
yang diterapkan, serta tingkat kesejahteraan dan kepuasan karyawan terhadap
sistem kompensasi yang diterima. Data primer bersumber dari pemilik UMKM
dan karyawan UMKM.
Data sekunder terdiri dari jumlah karyawan, jumlah UMKM alas kaki dan
alat rumah tangga di Kota Bogor, jumlah tenaga kerja UMKM alas kaki dan alat
rumah tangga di Kota Bogor, serta teori-teori yang relevan dengan penelitian.
Data sekunder bersumber dari pemilik UMKM, kantor Koperasi dan UMKM Kota
Bogor, serta buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu.
Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
pemilihan jenis UMKM adalah purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut,
jenis UMKM yang dipilih adalah UMKM alas kaki dan alat rumah tangga karena
telah memenuhi kriteria yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Adapun
kriteria tersebut diantaranya menyerap banyak tenaga kerja, berjumlah lebih dari
100 unit, serta tetap bertahan dan berproduksi dalam krisis ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data kantor koperasi dan UMKM Kota Bogor, jumlah UMKM alas
kaki mencapai 332 unit dan UMKM alat rumah tangga mencapai 101 unit.
Jumlah karyawan pada UMKM alas kaki adalah 1446 orang dan 378 orang
pada UMKM alat rumah tangga. Jumlah karyawan yang dijadikan responden
untuk masing-masing UMKM ditentukan menggunakan rumus slovin yaitu 94
orang untuk UMKM alas kaki dan 79 orang untuk UMKM alat rumah tangga.
Selanjutnya responden dicari sampai memenuhi kuota yang telah ditentukan
berdasarkan jenis UMKM dan besarnya omzet. Adapun rincian jumlah responden
untuk masing-masing UMKM disajikan pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Rincian jumlah responden
UMKM alas kaki
UMKM alat rumah tangga
Omzet
Jumlah
Kode
Omzet (Rp)
Jumlah
Kode
(Rp)
responden
UMKM
karyawan
UMKM
< 15 Juta
9
PA01
< 5 Juta
12
PR03
10
PA06
10
PR07
5
PA07
5
PR09
8
PA09
15-30 Juta
10
PA02
5-10 Juta
10
PR02
8
PA05
8
PR04
3
PA08
8
PR08
> 30 Juta
12
PA03
> 10 Juta
7
PR01
19
PA04
6
PR05
6
PR06
7
PR10
Total
94
9
Total
79
10
Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah wawancara
menggunakan kuesioner kepada pemilik UMKM alas kaki dan alat rumah tangga,
observasi langsung ke UMKM alas kaki dan alat rumah tangga, serta wawancara
menggunakan kuesioner kepada karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah
tangga. Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan terhadap
dokumen UMKM alas kaki dan alat rumah tangga, buku dan jurnal yang relevan
dengan penelitian, serta hasil penelitian terdahulu.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis statistika
deskriptif, tabulasi silang, dan Chi-Square. Analisis statistika deskriptif adalah
analisis statistik yang digunakan untuk mengelola data dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang generalisasi. Analisis statistika deskriptif
digunakan untuk menganalisis penilaian karyawan terhadap kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan.
Tabulasi silang (crosstab) merupakan tabel yang mengorganisir data dalam
kelompok atau kategori yang memungkinkan dilakukannya perbandingan.
Crosstab dan Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan atau kaitan
antara profil karyawan dengan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan pada
sistem kompensasi yang berlaku.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada UMKM alas kaki di Kecamatan Bogor
Selatan dan UMKM alat rumah tangga di Kecamatan Tanah Sareal di Kota Bogor.
Waktu penelitian dimulai dari bulan mei hingga juni 2013.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
UMKM alas kaki (UMKM AK) di Kota Bogor yang dijadikan objek
penelitian berjumlah 9 unit. UMKM ini berlokasi di Kelurahan Pamoyanan dan
Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan. Produk yang dihasilkan adalah
sandal wanita karena permintaannya lebih tinggi dari jenis alas kaki lain.
Harganya bervariasi tergantung bahan dan model sendal. Proses pembuatannya
dimulai dengan penyiapan pola, penjahitan pola, penyatuan pola yang sudah
dijahit dengan sol atau bagian bawah sepatu, hingga proses perapihan. Gambaran
kegiatan produksi UMKM AK dapat dilihat pada Lampiran 1.
Usaha alas kaki ini pada umumnya telah berdiri sejak 10 hingga 33 tahun
yang lalu. Biasanya para pemilik usaha alas kaki ini mengawali usaha mereka
dengan menjadi karyawan terlebih dahulu kemudian akhirnya mencoba untuk
membuka usaha sendiri, namun ada juga yang meneruskan usaha alas kaki milik
keluarganya. Pada usaha alas kaki, dikenal 2 musim dalam melakukan produksi
yaitu musim ramai dan musim sepi. Pada musim ramai yaitu mendekati lebaran
dan natal, biasanya usaha ini dapat memproduksi hingga 200 kodi/ minggu,
sedangkan saat musim sepi hanya 50 kodi/ minggu. Omzet yang dihasilkan oleh
usaha ini berkisar antara 4,5 juta sampai 60 juta/ minggu. Hal ini tergantung
banyaknya pesanan dan model sendal yang diproduksi.
Sumber modal bagi pemilik tidak hanya berasal dari pribadi tapi juga ada
yang mendapatkan pinjaman dari pihak konsumen (grosir) yang mereka sebut
dengan bon putih. Pemilik diberikan selembar bon putih oleh pihak grosir untuk
digunakan berbelanja bahan baku di toko bahan yang telah ditentukan dengan
jumlah pesanan untuk satu minggu. Produk yang dihasilkan sebagian besar
dipasarkan ke Pasar Anyar. Hanya satu unit usaha yang pemasarannya ke
Jatinegara. Jumlah tenaga kerja berkisar antara 5 sampai 20 orang. Jumlah ini
dapat meningkat atau menurun tergantung dari banyaknya pesanan.
UMKM alat rumah tangga (UMKM ART) di Kota Bogor yang dijadikan
objek penelitian berjumlah 10 unit yang terdiri dari 3 unit usaha serokan, 3 unit
usaha penggilasan dan 4 unit usaha kuali. UMKM ini berlokasi di Kelurahan
Kayu Manis dan Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal. Produk yang
dihasilkan adalah serokan, penggilasan dan kuali. Proses pembuatan serokan
dimulai dengan memasukkan potongan seng ke dalam mesin cetak manual,
menganyam dengan kawat baja membentuk jaring, serta memotong kawat
nyamuk lalu mengikatnya kuat mengikuti lingkaran kawat yang dilengkapi
pegangan kayu. Proses pembuatan penggilasan dimulai dengan proses penyerutan
kayu sampai halus, proses pemotongan kayu sesuai ukuran dengan menggunakan
mesin pemotong kayu, dan pembentukan gerigi dengan mesin penggerigi.
Pembuatan kuali berbahan drum atau plat dimulai dengan proses pemotongan
drum atau plat sesuai ukuran tertentu kemudian ditempa hingga sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Gambaran kegiatan produksi UMKM ART dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Usaha alat rumah tangga ini pada umumnya telah berdiri sejak 12 hingga 23
tahun yang lalu, namun banyak diantaranya yang gulung tikar akibat
perkembangan teknologi dan inovasi. Misalnya saja penggunaan mesin cuci
14
sebagai pengganti penggilasan. Berbeda dengan alas kaki, produksi alat rumah
tangga relatif stabil dan tidak tergantung dengan musim ramai atau sepi. Rata-rata
mereka bisa menghasilkan sekitar 30 lusin serokan/ minggu, 30 kodi penggilasan/
minggu dan 200 buah kuali/ minggu. Omzet yang dihasilkan oleh usaha ini
berkisar antara 3,75 juta sampai 15 juta/ minggu. Hal ini tergantung jenis alat
rumah tangga yang diproduksi dan banyaknya pesanan.
Sumber modal bagi pemilik semuanya berasal dari pribadi sehingga usaha
mereka relatif sulit mengalami perkembangan karena keterbatasan modal. Produk
yang dihasilkan sebagian besar dipasarkan ke Jabodetabek, Tangerang, Citereup,
dan Karawang. Jumlah tenaga kerja berkisar antara 6 sampai 12 orang.
