23 terakhir F3 dengan berat 231 ± 4,6 mg. Pengaruh curing time terhadap berat beads
dari F1, F2, dan F3 yaitu dengan semakin lama curing time maka berat beads semakin rendah, hal ini disebabkan karena metronidazol dari beads terlarut ke
dalam cairan kalsium klorida sehingga berat dari beads menjadi berkurang.
4.2 Pengujian Floating Lag Time
Pengujian floating lag time dari beads dapat dilihat pada Tabel 4.3 di
bawah ini. Tabel 4.3
Floating lag time dari beads dari masing-masing formula Formula
Floating Lag Time detik F1 0
F2 0 F3 0
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada F1, F2, dan F3 diperoleh floating lag time 0 detik. Hal ini disebabkan karena beads mengandung parafin sehingga
dapat mengapung.
4.3 Pengujian Floating Time
Pengujian floating time dilakukan menggunakan alat disolusi. Dari
kesembilan formula yang diuji, menunjukkan bahwa semua formula dapat tetap mengapung selama lebih dari 12 jam.
Universitas Sumatera Utara
24
4.4 Efisiensi Penjeratan Entrapment Efficiency
Hasil dari efektifitas penjeratan dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Efisiensi penjeratan dari masing-masing formula
Formula Efisiensi Penjeratan
F1 59,50 ± 0,22
F2 53,61 ± 0,52
F3 43,55 ± 0,41
Efisiensi penjeratan berada pada rentang 43 - 59. Efisiensi penjeratan dari F1 lebih besar daripada F2 dan F3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
penjerapan maka semakin kecil efektivitas penjeratannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penjeratan adalah konsentrasi obat dan lama curing
time dalam larutan CaCl
2
. Semakin tinggi konsentrasi obat yang digunakan, semakin tinggi pula efisiensi penjeratannya. Semakin lama curing time maka
akan semakin banyak metronidazole yang terlepas dari beads dan larut dalam larutan CaCl
2
, sehingga semakin sedikit obat yang tertinggal di dalam beads.
Universitas Sumatera Utara
25
4.5 Pelepasan Metronidazol dari Beads
Pelepasan metronidazol
dari beads alginat dapat dilihat pada Tabel 4.5 di
bawah ini.
Tabel 4.5 Pelepasan metronidazole dari beads alginat F1, F2, dan F3
Waktu menit
Kumulatif Obat yang Terlepas F1 F2 F3
5 9,12
6,73 8,57
10 14.22
11,89 12,12
15 18,40
16,04 16,28
30 29,17
25,46 26,44
45 38,13
33,23 34,53
60 45,44
41,07 42,27
90 57,90
53,66 56,09
120 67,33
63,10 67,87
150 75,28
71,59 76,96
180 82,46
78,76 84,44
210 87,99
84,28 89,89
240 91,79
88,41 94,55
270 95,20
90,87 98,70
300 96,16
91,77 99,97
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lama curing time tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelepasan metronidazol dari beads alginat.
Pada t
300
, beads formula 1 melepaskan metronidazol hingga 96,16, formula 2 melepaskan metornidazol hingga 91,77, dan formula 3 melepaskan
metronidazol hingga 99,97. Profil pelepasan metronidazol dari beads alginat pada F1-F3 ditunjukkan
pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 4.2 Grafik pengaruh curing time terhadap pelepasan metronidazol dari
beads alginat formula 1 sampai 3 Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hampir tidak ada perbedaan
pelepasan antara F1, F2, dan F3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan ANOVA Analysis of variance pada interval konfidensi 95 terhadap AUC setiap
formula. Hasil menunjukkan nilai probabilitas p 0,05 maka H ditolak. Jadi
terdapat perbedaan AUC disolusi metronidazol dari beads alginat dengan penjerapan 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Dimana untuk F1 dengan F2 dan F3
tidak terdapat perbedaan AUC. Tetapi terdapat perbedaan antara F2 dengan F3 dengan nilai p = 0,02.
4.6 Kinetika Pelepasan Metronidazol dari
Beads Alginat
Kinetika pelepasan metronidazol dari beads alginat dilakukan terhadap empat model yaitu: orde nol, orde satu, model Higuchi, dan model Korsmeyer-
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
5 10 15 30 45 60 90 120 150 180 210 240 270 300
kumulatif
waktu menit
Formula 1 5menit
Formula 2 10 menit
Formula 3 15 menit
Universitas Sumatera Utara
27 Peppas. Penentuan kinetika pelepasan metronidazol dari beads alginat dilakukan
untuk mengetahui berapa persen obat yang dilepaskan pada waktu-waktu tertentu. Dengan memplotkan hasil uji pelepasan kesembilan formula dalam grafik
persen kumulatif versus waktu, logaritma persen kumulatif versus waktu, persen kumulatif versus akar waktu, dan logaritma persen kumulatif versus logaritma
waktu maka akan diperoleh nilai korelasi R
2
dari masing-masing formula.
Tabel 4.6 Korelasi kinetika pelepasan metronidazol orde nol, orde satu, model
Higuchi, dan Korsmeyer-Peppas dari beads alginat Formula
Orde nol Orde satu
orde Higuchi Korsmeyer-pepas
R
2
R
2
R
2
R
2
n F1 0,9231 0,7468 0,9913 0,9980 0,6445
F2 0,9276 0,7386 0,9914 0,9973 0,6628 F3 0,9371 0,7683 0,9929 0,9983 0,7088
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat harga n dari F1, F2, dan F3 berturut-turut
adalah 0,6445; 0,6628; dan 0,7088 yang berarti mekanisme pelapasan metronidazol dari beads alginat melalui proses difusi dan erosi. Dari hasil plot
ketiga formula seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.6, diperoleh bahwa kinetika pelepasan untuk formula F1-F3 mengikuti kinetika pelepasan model Korsmeyer-
pepas
Universitas Sumatera Utara
28 Gambar 4.3
Grafik kinetika pelepasan orde nol dari beads F1-F3
Gambar 4.4 Grafik kinetika pelepasan model Higuchi dari beads F1-F3
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
50 100
150 200
250 300
Kumulatif
waktu menit
F1 5 menit
F2 10 menit
F3 15 menit
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
5 10
15 20
kumulatif
akar waktu
F1 5 menit
F2 10 menit
F3 15 menit
Universitas Sumatera Utara
29 Gambar 4.5
Grafik kinetika pelepasan model Korsmeyer-peppas dari beads F1- F3
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
0.5 1
1.5 2
2.5
log kumulatif
log waktu
F1 5 menit
F2 10 menit
F3 15 menit
Universitas Sumatera Utara
30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN