Pengembangan kartu abjad berbasis metode montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan

(1)

PENGEMBANGAN KARTU ABJAD BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK LATIHAN

MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Bernadeta Dwi Astuti NIM: 131134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN KARTU ABJAD BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK LATIHAN

MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Bernadeta Dwi Astuti NIM: 131134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu bersamaku.  Kedua orangtua saya Bapak Budiman dan Ibu Sutiyah yang

selalu ada untukku.

 Mas Heri dan Wisnu yang telah memberikan dukungan.  Keluarga besar Joyo Suparto dan Sumardiyanto yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat.

 Sahabat-sahabatku yang senantiasa menyemangatiku sampai akhir.


(6)

v MOTTO

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah

segala rencanamu”

(Amsal 16:3)

“Jika kita bekerja keras dengan cara, niat dan tekad yang baik, kita

bisa meraih impian”

(Merry Riana)

“Kegagalan itu bukan harus disesali, akan tetapi harus

disyukuri”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Mei 2017 Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Bernadeta Dwi Astuti

Nomor Mahasiswa : 131134027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Kartu Abjad Berbasis Metode Montessori untuk Latihan Membaca dan Menulis Permulaan.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Mei 2017 Yang menyatakan


(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN KARTU ABJAD BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK LATIHAN

MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

Bernadeta Dwi Astuti Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait membaca dan menulis permulaan. Potensi yang ada adalah membaca dan menulis permulaan merupakan dua aspek yang harus dikuasai siswa di SD. Masalah yang dihadapi siswa adalah mengalami kesulitan membaca dan menulis terutama mengenal huruf, karena metode pembelajaran yang digunakan belum mampu melatih siswa mengenal semua huruf-huruf. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Proses pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori tersebut menggunakan enam langkah pengembangan yang meliputi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) uji validasi desain (5) revisi desain produk, dan (6) uji coba produk. Alat peraga divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 3,48 dengan kategori sangat baik jika dilihat dari segi menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.

Uji coba dilakukan kepada lima siswa di SD Kanisius Gamping untuk mendapatkan data siswa setelah menggunakan alat peraga. Dari hasil uji coba yang dilakukan peneliti mendapatkan data bahwa siswa tertarik menggunakan alat peraga, siswa dapat belajar sendiri menggunakan alat peraga, dan siswa dapat belajar menggunakan kartu huruf serta kartu gambar.

Kata kunci: penelitian pengembangan, metode Montessori, membaca dan menulis permulaan


(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ALPHABET CARD BASED ON

MONTESSORI METHOD TO BEGINNER READING AND WRITING EXERCISE

Bernadeta Dwi Astuti Sanata Dharma University

2017

This research is research that starts from the potential and problems related to beginner reading and writing. The potential is the beginner reading and writing, are two aspects that should be mastered by students in elementary school. The problem faced by students is having difficulty of reading and writing, especially letters, because the learning methods used have not been able to train students know all of the letters. Therefore, the researchers incentive to do research, the development of alphabet cards based on the Montessori method for the beginner reading and writing exercise.

This research type is research and development. The process of development of teaching aids based on the Montessori method using the six steps of development, such as, (1) potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) test design validation (5) revision of product design, and (6) product trials. The props are validated by three validators. The average score obtained from the validation result is equal to 3,48 with very good category, if viewed in terms of interesting, graded, auto-education, auto-correction, and contextual.

Trials were conducted to five students in SD Kanisius Gamping to get the data of students after using the props. From the results of the trials conducted, the researchers get the data that students are interested in using props, students can learn on their own using props, and students can learn to use letter cards and picture cards.

Kata kunci: research and development, Montessori method, the beginner reading and writing


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Kartu Abjad Berbasis Metode Montessori untuk Latihan Membaca dan Menulis Permulaan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendukung, dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan menemani saya selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para validator yang telah berkenan membantu dalam proses validasi instrumen dan produk.

8. R. Sutamta, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Gamping yang telah memberikan ijin dalam melakukan penelitian di SD Kanisius Gamping.

9. Th. Yuniarsi, S.Pd. selaku wali kelas I SD Kanisius Gamping yang telah membantu dan meluangkan waktu selama penelitian beserta seluruh guru yang sudah mendukung selama penelitian.

10.Siswa-siswi kelas I SD Kanisius Gamping yang telah bersedia membantu saya selama proses penelitian.


(12)

11.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Budiman dan Ibu Sutiyah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

12.Mas Heri dan adikku Wisnu yang telah memberikan semangat.

13.Keluarga besar Joyo Suparto dan Sumardiyanto yang selalu mendoakan dan mendukung saya selama menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman seperjuanganku Fransiska Anggraeni Wijayanti, terima kasih atas

kebersamaan, kesabaran dan kerja keras selama menyelesaikan skripsi ini. 15.Yoshinta Woro Indriyani, teman payung yang sudah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

16.Sahabat-sahabatku dari SMA sampai kuliah Bernadeta Widi, Fransisca Vitha Dwi Aryani, Chatarina Titin Mugilestari, dan Y. Johan Astuti, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.

17.Teman-temanku Christina Nunik Puspitasari, Natalia Runi Astuti, Mariyah, Sonialopita, Bernadheta Etapurnami yang senantiasa menyemangatiku sampai akhir.

18.Teman-teman PGSD angkatan 2013.

19.Segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti berharap hasil penulisan skripsi ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 22 Mei 2017 Peneliti,


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vii

ABSTRAK ………. viii

ABSTRACT ………. ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

E. Definisi Operasional ………... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ………... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ……… 9

1. Membaca Menulis Permulaan ……….. 9

a. Membaca Permulaan ……….. 9

b. Menulis Permulaan ………. 10

c. Membaca Menulis Permulaan ……… 10

2. Kemampuan Mengenal Huruf ……….. 11

a. Pengenalan Huruf ………... 11

b. Bentuk Huruf ……….. 12

1. Huruf Vokal ……… 12

2. Huruf Konsonan ……….. 13

3. Metode Montessori ………... 14

a. Prinsip Pendidikan Montessori ………... 14

b. Membaca dan Menulis dalam Montessori ………. 16

4. Perkembangan Anak ……… 17

5. Alat Peraga Montessori ……… 20

a. Alat Peraga ………. 20

b. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ………... 20

B. Penelitian yang Relevan ………. 22


(14)

D. Pertanyaan Penelitian ………. 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 28

B. Setting Penelitian ……… 29

1. Objek Penelitian ……….. 29

2. Subyek Penelitian ……… 29

3. Tempat Penelitian ………... 29

4. Waktu Penelitian ………. 30

C. Prosedur Pengembangan ……… 31

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 37

E. Instrumen Pengumpulan Data ……… 42

F. Teknik Analisis Data ………... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ………. 52

1. Proses Pengembangan ……….. 52

a. Potensi dan Masalah ………... 52

b. Pengumpulan Data ………. 54

c. Desain Produk ……… 70

d. Validasi Produk ……….. 76

e. Revisi Produk ………. 78

f. Uji Coba Produk ………. 81

B. Pembahasan ……… 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 90

B. Keterbatasan Pengembangan ……….. 91

C. Saran ………... 92

DAFTAR PUSTAKA………... 93


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Huruf dan Namanya ………. 13 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………. 30 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Terhadap Kepala