Profil Karyawan UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
Karyawan UMKM AK dan ART yang dijadikan responden berjumlah 173
orang, terdiri dari 94 karyawan AK dan 79 karyawan ART. Mayoritas karyawan
berjenis kelamin pria seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Hal tersebut dapat
terjadi karena jam kerja UMKM yang tidak menentu bahkan hingga larut malam,
sehingga dengan kondisi tersebut akan lebih beresiko jika mempekerjakan
karyawan wanita. Selain itu, untuk pekerjaan seperti membuat kuali dan
penggilasan dibutuhkan tenaga yang lebih kuat.
Tabel 3 Profil karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
No Profil karyawan
Kategori
Persentase (%)
1
Jenis Kelamin
Pria
87
Wanita
13
2
Usia
≤ 20 tahun
3
21-25 tahun
35
26-30 tahun
44
31-35 tahun
12
≥ 36 tahun
6
3
Tingkat Pendidikan SD
51
SMP
43
SMA
6
4
Lama Bekerja
< 1 tahun
15
1-2 tahun
40
2.1-3 tahun
25
3.1-4 tahun
6
> 4 tahun
14
Mayoritas karyawan AK dan ART berusia antara 21 sampai 30 tahun.
Karyawan pada usia tersebut lebih dibutuhkan oleh pemilik UMKM karena
dianggap produktivitasnya masih relatif tinggi dibandingkan karyawan yang
berusia lebih dari 30 tahun. Tidak ada anak-anak yang dipekerjakan sebagai
karyawan pada UMKM AK maupun ART mengingat adanya larangan
mempekerjakan anak yang diatur dalam UU No 13 Tahun 2003. Karyawan yang
berusia kurang dari 20 tahun adalah karyawan dengan minimal usia 18 tahun.
15
Sebagian besar karyawan UMKM AK maupun ART berpendidikan SD dan
SMP. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, syarat untuk
menjadi karyawan UMKM AK dan ART tidak mengharuskan calon karyawannya
berpendidikan tinggi, yang penting memiliki kemauan untuk bekerja, ketrampilan
dan tenaga. Walau demikian tampak bahwa terdapat karyawan yang
berpendidikan SMA sebesar 6%. Hal tersebut disebabkan oleh semakin sempitnya
lapangan pekerjaan khususnya di Kota Bogor sehingga mereka tidak punya
pilihan lain selain bekerja di UMKM.
Karyawan yang bekerja selama 1 sampai 3 tahun jumlahnya mencapai 65 %
dari seluruh karyawan UMKM AK maupun ART dan karyawan yang bekerja
lebih dari 4 tahun mencapai 14 %. Walau demikian, batas dari lama bekerja
karyawan UMKM AK dan ART yang bekerja lebih dari 4 tahun hanya 8 tahun.
Jika dikaitkan dengan usia UMKM AK dan ART yang telah berdiri sejak 10
sampai 33 tahun yang lalu maka diperkirakan bahwa masih sedikit karyawan yang
loyal terhadap UMKM tempat mereka bekerja.
Sistem Kompensasi UMKM Alas Kaki dan UMKM Alat Rumah Tangga
Status karyawan UMKM AK dan ART adalah karyawan lepas. Karyawan
lepas merupakan karyawan yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan
pekerjan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas
pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya secara harian.
Seluruh karyawan lepas UMKM AK dan ART bekerja di bidang produksi dan
mendapatkan upah berdasarkan banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin banyak
unit produk yang mereka hasilkan maka semakin banyak pula upah yang mereka
terima. Karyawan mendapatkan upah secara mingguan dan upahnya secara
langsung diberikan oleh pemilik usaha kepada mereka.
Besarnya upah harian karyawan UMKM AK seperti yang tersaji pada Tabel
4 berbeda-beda tergantung pada jenis bahan dasar yang digunakan oleh UMKM
tersebut. Pada UMKM AK yang memproduksi sandal berbahan dasar kulit imitasi,
nilai upah per kodi maupun upah hariannya lebih besar dibandingkan pada
UMKM AK yang memproduksi sandal berbahan dasar karet dan spon. Hal ini
dikarenakan proses produksi sandal berbahan dasar kulit imitasi lebih sulit bila
dibandingkan dengan bahan dasar lain. Standar minimum produksi per hari untuk
sandal berbahan dasar kulit imitasi adalah 1.5 kodi sehingga jika dikalikan dengan
upah per kodi maka upah harian karyawan adalah Rp52,500. Walaupun demikian,
rata-rata karyawan mendapatkan penghasilan Rp60,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa produktivitas rata-rata karyawan melebihi standar yang
ditetapkan. Hal tersebut juga berlaku pada UMKM AK yang memproduksi sandal
berbahan dasar karet dan spon. Produktivitas karyawannya mampu melebihi
standar minimum produksi yang ditetapkan, terbukti dari rata-rata penghasilan
karyawan yang melebihi upah hariannya.
16
Tabel 4 Upah harian pada UMKM alas kaki berdasarkan jenis bahan dasar
No
Jenis
bahan dasar
Standar minimum
produksi per hari (kodi)
Upah
per kodi
Upah harian
1.5
Rp35,000
Rp52,500
1
Kulit imitasi
2
Karet
3
Rp15,000
Rp45,000
3
Spon
4
Rp10,000
Rp40,000
Besarnya upah harian karyawan UMKM ART seperti yang tersaji pada
Tabel 5 berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dihasilkan UMKM
tersebut. Upah per kodi dan upah harian pada UMKM ART yang memproduksi
kuali lebih besar daripada upah per kodi dan upah harian UMKM yang
memproduksi penggilasan dan serokan. Hal ini disebabkan oleh proses produksi
kuali yang lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
produk lainnya. Standar minimum produksi per hari untuk produk kuali adalah 5
unit per hari. Jika jumlah ini dikalikan dengan upah per buah maka jumlah upah
harian untuk produk kuali adalah Rp50,000. Walaupun demikian, rata-rata
penghasilan karyawan per hari adalah Rp60,000 sehingga dapat dikatakan bahwa
produktivitas karyawan melebihi standar yang ditetapkan. Hal tersebut juga terjadi
pada UMKM yang memproduksi penggilasan dan serokan. Karyawan pada
UMKM yang memproduksi penggilasan dan serokan mampu menghasilkan
produk melebihi standar minimum, terbukti penghasilannya melebihi upah harian.
Tabel 5 Upah harian pada UMKM alat rumah tangga berdasarkan jenis produk
No
Jenis produk
Standar minimum
produksi per hari (unit)
Upah
per unit
Upah harian
1
2
Kuali
Penggilasan
5
30
Rp10,000
Rp1,500
Rp50,000
Rp45,000
3
Serokan
12
Rp650
Rp8,000
Besarnya Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor pada tahun 2013
adalah Rp2,002,000 per bulan. Jika dibagi dengan waktu kerja karyawan yaitu 25
hari kerja per bulan, maka UMR Kota bogor per hari adalah Rp80,080.
Dibandingkan dengan upah harian UMKM AK maupun ART, nilai UMR Kota
Bogor tersebut masih belum dapat dipenuhi oleh UMKM AK maupun ART. Hal
ini dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan perusahaan dalam menyediakan
dana bagi upah karyawan. Walaupun demikian, sampai pada tahun 2013 belum
pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan yang dilakukan oleh karyawan untuk
menuntut kenaikan upah sesuai dengan UMR Kota Bogor.
Selain upah, karyawan UMKM AK dan ART juga mendapatkan tunjangan
berupa program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan dan Tunjangan Hari
Raya (THR). Program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan yang diberikan
oleh pemilik UMKM berupa penyediaan makan dan tempat tidur sehingga
karyawan tidak perlu khawatir bila harus bekerja hingga larut malam. Besarnya
Tunjangan Hari Raya (THR) ditentukan berdasarkan lamanya mereka bekerja di
UMKM tersebut. Semakin lama karyawan tersebut bekerja maka semakin besar
pula THR yang mereka terima. Tunjangan Hari Raya diberikan satu minggu
sebelum hari raya dan diberikan secara langsung kepada karyawan. Rincian sistem
kompensasi pada kedua UMKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
17
Tabel 6 Sistem kompensasi UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
Jenis UMKM
Jenis kompensasi
UMKM alas kaki
Gaji atau upah
a Dasar perhitungan
UMKM alat rumah tangga
Banyaknya unit yang
dihasilkan
Banyaknya unit yang
dihasilkan
b Waktu pemberian
Mingguan
Mingguan
c Cara pemberian
Langsung
Langsung
Tunjangan program
pelayanan & peningkatan
kesejahteraan
Tunjangan Hari Raya
(THR)
a Dasar perhitungan
Penyediaan makan dan
tempat menginap
Penyediaan makan dan
tempat menginap
Lama Bekerja
Lama Bekerja
b Waktu pemberian
1 Minggu sebelum Hari
Raya
Langsung
1 Minggu sebelum Hari
Raya
Langsung
c Cara pemberian
Komponen kompensasi terdiri dari gaji atau upah, insentif dan tunjangan.
Tunjangan terdiri dari pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan terentu,
program penjaminan terhadap resiko kerja, program pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan, program yang berkaitan dengan pengembangan diri karyawan serta
tunjangan yang diharuskan undang-undang. Jika dikaitkan dengan kompensasi
yang diterapkan oleh UMKM AK dan ART maka dapat dikatakan bahwa
kompensasi yang mereka terapkan belum lengkap karena UMKM AK dan ART
baru menerapkan 2 komponen utama yaitu upah dan tunjangan serta 2 jenis
tunjangan dari 5 jenis tunjangan, padahal komponen lain juga penting diterapkan
untuk meningkatkan kepuasan karyawan akan kompensasi.
Tunjangan yang diberikan oleh pemilik UMKM baru memenuhi 2
komponen dari 5 komponen yang terdapat dalam teori. Berdasarkan UU No 13
Tahun 2003, seharusnya karyawan tetap mendapat upah apabila karyawan tidak
bisa bekerja dengan alasan tertentu yang dapat diterima misalnya sakit, namun
pada UMKM AK dan ART hal tersebut tidak berlaku. Karyawan mendapat upah
apabila mereka bekerja menghasilkan produk. Selain itu karyawan juga tidak
mendapat tunjangan berupa program penjaminan terhadap resiko kerja seperti
Jamsostek padahal jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No
150 Tahun 1999, setiap pengusaha yang mempekerjakan karyawan lepas wajib
mengikutsertakan karyawannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
Adapun jaminan sosial tenaga kerja meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Kurangnya
informasi akan hal tersebut dan prosedur pendaftaran yang cukup rumit menjadi
alasan bagi pemilik UMKM AK maupun ART belum mengikutsertakan
karyawannya pada program Jamsostek. Selain itu, omzet usaha yang masih kecil
juga menjadi kendala bagi tersedianya dana tambahan untuk mengikutsertakan
karyawan dalam program tersebut. .
18
Tingkat Kesejahteraan Karyawan
Kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak. Layak artinya
kompensasi yang diberikan harus mampu memenuhi kebutuhan karyawan dan
pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan. Kebutuhan dan
kesejahteraan yang telah dipenuhi oleh perusahaan diharapkan mampu menjadi
cara untuk memelihara dan mempertahankan karyawan selain memenuhi
kepuasan kerjanya. Kesejahteraan diasumsikan apabila biaya hidup sehari-hari
(makan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan), biaya transportasi, menyewa atau
mencicil rumah, mencicil sepeda motor baru, dan rekreasi telah terpenuhi. Berikut
ini tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh karyawan dari
PADA UMKM (Studi Kasus : UMKM Alas Kaki dan
Alat Rumah Tangga di Kota Bogor)
MEITA PURNAMAWATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Pengembangan Sistem Kompensasi pada UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas
Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Meita Purnamawati
NIM H24090075
ABSTRAK
MEITA PURNAMAWATI. Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi pada
UMKM (Studi Kasus UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor).
Dibimbing oleh PRAMONO D. FEWIDARTO.
Jumlah UMKM di Kota Bogor mengalami perkembangan, namun masih
menghadapi permasalahan keterbatasan SDM dalam mengelola aspek manajemen
SDM. UMKM perlu memberikan sistem kompensasi yang tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menghasilkan kepuasan kerja karyawan. Tujuan
dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan
oleh UMKM di Kota Bogor, (2) menganalisis penerapan sistem kompensasi serta
hubungannya dengan kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada
UMKM di Kota Bogor, dan (3) merekomendasikan pengembangan sistem
kompensasi yang lebih baik bagi UMKM yang menjadi objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif, komponen kompensasi
yang diterapkan oleh UMKM alas kaki tidak berbeda dengan UMKM alat rumah
tangga yaitu terdiri dari gaji atau upah dan tunjangan (program pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan serta Tunjangan Hari Raya). Karyawan sudah puas
dengan sistem kompensasi yang diterapkan dan tingkat kesejahteraan sebagian
karyawan baru terpenuhi sampai pada biaya sehari-hari dan transportasi.
Kata kunci : UMKM, kompensasi, kepuasan Karyawan, kesejahteraan karyawan
ABSTRACT
MEITA PURNAMAWATI. Compensation System Improvement for Small &
Medium Enterprises (SMEs) Analysis (case study: Footwear and Household items
SMEs in Bogor). Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
The number of SMEs in Bogor continues to grow, but still have a problem
the limitation in managing the human resources management aspect. The SMEs
need to provision of appropriate compensation system to improve employees
welfare and make job satisfaction. This research purposes are (1) to identify the
implemented compensation system by SMEs in Bogor, (2) to analyze the
implementation of compensation system and the correlation on SMEs employees
welfare and job satisfaction in Bogor, and (3) to recommend the improvement of
the better compensation system for the SMEs which are the research objects.
Based on the descriptive analysis result, the implemented compensation
component by footwear and household items SMEs is not different which consists
of salaries and allowances (services and welfare programs and also holiday
allowances). The employees are satisfy enough with their salaries and allowances
amount and satisfy with the implemented compensation system and the level of
employees welfare largely only fulfilled the daily and transportation costs.
Keywords : SMEs, compensation, employees satisfaction, employees welfare
ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM KOMPENSASI
PADA UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas Kaki dan
Alat Rumah Tangga di Kota Bogor)
MEITA PURNAMAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi Pada UMKM (Studi
Kasus: UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota
Bogor)
Meita Purnamawati
H24090075
Disetujui oleh
If Pramono D Fewidalio, MS
Pembimbing
Diketahu i oleh
MSc
Tangga l Lulu:)
25 Oel 2013
Judul Skripsi : Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi Pada UMKM (Studi
Kasus: UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota
Bogor)
Nama
: Meita Purnamawati
NIM
: H24090075
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Jono M Munandar, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada mei hingga juni 2013 adalah sistem
kompensasi, dengan judul Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi pada
UMKM (Studi Kasus: UMKM Alas kaki dan Alat Rumah Tangga di Kota Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Pramono D. Fewidarto selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Nia dari Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor serta
para pemilik dan karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga Kota Bogor
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua, seluruh keluarga, Departeman Manajemen IPB,
serta Manajemen IPB 46 atas doa dan dukungannya.
Semoga Karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Meita Purnamawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
8
Kerangka Pemikiran
8
Tahapan Penelitian
9
Kebutuhan dan Sumber Data
11
Metode Pengambilan Sampel dan Pengolahan Data
11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
12
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Gambaran Umum UMKM Alas kaki dan Alat Rumah Tangga
13
Profil Karyawan UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
14
Sistem Kompensasi UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
15
Tingkat Kesejahteraan Karyawan
18
Kepuasan Kerja Karyawan
19
Analisis Hubungan antara Profil, Kepuasan dan Kesejahteraan Karyawan
20
Analisis Pengembangan Sistem Kompensasi
24
Implikasi Manajerial
25
SIMPULAN DAN SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bogor tahun 2009-2012
Rincian jumlah responden
Profil karyawan UMKM alas Kaki dan alat rumah tangga
Upah harian pada UMKM alas kaki berdasarkan jenis bahan dasar
Upah harian pada UMKM alat rumah tangga berdasarkan jenis produk
Sistem Kompensasi UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
Tingkat kesejahteraan karyawan
Tingkat kepuasan karyawan terhadap sistem kompensasi
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan pendidikan
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan lama bekerja
Kepuasan terhadap besarnya penghasilan terkait dengan besarnya
penghasilan
Kepuasan terhadap besarnya THR terkait dengan THR
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan keinginan
Pindah
Kepuasan terhadap besarnya kompensasi terkait dengan tingkat
kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan terkait dengan lama bekerja
Tingkat kesejahteraan terkait dengan harapan akan kesejahteraan
1
12
14
16
16
17
18
19
20
21
21
22
22
23
23
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
Kerangka pemikiran
Tahapan penelitian
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Dokumentasi UMKM alas kaki
Dokumentasi UMKM alat rumah tangga
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami
perkembangan. Salah satu daerah yang mengalami perkembangan jumlah UMKM
adalah Kota Bogor. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah UMKM di Kota Bogor
khususnya pada skala mikro dan kecil mengalami peningkatan dari tahun 2009
hingga tahun 2012. Perkembangan jumlah UMKM ini tidak terlepas dari potensi
Kota Bogor sebagai salah satu tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara. Beberapa produk yang dihasilkan oleh UMKM di Kota
Bogor diantaranya adalah boneka, batik, keramik, kerajinan daur ulang, kerajinan
kayu, alat rumah tangga, sepatu/ sandal, tas, serta berbagai makanan dan jajanan
khas Kota Bogor.
Tabel 1 Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bogor (2009-2012)
No
Uraian
Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah
di Kota Bogor (unit)
2009
2010
2011
2012
1
Usaha mikro
25 804
26 320
26 649
27 383
2
Usaha kecil
4 838
4 936
5 038
5 139
3
Usaha menengah
2 016
1 531
1 214
1 050
Total UMKM
32 658
32 790
Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2013)
32 901
33 572
Pada umumnya, beberapa UMKM masih menghadapi sejumlah masalah
seperti masalah pemasaran produk ke pasar dalam negeri maupun luar negeri,
masalah finansial dalam memperoleh modal awal dan modal untuk pengembangan
usaha, serta masalah keterbatasan sumber daya manusia dalam aspek manajemen,
teknik produksi, dan pengembangan produk. Selain itu, seringkali UMKM juga
menghadapi masalah keterbatasan bahan baku, dan masalah yang berkaitan
dengan penggunaan teknologi yang masih sederhana.
Salah satu aspek manajemen yang perlu dikelola dengan baik oleh pemilik
UMKM adalah manajemen sumber daya manusia. Karyawan sebagai sumber daya
manusia merupakan kekayaan (asset) utama namun seringkali kurang diperhatikan
bahkan dianggap sebagai beban oleh perusahaan. Hal ini dapat berdampak pada
menurunnya kepuasan kerja, meningkatnya absensi, dan menurunnya
produktivitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan perhatian kepada
karyawannya, salah satunya melalui pemberian sistem kompensasi yang tepat.
Kompensasi tidak hanya dipandang sebagai balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan atas kontribusi karyawan terhadap perusahaan, namun juga sebagai
cara untuk memperoleh, memelihara, serta mempertahankan karyawan. Sistem
kompensasi yang baik dapat memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya,
dimana kepuasan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, absensi,
dan tingkat perputaran karyawan.
2
Kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak, dimana adil artinya
besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, dan jabatan karyawan,
sedangkan layak artinya kompensasi yang diterima harus dapat memenuhi
kebutuhan karyawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
Penetapan sistem kompensasi yang tepat bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan. Ketidakpuasan karyawan akan kompensasi yang terlalu rendah
dapat menyebabkan penurunan semangat kerja, tingginya absensi, pemogokan,
bahkan menyebabkan keluar atau pindahnya karyawan ke perusahaan lain. Hal
terebut dapat berdampak bagi perusahaan seperti produktivitas menurun, adanya
biaya tambahan untuk perekrutan, hingga harus berakhirnya kegiatan operasional
perusahaan. Sebaliknya, kompensasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
berkurangnya daya saing bagi perusahaan dan menjadi sumber ketegangan atau
stress bagi karyawan karena harus selalu mencapai prestasi yang tinggi.
UMKM di Kota Bogor memiliki jenis usaha yang beragam, diantaranya
adalah usaha alas kaki dan alat rumah tangga, namun penerapan sistem
kompensasi belum tentu sama antar usaha tersebut. Hal ini dikarenakan masingmasing UMKM memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan sistem
kompensasi yang dipengaruhi oleh faktor produktivitas, kemampuan untuk
membayar, kesediaan untuk membayar, suplai dan permintaan tenaga kerja,
serikat pekerja, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Hasil studi awal ke UMKM alas kaki dan alat rumah tangga menunjukkan
bahwa rata-rata penghasilan karyawan adalah sebesar Rp50,000 per hari. Jika
dibandingkan dengan UMR Kota Bogor sebesar Rp2,002,000, maka pendapatan
karyawan tersebut dapat dikatakan belum sesuai dengan UMR. Meskipun
demikian, menurut Kepala Kantor UMKM Kota Bogor, sampai pada tahun 2013
belum pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan yang dilakukan oleh karyawan
UMKM Kota Bogor untuk menuntut kenaikan upah.
Perumusan Masalah
Jumlah UMKM di Kota Bogor terus mengalami perkembangan, namun
beberapa UMKM masih menghadapi permasalahan seperti keterbatasan SDM
dalam mengelola aspek manajemen SDM. Para pemilik UMKM sering kali
kurang memperhatikan karyawannya, padahal karyawan merupakan asset utama
perusahaan. Hal tersebut dapat berdampak pada menurunnya kepuasan kerja,
meningkatnya absensi, menurunnya produktivitas hingga keluarnya karyawan dari
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian kepada
karyawannya, salah satunya melalui pemberian sistem kompensasi yang tepat.
Penerapan sistem kompensasi di UMKM alas kaki dan alat rumah tangga belum tentu
sama. Rata-rata upah karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga masih jauh
dari UMR, namun belum pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan untuk menuntut
kenaikan upah. Meskipun demikian, belum dapat dipastikan bahwa karyawan sudah
sejahtera dan puas dengan jumlah dan sistem kompensasi yang diterapkan oleh
pemilik UMKM. Permasalahannya adalah bagaimana sistem kompensasi yang
diterapkan UMKM di Kota Bogor serta hubungannya dengan kesejahteraan
karyawan dan kepuasan kerja karyawannya.
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan oleh UMKM di Kota
Bogor.
2. Menganalisis penerapan sistem kompensasi serta hubungannya dengan
kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada UMKM di Kota
Bogor.
3. Merekomendasikan pengembangan sistem kompensasi yang lebih baik bagi
UMKM yang menjadi objek penelitian.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh pihak-pihak terkait dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi UMKM Kota Bogor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana sistem kompensasi yang diterapkan
dapat menghasilkan kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan
serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan sistem kompensasi
yang lebih baik.
2. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah
didapat selama masa perkuliahan khususnya di bidang manajemen sumber
daya manusia.
3. Bagi kalangan peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat menambah pengetahuan di
bidang manajemen sumber daya manusia khususnya dalam bidang kompensasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada UMKM di Kota Bogor dengan studi
kasus pada UMKM alas kaki dan UMKM alat rumah tangga. Hasil penelitian ini
difokuskan untuk menganalisis sistem kompensasi yang diterapkan UMKM di
Kota Bogor serta hubungannya terhadap kesejahteraan karyawan dan kepuasan
kerja karyawannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai
balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi penting bagi karyawan karena
besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para
karyawan itu sendiri , keluarga, dan masyarakat. Kompensasi juga penting bagi
organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusianya (Handoko 2001).
4
Rivai (2004) mengemukakan bahwa kompensasi merupakan sesuatu yang
diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi SDM yang
berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.
Menurut Hasibuan (2008), kompensasi adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang, barang, langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi
berbentuk uang, artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada
karyawan bersangkutan.Kompensasi berbentuk barang, artinya kompensasi
dibayar 10% dari produk yang dihasilkan.
