Pengembangan alat peraga Sandpaper Letters materi menulis kalimat tegak bersambung berbasis metode Montessori.

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA SANDPAPER

LETTERS MATERI MENULIS KALMAT TEGAK

BERSAMBUNG BERBASIS METODE MONTESSORI

Sabrina Winda Agustin NIM: 111134275 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menulis kalimat tegak bersambung siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Jenis Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan ( Research and Development). Penelitian ini menggunakan tujuh tahap yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk akhir. Validasi dilakukan oleh dosen bahasa Indonesia dan dosen ahli Montessori. Subjek uji coba penelitian terdiri atas siswi kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Data yang dihasilkan berupa hasil tulisan siswa sebelum menggunakan alat peraga Sandpaper Letters dan setelah menggunakan alat peraga Sandpaper Letters.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori memiliki lima ciri yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) dapat digunakan secara mandiri, (4) memiliki pengendali kesalahan, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga ditunjukkan dari hasil validasi oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Montessori dan memperoleh skor 3,20 termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters layak digunakan dan dapat diuji coba pada ruang lingkup yang lebih luas.

Kata Kunci : jenis penelitian, Sandpaper Letters, metode Montessori, menulis kalimat tegak bersambung.


(2)

THE DEVELOPMENTOF SANDPAPER LETTERS

PROPERTY UPRIGHT SENTENCES CONCATENATED

WRITTING BASED MONTESSORI METHODS

Sabrina Winda Agustin NIM : 111134275 Sanata Dharma University

This researched aims to develop the ability to write sentences upright continued first-class students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. This research type is research and development (Research and Development). This research uses seven steps: 1) research and data collection, (2) planning, (3) the development of the format of the initial product, (4) the initial trials, (5) product revision, (6) the field trials, (7) revision of the final product. Validation is done by the Indonesian lecturers and expert lecturers Montessori. Subject research trial consisted of first grade students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. Data were collected through interviews, observations, and results of questionnaire analysis of the needs of teachers and students. Data generated in the form of students' writing before using property Sandpaper Letters and after using props Sandpaper Letters.

The results showed that props Sandpaper Letters based on the Montessori method has five characteristics: (1) interesting, (2) graded, (3) can be used independently, (4) have the error handler, (5) contextual. Quality props shown from the results of validation by Indonesian experts and experts Montessori and obtain a score of 3.20 is included in the category of "very good". This indicates that the Sandpaper Letters property fit for use and can be tested on a wider scope.

Keywords: types of research, Sandpaper Letters, Montessori method, write a sentence erect continued.


(3)

i

MATERI MENULIS KALIMAT TEGAK BERSAMBUNG

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Sabrina Winda Agustin NIM: 111134275

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

iii


(6)

iv

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Kedua orang tua Ibu Fransiska Wiwi Sarwati dan Bapak Yusuf Sumarja yang telah membimbing dan memberikan kasih sayang yang tulus.

 Kakek dan nenek/orang tua dari Ibuku, Alm. Mbah Wiryo dan Mbah Ali yang tulus memberikan bimbingan serta nasehat.

Kakakku Yohana Astri Wardani dan kakak iparku Sasongko Dwi Hartaji yang selalu memberikan semangat, motivasi dan bimbingan.

 Yang tercinta Nathania Grace Ariane dan ade Naila Aisyah Putri.

 Tante Marwati dan Om Budi Suprayogi yang selalu membantu dan memberikan nasehat yang berguna.

Bude Endang dan Pakde Pujo Waluyo yang selalu memberikan motivasi.  Suster Rena, Suster Tres, Suster Yohana yang selalu mendoakanku.  Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.

 Mas Abdiel Yosi, Ibu Lidya, Tante Martini dan Om Agus yang slalu memotivasi dan memberikan semangat.

 Sahabat-sahabatku kelas D angkatan 2011 terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya.


(7)

v

“Hidup adalah sebuah perjuangan, maka dari itu berjuanglah untuk hidupmu”.

(Sabrina Winda)

Life is like riding a bicycle, To keep your balance, you must keep moving. (Albert Einstein)

Live as if your were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever (Gandhi)


(8)

(9)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sabrina Winda Agustin

Nomor Mahasiswa : 111134275

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Materi Menulis Kalimat Tegak Bersambung Berbasis Metode Montessori

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Juni 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA SANDPAPER LETTERS

MATERI MENULIS KALMAT TEGAK BERSAMBUNG

BERBASIS METODE MONTESSORI

Sabrina Winda Agustin

NIM: 111134275 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menulis kalimat tegak bersambung siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Jenis Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan ( Research and Development). Penelitian ini menggunakan tujuh tahap yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk akhir. Validasi dilakukan oleh dosen bahasa Indonesia dan dosen ahli Montessori. Subjek uji coba penelitian terdiri atas siswi kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Data yang dihasilkan berupa hasil tulisan siswa sebelum menggunakan alat peraga Sandpaper Letters dan setelah menggunakan alat peraga Sandpaper Letters.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori memiliki lima ciri yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) dapat digunakan secara mandiri, (4) memiliki pengendali kesalahan, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga ditunjukkan dari hasil validasi oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Montessori dan memperoleh skor 3,20 termasuk dalam kategori “sangat

baik”. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters layak digunakan dan dapat diuji coba pada ruang lingkup yang lebih luas.

Kata Kunci : jenis penelitian, Sandpaper Letters, metode Montessori, menulis kalimat tegak bersambung.


(11)

ix

THE DEVELOPMENTOF SANDPAPER LETTERS PROPERTY

UPRIGHT SENTENCES CONCATENATED WRITTING BASED

MONTESSORI METHODS

Sabrina Winda Agustin NIM : 111134275 Sanata Dharma University

This researched aims to develop the ability to write sentences upright continued first-class students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. This research type is research and development (Research and Development). This research uses seven steps: 1) research and data collection, (2) planning, (3) the development of the format of the initial product, (4) the initial trials, (5) product revision, (6) the field trials, (7) revision of the final product. Validation is done by the Indonesian lecturers and expert lecturers Montessori. Subject research trial consisted of first grade students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. Data were collected through interviews, observations, and results of questionnaire analysis of the needs of teachers and students. Data generated in the form of students' writing before using property Sandpaper Letters and after using props Sandpaper Letters.

The results showed that props Sandpaper Letters based on the Montessori method has five characteristics: (1) interesting, (2) graded, (3) can be used independently, (4) have the error handler, (5) contextual. Quality props shown from the results of validation by Indonesian experts and experts Montessori and obtain a score of 3.20 is included in the category of "very good". This indicates that the Sandpaper Letters property fit for use and can be tested on a wider scope. Keywords: types of research, Sandpaper Letters, Montessori method, write a sentence erect continued.


(12)

x

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan, atas segala rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul

Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Materi Menulis Kalimat Tegak

Bersambung Berbasis Metode Montessori” sebagai Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Apri Damai Sagita Krissandi,S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD, Universitas Sanata Dharma

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, meluangkan waktu, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Kepala SD Negeri Percobaan II, Jumari S. Pd. yang telah memberikan ijin penelitian, dan Ibu Ketti W, S.Pd. selaku wali kelas I yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukanselama penelitian serta seluruh guru, karyawan dan murid-murid tercinta SD Negeri Percobaan II.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD, USD.

7. Ibu Fransiska Wiwi Sarwati dan Bapak Yusuf Sumarja, kakakku Yohana Astri Wardani,Sasongko Dwi Hartaji dan mas Abdiel Yosi Dwi Prasetya. 8. Tante Marwati, Om Budi, Tante Victoria, Om Sigit, Mas Petrus, Suster Rena


(13)

xi melaksanakan penulisan skripsi.

10. Teman-teman kelompok payung montessori (Elena Mahanani Wicaksono, Stefi Peni Leton, Bona) terima kasih atas kerjasama, kebersamaan, dan bantuan selama kita mengerjakan skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2011 PGSD terlebih kelas D terima kasih atas kerja sama, kekeluargaan, dan keceriaan yang selalu tercipta setiap hari selama perkuliahan.

12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini.Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat untuk memajukan pendidikan di masa yang akan datang.


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah... 9

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitan ... 11


(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

A.Kajian Pustaka ... 19

1. Pengertian Menulis ... 19

2. Pengertian Kemampuan Menulis ... 20

3. Menulis Tegak Bersambung ... 22

4. Manfaat Menulis Huruf Tegak Bersambung ... 24

5. Tahap-tahap Menulis Huruf Tegak Bersambung ... 25

6. Langkah-langkah Menulis Huruf Tegak Bersambung ... 27

7. Penilaian Menulis Huruf Tegak Bersambung ... 31

8. Prinsip Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar ... 32

9. Menulis Kalimat Sederhana ... 33

10. Metode Montessori ... 35

11. Kemampuan Motorik Halus ... 36

12. Perkembangan Anak ... 37

13. Alat Peraga Montessori ... 42

a. Pengertian Alat Peraga ... 42

b. Fungsi Alat Peraga ... 52

c. Kriteria Alat Peraga... 55

d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori... 56

14.Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori ... 60

15.Deskripsi Kemampuan Siswa……… 62

B.Penelitian yang Relevan ... 63


(16)

xiv

A.Jenis Penelitian ... 69

B.Setting Penelitian ... 71

1. Objek Penelitian ... 71

2. Subyek Penelitian ... 71

3. Tempat Penelitian ... 71

4. Waktu Penelitian ... 72

C.Rancangan Penelitian ... 72

D.Prosedur Pengembangan ... 76

E. Teknik Pengumpulan Data ... 81

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 89

G.Teknik Analisis Data... 100

H.BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 107

A.Hasil Penelitian ... 107

1. Pengumpulan Data ... 107

B.Pembahasan ... 166

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ... 122

A.Kesimpulan ... 122

B.Keterbatasan Penelitan ... 123

C.Saran ... 123

DAFTAR REFERENSI ... 125


(17)

xv

Halaman

Lampiran 1.1Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ... 183

Lampiran 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas I ... 186

Lampiran 1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas I ... 189

Lampiran 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis ... 190

Lampiran 2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Siswa ... 194

Lampiran 2.3 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ………….. . ……..201

Lampiran 2.4 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ……..………….. 205

Lampiran 3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Ahli ……… 211

Lampiran 4.1 Hasil Produk Siswa ………. ……….229

Lampiran 5. Dokumentasi ……… 241


(18)

xvi

Halaman

Gambar 1.1 Tulisan Salah Satu Siswa Kelas I ... 8

Gambar 1.2 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf c,m,n dan r ... 15

Gambar 1.3 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf b,c, f dan g ... 15

Gambar 1.4 Alat Peraga Sanpaper Letters huruf a,i,u,e dan o... 16

Gambar 1.5 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf s,v,w,x dan z ... 17

Gambar 1.6 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf h,j,k dan l... 18

Gambar 1.7 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf p, q, t dan y... 19

Gambar 2.1 Baris Buku pada buku tulis halus siswa... 32

Gambar 2.2 Aturan Menulis Huruf Tegak Bersambung... 33

Gambar 4.1 Sandpaper yang sudah direvisi huruf vokal ... 71

Gambar 4.2 Sandpaper Letters huruf h,j,k,l ... 72

Gambar 4.3 Sandpaper Letters huruf b,d,f dan g ... 72

Gambar 4.4 Sandpaper Letters huruf p,q,t dan y ... 73

Gambar 4.5 Sandpaper Letters huruf s,v,w,x dan z ... 73


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (A) Latar Belakang Penelitian, (B) Rumusan Masalah, (C) Tujuan penelitian, (D) Manfaat penelitian, (E) Spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (F) Definisi operasional.

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada hakikatnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Adapun beberapa tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut: a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,baik secara lisan maupun tertulis, b) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, c) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dan penting dalam perkembangan intelektual,sosial, dan emosional peserta didik dan menjadi salah satu penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.


(20)

2

Senada dengan pendapat di atas, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI harus mencakup komponen kemampuan berbahasa yang meliputi 4 aspek. Keempat aspek tersebut adalah: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.

Mata pelajaran bahasa Indonesia di ruang lingkup SD diharapkan dapat membantu siswa untuk menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti halnya kemampuan membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan apreasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu. Isi dan tujuan dari standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar berkomunikasi dan belajar sastra. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat dan benar seharusnya mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003:12).

Pentingya menulis huruf tegak bersambung di kelas I SD perlu ditekankan kepada siswa, supaya siswa dapat menulis permulaan dengan tulisan yang benar, sehingga tulisan huruf tegak bersambung dapat dibaca dengan mudah. Pelajaran menulis di kelas rendah khususnya di kelas I SD diorientasikan pada kemampuan


(21)

3

menulis mekanik. Siswa dilatih untuk menuliskan lambang-lambang tulis jika dirangkaikan ke dalam sebuah kata, maka lambang-lambang tersebut menjadi kalimat yang bermakna.Keterampilan menulis huruf tegak bersambung dipelajari dikelas I dan II kemudian dilanjutkan dikelas III. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir dan mengasah motorik halus siswa. Hal ini sependapat dengan Sella (2010:13) bahwa kemampuan motorik halus siswa akan semakin terasah ketika siswa berlatih menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung akan merangsang kerja otak,terutama otak kanan siswa yang merupakan tempat mengatur berbagai macam seni dan estetika.

Kemampuan otak manusia khususnya siswa usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) sedang mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Pembelajaran menulis huruf tegak bersambung secara tidak langsung juga mengajarkan ketelitian, kerapian dan kreatif kepada siswa. Fungsi lain dari menulis huruf tegak bersambung adalah siswa dapat menulis lebih rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain. (Sella,2012:33). Hal ini disebabkan dengan adanya kegiatan menulis huruf tegak bersambung, siswa berusaha menulis pada posisi baris yang terdapat di buku halus menulis huruf tegak bersambung. Di dalam buku halus terdapat enam baris yang digunakan sebagai tempat merangkai huruf. Dengan adanya baris tersebut dapat membantu siswa untuk menulis huruf tegak bersambung sesuai dengan benar.

Senada dengan Sella, menurut pendapat Pratanti (2012:54) mengungkapkan menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil


(22)

4

atau pulpen adalah salah satu kegiatan kompleks yang melibatkan integrasi sensori (visual, sentuhan, dan motorik halus). Siswa kelas I SD pada umumnya diberikan latihan menulis dengan menggunakan pensil. Jika terjadi kesalahan dalam menulis huruf tegak bersambung, maka siswa dapat menghapusnya. Oleh karena itu, dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti menyarankan supaya siswa menggunakan pensil. Menurut pendapat Pratanti (2012: 22) menjelaskan bahwa dengan menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil akan membantu siswa dalam mengkoordinasikan seluruh sensori motorik antara tangan, alat tulis dan tulisan yang akan ditulis sehingga merangsang kerja otak kanan mereka.

Kesulitan siswa dalam melakukan integrasi sensori pada siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan berkonsentrasi, kendali emosi. Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa kelas IA di SDN Percobaan 2 Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober -15 Oktober 2015 diperoleh data diantaranya sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menulis huruf konsonan seperti huruf p,q,z,t,w,z dan siswa masih mengalami kesulitan dalam merangkaikan huruf menjadi sebuah kata dan kalimat.

Disamping itu, guru masih belum dapat menciptakan media yang mampu melatih siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Media yang tersedia di ruang kelas I pada umumnya hanya poster contoh huruf tegak bersambung. Proses pembelajaran menulis huruf tegak bersambung selama pelajaran bahasa Indonesia belum melibatkan keaktifan siswa untuk latihan menulis dengan intensif, akibatnya masih banyak tulisan siswa yang belum jelas


(23)

5

dibaca. Oleh karena itu, guru harus mencari alternatif alat peraga pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam latihan menulis huruf tegak bersambung.

Ketidakmampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung khususnya siswa laki-laki akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa, sebab siswa tidak jelas membaca tulisan yang ditulisnya. Dari hasil pengamatan, peneliti juga melihat hasil belajar siswa yang belum maksimal dan masih banyak huruf yang belum jelas. Penggunaan buku tulis halus dan alat peraga Sandpaper letters yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk latihan menulis huruf tegak bersambung.

Adapun alasan tertentu siswa diberi pelajaran menulis huruf tegak bersambung adalah (1) tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal kata-kata sebagai satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, (2) menulis huruf tegak bersambung tidak memungkinkan menulis dengan posisi huruf terbalik, (3) menulis huruf tegak bersambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti disetiap huruf (Abdurrahman, 1999:21). Adapun kelebihan buku tulis halus dibandingkan dengan buku tulis biasa yaitu untuk melatih siswa menulis huruf tegak bersambung adalah sebagai berikut: (1) mempermudah siswa dalam menyamakan besarnya huruf. Hal ini disebabkan besarnya huruf yang ditulis oleh siswa dipandu oleh dua garis atas dan dua garis bawah serta satu garis tengah yang memiliki spasi pendek, sehingga tulisan siswa akan tepat pada garis tidak lebih dan tidak kurang dari jangkauan garis.

Pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret, salah satunya dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran khususnya dalam hal menulis huruf tegak bersambung. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif


(24)

6

Piaget (2011:36) menyatakan siswa kelas I SD masih berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini, siswa mampu berpikir secara logis dan dapat membangun konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret disekitar lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian tentang penggunaan alat peraga Sandpaper letters untuk mengatasi permasalahan terkait dengan melatih dan merangsang motorik halus anak pada saat menulis huruf tegak bersambung. Penggunaan alat peraga dapat membantu melatih motorik halus anak sehingga anak mampu memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan benar.

Kesulitan masing-masing siswa dalam menulis dapat menimbulkan berbagai akibat tidak terbacanya tulisan siswa dengan jelas. Hal ini yang dirasakan oleh guru kelas I SDN Percobaan mengatakan masih ada beberapa siswa yang belum lancar dalam menulis huruf tegak bersambung, sehingga saat ada tugas untuk menulis, siswa tersebut lambat dalam menyelesaikan tugasnya. Tulisan antara satu siswa dengan siswa lainnya pasti berbeda bentuknya. Peneliti mengambil salah satu gambar tulisan siswa pada saat kegiatan observasi di kelas IA dan peneliti menemukan adanya permasalahan dikelas IA untuk materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung.


(25)

7

Gambar 1.1 Tulisan salah satu siswa kelas I

Berdasarkan dokumentasi gambar tulisan salah satu siswa diatas, peneliti menemukan permasalahan yaitu kesulitan menulis huruf tegak bersambung. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih sensori motorik halus anak adalah dengan menggunakan metode Montessori karena metode ini menekankan fungsi dari penggunaan alat peraga. Melalui metodenya, Montessori mampu mengasah motorik halus anak dengan cara meraba huruf yang terdapat pada alat

sandpaper letters.setelah anak meraba huruf kemudian anak diberi penjelasan

tentang cara menulis huruf dan diberikan latihan secara terus-menerus sehingga pada usia SD, anak sudah lancar menulis huruf.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Montessori, penelitian serupa dilakukan oleh Liliard dan El-Quest (2006:12) yang menunjukkan bahwa anak yang diberi kebebasan dan kemandirian dalam belajar menggunakan alat peraga khususnya dari sekolah montessori memiliki kecepatan belajar yang lebih fokus dalam memahami konsep abstrak dibandingkan dengan anak dari sekolah tradisional. Penelitian lain terkait dengan adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelas 1 SD Ar-Rahman, Jombang. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode Montessori dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa khususnya dalam menulis huruf.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru kelas I dan siswa kelas I terdapat beberapa informasi bahwa guru belum menggunakan alat peraga bahasa Indonesia secara maksimal dan hanya terbatas pada papan tulis saja. Selain itu, peneliti juga


(26)

8

melihat dari hasil analisis kebutuhan siswa dan hasil kuesioner menyebutkan bahwa sekitar 70% siswa kelas 1Amembutuhkan alat peraga yang menarik dan mampu membantu siswa dalam memahami cara menulis huruf tegak bersambung. Guru kelas 1A juga membutuhkan alat peraga yang mampu membantu siswa dalam latihan menulis huruf tegak bersambung.

Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) tentang alat peraga pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis huruf tegak bersambung. Alat peraga yang dikembangkan adalah alat peraga berbasis

Montessori “Sandpaper Letters”. Alat peraga ini merupakan salah satu alat peraga

Montessori yang digunakan untuk melatih anak supaya mengetahui cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus anak dengan meraba (tracing) huruf yang ada pada papan Sandpaper letters.

Dalam penggandaan alat peraga berbasis Montessori ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya tentang fungsi dan tingkat keamanan pada saat siswa menggunakan alat peraga tersebut secara mandiri. Maria Montessori telah menjelaskan tentang tata cara dalam menggandakan alat peraganya yang disajikan dalam Metode Montessori. Montessori (dalam Gutek, 2013:240) menyataka bahwa pembelajaran bahasa Indonesia degan alat peraga sebaiknya mengandung unsur dan nilai keindahan serta estetik (seni) termasuk dalam kategori menarik, unsur gradasi (dilihat dari tekstur,warna,bentuk,ukuran,fungsi), nilai pengendali kesalahan (auto-correction), dan nilai kontekstual. Alat peraga yang dirancang


(27)

9

sebaiknya memenuhi kelima nilai dan karakter tersebut, sehingga alat peraga yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan hasil yang maksimal oleh siswa.

Peneliti mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia “Sandpaper letters”

untuk alat peraga menulis huruf tegak bersambung. Tujuan dalam mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia berbasis Montessori ini adalah untuk melatih siswa dalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung.

Peneliti mengembangkan alat peraga Montessori selama proses penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan di SDN Percobaan II Yogyakarta dengan jumlah 10 siswa yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Peneliti melakukan penelitian di SD tersebut karena kebutuhan alat peraga masih terbatas untuk kelas I. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Salah satu kemampuan yang akan dikembangkan peneliti adalah kemampuan menulis, khususnya menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Dalam menulis yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan siswa dalam menyusun dan menuliskan simbol-simbol tertulis saja melainkan juga kemampuan siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan serta pendapat ke dalam bentuk tulisan. Menurut Solchan (2008:117) berpendapat bahwa dalam pembelajaran menulis di kelas rendah (menulis permulaan) yang perlu di ajarkan kepada siswa adalah: (1) penguasaan tulisan (huruf), (2) penulisan kata, (3) penulisan kalimat sederhana, (4) kaidah tata tulis. Produk yang dihasilkan berupa prototipe alat peraga Sandpaper Letters yang diujicobakan secara terbatas kepada subjek siswa kelas I SDN Percobaan II.


(28)

10

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan untuk materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta?

2. Bagaimana cara penggunaan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta? 3. Bagaimana kualitas alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang

dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta?

4. Bagaimana deskripsi kemampuan siswadalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang sesuai digunakan untuk melatih anak menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. 2. Mengetahui penggunaan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori

yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta.


(29)

11

3. Mengetahui kualitas alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta.

4. Mengetahui deskripsi kemampuan siswa dalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Alat peraga yang dikembangkan akan memberikan ilmu baru bagi siswa kelas I tentang bentuk huruf tegak bersambung dan wawasan tentang alat peraga montessori yaitu Sandpaper letters. Melalui alat peraga Sandpaper

letters, siswa dapat belajar sambil bermain dengan alat peraga. Siswa juga

merasakan adanya tekstur kasar dari permukaan huruf, sehingga ada nilai keindahan dan gradasi dari alat peraga Sandpaper letters.

2. Manfaat Praktis

a.)Bagi Peneliti

Penelitian ini membuka pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti dalam merancang, membuat, serta mengembangkan penggunaan alat peraga bahasa Indonesia berbasis Montessori tentang menulis kalimat huruf tegak bersambung untuk siswa dikelas IA serta melibatkan keaktifan siswa selama proses penelitian berlangsung.


(30)

12 b.) Bagi Guru

Guru dapat mengembangkan alat peraga yang sudah dimiliki sesuai dengan prinsip-prinsip alat peraga berbasis Montessori. Setelah itu guru dapat mengaplikasikan alat peraga Sandpaper Letters untuk siswa kelas I pada materi menulis huruf tegak bersambung.

c.) Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep dasar menulis huruf tegak bersambung dan menambah ketertarikan siswa dalam belajar menulis huruf tegak bersambung dan memberikan pengetahuan tentang alat peraga Sandpaper Letters.

d.) Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi sekolah tentang penggunaan alat peraga untuk mengatasi permasalahan siswa khususnya kelas I dalam hal menulis huruf tegak bersambung, sehingga pihak sekolah dapat memiliki inovasi untuk memperbaiki dan menata kembali proses pendidikan melalui pemanfaatan dan penggandaan alat peraga yang digunakan.

E.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dan dihasilkan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang berupa Sandpaper Letters berbasis pada Metode Montessori, beserta album cara penggunaannya. Adapun beberapa list produk yang akan dikembangkan yaitu papan huruf vokal dan papan huruf konsonan yang sudah didesain oleh peneliti dan sudah divalidasi oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli


(31)

13

Montessori serta album penggunaan. Adapun fungsi dari alat peraga Sandpaper

letters yaitu membantu siswa dalam memahami cara menulis huruf tegak

bersambung dan mengetahui bentuk huruf tegak bersambung. Produk alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah papan yang terdiri dari huruf vokal dan huruf konsonan dengan desain huruf tegak bersambung. Berikut ini adalah desain alat peraga Sandpaper Letter yang telah dirancang oleh peneliti.

Gambar 1.2 Alat peraga Sandpaper Letters

Pada papan huruf c,m,n, dan r memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 9,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk huruf nya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai c adalah 5 cm, panjang tangkai m,n dan r sama yaitu 5 cm. Hal ini disesuaikan dengan lebar papan huruf bagian tengah adalah 5 cm.


(32)

14

Gambar 1.3 Alat peraga Sandpaper Letter untuk huruf b,c,f dan g.

Pada papan huruf b,d,f,g memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 20,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk hurufnya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai b adalah 6cm dan tinggi tangkai adalah 6 cm.sedangkan untuk huruf d memiliki tinggi tangkai 4,4 cm,ekor tangkai kurang lebih 6 cm dan bagian depan memiliki panjang 3,6 cm serta diameter tengah adalah 2,4 cm. Pada huruf f, memiliki tinggi tangkai 6,6cm dan panjang tangkai 4,7cm. Pada huruf g memiliki panjang tangkai 6 cm kearah bawah dan bagian depan 3,7 cm serta diameter begian tengah didalam huruf g adalah 1,5 cm.

Pengelompokan huruf b,d,f dan g karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf b,d,f dan g dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.


(33)

15

Pada papan huruf a,i,u,e dan o memiliki panjang 50 cm dan lebar papan 9,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan dari kayu pinus,sama dengan papan huruf lainnya. Hanya saja pada huruf vokal, peneliti memberikan gradasi warna merah tua dan warna biru. Hal ini disesuaikan dengan kriteria alat peraga berbasis Montessori yaitu menarik dan bergradasi. Yang dimaksud menarik, dapat dilihat dari komposisi dan pemilihan warna, sedangkan untuk bergradasi dapat dilihar dari tekstur permukaan huruf vokal.

Peneliti mengelompokkan huruf a,i,u,e dan o menjadi satu papan karena memudahkan peneliti untuk mengajarkan kepada siswa tentang macam-macam huruf vokal dan berbagai bentuk huruf vokal apabila didesain dengan tegak bersambung. Selain itu, peneliti juga mendesain huruf a,i,u,e dan o menjadi satu papan karena tinggi masing-masing tangkai dan panjang tangkai sama besarnya, sehingga sekaligus mengajarkan kepada siswa tentang kesesuaian tinggi dan besarnya huruf vokal a,i,u,e dan o.

Gambar 1.5 Alat Sandpaper Letter untuk huruf konsonan s,v,w,x dan z Pada papan huruf s,v,w,x dan z memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 9,6 cm.Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk hurufnya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya


(34)

16

tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai s adalah 5 cm dan tinggi tangkai adalah 5 cm. sedangkan untuk huruf v memiliki tinggi tangkai 5 cm,ekor tangkai kurang lebih 5 cm dan bagian depan memiliki panjang 5 cm serta diameter tengah Pada huruf w memiliki tinggi tangkai 5 cm dan panjang tangkai 5 cm. Pada huruf x memiliki panjang tangkai 5 cm kearah bawah dan bagian depan 5 cm.

Pengelompokan huruf s,v,w,x dan z karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf s,v,w,x dan z dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.

Gambar 1.6 Alat Sandpaper Letter untuk huruf konsonan h,j,k dan l. Pada papan huruf h,j,k dan l memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Tinggi tangkai h adalah 13.4 cm dan ekortangkai adalah 6 cm, sedangkan untuk huruf j mmiliki tinggi tangkai 6,9 cm,ekor tangkai kurang lebih 6 cm dan bagian depan memiliki panjang 4 cm.Ciri pada hurufk yaitu memiliki tinggi tangkai 6cm dan panjang tangkai dari depan adalah 8,3 cm. Pada huruf l memiliki panjang tangkai 6 cm kearah atas dan bagian dari depan adalah 6 cm.Pengelompokan huruf h,j,k dan l


(35)

17

dalam satu papan karena peneliti melihat dari kesesuaian besar dan tingginya tangkai huruf h,j,k dan l. dalam pengelompokkan ini, peneliti juga mengajarkan kepada siswa tentang bentuk huruf h,j,k dan l yang ada di papan sandpaper letters Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.

Gambar 1.7 Alat peraga Sandpaper Letters untuk huruf p,q,t dan y. Pada papan huruf p,q,t dan y memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan

20,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk huruf nya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai p adalah 7 cm cm dan tinggi tangkai adalah 6 cm.sedangkan untuk huruf q memiliki tinggi tangkai 13 cm,ekor tangkai yang menjulur ke samping bawah adalah 5 cm dan bagian depan memiliki panjang 4 cm serta diameter tengah adalah 2,2 cm.

Pada huruf t, memiliki tinggi tangkai 8,6 cm dan panjang tangkai 4,5 cm. Pada huruf y memiliki panjang tangkai 8 cm kearah bawah dan bagian depan 3,7


(36)

18

cm serta diameter begian tengah didalam huruf g adalah 3 cm. Pengelompokan huruf p,q,t dan y karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf p,q,t dan y dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.

F. Definisi Operasional

1. Kemampuan menulis huruf tegak bersambung/ menulis halus adalah kemampuan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar kelas I. Menulis huruf tegak bersambung merupakan keterampilan yang diajarkan disekolah dasar kelas rendah sebagai pembelajaran menulis permulaan pada tingkat dasar. 2. Alat Peraga Sandpaper Letters adalah salah satu alat peraga berbasis metode

Montessori yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi mengenai cara menulis huruf tegak bersambung.

3. Perkembangan anak adalah proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak.

4. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi mata dan tangan.

5. Metode montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak yang dicetuskan oleh Maria Montessori berdasarkan pengalamannya menangani secara langsung anak-anak berkebutuhan khusus di Casa dei Bambini,Itali.


(37)

19

6. Deskripsi kemampuan siswa adalah deskripsi/gambaran mengenai kemampuan siswa dalam hal menulis huruf tegak bersambung yang dinyatakan dengan angka sebelum menggunakan alat peraga Sandpaper letters dan setelah menggunakan alat peraga Sandpaper letters.


(38)

20

BAB II

LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari (A) Kajian Pustaka, (B) Penelitian yang relevan dan (C) Kerangka berpikir.

A.Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah kemampuan menulis huruf tegak bersambung, metode Montessori, kemampuan motorik halus dan perkembangan anak, serta alat peraga sandpaper letter Montessori dan pembelajaran menulis huruf tegak bersambung di kelas satu sekolah dasar.

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan yang dimaksud dapat berupa rangkaian sebuah huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Dengan demikian, menulis merupakan salah satu bentuk pengunaan bahasa yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan yang ditulis, media tulisan seperti buku, dan pembaca sebagai penerima pesan ( Yunus, 2002:13).

Menulis permulaan (beginning writing) adalah cara merealisasikan simbol-simbol bunyi menjadi huruf-huruf yang dapat dikenali secara konkret sesuai dengan tata cara menulis yang benar. Menulis permulaan merupakan salah


(39)

21

satu tahapan proses belajar menulis, khususnya menulis huruf tegak bersambung bagi siswa sekolah dasar kelas I.

2. Pengertian Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis terdiri dari dua kata yaitu kemampuan dan menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2003:742) menjelaskan arti dari kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan, sedangkan menurut pendapat Enny (2013:37) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir dan dari hasil latihan/praktek untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah kemampuan menulis permulaan untuk siswa kelas I SD. Pada kelas rendah, khususnya kelas 1 SD, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menulis lambang-lambang tulis seperti huruf yang akan dirangkaikan ke dalam sebuah kata dan akan menjadi kalimat yang bermakna, apabila susunan kata tersebut sudah benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Persiapan menulis menyangkut kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan motorik halus anak, terutama pada bagian 3 jari yaitu, ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.

