Kepimimpinan Tradisional di Minang kabau.

55 | P a g e orang Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang terdiri dari banyak suku. Setiap suku dipimpin oleh seorang penghulu yang merupakan pemimpin resmi dalam masyarakat Minangkabau. Perkembangan selanjutnya dari mata pencarian penduduk Minangkabau adalah munculnya perniagaan atau perdagangan. Ini mungkin ada hubungananya dengan berkembangnya mata pencarian berladang. Akibat dari penyebaran yang dilakukan penduduk, maka secara otomatis luas lahan perladangan akan semakin meluas pula, begitu juga dengan daerah persawahan. Akibat bertambahnya daerah perladangan dan persawahan, mengakibat kan surplus dalam hasil pertanian. Hasil pertanian yang secara terus menerus berlimpah membutuhkan suatu penyaluran kepada daerah tertentu yang secara relative kekurangan. Akibat dari kelebihan produksi pertanian ini kemudian memunculkan aktifitas perniagan atau perdagangan. Munculnya daerah kolonial akibat dari aktifitas bangsa lain kemudian juga berakibat secara tidak langsung kepada perkembangan mata pencarian masyarakat. Pada masa colonial ini kemudian muncul aktifitas perkantoran yang secara tidak langsung berakibat berkembangnya mata pencarian lain. Dimana pada masa ini ada diantara penduduk yang ditarik bekerja di kantor. Pada masa munculah aktifitas perekonomian menjadi pegawai atau bekerja di perkantoran. Keadaan ini kemudian terus berkembang sampai kepada zaman sekarang.