Komponen-Komponen Kompensasi
1. Gaji
Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Gaji dapat
juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari
keanggotaanya dalam sebuah perusahaan.
2. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau
banyaknya pelayanan yang diberikan. Tidak seperti gaji yang jumlahnya
relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran yang
dihasilkan.
Secara umum sistem upah diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Upah Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah sistem waktu hanya
didasarkan kepada lamanya bekerja, bukan dikaitkan dengan prestasi kerja.
b. Upah Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit yang
dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram. Besarnya
upah yang dibayarkan didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan,
bukan kepada lamanya waktu mengerjakan.
c. Upah Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang merupakan gabungan
dari sistem waktu dan sistem hasil. Penetapan upah berdasarkan sistem ini
cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan
karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif merupakan
bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji. Tujuan utama dari
insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada
karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.
5
a. Insentif Individu
Program insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan
tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar
prestasi tertentu.
1) Piecework
Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang
dinyatakan dalam unit produksi.
2) Bonus
Tambahan upah yang diterima karena hasil kerja melebihi standar yang
ditentukan. Bonus juga dapat diberikan karena pekerja menghemat waktu
penyelesaian pekerjaan.
3) Komisi
Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang yang terjual. Sistem ini
biasanya digunakan untuk tenaga penjual.
4) Kurva kematangan
Kurva yang menunjukkan jumlah tambahan gaji yang dapat dicapai sesuai
dengan pestasi kerja dan masa kerja sehingga mereka diharapkan terus
meningkatkan prestasi.
5) Insentif bagi eksekutif.
Mengingat pentingnya peranan para manajer dalam menjalankan dan
mengemudikan roda organisasi, sistem insentif bagi para manajer tersebut
pada umumnya mendapat perhatiaan serius, baik bagi manajer yang relatif
muda maupun bagi manajer yang relatif senior.
6) Pay for Knowledge/ Pay for Skill Compensation
Pemberian insentif yang didasarkan bukan pada apa yang dikerjakan oleh
karyawan untuk menghasilkan produk, tapi pada apa yang dapat dilakukan
untuk organisasi melalui pengetahuan yang dimiliki..
7) Nonmonetary Incentive
Insentif umumnya berupa uang, tetapi insentif dapat pula dalam bentuk
lain. Sebagai contoh dalam bentuk materi baru (gantungan kunci, pin, topi,
dll), sertifikat, liburan, dan sebagainya.
b. Insentif Tingkat Kelompok
Pembayaran insentif individu seringkali sukar dilaksanakan karena untuk
menghasilkan sebuah produk dibutuhkan kerja sama atau ketergantungan
dari seseorang dengan orang lain. Oleh sebab itu, insentif akan diberikan
kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka melebihi standar yang telah
ditetapkan.
1) Rencana insentif produksi
Rencana ini biasanya bersifat jangka pendek, misalnya ketika perusahaan
menghadapi persaingan ketat pada suatu kurun waktu tertentu.
2) Rencana bagi Keuntungan
Rencana ini membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para
pekerjanya. Dua manfaat besar dari sistem ini ialah para karyawan
terdorong bekerja secara produktif dan secara psikologis timbul rasa
sepenanggungan dengan pihak manajemen karena para karyawan
diikutsertakan langsung dalam menikmati keberhasilan perusahaan meraih
keuntungan.
6
4.
a.
b.
c.
d.
e.
3) Rencana pengurangan biaya
Dalam prakteknya, banyak organisasi yang mendorong para anggotanya
untuk mencari dan menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk
menghemat berbagai jenis biaya yang dikeluarkan, baik untuk kepentingan
produksi, pemasaran maupun dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan
perkantoran.
Tunjangan atau kompensasi pelengkap (fringe benefits)
Tunjangan adalah komponen imbalan jasa atau penghasilan yang tidak terkait
langsung dengan berat ringannya tugas jabatan dan prestasi kerja karyawan.
Pemberian tunjangan pada umumnya terkait dengan upaya perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan karyawannya akan rasa aman (security need), sebagai
bentuk pelayanan kepada karyawan (employee services) serta menunjukkan
tanggung jawab sosial perusahaan (company social responsibility). Program
tunjangan atau kompensasi pelengkap dapat dikategorikan menjadi lima,
yaitu:
Pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan tertentu
Program penjaminan terhadap resiko kerja
Program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
Program yang berkaitan dengan pengembangan diri karyawan
Tunjangan yang diharuskan oleh undang-undang (Rivai 2004; Hariandja 2007;
Siagian 2008).
Definisi UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian dari Usaha Kecil atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Menengah.
Adapun kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp50 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki
omzet paling banyak Rp300 Juta. Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 50 Juta sampai dengan paling banyak Rp 500 Juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki omzet lebih dari Rp300
Juta sampai dengan paling banyak Rp 2.5 Milyar. Kriteria Usaha Menengah
adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 Juta sampai dengan paling
banyak Rp10 Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta
memiliki omzet lebih dari Rp2.5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp50
Milyar.
7
Kepuasan Kerja
Handoko (2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan
dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut (Rivai 2004).
Menurut Siagian (2008), pembahasan mengenai kepuasan kerja tidaklah
sederhana, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis
kepuasan kerja seseorang. Analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan
prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerjaan, tingkat
jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Penelitian Terdahulu
Setyaningsih (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Hubungan
Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) Amanah Ummah Leuwiliang Bogor”, bertujuan untuk
mengetahui sistem kompensasi yang diterapkan di PT BPRS Amanah Ummah
Leuwiliang Bogor, menganalisis tingkat kepuasan kerja karyawan di PT BPRS
Amanah Ummah Leuwiliang Bogor secara keseluruhan dan berdasarkan
karakteristik karyawan, serta menganalisis hubungan kompensasi dengan
kepuasan kerja di PT BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
Berdasarkan hasil penelitiannya, sistem kompensasi yang diterapkan di PT.
BPRS Amanah Ummah terdiri dari gaji (gaji pokok dan gaji berkala), upah
lembur, tunjangan (tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan,
tunjangan transportasi, tunjangan makan, tunjangan selisih dan tunjangan Hari
Raya), bonus, fasilitas (fasilitas pembiayaan karyawan, koperasi karyawan,
fasilitas olahraga dan rekreasi), hari tidak masuk kerja dan cuti kerja, izin kerja,
santunan kedukaan, sumbangan pernikahan karyawan serta sumbangan kelahiran
anak.
Kepuasan kerja karyawan PT BPRS Amanah Ummah secara keseluruhan
sebesar 3.56, yaitu cukup puas. Kompensasi tidak signifikan berhubungan dengan
kepuasan kerja karyawan, namun ada faktor-faktor lain seperti suasana dan situasi
kerja, sarana dan prasarana yang mendukung terselesaikannya pekerjaan,
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan serta sesama rekan kerja, serta
label syariah yang membuat karyawan lebih tenang bekerja.
Sumarto (2009) dalam penelitiannya berjudul “Meningkatkan Kompensasi,
Kepuasan Kerja, dan Motivasi untuk Mengurangi Labor Turnover Intention”,
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja,
pengaruh kompensasi terhadap labor turnover intention, dan pengaruh kepuasan
kerja terhadap labor turnover intention.
8
Berdasarkan hasil penelitian, kompensasi berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Hasil ini mengisyaratkan bukti kuat bahwa kompensasi yang
diberikan perusahaan mampu membentuk kepuasan kerja karyawan. Kepuasan
kerja yang telah terbentuk hendaknya dijaga perusahaan melalui penerapan
“remuneration management” baku dan kompetitif. Selanjutnya hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh negatif terhadap labor
turnover intention karyawan karena meskipun setiap tahun diberikan kenaikan
gaji tetap tidak mengurangi labor turnover intention. Menghadapi fakta ini
hendaknya perusahaan menerapkan sistem kompensasi yang transparan, adil, serta
terkendali. Pemberian kompensasi berbasis kinerja mempunyai kriteria cocok
dengan tujuan perusahaan.