Sekolah ………. 43 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Terhadap Guru Kelas I ……... 43 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Terhadap Siswa Kelas I ……. 44 Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas I ……… 44 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran di kelas I ……….... 45 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Observasi Setelah Menggunakan Alat Peraga ………. 46 Tabel 3.8 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kelas I ………... 47 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk ………... 48 Tabel 3.10 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ………. 51 Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah …………. 54 Tabel 4.2 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ………... 55 Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Kelas I ………. 56 Tabel 4.4 Hasil Wawancara Guru Kelas I ……….... 57 Tabel 4.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa Kelas I ………….... 58 Tabel 4.6 Hasil Wawancara Siswa Kelas I ……….. 59 Tabel 4.7 Hasil Validasi Observasi oleh Ahli ……….. 61 Tabel 4.8 Hasil Observasi ……… 61 Tabel 4.9 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ……. 64 Tabel 4.10 Perbaikan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru

berdasarkan Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia ... 64 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ………. 65 Tabel 4.12 Hasil Validasi Wawancara Analisis untuk

Kebutuhan Siswa ………. 67 Tabel 4.13 Perbaikan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa

berdasarkan Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia ……… 68 Tabel 4.14 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ……….. 69 Tabel 4.15 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ………... 76 Tabel 4.16 Perbaikan Kuesioner Validasi Produk Berdasarkan

Komentar dari Ahli ………. 77 Tabel 4.17 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ……….. 77 Tabel 4.18 Komentar Validator beserta Revisiannya ……… 79


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature map dari Penelitian-penelitian Sebelumnya ……... 25

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono ………... 31

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang digunakan peneliti ………... 32

Gambar 3.3 Langkah-langkah prosedur pengembangan yang digunakan 35 peneliti ……… 36

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ……… 41

Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara ……… 41

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ……… 60

Gambar 4.2 Papan Huruf ………... 70

Gambar 4.3 Kartu Huruf ……… 71

Gambar 4.4 Kartu Gambar ………. 72

Gambar 4.5 Benda Konkret (Mainan Alfabet) ……….. 73

Gambar 4.6 Tongkat Kayu ……… 73

Gambar 4.7 Petunjuk Penulisan Huruf ……….. 74

Gambar 4.8 Buku Petunjuk Penulisan Huruf ………. 75


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah

Lampiran 1.1 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah,

Guru, dan Siswa ………... 96

Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ………... 104

Lampiran 1.3 Transkrip Wawancara dengan Guru Kelas I ……… 106

Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Siswa Kelas I ……….. 109

Lampiran 1.5 Hasil Validasi Pedoman Observasi ………... 110

Lampiran 1.6 Hasil Observasi ……… 113

Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli ………... 114

Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ……… 121

Lampiran 2.3 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru ………... 125

Lampiran 2.4 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ………….. 129

Lampiran 3 Validasi Produk Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk …………. 131

Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli Montessori ……….. 135

Lampiran 3.3 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli Bahasa Indonesia ……….. 138

Lampiran 3.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas I SD ………... 141

Lampiran 4 Hasil Observasi 4.1 Hasil Observasi Setelah Menggunakan Alat Peraga………. 144

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ………. 145

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………... 146

Lampiran 6 Dokumentasi ………... 147

Lampiran 7 Petunjuk Penggunaan Alat Peraga ………. 149


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dikembangkan. A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Hal tersebut ditegaskan oleh Kustiningsih (2013: 1) bahwa pelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang belajar komunikasi. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup komponen kemampuan berbahasa meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (BNSP, 2006: 120). Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD yang paling mendasar adalah aspek membaca dan menulis, karena hal tersebut merupakan dasar pelajaran bagi kelas selanjutnya.

Pentingnya membaca dan menulis di kelas I SD perlu ditekankan kepada siswa, supaya siswa mampu membaca dan menulis dengan benar. Membaca dan menulis menjadi satu pembelajaran yang disebut Membaca Menulis Permulaan (MMP). Membaca Menulis Permulaan (MMP) merupakan dua aspek kemampuan berbahasa yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Kedua aspek tersebut memiliki tujuan. Membaca permulaan memiliki tujuan untuk melatih kemampuan anak dalam mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa. Sedangkan menulis


(19)

permulaan bertujuan melatih kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf (Slamet, 2014: 49). Mustikowati, Wijayanti & Darmanto (2016: 1) mengatakan bahwa membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar juga mempunyai tujuan agar anak lancar membaca dan memahaminya kemudian diungkapkan melalui tulisan.

Dari penjabaran di atas, membaca dan menulis permulaan memiliki tujuan masing-masing. Akan tetapi, kenyataan di lapangan masih terdapat permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut. Permasalahan terjadi pada siswa kelas I di SD Kanisius Gamping. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 24 Oktober 2016 dengan guru kelas I untuk mengetahui permasalahan yang terkait dengan membaca dan menulis permulaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan membaca dan menulis terutama mengenal huruf. Ada lima siswa yang belum mengenal semua huruf-huruf, hal ini disebabkan karena kurangnya minat siswa untuk berlatih mengucapkan huruf dan cara merangkai huruf akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran di kelas.

Berbagai upaya sudah dilakukan guru dalam melatih siswa yang kesulitan mengenal huruf. Hal tersebut dilihat dari hasil observasi pada tanggal 13 Agustus 2016, bahwa guru melatih siswa dengan menggunakan papan tulis. Guru mengenalkan huruf dengan cara menulis di papan tulis dan mengucapkan huruf tersebut. Selain menulis sesuai contoh yang diberikan guru, kegiatan mengenal huruf dilakukan dengan menghubungkan garis putus-putus yang membentuk pola suatu huruf.


(20)

Melihat dari upaya yang sudah dilakukan, guru belum mampu menciptakan metode pembelajaran untuk melatih siswa mengenal semua huruf-huruf. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan pada tanggal 15 Agustus 2016 di kelas I saat pelajaran bahasa Indonesia menunjukkan bahwa, siswa masih kesulitan untuk mengucapkan bunyi huruf dan cara merangkai huruf dengan benar.

Kesulitan membaca dan menulis permulaan memang kerap muncul di kelas rendah sehingga membutuhkan penanganan berupa metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Salah satu metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Penelitian yang dilakukan oleh Winda (2016) menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori. Hal yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan Winda (2016) adalah belum terciptanya media yang mampu melatih siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Proses pembelajaran menulis huruf tegak bersambung selama pelajaran bahasa Indonesia belum melibatkan keaktifan siswa, akibatnya masih banyak tulisan siswa yang belum jelas dibaca. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa alat peraga dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran khususnya dalam hal menulis huruf tegak bersambung. Penggunaan alat peraga dapat membantu siswa melatih cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus siswa dengan meraba huruf.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa guru membutuhkan alat peraga untuk membantu siswa berlatih membaca dan menulis. Sedangkan hasil analisis kebutuhan untuk siswa menunjukkan bahwa siswa juga


(21)

membutuhkan alat peraga yang konkret, agar memudahkan untuk belajar membaca dan menulis huruf.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan hasil analisis kebutuhan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait membaca dan menulis permulaan. Peneliti tertarik untuk mengembangkan produk berbasis metode Montessori yang menggunakan alat peraga yang konkret dan sesuai dengan tingkat kemampuan perkembangan intelektual anak. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak Sekolah Dasar) masuk dalam tahap operasional konkret (Suparno, 2000: 69). Pada tahap ini, anak mampu berpikir secara logis dan dapat membangun konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret disekitar lingkungan.

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa kartu huruf untuk latihan membaca dan menulis permulaan yang memiliki lima karakteristik Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Meskipun sebelumnya sudah ada penelitian yang mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori mengenai huruf (Winda, 2016) namun alat peraga dalam penelitian terdahulu belum menggunakan kartu huruf dan kartu gambar. Penggunaan kartu huruf dan kartu gambar akan membantu siswa dalam berlatih membaca dan menulis. Maka peneliti melakukan penelitian dan pengembangan alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk membantu siswa yang kesulitan membaca dan menulis permulaan terutama dalam pengenalan huruf.


(22)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan?

