Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Hal tersebut ditegaskan oleh Kustiningsih 2013: 1 bahwa pelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang belajar komunikasi. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup komponen kemampuan berbahasa meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis BNSP, 2006: 120. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD yang paling mendasar adalah aspek membaca dan menulis, karena hal tersebut merupakan dasar pelajaran bagi kelas selanjutnya. Pentingnya membaca dan menulis di kelas I SD perlu ditekankan kepada siswa, supaya siswa mampu membaca dan menulis dengan benar. Membaca dan menulis menjadi satu pembelajaran yang disebut Membaca Menulis Permulaan MMP. Membaca Menulis Permulaan MMP merupakan dua aspek kemampuan berbahasa yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Kedua aspek tersebut memiliki tujuan. Membaca permulaan memiliki tujuan untuk melatih kemampuan anak dalam mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa. Sedangkan menulis 2 permulaan bertujuan melatih kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf Slamet, 2014: 49. Mustikowati, Wijayanti Darmanto 2016: 1 mengatakan bahwa membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar juga mempunyai tujuan agar anak lancar membaca dan memahaminya kemudian diungkapkan melalui tulisan. Dari penjabaran di atas, membaca dan menulis permulaan memiliki tujuan masing-masing. Akan tetapi, kenyataan di lapangan masih terdapat permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut. Permasalahan terjadi pada siswa kelas I di SD Kanisius Gamping. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 24 Oktober 2016 dengan guru kelas I untuk mengetahui permasalahan yang terkait dengan membaca dan menulis permulaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan membaca dan menulis terutama mengenal huruf. Ada lima siswa yang belum mengenal semua huruf-huruf, hal ini disebabkan karena kurangnya minat siswa untuk berlatih mengucapkan huruf dan cara merangkai huruf akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Berbagai upaya sudah dilakukan guru dalam melatih siswa yang kesulitan mengenal huruf. Hal tersebut dilihat dari hasil observasi pada tanggal 13 Agustus 2016, bahwa guru melatih siswa dengan menggunakan papan tulis. Guru mengenalkan huruf dengan cara menulis di papan tulis dan mengucapkan huruf tersebut. Selain menulis sesuai contoh yang diberikan guru, kegiatan mengenal huruf dilakukan dengan menghubungkan garis putus-putus yang membentuk pola suatu huruf. 3 Melihat dari upaya yang sudah dilakukan, guru belum mampu menciptakan metode pembelajaran untuk melatih siswa mengenal semua huruf- huruf. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan pada tanggal 15 Agustus 2016 di kelas I saat pelajaran bahasa Indonesia menunjukkan bahwa, siswa masih kesulitan untuk mengucapkan bunyi huruf dan cara merangkai huruf dengan benar. Kesulitan membaca dan menulis permulaan memang kerap muncul di kelas rendah sehingga membutuhkan penanganan berupa metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Salah satu metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Penelitian yang dilakukan oleh Winda 2016 menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori. Hal yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan Winda 2016 adalah belum terciptanya media yang mampu melatih siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Proses pembelajaran menulis huruf tegak bersambung selama pelajaran bahasa Indonesia belum melibatkan keaktifan siswa, akibatnya masih banyak tulisan siswa yang belum jelas dibaca. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa alat peraga dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran khususnya dalam hal menulis huruf tegak bersambung. Penggunaan alat peraga dapat membantu siswa melatih cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus siswa dengan meraba huruf. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa guru membutuhkan alat peraga untuk membantu siswa berlatih membaca dan menulis. Sedangkan hasil analisis kebutuhan untuk siswa menunjukkan bahwa siswa juga 4 membutuhkan alat peraga yang konkret, agar memudahkan untuk belajar membaca dan menulis huruf. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan hasil analisis kebutuhan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait membaca dan menulis permulaan. Peneliti tertarik untuk mengembangkan produk berbasis metode Montessori yang menggunakan alat peraga yang konkret dan sesuai dengan tingkat kemampuan perkembangan intelektual anak. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 7-12 tahun usia anak Sekolah Dasar masuk dalam tahap operasional konkret Suparno, 2000: 69. Pada tahap ini, anak mampu berpikir secara logis dan dapat membangun konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret disekitar lingkungan. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa kartu huruf untuk latihan membaca dan menulis permulaan yang memiliki lima karakteristik Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Meskipun sebelumnya sudah ada penelitian yang mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori mengenai huruf Winda, 2016 namun alat peraga dalam penelitian terdahulu belum menggunakan kartu huruf dan kartu gambar. Penggunaan kartu huruf dan kartu gambar akan membantu siswa dalam berlatih membaca dan menulis. Maka peneliti melakukan penelitian dan pengembangan alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk membantu siswa yang kesulitan membaca dan menulis permulaan terutama dalam pengenalan huruf. 5

B. Rumusan Masalah