METODE
Kerangka Pemikiran
UMKM di Kota Bogor masih mengalami sejumlah permasalahan seperti
masalah pemasaran produk ke pasar dalam negeri dan luar negeri, masalah
finansial, masalah keterbatasan SDM, masalah keterbatasan bahan baku, dan
masalah penggunaan teknologi. Masalah keterbatasan SDM berkaitan dengan
keterbatasan SDM dalam mengelola teknik produksi, aspek manajemen, dan
pengembangan produk.
Salah satu aspek manajemen yang perlu dikelola oleh pemilik UMKM
adalah manajemen sumber daya manusia. Karyawan merupakan asset utama
perusahaan sehingga perlu diberi perhatian dalam bentuk pemberian sistem
kompensasi yang tepat. Pada umumnya, sistem kompensasi diterapkan
berdasarkan beban kerja dan penilaian kinerja karyawan. Beban kerja merupakan
suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang (man hour) yang dipergunakan
atau yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dalam waktu
tertentu sedangkan penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi yang dilakukan
secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja,
termasuk potensi pengembangannya.
Kompensasi tidak hanya dipandang sebagai balas jasa atas kontribusi
karyawan terhadap perusahaan, tapi juga harus mampu memenuhi kebutuhan
hidup karyawan. Kompensasi merupakan sumber pendapatan utama karyawan
yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu, kompensasi
juga harus mampu memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya. Hal ini
dikarenakan kepuasan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan,
absensi, dan tingkat perputaran karyawan.
Ketidakpuasan karyawan akan sistem kompensasi dapat menyebabkan
keluar atau pindahnya karyawan ke perusahaan lain, maka dari itu sistem
kompensasi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja
karyawannya sehingga pada akhirnya dapat mempertahankan karyawan yang ada.
Apabila UMKM di Kota Bogor menerapkan sistem kompensasi tersebut, UMKM
di Kota Bogor diharapkan dapat terus berkembang. Kerangka Pemikiran dapat
dilihat pada Gambar 1.
9
UMKM di Kota Bogor
Masalah
pemasaran
Masalah
finansial
Masalah
keterbatasan
SDM
Masalah
bahan baku
Masalah
teknologi
Teknik
produksi
Aspek
manajemen
Pengembangan
produk
Beban kerja
Sistem
kompensasi
Penilaian Kinerja
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kesejahteraan
karyawan
Kepuasan kerja
karyawan
Mempertahankan
karyawan
UMKM di Kota Bogor
terus berkembang
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan identifikasi masalah yang dihadapi
UMKM di Kota Bogor kemudian melakukan kajian pustaka dan studi literatur
tentang sistem kompensasi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sistem
kompensasi yang diterapkan oleh UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota
Bogor, mengidentifikasi tingkat kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor, serta mengidentifikasi
kebutuhan karyawan terkait sistem kompensasi yang diterapkan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metodemetode yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian antara lain
mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan oleh UMKM di Kota Bogor,
menganalisis penerapan sistem kompensasi serta hubungannya dengan
10
kesejahteraan karyawan dan kepuasan kerja karyawan pada UMKM di Kota
Bogor, serta merekomendasikan pengembangan sistem kompensasi yang lebih
baik bagi UMKM yang menjadi objek penelitian.
Identifikasi masalah
Kajian literatur dan studi pustaka
tentang sistem kompensasi
Mengidentifikasi sistem kompensasi dan aspek
yang terkait yang diterapkan pada UMKM alas
kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor
Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan UMKM alas kaki dan
alat rumah tangga di Kota Bogor
Mengidentifikasi kebutuhan karyawan terkait
sistem kompensasi yang diterapkan
Menganalisis hubungan sistem kompensasi dengan
kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
Karyawan
puas dan
sejahtera?
Tidak
Pengkajian dan rekomendasi sistem
kompensasi yang lebih baik
Implementasi sistem kompensasi
oleh UMKM alas kaki dan alat
rumah tangga di Kota Bogor
Gambar 2 Tahapan penelitian
Ya
11
Setelah didapatkan hasil analisis mengenai hubungan sistem kompensasi
dengan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan, langkah selanjutnya adalah
pengkajian dan rekomendasi sistem kompensasi yang lebih baik apabila sistem
kompensasi yang diterapkan saat ini tidak menghasilkan kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan. Langkah akhir yang dilakukan adalah implementasi
sistem kompensasi oleh UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor.
Alur tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Kebutuhan dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari profil pemilik, profil usaha, profil karyawan, sejarah sistem
kompensasi yang diterapkan, sistem kompensasi yang diterapkan, kriteria
pemberian kompensasi, kebutuhan karyawan terkait dengan sistem kompensasi
yang diterapkan, serta tingkat kesejahteraan dan kepuasan karyawan terhadap
sistem kompensasi yang diterima. Data primer bersumber dari pemilik UMKM
dan karyawan UMKM.
Data sekunder terdiri dari jumlah karyawan, jumlah UMKM alas kaki dan
alat rumah tangga di Kota Bogor, jumlah tenaga kerja UMKM alas kaki dan alat
rumah tangga di Kota Bogor, serta teori-teori yang relevan dengan penelitian.
Data sekunder bersumber dari pemilik UMKM, kantor Koperasi dan UMKM Kota
Bogor, serta buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu.
Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
pemilihan jenis UMKM adalah purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut,
jenis UMKM yang dipilih adalah UMKM alas kaki dan alat rumah tangga karena
telah memenuhi kriteria yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Adapun
kriteria tersebut diantaranya menyerap banyak tenaga kerja, berjumlah lebih dari
100 unit, serta tetap bertahan dan berproduksi dalam krisis ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data kantor koperasi dan UMKM Kota Bogor, jumlah UMKM alas
kaki mencapai 332 unit dan UMKM alat rumah tangga mencapai 101 unit.
Jumlah karyawan pada UMKM alas kaki adalah 1446 orang dan 378 orang
pada UMKM alat rumah tangga. Jumlah karyawan yang dijadikan responden
untuk masing-masing UMKM ditentukan menggunakan rumus slovin yaitu 94
orang untuk UMKM alas kaki dan 79 orang untuk UMKM alat rumah tangga.
Selanjutnya responden dicari sampai memenuhi kuota yang telah ditentukan
berdasarkan jenis UMKM dan besarnya omzet. Adapun rincian jumlah responden
untuk masing-masing UMKM disajikan pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Rincian jumlah responden
UMKM alas kaki
UMKM alat rumah tangga
Omzet
Jumlah
Kode
Omzet (Rp)
Jumlah
Kode
(Rp)
responden
UMKM
karyawan
UMKM
< 15 Juta
9
PA01
< 5 Juta
12
PR03
10
PA06
10
PR07
5
PA07
5
PR09
8
PA09
15-30 Juta
10
PA02
5-10 Juta
10
PR02
8
PA05
8
PR04
3
PA08
8
PR08
> 30 Juta
12
PA03
> 10 Juta
7
PR01
19
PA04
6
PR05
6
PR06
7
PR10
Total
94
9
Total
79
10
Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah wawancara
menggunakan kuesioner kepada pemilik UMKM alas kaki dan alat rumah tangga,
observasi langsung ke UMKM alas kaki dan alat rumah tangga, serta wawancara
menggunakan kuesioner kepada karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah
tangga. Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan terhadap
dokumen UMKM alas kaki dan alat rumah tangga, buku dan jurnal yang relevan
dengan penelitian, serta hasil penelitian terdahulu.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis statistika
deskriptif, tabulasi silang, dan Chi-Square. Analisis statistika deskriptif adalah
analisis statistik yang digunakan untuk mengelola data dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang generalisasi. Analisis statistika deskriptif
digunakan untuk menganalisis penilaian karyawan terhadap kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan.
Tabulasi silang (crosstab) merupakan tabel yang mengorganisir data dalam
kelompok atau kategori yang memungkinkan dilakukannya perbandingan.
Crosstab dan Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan atau kaitan
antara profil karyawan dengan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan pada
sistem kompensasi yang berlaku.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada UMKM alas kaki di Kecamatan Bogor
Selatan dan UMKM alat rumah tangga di Kecamatan Tanah Sareal di Kota Bogor.
Waktu penelitian dimulai dari bulan mei hingga juni 2013.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
UMKM alas kaki (UMKM AK) di Kota Bogor yang dijadikan objek
penelitian berjumlah 9 unit. UMKM ini berlokasi di Kelurahan Pamoyanan dan
Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan. Produk yang dihasilkan adalah
sandal wanita karena permintaannya lebih tinggi dari jenis alas kaki lain.
Harganya bervariasi tergantung bahan dan model sendal. Proses pembuatannya
dimulai dengan penyiapan pola, penjahitan pola, penyatuan pola yang sudah
dijahit dengan sol atau bagian bawah sepatu, hingga proses perapihan. Gambaran
kegiatan produksi UMKM AK dapat dilihat pada Lampiran 1.
Usaha alas kaki ini pada umumnya telah berdiri sejak 10 hingga 33 tahun
yang lalu. Biasanya para pemilik usaha alas kaki ini mengawali usaha mereka
dengan menjadi karyawan terlebih dahulu kemudian akhirnya mencoba untuk
membuka usaha sendiri, namun ada juga yang meneruskan usaha alas kaki milik
keluarganya. Pada usaha alas kaki, dikenal 2 musim dalam melakukan produksi
yaitu musim ramai dan musim sepi. Pada musim ramai yaitu mendekati lebaran
dan natal, biasanya usaha ini dapat memproduksi hingga 200 kodi/ minggu,
sedangkan saat musim sepi hanya 50 kodi/ minggu. Omzet yang dihasilkan oleh
usaha ini berkisar antara 4,5 juta sampai 60 juta/ minggu. Hal ini tergantung
banyaknya pesanan dan model sendal yang diproduksi.
Sumber modal bagi pemilik tidak hanya berasal dari pribadi tapi juga ada
yang mendapatkan pinjaman dari pihak konsumen (grosir) yang mereka sebut
dengan bon putih. Pemilik diberikan selembar bon putih oleh pihak grosir untuk
digunakan berbelanja bahan baku di toko bahan yang telah ditentukan dengan
jumlah pesanan untuk satu minggu. Produk yang dihasilkan sebagian besar
dipasarkan ke Pasar Anyar. Hanya satu unit usaha yang pemasarannya ke
Jatinegara. Jumlah tenaga kerja berkisar antara 5 sampai 20 orang. Jumlah ini
dapat meningkat atau menurun tergantung dari banyaknya pesanan.
UMKM alat rumah tangga (UMKM ART) di Kota Bogor yang dijadikan
objek penelitian berjumlah 10 unit yang terdiri dari 3 unit usaha serokan, 3 unit
usaha penggilasan dan 4 unit usaha kuali. UMKM ini berlokasi di Kelurahan
Kayu Manis dan Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal. Produk yang
dihasilkan adalah serokan, penggilasan dan kuali. Proses pembuatan serokan
dimulai dengan memasukkan potongan seng ke dalam mesin cetak manual,
menganyam dengan kawat baja membentuk jaring, serta memotong kawat
nyamuk lalu mengikatnya kuat mengikuti lingkaran kawat yang dilengkapi
pegangan kayu. Proses pembuatan penggilasan dimulai dengan proses penyerutan
kayu sampai halus, proses pemotongan kayu sesuai ukuran dengan menggunakan
mesin pemotong kayu, dan pembentukan gerigi dengan mesin penggerigi.
Pembuatan kuali berbahan drum atau plat dimulai dengan proses pemotongan
drum atau plat sesuai ukuran tertentu kemudian ditempa hingga sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Gambaran kegiatan produksi UMKM ART dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Usaha alat rumah tangga ini pada umumnya telah berdiri sejak 12 hingga 23
tahun yang lalu, namun banyak diantaranya yang gulung tikar akibat
perkembangan teknologi dan inovasi. Misalnya saja penggunaan mesin cuci
14
sebagai pengganti penggilasan. Berbeda dengan alas kaki, produksi alat rumah
tangga relatif stabil dan tidak tergantung dengan musim ramai atau sepi. Rata-rata
mereka bisa menghasilkan sekitar 30 lusin serokan/ minggu, 30 kodi penggilasan/
minggu dan 200 buah kuali/ minggu. Omzet yang dihasilkan oleh usaha ini
berkisar antara 3,75 juta sampai 15 juta/ minggu. Hal ini tergantung jenis alat
rumah tangga yang diproduksi dan banyaknya pesanan.
Sumber modal bagi pemilik semuanya berasal dari pribadi sehingga usaha
mereka relatif sulit mengalami perkembangan karena keterbatasan modal. Produk
yang dihasilkan sebagian besar dipasarkan ke Jabodetabek, Tangerang, Citereup,
dan Karawang. Jumlah tenaga kerja berkisar antara 6 sampai 12 orang.
Profil Karyawan UMKM Alas Kaki dan Alat Rumah Tangga
Karyawan UMKM AK dan ART yang dijadikan responden berjumlah 173
orang, terdiri dari 94 karyawan AK dan 79 karyawan ART. Mayoritas karyawan
berjenis kelamin pria seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Hal tersebut dapat
terjadi karena jam kerja UMKM yang tidak menentu bahkan hingga larut malam,
sehingga dengan kondisi tersebut akan lebih beresiko jika mempekerjakan
karyawan wanita. Selain itu, untuk pekerjaan seperti membuat kuali dan
penggilasan dibutuhkan tenaga yang lebih kuat.
Tabel 3 Profil karyawan UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
No Profil karyawan
Kategori
Persentase (%)
1
Jenis Kelamin
Pria
87
Wanita
13
2
Usia
≤ 20 tahun
3
21-25 tahun
35
26-30 tahun
44
31-35 tahun
12
≥ 36 tahun
6
3
Tingkat Pendidikan SD
51
SMP
43
SMA
6
4
Lama Bekerja
< 1 tahun
15
1-2 tahun
40
2.1-3 tahun
25
3.1-4 tahun
6
> 4 tahun
14
Mayoritas karyawan AK dan ART berusia antara 21 sampai 30 tahun.
Karyawan pada usia tersebut lebih dibutuhkan oleh pemilik UMKM karena
dianggap produktivitasnya masih relatif tinggi dibandingkan karyawan yang
berusia lebih dari 30 tahun. Tidak ada anak-anak yang dipekerjakan sebagai
karyawan pada UMKM AK maupun ART mengingat adanya larangan
mempekerjakan anak yang diatur dalam UU No 13 Tahun 2003. Karyawan yang
berusia kurang dari 20 tahun adalah karyawan dengan minimal usia 18 tahun.
15
Sebagian besar karyawan UMKM AK maupun ART berpendidikan SD dan
SMP. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, syarat untuk
menjadi karyawan UMKM AK dan ART tidak mengharuskan calon karyawannya
berpendidikan tinggi, yang penting memiliki kemauan untuk bekerja, ketrampilan
dan tenaga. Walau demikian tampak bahwa terdapat karyawan yang
berpendidikan SMA sebesar 6%. Hal tersebut disebabkan oleh semakin sempitnya
lapangan pekerjaan khususnya di Kota Bogor sehingga mereka tidak punya
pilihan lain selain bekerja di UMKM.
Karyawan yang bekerja selama 1 sampai 3 tahun jumlahnya mencapai 65 %
dari seluruh karyawan UMKM AK maupun ART dan karyawan yang bekerja
lebih dari 4 tahun mencapai 14 %. Walau demikian, batas dari lama bekerja
karyawan UMKM AK dan ART yang bekerja lebih dari 4 tahun hanya 8 tahun.
Jika dikaitkan dengan usia UMKM AK dan ART yang telah berdiri sejak 10
sampai 33 tahun yang lalu maka diperkirakan bahwa masih sedikit karyawan yang
loyal terhadap UMKM tempat mereka bekerja.
Sistem Kompensasi UMKM Alas Kaki dan UMKM Alat Rumah Tangga
Status karyawan UMKM AK dan ART adalah karyawan lepas. Karyawan
lepas merupakan karyawan yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan
pekerjan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas
pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya secara harian.
Seluruh karyawan lepas UMKM AK dan ART bekerja di bidang produksi dan
mendapatkan upah berdasarkan banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin banyak
unit produk yang mereka hasilkan maka semakin banyak pula upah yang mereka
terima. Karyawan mendapatkan upah secara mingguan dan upahnya secara
langsung diberikan oleh pemilik usaha kepada mereka.