2. Bagaimana kualitas alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa untuk latihan membaca dan menulis permulaan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Memaparkan proses pengembangan kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan.

2. Mendeskripsikan kualitas alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Alat peraga yang dikembangkan akan memberikan ilmu baru bagi siswa kelas I mengenai alat peraga berbasis metode Montessori. Melalui alat peraga berbasis metode Montessori, siswa dapat berlatih membaca dan menulis permulaan.


(23)

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

Penelitian ini akan memberi masukan bagi sekolah dalam penggunaan alat peraga latihan membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori.

b. Bagi guru

Guru dapat memperoleh pengalaman dalam mengembangkan alat peraga. Sehingga guru akan menyadari bahwa alat peraga penting untuk siswa yang kesulitan dalam membaca dan menulis permulaan.

c. Bagi siswa

Siswa akan memperoleh pengalaman baru menggunakan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis. Siswa yang masih mengalami kesulitan akan terbantu dengan menggunakan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis.

d. Bagi peneliti

Penelitian akan memperoleh wawasan baru dalam mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan.

E. Definisi Operasional

1. Membaca dan menulis permulaan adalah dua aspek yang saling berhubungan dan berkaitan, karena keduanya digunakan sebagai dasar pengajaran pertama untuk siswa di sekolah.


(24)

2. Kemampuan mengenal huruf adalah kemampuan memahami konsep huruf yang meliputi bentuk dan bunyi huruf. Bentuk huruf terdiri dari 26 buah huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Huruf dibedakan menjadi huruf vokal yang terdiri dari huruf a, i, u, e, o dan huruf konsonan terdiri dari b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, dan z. 3. Metode Montessori adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

kebebasan, kemandirian, melatih indra-indra, dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montesori. Pembelajaran bahasa dalam Montessori terutama membaca dan menulis melatih anak berlatih menggunakan huruf-huruf untuk diraba dan diucapkan bunyi hurufnya.

4. Perkembangan anak adalah proses perubahan yang terjadi pada anak yang berlangsung secara bertahap-tahap.

5. Alat peraga Montessori adalah adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. F. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Papan huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Ukuran papan 12 cm x 15 cm dengan ketebalan 4 mili. Papan huruf vokal berwarna biru dan papan huruf konsonan berwarna merah.

2. Kartu huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Ukuran 8,5 cm x 5,5 cm. Huruf vokal berwarna biru dan huruf konsonan berwarna merah. Kartu huruf menggunakan bahan kertas ivory 260.


(25)

3. Kartu gambar yang mewakili alfabet. Ukuran 8,5 cm x 5,5 cm. Kartu gambar menggunakan bahan kertas ivory 260.

4. Benda konkret (mainan alfabet). Mainan tiga dimensi yang mewakili alfabet. Mainan terbuat dari bahan plastik.

5. Tongkat kayu dengan panjang 23 cm digunakan untuk latihan menulis di papan huruf.

6. Petunjuk penulisan huruf digunakan untuk belajar cara menuliskan huruf dengan benar

7. Buku petunjuk penggunaan alat peraga digunakan oleh guru yang akan melatih siswa membaca dan menulis.


(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka

Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah membaca dan menulis permulaan, kemampuan mengenal huruf, metode Montessori, perkembangan anak, dan alat peraga Montessori.

1. Membaca Menulis Permulaan a. Membaca Permulaan

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang begitu penting (Zuchdi & Budiasih, 1996: 49)

Menurut Alek & Achmad (2011: 22) membaca permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa kanak kanak. Pada masa permulaan sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Pengenalan huruf tersebut dinamakan proses


(27)

pengubahan, setelah tahap pengubahan tersebut dikuasai siswa secara mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan.

b. Menulis Permulaan

Menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh (Akhadiah dalam Yunus, 2012: 181). Slamet (2014: 45) mengatakan bahwa kemampuan menulis di kelas I merupakan kemampuan awal atau tahap permulaan, sehingga pembelajaran menulis di kelas I disebut pembelajaran menulis permulaan. Susilowati (2015: 5) mengatakan bahwa untuk persiapan menulis anak memerlukan kemampuan fisik motorik. Kemampuan fisik motorik pada anak harus dikembangkan khususnya motorik halus. Perkembangan motorik halus berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu obyek dengan menggunakan jari-jari tangan. c. Membaca Menulis Permulaan

Slamet (2014: 23) mengatakan bahwa membaca dan menulis permulaan merupakan dua aspek yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Pada waktu guru mengenalkan menulis, anak-anak tentu akan membaca tulisannya. Membaca dan menulis permulaan merupakan dasar pengajaran yang pertama kali diajarkan guru kepada anak sekolah dasar. Keterampilan pembelajaran menulis permulaan disajikan bersama dengan membaca permulaan sehingga sering di sebut dengan MMP (Membaca dan Menulis Permulaan) (Mustikowati, Wijayanti & Darmanto, 2016: 1).


(28)

Pada dasarnya, tujuan dari membaca dan menulis permulaan adalah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca dan menulis permulaan dan mengenalkan teknik menangkap isi bacaan dan dapat menuliskannya (Slamet, 2014: 49).

Berdasarkan penjelasan mengenai membaca permulaan, menulis permulaan, dan membaca menulis permulaan, maka dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif, agar seseorang dapat memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang harus dibina dan dikuasai pada masa permulaan sekolah. Menulis permulaan adalah tahap permulaan siswa untuk persiapan menulis di kelas I yang melibatkan kemampuan motorik halus siswa. Membaca Menulis Permulaan adalah dua aspek yang saling berhubungan dan berkaitan, karena keduanya digunakan sebagai dasar pengajaran pertama untuk siswa di sekolah.

2. Kemampuan Mengenal Huruf a. Pengenalan Huruf

Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari aspek perkembangan bahasa pada anak. Menurut Darjowidjojo (dalam Trisniwati, 2011: 13) menggungkapkan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya.

Seefeld & Wasik (dalam Wahyuningtyas, 2015: 10) mengatakan bahwa pengenalan huruf merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan


(29)

kemampuan membaca permulaan kepada para pembaca melalui pemahaman konsep bentuk dan bunyi huruf.

Suyanto (dalam Wahyuningtyas, 2015: 11-12) mengatakan bahwa dalam upaya mengenalkan huruf kepada anak sebaiknya kenalkan dahulu huruf–huruf yang mudah bagi anak dan hindari huruf–huruf yang sulit. Untuk huruf-huruf yang sulit dapat diajarkan setelah anak mampu merangkai huruf.

Pengenalan huruf pada anak merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis permulaan. Oleh karena itu, anak perlu memahami konsep huruf yang meliputi bentuk dan bunyi huruf. b. Bentuk Huruf

Huruf merupakan satuan terkecil kebahasaan yang dipadankan pengertiannya dengan fonem. Huruf a disebut juga fonem a (Suwarna, 2011: 43). Menurut Martaulina (2015: 22) huruf adalah bunyi bahasa yang dilambangkan, digambarkan maupun disimbolkan. Chaer (2011: 36-37) mengatakan bahwa abjad yang digunakan terdiri dari 26 buah huruf. Dalam bahasa Indonesia nama ke-26 huruf dapat dilihat pada tabel 2.1.

Dalam upaya mengenalkan huruf pada anak terdapat beberapa macam bentuk huruf yang perlu untuk dikenalkan. Menurut PUEBI (2016: 8-9) bentuk huruf yang dapat dikenalkan adalah sebagai berikut:

1. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.


(30)

2. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalama bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu dari b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, dan z.

Tabel 2.1. Huruf dan Namanya Jenis Huruf

Nama Huruf Kecil

a a

b be

c ce

d de

e e

f ef

g ge

h ha

i i

j je

k ka

l el

m em

n en

o o

p pe

q ki

r er

s es

t te

u u

v ve

w we

x eks

y ye

z zet

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengenalan huruf merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep huruf yang meliputi bentuk dan bunyi huruf. Bentuk huruf


(31)

terdiri dari 26 buah huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Huruf dibedakan menjadi huruf vokal yang terdiri dari huruf a, i, u, e, o dan huruf konsonan terdiri dari b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, dan z. Peneliti menggunakan huruf kecil dalam pembuatan papan huruf dan kartu huruf, karena untuk siswa kelas I yang masih pemula huruf yang lebih mudah diajarkan ke siswa adalah huruf kecil. Peneliti membedakan huruf vokal dan huruf konsonan dengan menggunakan warna, warna biru digunakan untuk huruf vokal sedangkan warna merah untuk huruf konsonan.

3. Metode Montessori

Sub bab ini menguraikan prinsip pendidikan Montessori dan membaca dan menulis dalam Montessori.

a. Prinsip Pendidikan Montessori

Montessori mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dinamis dimana anak-anak berkembang menurut ketentuan dari kehidupan mereka. Montessori meransang anak menuju aktivitas-diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pertumbuhan, yang mengantar kepada perkembangan lebih lanjut dan kemandirian yang lebih besar. Kemandirian yang didasarkan pada kebebasan untuk menjadi aktif, merupakan ketekunan dalam mengerjakan tugas dengan benar. Montessori menyiapkan bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mongereksi diri yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak untuk mencapai kemandirian (Gutek, 2013: 75-76).

Sekolah Montessori merupakan sebuah lingkungan yang disiapkan untuk anak agar mampu berkembang secara bebas dalam kegiatan pembelajaran yang


(32)

bersifat mengoreksi diri, melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran mereka dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori tentang “kebebasan dari para murid dalam manifestasi spontan mereka dan kebebasan dalam beraktivitas”. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris, dimana direktris tersebut memiliki peran sebagai pemandu proses pembelajaran anak tanpa melakukan campur tangan (Gutek, 2013: 76-77).

Menurut Lillard (2005: 29-33) metode Montessori memiliki delapan prinsip dalam pendidikannya, yaitu (1) Keleluasaan dalam beraktivitas. Anak-anak bebas untuk berpindah tempat guna mengerjakan tugas mereka (2) Kebebasan dalam memilih apa yang akan dipelajari. Anak diberi kebebasan dalam memilih sendiri apa yang mau dipelajari, seberapa lama akan beraktivitas, dan dengan siapa akan bekerja (3) Pentingnya minat. Montessori menyadari pentingnya mengembangan minat, maka materi dirancang untuk membuat anak-anak ingin ikut berinteraksi (4) Pentingnya motivasi intrinsik dengan menghapus hadiah dan hukuman. Penghargaan dan penghukuman tidak dikenal dalam kelas Montessori. Jika anak diberi perhatian yang cukup, anak akan bekerja secara serius dengan cara mereka sendiri (5) Belajar bersama dengan teman sebaya. Anak-anak dapat menemukan pemecahan masalah dalam berbagai hal, mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang kerja sama, meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar anak (6) Belajar sesuai konteks. Pembelajaran di kelas Montessori secara keseluruhan dilakukan melaui praktek. Proses belajar anak-anak disituasikan dalam konteks aksi dan objek (7) Pentingnya gaya interaksi guru terhadap anak. Montessori memandang bahwa guru adalah cermin bagi


(33)

anak-anak dalam gaya interaksi soaial, dan (8) Pentingnya keteraturan dan kerapian lingkungan belajar. Ruangan kelas dibuat secara teratur dan tertata rapi baik secara jasmani (dalam hal tata ruang) maupun secara konseptual (dalam hal bagaimana penggunaan materi-materi yang berkembang).

b. Membaca dan Menulis dalam Montessori

Pembelajaran bahasa berlangsung dalam kegiatan dengan bunyi-bunyi dan huruf-huruf. Huruf-huruf dibuat dari kertas ampelas, kemudian anak-anak dapat meraba dan membunyikan hurufnya (Gutek, 2013: 86). Anak akan dilatih dengan meraba huruf-huruf dengan jari-jari mereka, supaya melatih mekanis jalur-jalur psikomotorik dan memori otot. Selain itu, anak diajarkan tidak hanya meraba huruf dengan jari telunjuk, tetapi dengan menggunakan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian anak diajarkan meraba huruf dengan menggunakan tongkat kayu yang dipegang sebagaimana sebuah pena dalam menulis (Gutek, 2013: 307).

Huruf-huruf yang digunakan akan dibedakan berdasarkan warna, warna merah untuk huruf konsonan dan warna biru untuk huruf vokal. Anak diajak untuk meraba huruf-huruf vokal dengan gaya dalam menulis. Huruf-huruf vokal tersebut disusun berdasarkan analogi bentuknya. Anak menyebutkan huruf konsonan dengan menunjuk kartu huruf. Anak diajarkan membaca dengan cara mengucapkan nama benda-benda, kemudian mengambil kartu huruf, misalnya “a -ayam” ambil huruf a dan letakkan pada tempatnya (Gutek, 2013: 308-309).


(34)

Membaca memerlukan kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena menuntut kemampuan interpretasi atas tanda-tanda tulis atau atas perbedaan suara untuk mengerti orang yang berbicara. Dalam menulis anak cukup menerjemahkan suara menjadi tanda-tanda tulis dan menggerakkan tangannya untuk menulis. (Montessori, 2002:246-270)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan Montessori menekankan pada kebebasan, kemandirian, melatih indra-indra, dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montesori. Membaca dan menulis dalam Montessori melatih anak berlatih menggunakan huruf-huruf untuk diraba dan diucapkan bunyi hurufnya. Peneliti mengembangkan alat peraga yang akan membantu anak-anak yang kesulitan membaca dan menulis huruf. Huruf-huruf yang digunakan dapat diraba yang berfungsi untuk latihan menulis dan ditambahkan dengan benda-benda (mainan alfabet) untuk latihan membaca huruf. Alat peraga yang dikembangkan dapat membantu siswa melatih indra-indra seperti penglihatan, pendengaran, dan perasa.

4. Perkembangan Anak

Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju kedewasaan atau kematangan yang berlangsungan secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Yusuf dan Sugandhi, 2011: 1-2).


(35)

Tahapan-tahapan perkembangan anak juga dikemukakan oleh Montessori (dalam Crain, 2007: 99-105). Komponen utama teori Montessori adalah konsep periode-periode kepekaan. Montessori mengemukakan lima periode kepekaan yaitu, (1) Periode kepekaan akan keteraturan. Selama periode kepekaan pertama ini, yang terjadi selama tiga tahun pertama, anak menyukai meletakkan objek di tempatnya semula, jika sebuah buku atau pena tergeletak bukan pada tempatnya, mereka akan segera menaruhnya kembali ke tempat semula. (2) Periode kepekaan akan detail. Antara usia satu sampai dua tahun, anak-anak memusatkan perhatian kepada detail selama bermenit-menit. (3) Periode kepekaan bagi penggunaan tangan. Periode kepekaan ketiga berisi penggunaan tangan. Antara usia 18 bulan sampai 3 tahun, anak-anak suka memegang objek-objek. Anak suka membuka dan menutup segala sesuatu, meletakkan objek ke dalam kotak, menuangkannya keluar, lalu memasukkannya lagi. Selama dua tahun berikutnya atau lebih, anak memperbaiki gerakan indra sentuhan mereka. (4) Periode kepekaan untuk berjalan. Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tak berdaya menjadi makhluk yang aktif. (5) Periode kepekaan terhadap bahasa. Untuk mempelajari bahasa, anak belajar bukan hanya kata-kata dan maknanya, namun juga gramatikanya.

Piaget (dalam Suparno, 2001: 26-101) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tingkatan, yaitu (1) Sensorimotorik (0-2 tahun), Praoperasi (2-7 tahun), Operasi konkret (8-11 tahun), dan operasi formal (11 tahun ke atas).


(36)

a. Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain.

b. Tahap Praoperasi (2-7 tahun)

Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Adanya penggunaan simbol, seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan suatu hal yang sudah terjadi.

c. Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)

Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.

d. Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas)

Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan yang terjadi pada anak yang berlangsung secara bertahap-tahap. Dalam penelitian ini, alat peraga yang dikembangkan diperuntukkan untuk siswa yang berada pada peralihan tahap praoperasional ke operasi konkret. Maka dari itu, berdasarkan referensi di atas, alat peraga yang dikembangkan menggunakan objek untuk membantu anak dalam mengasosiasi sebuah simbol dan sudah mulai memasukkan aturan-aturan tertentu.


(37)

5. Alat Peraga Montessori a. Alat Peraga

Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran. Alat peraga mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudia dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan (Arsyad, 2014: 9). Sudono (2010:14) mengatakan bahwa alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam proses belajar mengajar.

Menurut Sanaky (2013: 24-25) alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperagakan atau alat memperjelas pelajaran yang memudahkan memberi pengertian kepada pembelajar dari perbuatan yang abstrak sampai pada yang sangat konkret. Prastowo (2015: 297) mengatakan bahwa alat peraga pembelajaran adalah alat atau bahan yang digunakan siswa untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pegetahuannya, mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi dan menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa maslas siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk memperjelas pengertian dari yang abstrak sampai pada yang konkret.

b. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Alat peraga berbasis metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri yang pertama


(38)

adalah menarik. Alat peraga dibuat untuk menarik perhatian dari siswa. Setelah siswa mulai tertarik dengan alat peraga, maka mereka akan belajar secara mendalam (Gutek, 2013: 235-239).

Ciri yang kedua adalah bergradasi. Maksud dari bergradasi adalah alat peraga yang mempunyai gradasi warna, kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang dimunculkan oleh anak. Alat peraga dibuat untuk melatih indera dan dapat digunakan untuk berbagai usia (Gutek, 2013: 235-239).

Ciri yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan. Hal tersebut dibuat dengan tujuan agar anak mengetahui kesalahan yang dibuat oleh dirinya sendiri selama menggunakan alat peraga tanpa ada orang lain yang memberitahu (Montessori, 2002: 171).

Ciri keempat adalah auto-education. Alat peraga dalam pembelajaran Montessori dibuat untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri tanpa ada campur tangan dari orang dewasa. Sehingga anak akan memperoleh pengalaman pribadi dari hasil secara mandiri (Montessori, 2002: 172-173).

Ciri kelima adalah kontekstual. Montessori mengemukakan bahwa belajar hendaknya disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Kontekstual yang dimaksud adalah dengan lingkungan yang ada disekitar anak sehingga alat peraga yang digunakan dapat dibuat dengan menggunakan bahah-bahan di lingkungan sekitar.

Berdasarkan kelima ciri alat peraga berbasis metode Montessori dapat disimpulkan bahwa, alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan


(39)

kontekstual. Peneliti mengembangan alat peraga sesuai dengan kelima ciri alat peraga Montessori. Alat peraga yang dikembangkan menarik karena dapat dilihat dari bentuk dan warna. Alat peraga bergradasi dapat digunakan dengan melibatkan lebih dari satu indera, mempelajari beberapa kompetensi dasar, dan digunakan untuk kemampuan yang berbeda. Terdapat pengendali kesalahan dimana guru dapat menemukan kesalahan yang dilakukan oleh siswa (auto-correction). Proses pembelajaran yang memungkinkan timbulnya pembelajaran sendiri tanpa didampingi oleh guru (auto-education). Komponen alat peraga menggunakan benda-benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

Nurnaningsih (2009) melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dengan gambar pada pelajaran bahasa Indonesia kelas II B MIN Ngawen Gunungkidul. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas siswa dalam membaca dan menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia, meningkatkan keterampilan dalam membaca dan menulis, dan mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia kelas II B MIN Ngawen Gunungkidul. Siswa kelas II B MIN Ngawen Gunungkidul tidak memiliki alat bantu yang mampu memfasilitasi proses belajar sehingga siswa mengalami kesulitan berlatih membaca dan menulis. Guru jarang membiasakan siswa belajar


(40)

dengan menggunakan alat bantu. Guru hanya memanfaatkan buku-buku paket yang ada sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Kurangnya kebiasaan membaca dan menulis kelas II B MIN Ngawen Gunungkidul menyebabakn meraka sulit untuk membaca dan menulis. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca dan menulis dengan media gambar adalah salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memilih media gambar yang diinginkan, pada saat pelaksanaan pembelajaran guru banyak melibatkan siswa untuk aktif memilih media gambar lalu ditulis, itu gambar apa lalu dibaca, dan media gambar mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Langi, Tahir, & Idris (2013) melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan kartu huruf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca dan menulis di kelas I SDN 2 Wombo. Siswa kelas I SDN 2 Wombo memilki kemampuan membaca dan menulis yang sangat rendah, masih banyak siswa yang belum dapat membaca dan menulis kalimat dengan tepat, maupun dalam melafalkan bunyi huruf dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut digunakan berbagai metode untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh ke arah tersebut adalah penggunaan media, yang jika diterapkan dengan benar akan sangat mempengaruhi minat dan kemampuan siswa tersebut. Adapun media yang dimaksud itu adalah “Media Kartu Huruf”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu


(41)

huruf menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa dan hasil yang diperoleh pada siklus I dilakukan perbaikan tindakan, sehingga diperoleh hasil pada siklus II yang menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa hampir setiap aspek yang diamati.

Winda (2016) mengembangan alat peraga Sandpaper Letters materi menulis kalimat tegak bersambung berbasis metode Montessori. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta masih kesulitan menulis huruf konsonan dan masih mengalami kesulitan dalam merangkai huruf. Guru masih belum dapat menciptakan media yang mampu melatih siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Oleh sebab itu, peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori yang digunakan untuk melatih anak supaya mengetahui cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus anak dengan meraba (tracing) huruf yang ada pada papan Sandpaper Letters. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori memiliki lima ciri, yaitu menarik, begradasi, dapat digunakan secara mandiri, memiliki pengendali kesalahan, kontekstual.

Berikut ini adalah literature map dari penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini.


(42)

Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa ada hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian pertama membahas mengenai peningkatan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Penelitian kedua berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis menggunakan kartu huruf. Penelitian ketiga mengenai produk yang dikembangkan berupa alat peraga berbasis metode Montessori.

Berbeda dari ketiga penelitian tersebut, peneliti akan mengembangkan alat peraga kartu abjad untuk latihan membaca dan menulis permulaan berbasis


(43)

metode Montessori. Peneliti berharap alat peraga yang dihasilkan dapat digunakan untuk siswa kelas I SD yang kesulitan membaca dan menulis permulaan.

C. Kerangka Berpikir

Membaca dan menulis permulaan merupakan tahapan proses belajar bahasa bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pembelajaran ini dikenal dengan MMP (Membaca Menulis Permulaan). Pembelajaran tersebut harus diberikan kepada siswa untuk melatih keterampilan membaca dan menulis, karena membaca dan menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah dasar.

