Penerapan Tindakan Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997

diajuhkan. Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan dan menetapkan barang bukti berupa 1 satu unit sepeda motor Honda Revo warna hitam dengan No.Pol. 5318-HG Perkara diatas dapat ditarik suatu pengertian tentang penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana. Dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak, maka hakim mempunyai kewenangan untuk memilih penerapan sanksi pidana dan tindakan mana menurut hakim yang lebih tepat untuk diputuskan seperti yang telah diatur dalam Pasal 1 butir 8 Kitab Undang- undang Acara Pidana KUH Pidana yang berisikan tentang Kewenangan hakim.

2.2 Penerapan Tindakan Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak Mengenai Tindakan, terdapat dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, ditentukan mengenai sanksi tindakan yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap anak nakal yang telah terbukti bersalah yaitu : Tindakan yang dijatuhkan kepada anak nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh. b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. c. Menyerahkan kepada departemen sosial atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Tindakan sebagaimana diatur dalam ayat 1, dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Penjelasan Pasal 24 Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak sebagai berikut : Ayat 1 a. meskipun anak yang melakukan tindak pinada dikembalikan kepada orang tua, wali, oarng tua asauh, anak tersebut tetap di bawah pengawasan dan bimbingan. Pembimbing kemasyarakatan antara lain mengikuti kegiatan kepramukaan dan lain-lain. b. Apabila hakim berpendapat bahwa orang tua, wali, atau orang tua asuh, tidak memberikan pendidikan dan pembinaan yang lebih baik, maka hakim dapat menetapkan anak tersebut ditetapkan di Lembaga Kemasyarakatan Anak untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Latihan kerja dimaksudkan untuk memberikan bekal ketrampilan kepada anak, misalnya dengan memberikan keterampilan mengenai pertukangan, pertanian, perbengkelan, tata rias dan sebagainya sehingga setelah selesai menjalani tindakan tersebut dapat hidup mandiri. c. Pada prinsipnya pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja diselenggarakan oleh pemerintah di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau Departemen Sosial, tetapi dalam hal kepentingan anak menghendaki hakim menetapkan anak yang bersangkutan diserahkan kepada organisasi sosial Kemasyarakatan seperti Pesantren, Panti Sosial, dan lembaga sosial lainnya dengan memperhatikan agama anak yang bersangkutan. Ayat 2 : Yang dimaksud dengan teguran ialah peringatan dari hakim baik secara langsung terhadap anak yang dijatuhi tindakan maupun tidak langsung melalui orang tua, wali, orang tua asuh, agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan yang mengakibatkan anak yang dijatuhi tindakan. hasil penelitian dari pembimbing kemasyarakatan. Laporan yang Penjatuhan sanksi pidana dan tindakan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana, sebelum memutuskan maka dapat dilihat dari berat ringannya tindak pidana yang dilakukan atau kenakalan yang dilakukan oleh anak nakal tersebut. Disamping itu juga memperhatikan keadaan keluarga dan lingkungannya dan juga laporan dimaksud antara lain tentang data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak Pasal 56 Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak : 1. Segi perbuatannya Tindak Pidanannya. 2. Segi Keluarga orang tua, wali, orang tua asuh. 3. Segi Lingkungan. 4. Laporan hasil dari Pembimbing Kemasyarakatan. A.d. 1 Segi perbuatannya Tindak Pidanannya. Hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak, harus mempertimbangkan perbuatan yang dilakukan oleh anak sehingga dengan melihat apa yang diperbuat tersebut akan dapat dijatuhkan sanksi yang tepat bagi pelaku tindak pidana. Jika dipandang oleh hakim perbuatan anak nakal tersebut dianggap sangat meresahkan dan merugikan masyarakat di lingkungan sekitarnya dapat dijatuhi sanksi pidana. A.d. 2 Menurut Nelson Pasaribu, mengatakan bahwa : “Akan dijatuhkan pidana penjara jika dirasa oleh hakim sangat nakal yang sehingga orang tua, wali, orang tua asuhnya tidak sanggup lagi untuk mendidik anak tersebut”. Disamping itu juga, jika anak tersebut kalau dikembalikan kepada orang tuanya akan tidak adanya perubahan karena melihat dari segi keluarga anak tersebut sangat berantakan ataupun anak tersebut yang melakukan tindak pidana atas suruhan keluarganya. 12 A.d. 3 Segi Lingkungan Apabila anak nakal tersebut bertempat tinggal di wilayah atau lingkungan yang kurang baik, yang dapat menambah merusak pertumbuhan anak tersebut lebih baik di jatuhkan pidana penjara. A.d.4 Laporan hasil dari penelitian dari Pembimbing Kemasyarakatan. Setelah adanya laporan dari Pembimbing Kemasyarakatan tersebut, maka hakim dapat menentukan dikenakan sanksi atau tidaknya sesuai dengan hasil laporan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Keuntungan penerapan tindakan terhadap anak nakal yang melakukan tidak pidana yaitu mendidik, membimbing, memperbaiki anak yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana, kepada orang 12 Wawancara dengan Hakim Anak pengadilan Negeri Surabaya mengenai perkara, No.1623Pid.B2010PN Sby 14 oktober 2010 tuanya atau mereka yang mengganti kedudukan orang tua itu tanpa pidana apapun. Sering dikatakan berbeda dengan pidana, maka tindakan bertujuan melindungi masyarakat, sedangkan pidana bertitik berat pada pengenaan sanksi kepada pelaku yang melakukan suatu perbuatan tindak pidana. Tetapi secara teori, sukar dibedakan secara demikian karena pidana pun sering disebut bertujuan untuk mengamankan masyarakat dan memperbaiki terpidana. Jadi sanksi pidana itu menitik-beratkan penjatuhan hukuman dari pada pendidikan dan pembinaan terhadap anak nakal, sedangkan sanksi tindakan itu menitik-beratkan pendidikan dan pembinaan daripada hukumannya. 46

BAB III HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN

Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Pidana Pada Kasus Kelalaian Pengemudi Yang Menimbulkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.854 /Pid.B/2012/Pn.Mdn )

2 81 84

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007)

1 65 128

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

STUDI KOMPARASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK

1 23 62

IMPLEMENTASI SANKSI PASAL 24 UU NOMOR 3 TAHUN 1997 MENGENAI TINDAKAN YANG DAPAT DIJATUHKAN OLEH HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI WILAYAH PONOROGO

0 7 87

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI MEDAN).

0 3 25

UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

0 0 34

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor 1 Pid.Sus.Anak 2015 PN-STB)

0 1 36

Beberapa Catatan Mengenai UU Pengadilan Anak (UU No. 3 ,Tahun 1997)

0 0 14

PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

0 0 38