Besarnya upah harian karyawan UMKM AK seperti yang tersaji pada Tabel
4 berbeda-beda tergantung pada jenis bahan dasar yang digunakan oleh UMKM
tersebut. Pada UMKM AK yang memproduksi sandal berbahan dasar kulit imitasi,
nilai upah per kodi maupun upah hariannya lebih besar dibandingkan pada
UMKM AK yang memproduksi sandal berbahan dasar karet dan spon. Hal ini
dikarenakan proses produksi sandal berbahan dasar kulit imitasi lebih sulit bila
dibandingkan dengan bahan dasar lain. Standar minimum produksi per hari untuk
sandal berbahan dasar kulit imitasi adalah 1.5 kodi sehingga jika dikalikan dengan
upah per kodi maka upah harian karyawan adalah Rp52,500. Walaupun demikian,
rata-rata karyawan mendapatkan penghasilan Rp60,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa produktivitas rata-rata karyawan melebihi standar yang
ditetapkan. Hal tersebut juga berlaku pada UMKM AK yang memproduksi sandal
berbahan dasar karet dan spon. Produktivitas karyawannya mampu melebihi
standar minimum produksi yang ditetapkan, terbukti dari rata-rata penghasilan
karyawan yang melebihi upah hariannya.
16
Tabel 4 Upah harian pada UMKM alas kaki berdasarkan jenis bahan dasar
No
Jenis
bahan dasar
Standar minimum
produksi per hari (kodi)
Upah
per kodi
Upah harian
1.5
Rp35,000
Rp52,500
1
Kulit imitasi
2
Karet
3
Rp15,000
Rp45,000
3
Spon
4
Rp10,000
Rp40,000
Besarnya upah harian karyawan UMKM ART seperti yang tersaji pada
Tabel 5 berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dihasilkan UMKM
tersebut. Upah per kodi dan upah harian pada UMKM ART yang memproduksi
kuali lebih besar daripada upah per kodi dan upah harian UMKM yang
memproduksi penggilasan dan serokan. Hal ini disebabkan oleh proses produksi
kuali yang lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
produk lainnya. Standar minimum produksi per hari untuk produk kuali adalah 5
unit per hari. Jika jumlah ini dikalikan dengan upah per buah maka jumlah upah
harian untuk produk kuali adalah Rp50,000. Walaupun demikian, rata-rata
penghasilan karyawan per hari adalah Rp60,000 sehingga dapat dikatakan bahwa
produktivitas karyawan melebihi standar yang ditetapkan. Hal tersebut juga terjadi
pada UMKM yang memproduksi penggilasan dan serokan. Karyawan pada
UMKM yang memproduksi penggilasan dan serokan mampu menghasilkan
produk melebihi standar minimum, terbukti penghasilannya melebihi upah harian.
Tabel 5 Upah harian pada UMKM alat rumah tangga berdasarkan jenis produk
No
Jenis produk
Standar minimum
produksi per hari (unit)
Upah
per unit
Upah harian
1
2
Kuali
Penggilasan
5
30
Rp10,000
Rp1,500
Rp50,000
Rp45,000
3
Serokan
12
Rp650
Rp8,000
Besarnya Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor pada tahun 2013
adalah Rp2,002,000 per bulan. Jika dibagi dengan waktu kerja karyawan yaitu 25
hari kerja per bulan, maka UMR Kota bogor per hari adalah Rp80,080.
Dibandingkan dengan upah harian UMKM AK maupun ART, nilai UMR Kota
Bogor tersebut masih belum dapat dipenuhi oleh UMKM AK maupun ART. Hal
ini dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan perusahaan dalam menyediakan
dana bagi upah karyawan. Walaupun demikian, sampai pada tahun 2013 belum
pernah terjadi demonstrasi atau pemogokan yang dilakukan oleh karyawan untuk
menuntut kenaikan upah sesuai dengan UMR Kota Bogor.
Selain upah, karyawan UMKM AK dan ART juga mendapatkan tunjangan
berupa program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan dan Tunjangan Hari
Raya (THR). Program pelayanan dan peningkatan kesejahteraan yang diberikan
oleh pemilik UMKM berupa penyediaan makan dan tempat tidur sehingga
karyawan tidak perlu khawatir bila harus bekerja hingga larut malam. Besarnya
Tunjangan Hari Raya (THR) ditentukan berdasarkan lamanya mereka bekerja di
UMKM tersebut. Semakin lama karyawan tersebut bekerja maka semakin besar
pula THR yang mereka terima. Tunjangan Hari Raya diberikan satu minggu
sebelum hari raya dan diberikan secara langsung kepada karyawan. Rincian sistem
kompensasi pada kedua UMKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
17
Tabel 6 Sistem kompensasi UMKM alas kaki dan alat rumah tangga
Jenis UMKM
Jenis kompensasi
UMKM alas kaki
Gaji atau upah
a Dasar perhitungan
UMKM alat rumah tangga
Banyaknya unit yang
dihasilkan
Banyaknya unit yang
dihasilkan
b Waktu pemberian
Mingguan
Mingguan
c Cara pemberian
Langsung
Langsung
Tunjangan program
pelayanan & peningkatan
kesejahteraan
Tunjangan Hari Raya
(THR)
a Dasar perhitungan
Penyediaan makan dan
tempat menginap
Penyediaan makan dan
tempat menginap
Lama Bekerja
Lama Bekerja
b Waktu pemberian
1 Minggu sebelum Hari
Raya
Langsung
1 Minggu sebelum Hari
Raya
Langsung
c Cara pemberian
Komponen kompensasi terdiri dari gaji atau upah, insentif dan tunjangan.
Tunjangan terdiri dari pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan terentu,
program penjaminan terhadap resiko kerja, program pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan, program yang berkaitan dengan pengembangan diri karyawan serta
tunjangan yang diharuskan undang-undang. Jika dikaitkan dengan kompensasi
yang diterapkan oleh UMKM AK dan ART maka dapat dikatakan bahwa
kompensasi yang mereka terapkan belum lengkap karena UMKM AK dan ART
baru menerapkan 2 komponen utama yaitu upah dan tunjangan serta 2 jenis
tunjangan dari 5 jenis tunjangan, padahal komponen lain juga penting diterapkan
untuk meningkatkan kepuasan karyawan akan kompensasi.
Tunjangan yang diberikan oleh pemilik UMKM baru memenuhi 2
komponen dari 5 komponen yang terdapat dalam teori. Berdasarkan UU No 13
Tahun 2003, seharusnya karyawan tetap mendapat upah apabila karyawan tidak
bisa bekerja dengan alasan tertentu yang dapat diterima misalnya sakit, namun
pada UMKM AK dan ART hal tersebut tidak berlaku. Karyawan mendapat upah
apabila mereka bekerja menghasilkan produk. Selain itu karyawan juga tidak
mendapat tunjangan berupa program penjaminan terhadap resiko kerja seperti
Jamsostek padahal jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No
150 Tahun 1999, setiap pengusaha yang mempekerjakan karyawan lepas wajib
mengikutsertakan karyawannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
Adapun jaminan sosial tenaga kerja meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Kurangnya
informasi akan hal tersebut dan prosedur pendaftaran yang cukup rumit menjadi
alasan bagi pemilik UMKM AK maupun ART belum mengikutsertakan
karyawannya pada program Jamsostek. Selain itu, omzet usaha yang masih kecil
juga menjadi kendala bagi tersedianya dana tambahan untuk mengikutsertakan
karyawan dalam program tersebut. .
18
Tingkat Kesejahteraan Karyawan
Kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak. Layak artinya
kompensasi yang diberikan harus mampu memenuhi kebutuhan karyawan dan
pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan. Kebutuhan dan
kesejahteraan yang telah dipenuhi oleh perusahaan diharapkan mampu menjadi
cara untuk memelihara dan mempertahankan karyawan selain memenuhi
kepuasan kerjanya. Kesejahteraan diasumsikan apabila biaya hidup sehari-hari
(makan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan), biaya transportasi, menyewa atau
mencicil rumah, mencicil sepeda motor baru, dan rekreasi telah terpenuhi. Berikut
ini tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh karyawan dari