Teori Resistensi Landasan Teori

24 24 tampak relevan karena menekankan bahwa untuk bisa hidup damai, orang yang berbeda-beda dalam berbagai hal justru perlu saling menghargai. Namun jangkauan teori ini juga sampai pada berbagai hal yang bisa mengganggu asas multikulturalisme sehingga terjadi resistensi sebagaimana halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Candikuning terhadap pihak manajemen objek wisata Kebun Raya Eka Karya Bali. Selain itu, teori konflik sosial juga tampak relevan karena resistensi pada dasarnya juga bernunasa konflik sosial.

2.3.1 Teori Resistensi

Teori resistensi yang digunakan sebagai salah satu acuan pokok dalam landasan teori ini adalah teori resistensi yang digagas oleh Scott 1993. Namun untuk melengkapinya digunakan pula pandangan-pandangan teoretis lain yang dianggap relevan. Dalam konteks ini, Scott 1993 : 268 menjelaskan bahwa ada perlawanan yang dilakukan oleh petani dengan menampilkan ancaman terhadap negara. Ini berarti resistensi tersebut mirip dengan resistensi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Candikuning dengan cara memberikan ancaman terhadap pihak manajemen objek wisata Kebun Raya Eka Karya Bali yang pada dasarnya merupakan ikon ataupun representasi pemerintah atau negara. Secara lebih jauh, dalam bukunya yang lain sebagaimana dirujuk oleh Mustain 2007 : 23, Scott memberikan penjelasan tentang berbagai hal yang melatarbelakangi atau mendorong serta bentuk-bentuk dan strategi resistensi atau perlawanan, yakni sebagai berikut. ”Meluasnya peran negara dalam proses transformasi pedesaan mengakibatkan, Pertama, perubahan hubungan antara petani lapisan kaya 25 25 dan lapisan miskin: yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Perubahan demikian melahirkan berbagai bentuk perlawanan kaum lemah dalam menghadapi hegemoni kaum kaya maupun negara. Kedua, munculnya realitas kaum miskin untuk membentuk kesadaran melakukan perlawanan dalam berbagai bentuk yang merupakan pembelotan kultural. Ketiga, terbangunnya senjata gerakan perlawanan menghadapi kaum kaya maupun negara. Senjata yang digunakan dengan caranya sendiri, khas kaum lemah seperti menghambat, pura-pura menurut, pura-pura tidak tahu, perusakan, berlaku tidak jujur, mencopet, masa bodoh, membuat skandal, membakar, memfitnah, sabotase, yang mengakhiri pertentangan secara kolektif.” Kutipan ini, selain menunjukkan berbagai hal yang melatari bentuk- bentuk resistensi, juga menunjukkan strategi yang disebut senjata khas kaum lemah dalam menghadapi hegemoni kaum kaya ataupun negara. Jika diadaptasikan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, tampaklah gagasan yang ada dalam kutipan ini dapat digunakan untuk memformulasikan dugaan atau hipotesis kerja yang penting, terutama dalam mengkaji rumusan masalah pertama dan kedua dalam penelitian ini. Dugaan atau hipotesis kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa a yang melatari atau mendorong masyarakat Desa Candikuning melakukan resistensi terhadap pihak manajemen objek wisata Kebun Raya Eka Karya adalah berkembangnya sikap dan perilaku hegemonik pihak manajemen objek wisata yang merupakan ikon ataupun representasi pemerintah atau negara tersebut terhadap masyarakat Desa Candikuning; b munculnya kesadaran masyarakat Desa Candikuning untuk melakukan resistensi dengan cara yang kurang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah membudaya secara universal; c berdasarkan kesadarannya itu mereka mampu membangun dan menggunakan ”senjata” sebagai strategi 26 26 resistensi atau perlawanan, tetapi dengan cara-cara yang tidak sepenuhnya sesuai dengan peraturan, norma, dan nilai budaya yang berlaku secara universal. Terkait dengan pemikiran di atas tampaknya teori ”tindakan individu yang rasional” dan teori ”insentif selektif” relevan juga untuk menjelaskan alasan masyarakat melakukan resistensi dengan caranya sendiri. Dua teori ini mengasumsikan bahwa setiap manusia pada dasarnya rasional dan dengan demikian mempertimbangkan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam melakukan setiap tindakan, termasuk tindakan dalam melakukan gerakan sosial. Dalam konteks ini, teori tentang “tindakan individu yang rasional” menyatakan bahwa individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya Yunita, 1986 : 67. Demikian juga “teori insentif selektif” menjelaskan bahwa keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis, bentuk, dan isi harapan-harapan yang bakal menguntungkan : insentif selektif Mustain, 2007 : 49. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa motivasi danatau prinsip-prinsip yang berlaku dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan karakter ideologi kapitalisme yang sebagasimasna diketahui mementingkan perolehan keuntungan. Mengikuti pendapat Habermas dalan Thompson, 2007 : 450, motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial seperti itu dapat dilihat sebagai cerminan dari apa yang disebut “rasio instrumental”, yakni pemikiran yang memposisikan objek-objek sebagai alat untuk memenuhi kepentingan yang bersifat materialistik ataupun ekonomistik. 27 27 Berdasarkan asumsi teori-teori rasionalitas dan teori tindakan individu rasional sebagaimana dipaparkan di atas, maka dapat pula diduga bahwa selain dilatari oleh tiga hal yang telah disebutkan di atas, ideologi kapitalisme dan rasio instrumental juga ikut bekerja di balik tindakan perlawanan atau resistensi masyarakat Desa Candikuning terhadap pihak manajemen objek wisata Kebun Raya Eka Karya Bali.

2.3.2 Teori Konflik