Dalam kegiatan menulis huruf tegak bersambung, diperlukan sebuah contoh huruf yang konkret supaya anak dapat mengetahui bentuk huruf tegak


(40)

22

bersambung dan cara menulis yang benar, sehingga dapat dibaca dengan baik. Selain contoh media yang konkret dan menarik, dalam latihan menulis huruf tegak bersambung, siswa harus memiliki keterampilan motorik halus.

Persiapan menulis yang benar perlu dilakukan agar anak-anak supaya lebih terlatih dalam kegiatan menulis permulaan. Persiapan menulis sendiri dapat dilakukan dengan melatih anak melakukan hands-on learning, yaitu kegiatan menggunakan syaraf taktil dan berolahraga.Kegiatan hands-on

learning adalah sebuah kegiatan anak menyentuh benda-benda konkret dan

media nyata. Misalnya menyentuh pasir,menyentuh media yang mampu merangsang motorik halus dan kasar seperti media Sandpaper letter

Montessori.

Adapun manfaat dari bermain pasir dalam pengembangan keterampilan menulis di usia SD kelas 1 yaitu dari segi psikomotorik dimana anak-anak bermain pasir menggunakan jari tangan berguna melatih koordinasi mata dan mengasah motorik halus anak.

Dilihat dari segi kognitif dengan bermain pasir menambah pengetahuan anak mengenai berbagai bentuk,ukuran, perubahan wujud sehingga mampu meningkatkan kecerdasan anak. Kemudian apabila dilihat dari segi sensoris, bermain pasir dapat merangsang anak supaya mengasah kemampuan sensoris melalui sentuhan kulitnya.Meskipun terlihat sederhana, bermain pasir terbukti bermanfaat untuk melatih syaraf taktil anak. Selain itu, pasir halus juga dapat dimanfaatkan oleh anak untuk mengenalkan hururf dengan cara menggambarkan huruf diatas pasir tanpa takut ada salah.


(41)

23

Menulis dipasir dengan jari telunjuk dan jari tengah dapat menjadi alat bantu belajar menulis anak. Kegiatan menulis dengan diatas pasir dapat memberikan sensasi motorik kepada siswa. Sebelum siswa menulis, guru dapat memberi contoh cara menulis huruf diatas pasir terlebih dahulu dengan menggunakan jari telunjuk. Alasan peneliti memilih kemampuan menulis diharapkan melalui latihan menulis huruf tegak bersambung dibantu dengan menggunakan media sandpaper letters Montessori secara terus menerus dan rutin, diharapkan membuat siswa sanggup menulis dengan baik dan benar.

3. Menulis Tegak Bersambung

Menulis tegak bersambung merupakan bagian dari handwritting atau kemampuan menulis tangan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 094/C/Kep/I.83 tanggal 7 Juni 1983 tentang bentuk tulisan yang baku yang telah dikemukakan oleh Murniati (2012:2). Senada dengan pendapat menurut Muba dalam Rufaida (2010), menulis huruf tegak bersambung merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan tulisan dengan huruf yang saling bersambung satu sama lain yang dilakukan tanpa mengangkat alat tulis.

Dengan adanya kegiatan menulis huruf tegak bersambung memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan otak siswa usia 6-7 tahun ( SD kelas rendah),sedangkan menurut Ellis,dkk (1989:243) menyatakan bahwa menulis huruf tegak bersambung adalah suatu bentuk tulisan dengan huruf


(42)

24

yang saling bersambung dan sudut yang membulat. Sependapat dengan Ellis, dkk (Tompkins, 1995:480) menyatakan bahwa “Cursive handwrittig are joined together the letters to form a word with continous movement”,

artinya bahwa menulis tegak bersambung berarti kegiatan untuk menggabungkan huruf secara bersamaan untuk membentuk kata dengan gerakan tangan yang terus-menerus dan saling memiliki kesinambungan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis tegak bersambung merupakan kegiatan merangkaikan huruf demi huruf dengan memperhatikan bentuk huruf tegak bersambung. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa mengangkat alat tulis agar hasil tulisannya tidak terputus-putus.

Menulis tegak berrsambung memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan menulis tegak bersambung, salah satunya adalah membantu siswa dalam mengembangkan bentuk komunikasi tertulis yang dilakukan melalui kegiatan menulis permulaan . Dua hal penting dalam kegiatan menulis tegak bersambung yaitu keterbacaan dan kelancaran. Keterbacaan berkaitan dengan tulisan tersebut dapat dengan mudah ditulis dan mudah dibaca,sedangkan kelancaran berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menulis huruf tegak bersambung (Tompkins,1991:477). Senada dengan pendapat Tompkins, menurut Zuhdi (1999:87) menyatakan bahwa tujuan menulis huruf tegak bersambung adalah agar siswa dapat menulis dengan rapi, tepat sehingga mudah dibaca oleh orang lain.


(43)

25

Berdasarkan pendapat di atas, menulis kalimat dengan huruf tegak bersambung bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung dengan rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain. Penulisan dan cara merangkai yang tepat akan menghasilkan tulisan yang rapi dan indah.

4. Manfaat Menulis Huruf Tegak Bersambung

Kegiatan menulis tegak bersambung merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Hal ini bermanfaat terhadap perkembangan otak siswa, khususnya siswa kelas rendah (kelas 1 SD). Menulis tegak bersambung memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan siswa. Berikut beberapa manfaat dari kegiatan menulis tegak bersambung. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis tegak bersambung menurut Muba (dalam Rufaida, 2010) adalah: (1) merangsang kerja otak untuk menjadi lebih kreatif, (2) menulis lebih cepat, (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi, dan (4) mengasah daya seni yang dimiliki siswa. Sependapat dengan Muba, menurut Dwi (2010: 17) menyebutkan tiga manfaat dari menulis tegak bersambung diantaranya: (1) merangsang perkembangan motorik siswa, (2) menulis lebih cepat dan (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi.

Pernyataan tersebut diperjelas dengan pendapat Usmiwati (2011:13) yang menyebutkan empat manfaat menulis tegak bersambung, yaitu: (1) merangsang kerja otak agar berkembang dengan baik, (2) merangsang kerja


(44)

26

otak dalam berkreativitas, (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi, dan (4) mengasah daya seni siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa menulis tegak bersambung memiliki manfaat yang penting bagi siswa. Manfaat menulis tegak bersambung tersebut, diantaranya adalah: (1) mengasah kemampuan otak, khususnya dalam hal seni dan kreativitas siswa, (2) merangsang perkembangan motorik siswa dan (3) tulisan menjadi lebih rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain.

5. Tahap-tahap Menulis Tegak Bersambung

Mengajarkan menulis tegak bersambung memang tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam mengajari siswa. Menurut Tompkins (1995: 480-487) menulis tegak bersambung dapat diajarkan melalui tiga tahap, diantaranya adalah: (a) menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade), (b) menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade), dan (c)menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grades). Ketiga tahap dalam menulis tegak bersambung tersebut dapat diuraikan di bawah ini.

a. Menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade) Tulisan siswa berkembang dari kegiatan menggambar yang dilakukan mereka. Kemampuan motorik halus siswa dilatih melalui kegiatan menggambar di atas pasir, finger painting atau melukis dengan jari, dan juga membentuk pola huruf dengan menggunakan plastisin.


(45)

27

Pembelajaran menulis di kelas awal dimulai dari siswa mempelajari bagaimana cara menulis huruf lepas atau balok. Kemudian siswa belajar menulis kata dengan menggunakan huruf lepas atau balok. Kemudian siswa belajar menulis kata engan menggunakan huruf tegak bersambung.

c. Menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grades) Siswa sudah mulai dikenalkan dengan bentuk huruf tegak bersambung. Siswa belajar untuk merangkaikan huruf tegak bersambung menjadi kata maupun kalimat. Sependapat dengan pernyataan dari Tompkins, menurut Ratih (2010:17) juga menjelaskan pada prinsipnya tahapan menulis tegak bersambung diajarkan dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang lebih kompleks. Tahap menulis tegak bersambung tersebut, antara lain: (a) siswa diajarkan bagaimana cara menulis bentuk huruf tegak bersambung, (b) siswa diajarkan cara menulis kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung, dan (c) siswa dilatih untuk menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung.

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahapan menulis tegak bersambung dimulai dari sebelum kelas awal yang berlanjut sampai kelas I, II, dan III sekolah dasar. Sebelum siswa dilatih menulis huruf lepas, siswa terlebih dahulu diasah kemampuan motorik halusnya melalui kegiatan menggambar atau membentuk huruf dengan menggunakan plastisin. Selanjutnya di kelas awal siswa belajar menulis huruf lepas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan bagaimana menulis huruf tegak bersambung dan cara merangkaikannya.


(46)

28

6. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung

Pembelajaran menulis permulaan, khususnya pembelajaran menulis tegak bersambung dimulai pada kelas awal (kelas I, II, dan dilanjutkan di kelas III). Depdiknas (2009: 37-40) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran menulis tegak bersambung, antara lain di bawah ini.

a.) Siswa memegang pensil dengan benar. Pensil dipegang dengan tegak dan tidak miring ke kanan atau ke kiri.

b.) Siswa menuliskan huruf dengan benar. Huruf yang dituliskan sesuai dengan bentuk huruf tegak bersambung

c.) Ukuran setiap hurufnya (ke atas dan ke bawah garis) ditulis dengan tepat. Misalnya huruf yang mempunyai kaki seperti huruf f, g, j, dan y ditulis sampai menyentuh garis bawah. Huruf yang mempunyai leher seperti huruf b, h, k, l ditulis sampai menyentuh garis atas dan siswa menuliskan huruf dengan tegak lurus (tidak miring ke kanan atau ke kiri). Penulisan huruf tegak bersambung yang benar adalah tidak miring ke kanan atau ke kiri. Senada dengan Depdiknas (2013: 10) juga menjelaskan cara dan langkah-langkah dalam pembelajaran menulis tegak bersambung seperti berikut:

a.)Siswa belajar merangkai bentuk huruf tegak bersambung

b.)Siswa belajar menulis huruf tegak bersambung dengan cara menjiplak huruf demi huruf

c.)Siswa belajar menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan buku halus.


(47)

29

Di bawah ini merupakan langkah-langkah menulis tegak bersambung dengan menggunakan buku halus (Kurniawan, 2013:90) yaitu:

1.) Siswa diperkenalkan bentuk baris-baris serta cara menulis yang dimulai dari tepi bawah baris ketiga.

Gambar 2.1 Baris pada buku tulis halus siswa

2.) Sebelum menulis siswa harus bisa membedakan huruf mana yang memiliki jambul atau ekor atau tidak memiliki keduanya atau memiliki kedua-duanya.

a.) Huruf berjambul ada dua yaitu jambul yang penuh dan setengah jambul. Contoh huruf yang menggunakan jambul penuh seperti b, h, k, dan l, sedangkan untuk jambul setengah adalah d dan t.

b.) Huruf berekor ada 2 yaitu ekor yang penuh dan setengah ekor penuh seperti huruf g, j, y dan ekor setengah seperti p dan q.

c.) Huruf yang tidak memiliki jambul dan ekor seperti huruf a,c,e,i,m,n,o,r,s,u,v,w,x,dan z.

d.) Huruf yang memiliki ekor dan jambul seperti huruf f. 3.) Siswa dilatih bagaimana menulis huruf tegak bersambung

a.) Siswa dilatih menulis kata dan kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung hingga hafal dan memahami bentuk huruf.


(48)

30

Gambar 2.2 Aturan menulis huruf tegak bersambung

Adapun menurut ahli bahasa Indonesia yaitu Sampurno (2008:29) menyatakan dalam menulis tegak bersambung perlu memperhatikan beberapa hal yaitu sebagai berikut:

a. Memposisikan diri dalam menulis seperti cara memegang pensil yang benar dan posisi kertas.

b. Membuat pola huruf seperti pola melingkar, lurus, dan berputar dengan pensil pada kertas.

c. Memperhatikan huruf b, d, h, k, l dan t sementara saat menyambung huruf yang harus diperhitungkan adalah huruf g, j, y dan f.

d. Memonitor dan mengobservasi serta menganalisis contoh tulisan tegak bersambung yang di buat siswa.

Menurut pendapat Tompkins (1995:488-489) juga menyatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran menulis tegak bersambung dimulai


(49)

31

ketika guru memperkenalkan kemampuan menulis tegak bersambung dan siswa mempraktikan cara menulis tegak bersambung. Tompkins menyebutkan lima strategi dalam pembelajaran menulis tegak bersambung, yaitu:

a. Memulai (initiating)

Guru memberikan contoh menulis huruf tegak bersambung di papan tulis. b. Menstruktur dan mengonsep (structuring and conceptualizing)

Siswa menggambarkan bagaimana menulis huruf-huruf tersebut di papan tulis. Guru membantu siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan menulis tegak bersambung. Siswa akan cepat belajar istilah ketepatan, seperti garis dasar, kanan-kiri, kemiringan untuk menggambarkan bagaimana huruf tersebut terbentuk.

c. Meringkas (summarizing)

Siswa menulis huruf tegak bersambung di papan tulis. d. Menggeneralisasi (generalizing)

Guru mengajak siswa menulis tegak bersambung di papan tulis dan di kertas Melalui kegiatan tersebut siswa dapat menggambarkan proses penulisan bentuk huruf .

e Mengaplikasikan (applying)

Siswa diajarkan cara merangkaikan huruf tegak bersambung ke dalam kata maupun kalimat setelah mereka mempraktikkan bagaimana menulis huruf tegak bersambung. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pembelajaran menulis tegak bersambung diawali dengan kegiatan yang paling sederhana


(50)

32

sampai pada kegiatan yang lebih kompleks. Siswa dilatih bagaimana cara menulis huruf tegak bersambung dengan bimbingan guru. Selanjutnya siswa dilatih bagaimana cara merangkai huruf tegak bersambung. Kemudian dilanjutkan dengan siswa dilatih menulis kata dan kalimat menggunakan huruf tegak bersambung.

7. Penilaian Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung

Pembelajaran menulis tegak bersambung dinilai dengan menggunakan pedoman penilaian menulis permulaan. Penilaian tersebut didasarkan pada aspek-aspek kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa. Aspek kemampuan menulis permulaan siswa menurut Subarjo (2007: 90), yaitu: (1) kerapihan, (2) ketepatan menulis, (3) penguasaan teknik, dan (4) kreativitas. Sependapat dengan Depdiknas (2009: 127) menyebutkan bahwa penilaian menulis tegak bersambung meliputi: (1) kerapian, (2) kesesuaian ukuran tulisan, (3) penggunaan huruf kapital, (4) penggunaan tanda baca, dan (5) kelengkapan huruf.

Menurut pendapat Zuchdi (1999: 81) menyatakan penilaian menulis tegak bersambung dapat dilakukan secara holistik dan per aspek. Penilaian holistik tersebut berarti penilaian dilakukan secara utuh berdasarkan kesan penilai. Sedangkan penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai aspek penulisan, seperti bentuk huruf, ukuran huruf, tebal tipisnya penulisan huruf, dan kerapihan tulisan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penilaian menulis tegakbersambung dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian menulis huruf tegak bersambung


(51)

33

meliputi: kualitas tulisan dilihat dari kejelasan huruf, teknik memegang pensil, bentuk huruf, cara merangkai huruf, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris.

8. Prinsip Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar

Pembelajaran menulis di sekolah dasar menurut dibedakan atas dua tingkatan yaitu, menulis permulaan dan menulis lanjut. Pada tingkat menulis permulaan, kegiatan dan latihan menulis ditekankan pada cara memegang pensil, menulis huruf tegak bersambung, cara menulis huruf biasa atau balok, menyalin huruf atau kata, menjiplak, serta menyalin kalimat. Sasaran pembelajaran menulis permulaan merupakan siswa kelas awal yakni, kelas I sampai kelas II.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Suparno (2009: 12)menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsipyaitu ,anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus menerus akan berpikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka pelajari dan mereka susun. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial. Bahasa digunakan untuk berbagai macam tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam.

9. Menulis Kalimat Sederhana dengan menggunakan huruf tegak bersambung

Pembelajaran menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung juga diawali dengan kegiatan


(52)

34

pramenulis,yaitu: Melemaskan lengan dengan gerakan menulis di udara,memegang pensil dengan benar dan melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, dan melatih dasar menulis yaitu garis tegak, garis miring, garis lurus, dan garis lengkung.