IV. Kepimimpinan Tradisional di Minang kabau.

i Minangkabau sejarah kepemim pinan secara umum dapat ditelusuri dari pantun-pantun, bidal, gurindam dan adegium yang hidup di tengah masyarakat. Dalam hal kepemimpinan dapat diambil dari salah satunya seperti bunyi adegium berikut “ Inggirih bakarek kuku Panakiak pisau sirauik Ambiak paukie batuang tuo Tuo elok lantai Nagari baampek suku Suku babuah paruik Kampuang batuo Rumah ba tungganai Dari kata bijak di atas dapat diambil satu petunjuk bahwa di dalam sebuah kesatuan rumah tangga dalam masyarakat Minangkabau akan dipimpim oleh seorang mamak atau tungganai, yaitu seorang laki- laki dewasa yang tertua di satu rumah tangga rumah gadang. Laki-laki ini bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan di dalam satu rumah tangga. Begitu juga di dalam sebuah kampung ada pemimpinnya, yaitu tua kampung tuo. Tungganai atau mamak rumah merupakan pemimpin terendah yang dikenal di dalam tatanan masyarakat tradisional Minang kabau. Selanjutnya adalah tua Kampung tuo yang memimpin sebuah kampung yang pada dasarnya identik dengan sebuah suku. Oleh karena Tua Kampung juga sering disamakan dengan tetua suku urang tuo.Urang tuo ini biasanya merupakan semacam mitra kerja dari seorang penghulu karena pada dasarnya mereka terdiri dari orang yang sudah berumur dan banyak mempunyai pengetahuan tentang sejarah suku dan sejarah kampung. Dengan demikian “urang tuo” dapat dianggap sebagai penasehat dari seorang penghulu apabila mereka ingin memutuskan suatu persoalan tertentu. Dalam masyarakat Minangkabau selain tungganai dan urang tuo ada berbagai pemimpin yang lain, mereka adalah pangulupanghulu, labailebai dan dubalanghulubalang. Pangulu merupakan pemimpin dari sebuah kaum atau suku yang diangkat berdasarkan pertimbangan dan D 56 | P a g e criteria yang khusus. Seorang pangulu akan menyandang gelar datuk. Dibelakang nama datuk juga akan ditambahkan dengan gelar tertentu yang melambangkan kebesaran suatu kaum. Seorang datauk akan memerintah kaumnya berdasarkan aturan tertentu yang sudah digariskan oleh adat. Mereka akan memiliki sejumlah kewajiban terhadap anggota kaumnya yang sering disebut sebagai kemenakan. Sebagai seorang pemimpin dia harus bersifat bijaksana dan memiliki pertimbangan yang dalam ketika hendak memutuskan suatu perkara. Dalam menjalankan tugasnya seorang datuk juga harus mempunyai berbagai pantangan untuk menjaga agar kepemimpinannya berjalan dengan baik. Seorang datuk atau penghulu tidak diperbolehkan berkata kasar dank eras kepada orang laian atau anggota kaumnya sendiri. Dia juga tidak diperbolehkan memikul beban yang berat di kepala atau pundaknya. Tidak boleh memanjat pohon,tidak boleh berlari-lari,tidak boleh bergelantungan dan tidak duduk dan makan sembarangan. Pendek kata seorang penghulu harus punya etika dan sopan santun yang menggambarkan keluhuran budi dan akhlaknya. Mereka adalah panutan bagi orang banyak dan setiap gerak geriknya adalah tauladan yang harus dipedomani. Seorang penghulu atau datuk disamping memiliki banyak pantangan dan larangan, mereka juga memiliki pakaian khusus yang pada dasarnya melambangkan kebesaran dan keluhuran budinya. Setiap bagian dari pakaian seorang penghulu mempunyai makna yang harus diketahui dan dipatuhi oleh si pemakainya. Salah satu bagian yang cukup penting yang harus diperhatikan oleh seorang penghulu adalah pakainya tidak memiliki saku atau kantong untuk menyimpan sesutau yang berharga, seperti uang atau emas. Hal ini harus dipahami betul oleh seorang penghulu atau datuk karena ini mengandung makna yang dalam dan bersifat simbolis. Saku adalah lambang dari kekayaan atau uang. Setiap penghulu atau datuk dalam menjalankan kepemimpinanya haruslah bersifat tulus dan tidak mengharapkan sesuatu balasan materi dari kemenakan atau orang yang dipimpinnya. Kalau hal ini dilanggar dapat menurunkan kewibawaannya dan penghulu seolah-olah menjadi orang yang diupah. Dengan demikian sifat ikhlas dan sukarelanya menjadi hilang. Tidak hanya dalam pantangan dan pakaian saja seorang penghulu diatur oleh adat. Dalam banyak hal mereka juga mempunyai aturan yang sangat ketat. Dalam hal duduk dan berdiri seorang penghulu juga punya aturan. Begitu juga dalam hal makan dan minum seorang penghulu juga punya aturan. Demikian banyaknya aturan, pantangan dan larangan yang harus dipatuhi seorang penghulu menjadikan beban tugas dan beban social yang harus ditanggungnya menjadi berat. Bak kata pepatah orang Minangkabau “beban berat singgulung batu”. Dalam menjalankan tugas seorang penghulu dia dibantu oleh seorang wakil yang biasa disebut panungkek. Panungkek mempunyai tugas apabila seorang penghulu berhalangan, Halangan ini bisa bersifat sementara dan bisa bersifat lama. Bersifat sementara seperti kalau seorang penghulu sakit atau tidak berada ditempat, maka seorang penghulu akan melimpahkan kewenanganya kepada sang panungkek atau wakil. Kalau bersifat lama umpanya kalau sang penghulu bermukim di daerah lain yang jauh, tugas penghulu sehari-hari akan dilaksanakan oleh sang panungkek atau wakil. Tentu saja tidak semua tugas bisa dilimpahkan, terutama menyangkut hal yang sangat prinsipil ,seperti menyangkut perkara harta pusaka dengan pihak lain. Disamping dibantu oleh seorang wakil atau panungkek, seorang penghulu dalam bidang keagamaan juga didampingi 57 | P a g e oleh seorang labia lebai dan seorang pakiah fakih. Lebai dan fakih merupakan suluh bendang dalam kaum yang bertugas member pencerahan dalam bidang keagamaan. Jika di dalam suatu kaum terjadi peristiwa kematian, maka lebai dan fakih akan bertanggung jawab terhadap semua proses penyelenggaraan jenazah mulai dari memandikan jenazah, mengafani,menguburkan dan sampai kepada penyelenggaraan upacara-upacara kematian yang biasanya masih dilaksanakan di sebagian kampung. Hulubalang atau dubalang adalah seorang yang bertugas membantu seorang penghulu dalam hal keamanan kampung. Kalau terjadi keributan atau keramaian maka hulubalang harus bisa mengatasinya agar keributan itu jangan sampai mengganggu ketenteraman masyarakat. Karena tugasnya berhubungan dengan masalah keamanan, maka seorang hulubalang biasanya diangkat dari orang memiliki keberanian atau memiliki kepandaian dalam bidang bela diri. Dari paparan yang disampaikan di atas,dapat dilihat bahwa pada dasarnya suatu kaum atau suatu suku merupakan suatu kesatuan yang sangat mendasar dan juga merupakan sumber dari semua kemajuan yang ada di dalam masyarakat. Semua unsur yang terlibat dalam suku ini merupakan sumber dari segala ketertiban yang ada di dalam suatu nagari. Walau pun ada jenis peminpin yang lain, seperti wali nagari beserta perangkat-perangkatnya, tidak banyak membawa pengaruh di dalam masyarkat. Mereka lebih banyak berperan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah dibandingkan dengan fungsi dan perannya di dalam masyarakat. Oleh karena itu, di dalam tulisan ini masalah pemimpin yang berbasis dari kekuasaan pemerintahan ini tidak akan dibahas lebih lanjut.

V. Perubahan Ekologi