Pada kenyataannya ada permasalahan yang muncul terkait membaca dan menulis permulaan. Masalah yang muncul adalah siswa mengalami kesulitan membaca dan menulis terutama pengenalan huruf abjad. Kesulitan membaca dan menulis memang kerap muncul di kelas rendah, sehingga membutuhan penanganan berupa metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan salah satu metode pembelajaran yang menerapkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Kekhasan dari metode ini adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, dapat digunakan secara mandiri, memiliki pengendali kesalahan dan kontekstual. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan menyenangkan. Terlebih melihat perkembangan siswa yang sudah memasuki tahap operasional konkret. Siswa sudah mampu mengembangkan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu


(44)

yang logis (Piaget dalam Suparno, 2001: 26-101). Maka perlu adanya benda konkret yang dapat digunakan siswa supaya lebih mudah memahami suatu hal.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan. Harapan dari pengembangan alat peraga ini untuk membantu siswa yang kesulitan membaca dan menulis terutama pengenalan huruf.

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan empat pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan?

2. Bagaimana kualitas alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan menurut ahli?

3. Bagaimana kualitas alat peraga membaca dan menulis huruf abjad berbasis metode Montessori menurut guru?


(45)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah R & D (Research and Development). Sugiyono (2012: 297) mengatakan bahwa metode penelitian dan pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan Sukmadinata (2008: 164) mendefiniskan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan adalah produk yang mengadopsi dari alat peraga Montessori yaitu Sandpaper Letters dan I Spy maka jadilah sebuah produk yaitu kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan untuk kelas I SD.


(46)

B. Setting Penelitian

Setting penelitian terdiri dari objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian.

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah alat peraga kartu abjad untuk latihan membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa kelas I belajar membaca dan menulis huruf. Alat peraga dilengkapi dengan papan huruf, kartu huruf, kartu gambar, benda konkret (mainan alfabet), tongkat kayu, petunjuk penulisan huruf, dan buku petunjuk penggunaan alat peraga.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas I SD yang berjumlah lima anak. Lima anak tersebut terdiri dari dua laki-laki dan tiga perempuan. Pemilihan siswa tersebut berdasarkan hasil rekomendasi dari guru kelas I dan hasil pengamatan langsung saat pelajaran bahasa Indonesia pada tanggal 15 Agustus 2016.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dan pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori ini dilakukan di SD Kanisius Gamping yang terletak di Gamping Tengah, Ambarketawang, Gamping, Sleman.


(47)

4. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian sejak bulan Agustus 2016 hingga bulan Mei 2017. Kurang lebih penelitian dan pengembangan ini berlangsung selama sepuluh bulan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Keterangan

2016 bulan ke- 2017 bulan ke -

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

1 Perijinan kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Gamping untuk melakuakan penelitian

2 Observasi permasalahan 3 Wawancara

permasalahan

4 Menyebarkan kuesioner analisis guru terkait penggunaan alat peraga 5 Wawancara analisis

kebutuhan siswa terkait penggunaan alat peraga 6 Pengembangan alat

peraga kartu abjad untuk latihan membaca dan menulis permulaan 7 Uji validasi produk oleh

ahli

8 Revisi alat peraga 9 Uji coba produk 10 Laporan dalam bentuk


(48)

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan ini mengadopsi dari model Sugiyono (2010: 409-426) yang terdiri dari 10 langkah. Berikut adalah langkah-langkah tersebut.

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono terdiri dari 10 langkah, yaitu: dimulai dari adanya potensi dan permasalaha, kemudian peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan potensi dan permasasalahan yang ada. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan membuat desain produk selanjutnya divalidasikan oleh para ahli. Desain produk yang telah divalidasi tersebut kemudian direvisi lalu diuji cobakan produknya. Selain diuji cobakan kemudian dilakukan revisi produk lagi, kemudian diuji cobakan pemakaian. Selanjutnya langkah yang perlu dilakukan adalah revsi produk dan diakhiri dengan produk massal.


(49)

Pada penelitian ini, peneliti memodifikasi langkah-langkah tersebut menjadi enam langkah agar sesuai dengan langkah peneliti yang dilakukan. Peneliti memodifikasi langkah penelitian menjadi enam langkah karena dalam pengembangan produk ini hanya dilakukan pada uji terbatas yaitu kelas I SD Kanisius Gamping. Keenam langkah tersebut meliputi (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Prosedur pengembangan dan penelitian ini dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan peneliti Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti:

1. Potensi dan masalah

Langkah pengembangan yang pertama, peneliti melihat potensi yang terkait dengan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar. Potensi yang ada adalah membaca dan menulis permulaan merupakan dua aspek yang harus


(50)

dikuasai di SD. Masalah yang dihadapi siswa adalah mengalami kesulitan membaca dan menulis terutama mengenal huruf. Peneliti kemudian mencari tahu penyebab muncul masalah tersebut. Masalah bermunculan karena guru belum mampu menciptakan metode pembelajaran untuk membantu siswa melatih membaca dan menulis. Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan melakukan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I, dan siswa kelas I. Sedangkan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas.

2. Pengumpulan data

Pada tahap kedua, peneliti mengumpulkan data hasil wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara dilakukan di kelas I sekolah dasar pada tanggal 24 Oktober 2016. Data awal yang diperoleh melalui wawancara tersebut dijadikan sebagai acuan dalam mempertimbangkan desain produk yang akan dikembangkan peneliti. Observasi dilakukan di kelas I pada tanggal 13 Agustus 2016 saat pelajaran Bahasa Indonesia. Pedoman observasi dibuat sebagai panduan ketika melakukan observasi di kelas. Langkah selanjutnya menyusun instrumen analisis kebutuhan berupa kuesioner dan wawancara. Wawancara ditunjukkan untuk mengambil data dengan siswa. Sedangkan kuesioner ditunjukkan untuk guru. Hasil analisis data terkait dengan karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik siswa. Instrumen sebelumnya divaliadsi oleh guru dari SD untuk mengetahui kelayakan instrumen. Setelah divalidasi, barulah peneliti melakukan revisi. Selanjunya instrumen analisis kebutuhan guru dan siswa yang sudah direvisi akan disebarkan kepada guru dan siswa.


(51)

3. Desain produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan. Komponen dalam alat peraga terdapat papan huruf a-z, kartu huruf a-z, kartu gambar, benda konkret (mainan alfabet), tongkat kayu, petunjuk penulisan huruf, dan buku petunjuk penggunaan alat peraga. Pengembangan alat peraga sesuai dengan lima karakteristik Montessori yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.

4. Validasi desain produk

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional efektif utuk digunakan. Pada validasi ini dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang. Produk hasil pengembangan akan divalidasi oleh ahli pembelajaran bahasa Indonesia, ahli pembelajaran Montessori, dan guru kelas I SD Kanisius Gamping. Validasi pertama dilakukan pada tanggal 22 Maret 2017 oleh seorang dosen yang berkompeten dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 28 Maret oleh seorang dosen yang berkompeten dalam bidang Montessori. Lalu validasi tahap ketiga dilakukan pada tanggal 25 Maret 2017 oleh guru kelas I di SD Kanisius Gamping. Selanjutnya, hasil validasi dianalisis sebagai pertimbangan revisi produk alat peraga.


(52)

5. Revisi desain produk

Pada tahap ini, desain produk yang telah divalidasi oleh ahli bahasa Indonesia, ahli Montessori, dan guru kelas I SD Kanisius Gamping kemudian direvisi oleh peneliti. Kritikan dan masukkan yang diberikan oleh validator dijadikan sebagai acuan dalam merevisi desain produk alat peraga kartu abjad berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan. 6. Uji coba produk

Desain produk yang telah direvisi kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas I SD Kanisius Gamping. Produk yang dibuat akan diujikan kepada lima siswa yang terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan. Dengan dilaksanakannya uji coba produk dapat mengetahui keefektifan alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti.