Pembelajaran menulis permulaan, khususnya pembelajaran menulis huruf tegak bersambung dimulai pada kelas awal (kelas I, II, dan dilanjutkan di kelas III). Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru adalah:

a. Peneliti harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan kepada siswa dan harus mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada buku ajar. Dalam hal ini, guru harus memahami konsep kalimat sederhana.

b. Peneliti membaca dan memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar materi yang akan diajarkan.

c. Guru mempersiapkan metode dan teknik pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menyajikan materi yang akan diajarkan. Guru harus dapat memotivasi siswa supaya siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian.

d. Peneliti mempersiapkan papan tulis yang telah digarisi menjadi lima baris.Peneliti juga meminta siswa untuk menuiapkan buku tulis bergaris lima, kemudian peneliti memeriksa siswa satu per satu untuk memastikan bahwa semua siswa dapat memegang pensil dengan benar.


(53)

35

e. Guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima materi yang akan diajarkan.

Pada saat Proses Pembelajaran, peneliti juga harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

f. Peneliti memberitahukan materi yang akan diajarkan

Peneliti memberitahukan materi yang akan diajarkan kepada siswa yaitu menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Peneliti memberikan contoh menulis dengan menggunakan huruf tegak bersambung dipapan tulis. Contoh yang diberikan guru harus bertahap, dimulai dari contoh yang berupa huruf,kata dasar, kata berimbuhan, lalu kalimat. Siswa menuliskannya pada buku masing-masing.Apabila masih ada siswa yang salah dalam menulis bentuk huruf, peneliti harus membimbingnya sampai siswa tersebut dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar.

g. Peneliti membimbing siswa mendalami materi

Pada tahap ini, contoh yang diberikan guru difokuskan pada kalimat sederhana.Jadi guru memberikan beberapa contoh kalimat sederhana dengan menggunakan huruf tegak bersambung di papan tulis.Siswa menuliskannya pada bukunya masing-masing. Namun sebelum guru mulai mendiktekan siswa, guru harus memperingatkan siswa supaya siswa benar-benar memperhatikan kalimat yang akan didiktekan peneliti. Suasana kelas juga harus dikondisikan supaya tidak ramai. Apabila masih ada beberapa siswa yang masih merasa kesulitan dalam menulis


(54)

36

menggunakan huruf tegak bersambung, maka peneliti akan membantu siswa tersebut menggunakan media sandpaper letter Montessori.

h. Peneliti memberikan pelatihan kepada siswa.

10. Metode Montessori

Metode Montessori adalah suatu pendekatan yang dicetuskan oleh Maria Montessori berdasarkan pengalamannya menangani secara langsung anak-anak berkebutuhan khusus di Casa dei Bambini, Itali. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut dengan istilah direktris atau pembimbing). Metode Montesori menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktifk. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk mengendalikan kesalahan.

11.Kemampuan Motorik Halus

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Yudha dalam Rudyanto (2005:18) yang menyatakan bahwa kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan seorang anak dalam beraktivitas menggunakan otot halus seperti kegiatan menulis,


(55)

37

menggambar, menyusun balok. Perkembangan motorik halus merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (1996:21) adalah sebagai berikut:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.

b. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra-sekolah dan usia kelas 1 sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih untuk menulis,menggambar dan melukis.

Menurut definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapatkan stimulasi/rangsangan yang tepat.

12.Perkembangan Anak

Pada umumnya, perkembangan ini meliputi proses perubahan secara sistematis tentang fungsi fisik dan psikis. Menurut Yusuf (2011:1-2) mendefinisikan arti perkembangan sebagai proses perubahan dalam diri manusia baik secara fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.


(56)

38

Senada dengan pendapat Yusuf, menurut Meggit (2013:11) menjelaskan arti perkembangan anak sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak sepanjang hidupnya. Sependapat dengan Meggit, Somantri (2007:3), perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi secara sistematis,progresif dan berkesinambungan.

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa perkembangan anak meliputi sebuah proses yang bersifat progresif dan berkelanjutan. Beberapa ahli juga memaparkan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya adalah Maria Montessori. Menurut Montessori, fase perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahapan yaitu (1) fase pertama berusia 0-6 tahun, (2) fase kedua berusia 6-12 tahun, dan fase ketiga (12-18 tahun).

Fase pertama terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Tahap ini anak mengalami pembentukan inteligensi yang saga penting dan merupakan penentu bagi tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pada tahap ini mengalami periode sensitif, masa peka, atau sering disebut golden age (usia emas). Pada usia ini, anak berada pada periode absorbent mind (pikiran yang terserap).


(57)

39

Dalam hal ini, anak mengalami periode perkembangan sensitif ( periode peka), periode perkembangan inteligensi, periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa ( menulis dan membaca) yang terjadi pada usia tiga hingga lima tahun, periode perkembangan untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan sendiri (egosentrik), memiliki energi diri untuk fokus terhadap pengembangan diri. Oleh karena itu, fase pertama ini merupakan fase yang tepat untuk membangun perkembangan anak secara optimal.

Fase kedua terjadi rentang usia enam hingga dua belas tahun. Tahap ini memungkinkan anak untuk bermain logika dan pembenaran, pembentukan imaginasi, perkembangan moral dan mental, pengenalan budaya serta perkembangan kekuatan fisik. Selain itu, pada anak usia enam hingga dua belas tahun sudah memiliki ketertarikan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki energi ekstra secara fisik, kondisi fisik yang lebih sehat, dan periode belajar (intellectual period).

Fase selanjutnya adalah fase ketiga yang terjadi pada usia dua belas hingga delapan belas tahun. Tahap ini, remaja sudah mulai mengarahkan kematangan fisik, pencarian identitas seksual, pemodelan ideal yang diikuti perasaan bebas, dan pencarian nilai-nilai spiritual.Teori perkembangan pun juga dipaparkan oleh beberapa ahli di bidang perkembangan anak.Salah satunya adalah Jean Piaget.Dalam hal ini, Piaget memaparkan pendapatnya tentang teori perkembangan kognitif.Jean Piaget membagi perkembangan kognitif.Jean Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam 4 tahap


(58)

40

yaitu sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada saat bayi berusia dua belas tahun.Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, mendengar, dan sebagainya.Selain itu, konsep anak mengenal kausalitas (sebab-akibat) juga mulai berkembang terlebih berkaitan dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa perkembangan mengenai benda, ruang, waktu dan kausalitas membantu anak membangun pengetahuan tentang lingkungannya (Suparno,2010-26-27). Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar bagi perkembangan tahapan selanjutnya.

Tahapan perkembangan kognitif selanjutnya adalah pra-operasional. Tahapan ini terjadi pada umur dua sampai tujuh tahun.Periode ini merupakan salah satu periode peralihan dari periode sensorimotorik.Pada akhir periode sensorimotorik, anak mampu mengembangkan tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan. Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima pada periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada periode pra-operasional (Crain, 2007:182). Anak juga menggunakan simbol maupun tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara berpikir tersebut, anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang sudah terjadi (Suparno,201:49). Oleh karena itu, perkembangan kognitif anak


(59)

41

semakin berkembang yang terorganisir dengan penggunaan simbol dan bahasa dalam mengungkapkan objek maupun hal yang terjadi

Tahap kognitif selanjutnya adalah tahap operasional formal.Tahap operasi formal ini merupakan tahap terakhir dalam tahap perkembangan kognitif menurut Piaget.Tahap ini terjadi pada umur sekitar sebelas atau dua belas tahun ke atas. Dalam tahap ini, anak dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis, formal berdasarkan proposi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan tanpa mengamati terlebih dahulu (Piaget dalam Suparno,2001:88). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cara berpikir abstrak mulai berkembang dan digunakan.

Menurut Ginsburg dan Opper (Magini, 2013:77) juga mengatakan bahwa anak dalam tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium yang tinggi, dapat berpikir fleksibel, dan efektif serta mampu memecahkan masalah yang kompleks. Selain itu, anak juga dapat berpikir secara efektif tentang permasalahan dan penyelsaian yang tepat akan hal tersebut. Anak pun dapat memikirkan banyak kemungkinan tentang penyelesaian dari suatu permasalahan yang di hadapi. Berdasarkan berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri dalam tahap pra operasi formal adalah pemikiran deduktif, hipotesis, induktif saintifik dan abstraksi refleksi (Suparno,2001:88-89).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan anak usia SD umumnya terjadi pada fase kedua yang umumnya berusia 6-12 tahun. Selain itu, anak berada pada intellectual period atau terjadi periode


(60)

42

belajar secara mendalam pada rentang usia ini. Periode ini menuntut anak untuk belajar secara lebih dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.Selain itu, siswa SD pun juga termasuk pada tahap operasional konkret.Salah satu ciri pada tahap ini adalah anak mampu menggunakan logika berpikir dengan menggunakan benda konkret dan belum dapat menggunakan logika berpikir abstrak.

