Pembahasan Karakteristik mesin pendingin jenasah menggunakan tiga dan empat kipas pendingin kondensor.

78

4.3 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mesin pendingin jenasah dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan data yang baik. Udara di dalam pendingin jenasah sebelum penelitian dimulai, dikondisikan sama dengan udara pada lingkungan sekitar. Data penelitian diambil ketika suhu udara di dalam mesin pendingin mencapai 24,8 O C, untuk penelitian tanpa menggunakan beban, sedangkan pada penelitian dengan menggunakan beban, data diambil ketika suhu speimen mencapai 24,8 O C. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data berupa suhu refrigeran masuk kompresor T1, suhu refrigeran masik pipa kapiler T3, tekanan masuk kompresor P1 dan tekanan keluar kompresor P2 yang kemudian dapat digunakan untuk menggambarkan siklus kompresi uap pada diagram P-h. Hasil yang didapat dari diagram P-h berupa nilai entalpi yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 untuk variasi penelitian tanpa beban, dan Tabel 4.8 untuk variasi penelitian dengan pembebanan berupa air seberat 20 kg. Dari data entalpi yang didapat maka dapat diperoleh nilai kerja kompresor W in , nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor Q out , nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator Q in , Coefficient of performance Actual COP Aktual , Coefficient of performance Ideal COP Ideal , nilai efisiensi η dan laju aliran refrigeran ṁ dari mesin pendingin jenaasah. Untuk nilai kerja kompresor W in , diperoleh hasil yang tertera pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh nilai kerja kompresor sebesar 54,2 kJkg untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 51,26 kJkg untuk penelitian dengan 79 menggunakan tiga buah pendingin kondensor, dan 49,16 kJkg untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh data nilai kerja kompresor sebesar 54,02 kJkg pada penelitian tanpa kipas pendingin kondensor, 51,05 kJkg pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 47,82 kJkg pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan nilai kerja kompresor untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1 berisi grafik perbandingan antara nilai kerja kompresor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.2 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor, nilai kerja kompresor semakin menurun, hal ini menjelaskan bahwa semakin banyak penambahan kipas kondensor meringankan kerja kompresor, sehingga dengan tekanan yang rendah, mesin pendingin sudah dapat menghasilkan suhu yang rendah pada ruang pendinginan. Nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor Q out dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh data nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor sebesar 169,11 kJkg untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 185,72 kJkg untuk penelitian dengan menggunakan tiga buah pendingin kondensor, dan 187,4 kJkg untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh data data nilai kalor persatuan massa refrigeran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 yang dilepas oleh kondensor sebesar 170,39 kJkg pada penelitian tanpa kipas pendingin kondensor, 185,62 kJkg pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 190,26 kJkg pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Gambar 4.3 berisi grafik perbandingan antara nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.4 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor, kalor yang dilepas oleh kondensor meningkat dibandingkan dengan penelitian tanpa menggunakan kipas pendingin kondensor. Hal ini disebabkan adanya aliran udara yang lebih cepat jika digunakan kipas pada kondensor. Aliran udara yang lebih cepat menyebabkan kalor dari kondensor akan lebih cepat terbuang keluar. Nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator Q in dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh data nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator sebesar 114,91 kJkg untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 134,46 kJkg untuk penelitian dengan menggunakan tiga buah pendingin kondensor, dan 138,24 kJkg untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh data nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator sebesar 116,37 kJkg pada penelitian tanpa kipas pendingin 81 kondensor, 134,57 kJkg pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 142,44 kJkg pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Gambar 4.5 berisi grafik perbandingan antara nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.6 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan penyerapan kalor pada ruangan pendinginan menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan efek pendinginan kondensor menyebabkan tekanan keluaran kompresor yang lebih rendah, sehingga suhu refrigeran ynag dihasilkan juga lebih rendah. Refrigeran keluaran kompresor kemudian akan melalui kondensor dan dengan adanya kipas pendingin pada kondensor, menyebabkan suhu refrigeran menurun, sehingga ketika refrigeran masuk kedalam evaporator akan menghasilkan suhu yang jauh lebih rendah dari pada mesin pendingin yang pendinginannya tidak menggunakan kipas pendingin kondensor. Dengan adanya perbedaan suhu ruangan dan suhu evaporator yang lebih jauh, maka terjadi perpindahan kalor yang lebih besar sehingga hal ini