Berikut adalah langkah-langkah pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.


(53)

(54)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono: 2015: 308). Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya (Sugiyono: 2015: 137). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, kuesioner, gabungan (triangulasi). Berikut dipaparkan teknik analisis data dari masing-masing teknik.

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2010: 194). Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara tidak berstruktur.

Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditayangkan (Sugiyono, 2010:197). Wawancara ditunjukkan kepada kepala sekolah SD Kanisius Gamping, guru kelas I, dan siswa kelas I.

Data yang diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah berupa tanggapan mengenai pelajaran bahasa Indonesia terkait dengan tanggapan


(55)

mengenai pelajaran bahasa Indonesia, tanggapan mengenai pelajaran Bahasa Indonesia terkait dengan pengenalan huruf abjad, ketersediaan alat peraga di sekolah, pnggunaan alat peraga di sekolah, pembuatan alat peraga, dan kondisi alat peraga yang digunakan. Data dari hasil wawancara dengan guru kelas I berkaitan dengan proses kegiatan belajar di kelas, penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa latihan membaca dan menulis permulaan, kesulitan belajar yang dialami siswa dalam latihan membaca dan menulis permulaan, dan usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Sedangkan data yang diperoleh dari wawancara siswa adalah tanggapan mengenai pelajaran bahasa Indonesia, ketersediaan huruf-huruf di kelas untuk latihan membaca dan menulis, penggunaan huruf-huruf untuk latihan membaca dan menulis, kesulitan mengucapkan bunyi huruf, dan kesulitan menuliskan huruf. Selain untuk memperoleh informasi tersebut, wawancara dengan siswa dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Informasi terkait dengan analisis kebutuhan untuk siswa berupa penggunaan alat peraga, kegunaan alat peraga, penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar untuk latihan membaca dan menulis, bahan pembuatan alat peraga, pemberian warna pada alat peraga, bentuk alat peraga, alat peraga yang melibatkan lebih dari satu indera, alat peraga dapat digunakan untuk lebih dari satu materi, alat peraga membantu menemukan kesalahan sendiri, dan alat peraga membantu menemukan jawaban yang benar.


(56)

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan atau mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Adapun jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersipakan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2010: 205). Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran bahasa Indonesia kelas I yang diampu oleh guru kelas I. Aspek yang diamati adalah ketersediaan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas, penggunaan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas, cara menggunakan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas, dan kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan

Kuesioner analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka (Sukmadinata, 2008: 219). Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan membahas tentang kebutuhan guru akan alat peraga bahasa Indonesia untuk latihan membaca


(57)

dan menulis permulaan. Kuesioner analisis kebutuhan ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga dalam proses belajar mengajar. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru kelas I SD Kanisius Gamping.

b. Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli

Kuesioner validasi produk oleh ahli dilakukan dengan tujuan memperoleh data dalam menentukan kualitas produk yang dikembangkan oleh peneliti. Validasi produk dilakukan dengan tujuan supaya mengetahui kekurangan pada produk. Validasi produk dilakukan oleh ahli Bahasa Indonesia, ahli Montessori, dan guru kelas I SD.

4. Triangulasi

Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2015: 327).

Sugiyono (2012: 241) membedakan triangulasi menjadi dua macam yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Data yang diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi adalah data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan kuesioner. Berikut adalah triangulasi data yang disajikan dalam gambar 3.4.


(58)

Gambar 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan Gambar di atas terdapat tiga teknik dalam mengumpulkan data analisis kebutuhan dalam penggunaan alat peraga di sekolah yang diteliti. Tiga teknik yang digunakan dengan wawancara, observasi dan kuesioner. Data dari hasil wawancara, observasi, dan kuesioner akan dianalisis untuk mempertimbangkan pembuatan alat peraga yang disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa. Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis data wawancara berdasarkan tiga sumber. Berikut merupakan gambar triangulasi berdasarkan data analisis kebutuhan yang peneliti dapat selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

Gambar 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Bagan di atas merupakan tiga sumber dalam wawancara, yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pendapat

Kuesioner

Observasi Wawancara

Siswa Guru


(59)

narasumber mengenai penggunaan alat peraga dan kesulitan siswa dalam membaca dan menulis terutama mengenai huruf abjad.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran, akan diperoleh data yang objektif untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula (Sugiyono, 2010: 102). Instrumen penelitian yang akan digunakan peneliti ada tiga komponen yaitu wawancara, observasi, dan kuesioner. Berikut ini akan dijelaskan mengenai instrumen yang akan digunakan selama proses penelitian berlangsung.

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan sebagai acuan ketika melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas dan siswa kelas I SD Kanisus Gamping. Wawancara ini bertujuan menganalisis kebutuhan SD kaitannya dengan penggunaan alat peraga dan kesulitan dalam membaca dan menulis permulaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Peneliti dalam melakukan wawancara menyiapkan daftar pertanyaan secara singkat yang akan ditanyakan kepada responden yang masih dapat berkembang berdasarkan jawaban yang diungkapkan. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara.

a. Wawancara Kepala Sekolah

Wawancara dengan kepala sekolah berguna untuk mengetahui ketersediaan alat peraga di sekolah. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, tetapi peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan untuk membuat


(60)

pertanyaan. Kisi-kisi wawancara terhadap kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah Topik Pertanyaan

Tanggapan mengenai pelajaran Bahasa Indonesia

Tanggapan mengenai pelajaran Bahasa Indonesia terkait dengan pengenalan huruf abjad.

Ketersediaan alat peraga di sekolah. Penggunaan alat peraga di sekolah. Pembuatan alat peraga.

Kondisi alat peraga yang digunakan. b. Wawancara Guru Kelas I

Wawancara dilakukan dengan guru kelas I yaitu Ibu Yunia. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam latihan membaca dan menulis permulaan serta penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar di kelas. Kisi-kisi wawancara terhadap guru kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi pertanyaan wawancara terhadap guru kelas I

No Topik Pertanyaan

1 Proses kegiatan belajar di kelas. 2 Penggunaan alat peraga di kelas.

3 Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa latihan membaca dan menulis permulaan

4 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam latihan membaca dan menulis permulaan

5 Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. c. Wawancara Siswa Kelas I

Kegiatan wawancara dilakukan dengan siswa kelas I. Wawancara dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat peraga dan kesulitan siswa dalam


(61)

berlatih membaca dan menulis. Sekaligus untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Kisi-kisi wawancara terhadap siswa kelas I dan kisi-kisi wawancara analisis kebutuhan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5.

Tabel 3.4 Kisi-kisi pertanyaan wawancara terhadap siswa kelas I.

No Topik Pertanyaan

1 Tanggapan mengenai pelajaran bahasa Indonesia.

2 Ketersediaan huruf-huruf di kelas untuk latihan membaca dan menulis. 3 Penggunaan huruf-huruf untuk latihan membaca dan menulis.

4 Kesulitan mengucapkan bunyi huruf. 5 Kesulitan menuliskan huruf.

Tabel 3.5 Kisi-kisi wawancara analisis kebutuhan siswa kelas I.

Aspek Indikator No.

Item

Auto-education

1. Penggunaan alat peraga 2. Kegunaan alat peraga

1,2 Kontekstual 1. Penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar

untuk latihan membaca dan menulis. 2. Bahan pembuatan alat peraga

3,4 Menarik 1. Pemberian warna pada alat peraga

2. Bentuk alat peraga

5,6 Bergradasi 1. Melibatkan lebih dari satu indera

2. Dapat digunakan untuk lebih dari satu materi

7,8

Auto-correction

1. Membantu menemukan kesalahan sendiri 2. Membantu menemukan jawaban yang benar

9,10

Pedoman wawancara telah divalidasi oleh guru. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi konstruk berkaitan dengan suatu instrumen dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi instrumen (Widoyoko, 2009: 175). Hasil validasi konstruk diperoleh dari rerata skor validasi pedoman wawancara.


(62)

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi disusun sebagai acuan ketika observasi pembelajaran dan ketersediaan alat peraga yang ada di kelas I SD Kanisis Gamping. Kisi-kisi pedoman observasi disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran di kelas I No.

Item

Kisi-Kisi Observasi Objek yang diamati

1 Ketersediaan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas.

Adanya alat peraga yang digunakan untuk latihan membaca dan menulis permulaan.

2 Penggunaan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas.

Guru menggunakan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas. 3 Cara menggunakan alat peraga untuk latihan

membaca dan menulis permulaan di kelas.

Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga untuk latihan membaca dan menulis permulaan di kelas.

4,5 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis

1. Siswa melakukan kesalahan dalam membaca di kelas. 2. Siswa melakukan kesalahan

dalam menulis di kelas. Pedoman observasi telah divalidasi oleh guru. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi konstruk berkaitan dengan suatu instrumen dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi instrumen (Widoyoko, 2009: 175). Hasil validasi konstruk diperoleh dari rerata skor validasi pedoman observasi yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Selain melakukan observasi ketersediaan alat peraga yang ada di kelas I, peneliti juga melakukan observasi untuk mendapatkan data siswa setelah menggunakan alat peraga. Kisi-kisi observasi setelah menggunakan alat peraga dapat dilihat pada tabel 3.7.


(63)

Tabel 3.7 Kisi-kisi Observasi Setelah Menggunakan Alat Peraga No Kisi-Kisi

Observasi

Nama Siswa

Dimas OO Quinsa Amel Nanda 1 Ketertarikan

menggunakan alat peraga 2 Menggunakan

alat peraga secara mandiri tanpa bantuan pembimbing 3 Penggunaan

kartu huruf dan kartu gambar

Pedoman observasi ini akan digunakan peneliti untuk mendapatkan data siswa setelah menggunakan alat peraga. Peneliti mengobservasi siswa ketika menggunakan alat peraga kartu abajd berbasis metode Montessori untuk latihan membaca dan menulis permulaan. Peneliti akan melihat perbedaan masing-masing siswa ketika menggunakan alat peraga.

3. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk analisis kebutuhan untuk guru dan validasi produk. Kuesioner digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa dalam penggunaan dan ketersediaan alat peraga yang ada di kelas I SD Kanisis Gamping. Berikut kisi-kisi analisis kebutuhan guru.

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru

Kuesioner analisis kebutuhan menggunakan bentuk kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Kuesioner analisis kebutuhan dilakukan oleh


(64)

guru kelas I di SD Kanisius Gamping. Kuesioner analisis kebutuhan guru dibuat berdasarkan hasil modifikasi dari kuesioner analisis kebutuhan guru dari Noi (2015). Analisis kebutuhan guru yang dibuat menggunakan lima aspek yang sesuai dengan karakteristik Montessori yaitu, menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Pada setiap karakteristik Montessori terdapat indikator yang berhubungan dengan Matematika. Sedangkan analisis kebutuhan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan Noi (2015) yang menggunakan lima aspek dari karakteristik Montessori. Akan tetapi yang membedakan terdapat pada setiap indikator, karena peneliti membahas mengenai membaca dan menulis permulaan. Berikut ini adalah kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan guru yang dibuat oleh peneliti mengenai membaca dan menulis permulaan yang dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kelas I

Aspek Indikator No. Item

Auto-education 1. Penggunaan alat peraga

2. Alat peraga yang digunakan dapat membantu siswa berlatih membaca dan menulis secara mandiri.

1,2

Kontekstual 1. Penggunaan benda-benda yang berasal dari lingkungan sekitar.

2. Bahan pembuatan alat peraga

3,4 Menarik 1. Pemberian warna pada alat peraga

2. Bentuk alat peraga

5,6 Bergradasi 1. Melibatkan lebih dari satu indera

2. Dapat digunakan untuk lebih dari satu materi

7,8

Auto-correction 1. Membantu menemukan kesalahan sendiri

2. Membantu menemukan jawaban yang benar

9,10

Kelima indikator dalam tabel 3.7 dikembangkan menjadi 10 pertanyaan yang disusun dalam kuesioner analisis kebutuhan.


(1)

158

Latihan Ketiga

34.Pembimbing mengeluarkan selembar kertas bergaris dan sebuah pensil. “Ini adalah kertas bergaris dan pensil digunakan untuk latihan menulis” sambil meletakkan di karpet.

35.Pembimbing menulis huruf di kertas dengan menggunakan pensil. “Ini adalah huruf b”

36.Pembimbing menawarkan kepada siswa untuk menulis di kertas dengan menggunakan pensil. “Apakah kamu mau mencoba?”

37.Siswa mencoba menulis di kertas yang sudah disediakan. Latihan Keempat

38.Pembimbing mengeluarkan kotak huruf dan kotak gambar. “Ini adalah kotak huruf dan kotak gambar” sambil meletakkan di karpet.


(2)

39.Pembimbing membuka kotak huruf dan kotak gambar.

40.Pembimbing mengambil kartu gambar di kotak dan berkata “Ini adalah kartu gambar” sambil meletakkan di karpet.

41.Pembimbing mengambil kartu huruf di kotak dan berkata “Ini adalah kartu huruf a” sambil menunjukkan ke siswa.


(3)

160

42.Pembimbing meletakkan kartu huruf di karpet.

43.Pembimbing mencari kartu gambar yang diawali dengan huruf a dan berkata “Huruf a digunakan untuk mengawali nama ayam” sambil menunjuk kartu gambar ayam.

44.Pembimbing mengambil kartu gambar ayam.


(4)

45.Pembimbing meletakkan kartu gambar ayam di sebelah kiri kartu huruf a.

46.Pembimbing mengoreksi jawaban dengan melihat huruf dibalik kartu gambar.

47.Pembimbing menawarkan kepada siswa untuk mencoba. “Apakah kamu mau mencoba?”

48.Siswa mencoba sesuai dengan langkah-langkah yang sudah diperagakan oleh Pembimbing.


(5)

162

Penutup

49.Pembimbing memberi kesimpulan “Hari ini, kita sudah belajar membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan huruf abjad”.

50.Pembimbing meminta siswa mengembalikan alat peraga dengan berkata “Mari bantu ibu mengembalikan alat peraga latihan membaca dan menulis

permulaan!”.

51.Siswa mengembalikan alat peraga latihan membaca dan menulis permulaan ke tempat penyimpanan.

52.Siswa membereskan tempat kerja. Catatan:

Jika siswa sudah paham, siswa boleh belajar sendiri tanpa bantuan pembimbing, dengan menggunakan pensil dan kartu-kartu yang sudah disediakan. Jika siswa belum paham, pembimbing harus mengulangi presentasi kembali pada hari yang berbeda.


(6)

163 Lampiran 8 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Bernadeta Dwi Astuti merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir di Sleman, 28 September 1995. Peneliti memperoleh pendidikan dasar di SD Negeri Kwayuhan, tamat pada tahun 2006. Kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Budi Mulia Minggir, tamat pada tahun 2011. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Pangudi Luhur Sedayu, tamat pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD). Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul: "Pengembangan Kartu Abjad Berbasis Metode Montessori untuk Latihan Membaca dan Menulis Permulaan”.