Hal ini berarti siswa SD memerlukan bantuan berupa benda konkret atau alat peraga dalam memahami materi yang abstrak.Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan tentang alat peraga yang disesuaikan dengan perkembangan siswa SD karena alat peraga mampu membantu siswa memahami materi yang abstrak.

13.Alat Peraga Montessori

Uraian dalam subbab ini memaparkan beberapa hal tentang alat peraga yaitu pengertian alat peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga, alat peraga berbasis metode Montessori, dan alat peraga sandpaper letters menulis berbasis metode Montessori.

a. Pengertian Alat Peraga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:27), alat dapat didefinisikan sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan menurut Sunardi,dkk (2005:20) menjelaskan alat peraga adalah alat media pengajaran untuk memperagakan sajian pelajaran. Dari dua pengertian tersebut, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang


(61)

43

digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran agar dapat menyampaikan materi dengan baik kepada siswa.

Senada dengan pengertian diatas, Ali (dalam Sundayana,2014:7) berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa agar dapat membantu proses pembelajaran. Seperti halnya dengan pendapat Rusefendi (dalam Sundayana, 2014:7), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau menyampaikan konsep pelajaran kepada siswa. Sama dengan paparan pendapat diatas, Simak Yaumi dan Syafei ( dalam Arsyad,2014:10) pun merumuskan pengertian alat peraga. Alat peraga merupakan alat yang digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Berbagai pendapat diatas menyatakan bahwa alat peraga memiliki fungsi untuk membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Maria Montessori, Montessori juga beranggapan bahwa siswa membutuhkan seperangkat peralatan pendidikan (didactic apparatus) yang berguna untuk perkembangannya. Alat peraga menurut Montessori merupakan kesatuan bahan-bahan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anak secara

individu dan mendukung pengembangan kemampuannya


(62)

44

Selain itu, alat peraga yang dibuat oleh Montessori ditujukan untuk membantu siswa dalam mencapai pengetahuan yang abstrak dan mengembangkan cara berpikir yang kreatid dengan memvisualisasikan simbol-simbol nyata (Liliard,1996:80-81). Oleh sebab itu alat peraga selalu tersedia di kelas-kelas Montessori sebagai lingkungan yang terstruktur dan mendukung perkembangan siswa dalam aktivitas sehari-hari.

Dalam kerjanya di Casa dei Bambini, Montessori menghadapi masalah yang umum dihadapi oleh semua pengajar di sekolah tingkat dasar tentang mengajari cara membaca dan menulis. Montessori menentang anggapan yang berlaku saat itu bahwa membaca dan menulis harus dipaksakan kepada anak-anak. Untuk mendorong kesiapan siswa dalam hal membaca dan menulis, Maria montessori merancang huruf-huruf dari kertas karton yang dilapisi dengan ampelas. Keika anak-anak meraba huruf-huruf ini, sang direktris akan membunyikan nama huruf tersebut. Sementara anak-anak disiapkan untuk menulis huruf dengan gerakan-gerakan meraba bentuk huruf, siswa akan menyimpan bentuk huruf dalam otak mereka kemudian mengenali bunyi dari huruf tersebut. Anak-anak siap untuk belajar membaca ketika mereka telah mengerti bahwa bunyi dari huruf-huruf yang mereka raba, dan kemudian mereka tulis serta membentuk kata-kata.

Ketika anak-anak telah mengenal semua huruf vokal dan sebagian huruf konsonan, anak-anak telah siap untuk membentuk kata-kata yang


(63)

45

sederhana. Dengan menggunakan huruf-huruf vokal, sang direktris akan memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana cara menyusun dengan tiga huruf dan melafalkan nama mereka dengan jelas. Pada tahap selanjutnya, anak-anak akan menulis kata-kata yang didiktekan oleh sang direktris. Setelah cukup berlatih,anak-anak akan mampu menyusun kata-kata tanpa bantuan. (Magini, 2013:31)

Dalam sebuah metode pendidikan yang bersifat eksperimental, pendidikan atau pelatihan indra-indra tidak diragukan lagi oleh Montessori.Pelatihan indra-indra sentuhan dan suhu dapat berjalan secara bersama. Menurut Montessori (dalam Magini, 2013:233) menjelaskan bahwa pembatasan latihan-latihan indra sentuhan pada ujung-ujung jari sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa. hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah fase penting dalam pendidikan sebagai awal persiapan siswa alam menulis.

Salah satu teknik yang diajarkan oleh Montessori kepada muridnya adalah dengan memejamkan matanya supaya siswa mampu merasakan perbedaan yang terjadi pada ujung jarinya ketika meraba suatu permukaan yang kasar. Bahan pembelajaran yang diajarkan adalah huruf alfabetis yang terdiri dari sebuah papan kayu segi empat yang dibagi menjadi dua segiempat yang sama,yang satu ditutup dengan kertas yang sangat halus,atau permukaan yang kayunya dihaluskan hingga sangat halus;yang lain ditutup dengan kertas ampelas dan sebua papan yang sebelumnya


(1)

186

tua.

4. Direktris meminta siswa

untuk duduk disebelah kiri direktris.

5. Direktris menunjuk

beberapa huruf yang ada di

papan alat peraga

Sandpaper letters.

“Ini huruf a”

1.4Kemudian siswa mulai

meraba huruf “a”.

Siswa meraba huruf a sebanyak 3x.

Kemudian direktris

berkata”Mari menulis

huruf a di atas pasir pantai

yang sudah tersedia”.

Siswa menulis huruf a yang sudah ada di papan pasir

10. Direktris berkata,” Mari

menulis huruf a di dalam buku latihan dasar menulis

yang tersedia”.

11. Direktris berkata,”

Tulislah huruf a dengan

huruf tegak bersambung”.

12. Siswa menulis huruf tegak

bersambung dari huruf a –

z


(2)

18

6 untuk menulis huruf ke dalam buku tulis halus mereka masing- masing.

14. Direktris berkata,”

Sekarang tulislah huruf

tegak bersambung di

dalam buku tulis halus

kalian masing-masing”,

perhatikan cara menulis

huruf tegak bersambung yang benar, sesuai dengan bentuk huruf pada alat

peraga.

15. Direktris berkata,” setelah

menulis huruf, coba kita lanjutkan dengan menulis dua huruf menggunakan

huruf tegak bersambung”

16. Siswa menulis dua huruf

tegak bersambung sesuai dengan tulisan yang ada di buku latihan dasar

menulis.

17. Direktris berkata, “ setelah

bisa menulis dua huruf menggunakan huruf tegak bersambung, sekarang

tulis satu kata

menggunakan huruf tegak

bersambung”.


(3)

18

6

sesuai dengan instruksi

direktris.

19. Direktris berkata,” dari

kata yang telah kamu buat, Ibu akan mengajak kalian

membuat kalimat

berdasarkan kata-kata

yang sudah kalian buat, menggunakan huruf tegak bersambung.Perhatikan cara Ibu dalam menulis

kalimat dengan seksama”.

20. Siswa memperhatikan

cara direktris menulis

kalimat menggunakan

huruf tegak bersambung.

21. Direktris berkata,” Coba

sekarang kita koreksi

kalimat yang sudah kalian

tulis”.

22. Direktris mengoreksi

pekerjaan siswa dan

melihat apakah ada

perkembangan setelah

menggunakan alat peraga Sandpaper Letters.

23. Direktris berkata, “ Hari

ini kita sudah belajar cara

menulis huruf, kata dan

kalimat menggunakan


(4)

186

24. Direktris berkata,

“Apakah kalian sudah

paham cara menulis

kalimat menggunakan

huruf tegak bersambung?”

25. Siswa menjawab, “ Sudah

paham,bu”.

Presentasi Penutup 26. Direktris berkata,” baiklah

sekarang kita membereskan

alat peraga beserta buku

tulis yang ada”.

27. Siswa dan direktris

membereskan alat peraga

dan mengembalikan ke


(5)

(6)