meningkatkan daya serap kalor oleh evaporator. Nilai Coefficient Of Performance COP aktual dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh data COP aktual sebesar 2,12 untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 2,62 untuk penelitian dengan menggunakan tiga buah pendingin 82 kondensor, dan 2,81 untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh data COP aktual sebesar 2,15 pada penelitian tanpa kipas pendingin kondensor, 2,64 pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 2,98 pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan nilai COP aktual untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. Gambar 4.7 berisi grafik perbandingan antara COP aktual untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.8 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan meningkatnya nilai COP aktual dari mesin pendingin. Peningkatan nilai COP aktual dipengaruhi oleh tingkat kemampuan refrigeran untuk menyerap kalor dari dalam ruangan pendinginan dan daya yang digunakan kompresor untuk melakukan proses pendinginan. Dengan adanya peningkatan jumlah kalor yang dapat diserap oleh refrigeran dari dalam ruangan pendinginan, maka hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan nilai COP aktual akibat penambahan jumlah kipas pendingin pada kondensor. Meningkatnya nilai COP aktual juga dipengaruhi oleh penurunan nilai kerja kompresor akibat efek pendinginan kondensor. Nilai Coefficient Of Performance COP idea l dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh data COP idea l sebesar 3,19 untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 3,59 untuk penelitian dengan menggunakan tiga buah pendingin kondensor, dan 3,72 untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh nilai COP idea l sebesar 3,20 pada penelitian tanpa kipas pendingin kondensor, 3,56 pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 3,70 pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan nilai COP idea l pada setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10. Gambar 4.9 berisi grafik perbandingan antara nilai COP idea l untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.10 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan nilai COP idea l meningkat. Nilai COP idea l dapat diperoleh dengan mengetahui suhu kerja kondensor T c dan evaporator T e . Nilai T c dan T e dapat diperoleh dari P-h diagram dengan memperhatikan garis tekanan masuk dan keluar kompresor. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor berpengaruh terhadap besarnya nilai COP idea l . Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan tekanan kerja kompresor sehingga mempengaruhi suhu kerja evaporator dan kondensor. Efisiensi Mesin Pendingin Jenasah dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20. Dari data yang diperoleh, diketahui pada menit 120 untuk penelitian tanpa beban, diperoleh data efisiensi Mesin Pendingin Jenasah sebesar 66,5 untuk penelitian tanpa pendingin kipas kondensor, 73 untuk penelitian dengan menggunakan tiga buah pendingin kondensor, dan 75,7 untuk penelitian dengan menggunakan empat buah pendingin kondensor. Pada penelitian dengan menggunakan beban, diperoleh nilai efisiensi Mesin Pendingin Jenasah sebesar 84 67,4 pada penelitian tanpa kipas pendingin kondensor, 74,05 pada penelitian menggunakan tiga kipas pendingin kondensor, dan 80,5 pada penelitian menggunakan empat kipas pendingin kondensor. Untuk mengetahui perbandingan efisiensi mesin pendingin jenasah untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12. Gambar 4.11 berisi grafik perbandingan antara nilai kerja kompresor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.12 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor akan meningkatkan nilai efisiensi dari mesin pendingin jenasah. Peningkatan efisiensi terjadi pada penelitian tanpa beban dan pada penelitian dengan menggunakan beban pendinginan. Peningkatan efisiensi ini dapat terjadi karena peningkatan nilai COP aktual akibat penambahan kipas pendingin pada kondensor. Dengan perbedaan nilai COP aktual dan COP ideal yang tidak terlalu jauh, menyebabkan peningkatan nilai efisiensi dari mesin pendingin jenasah ini. Hasil akhir dari penelitian ini dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14. Grafik berisikan hasil penelitian berupa suhu udara di dalam ruangan pendinginan pada penelitian tanpa menggunakan beban pendinginan, dan suhu spesimen pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. 85 Gambar 4.13 Grafik perbandingan suhu ruangan pendinginan pada penelitian tanpa beban pendinginan Gambar 4.14 Grafik Perbandingan suhu spesimen pada penelitian menggunakan beban 20 kg air 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 S uhu oC Waktu Mn 0 Kipas 3 Kipas 4 Kipas 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 S uhu o C Waktu min 0 Kipas 3 Kipas 4 Kipas 86 Dari data pada Tabel diatas diketahui suhu terendah yang dapat dihasikan oleh mesin pendingin adalah 4,7 o C untuk penelitian tanpa beban pendinginan dan 10,97 o C untuk penelitian dengan menggunakan beban pendinginan 20 kg air. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor maka akan meningkatkan kemampuan kerja mesin pendingin dan menghasilkan suhu akhir yang lebih dingin dibandingkan dengan mesin pendingin yang tidak menggunakan pendingin pada bagian kondensornya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan