28
Menurut hukum perdata suatu perjanjian harus dibuat secara tertulis atau otentik,karena untuk mendapatkan kepastian hukum sehingga apabila timbul
permasalahan di pengadilan dapat menjadi bukti yang sah.Untuk perjanjian dibawah tangan, harus dengan legalisasi yang dibuat oleh notaris untuk
mendapatkan kekuatan hukumnya. Dalam hal yang berkaitan dengan perolehan hak atas tanah, maka hukum
perdata memerlukan suatu bukti yang nyata yaitu dengan dibuatnya perjanjian tertulis atau otentik yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang untuk itu,
yaitu PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah Notaris dan PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah sementara yaitu Camat.
Apabila ada perjanjian yang dibuat dibawah tangan maka harus ada legalisasi yang dibuat oleh notaris. Hal ini menunjukkan bahwa hukum perdata
selalu memerlukan otentisitas dalam setiap perjanjiannya.
2.2 Perjanjian Jual Beli dibawah tangan dalam teori dan praktek
Jual beli dibawah tangan merupakan hal yang wajar terjadi, terutama di pelosok-pelosok desa. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan
masyarakat terhadap hukum. Istilah surat atau akta di bawah tangan adalah istilah yang dipergunakan untuk pembuatan suatu perjanjian antara para pihak tanpa
dihadiri atau bukan dihadapan seorang Notaris sebagaimana yang disebutkan pada akta autentik di atas.
Perjanjian yang dibuat di bawah tangan adalah perjanjian yang dibuat sendiri oleh para pihak yang berjanji, tanpa suatu standar baku tertentu dan hanya
disesuaikan dengan kebutuhan para pihak tersebut. Sedangkan kekuatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
pembuktiannya hanya antara para pihak tersebut apabila para pihak tersebut tidak menyangkal dan mengakui adanya perjanjian tersebut mengakui tanda tangannya
di dalam perjanjian yang dibuat. Artinya salah satu pihak dapat menyangkal akan kebenaran tanda tangannya yang ada dalam perjanjian tersebut.
Berbeda dengan akta otentik, akta di bawah tangan memiliki ciri dan kekhasan tersendiri, berupa
22
: 1. Bentuknya yang bebas
2. Pembuatannya tidak harus di hadapan pejabat umum 3.Tetap mempunyai kekuatan pembuktian selama tidak disangkal oleh
pembuatnya 4.Dalam hal harus dibuktikan, maka pembuktian tersebut harus dilengkapi
juga dengan saksi-saksi bukti lainnya. Oleh karena itu, biasanya dalam akta di bawah tangan, sebaiknya dimasukkan 2 orang saksi yang
sudah dewasa untuk memperkuat pembuktian.
Suatu akte dibawah tangan onderhands ialah tiap akte yang tidak dibuat
oleh atau dengan perantara seorang pejabat umum. Misalnya, surat perjanjian jual-beli atau sewa menyewa yang dibuat sendiri dan ditandatangani sendiri
oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian itu mengakui atau tidak menyangkal
tandatangannya, yang berarti ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akte dibawah tangan
22
www.hukumonline.com, Akta dibawah tangan, diakses tanggal 13 Januari 2008, pukul 17.08 WIB
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akte resmi.
Akan tetapi jika tanda tangan itu disangkal, maka pihak yang mengajukan surat perjanjian tersebut diwajibkan untuk membuktikan kebenaran
penandatanganan atau isi akte tersebut. Ini adalah suatu hal yang sebaliknya dari apa yang berlaku terhadap suatu akte resmi. Barang siapa menyangkal
tanda tangannya pada suatu akte resmi, diwajibkan membuktikan bahwa tanda tangan itu palsu, dengan kata lain, pejabat umum notaris yang membuat akte
tersebut telah melakukan pemalsuan surat. Kesadaran hukum masyarakat Kabupaten Probolinggo dari tahun ke tahun
cenderung meningkat, terutama untuk proses peralihan hak atas tanah. Hal ini dikarenakan pemerintah mendorong masyarakat untuk sertifikasi tanah
sebagai bukti kepemilikan tanah secara otentik. Akibat dari kepemilikan tanah secara non otentik dapat menimbulkan sengketa di kemudian hari.Hal ini
terdapat dalam sebuah kasus gugatan yang terjadi di Kabuapaten Probolinggo, yang tertuang pada putusan nomor 22PDT.G2009PN.KAB.PROB yaitu
mengenai sengketa sebidang tanah sawah yang terletak di Desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo
23
. Sebagai penggugat adalah Endji melawan Sarini sebagai tergugat I dan Haji Misro sebagai tergugat II.
Permasalahan dimulai ketika penggugat masih kecil sekitar umur 6 tahun, tanpa sepengetahuan penggugat, kemudian tanah sengketa tersebut dikuasai
oleh tergugat I dengan tidak memperhatikan kepentingan penggugat selaku
23
putusan nomor 22PDT.G2009PN.KAB.PROB
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
pemilik tanah sengketa tersebut . Setelah itu , oleh tergugat I tanah tersebut dipindah tangankan kepada tergugat II sampai dengan sekarang.
Untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi, diperlukan adanya tambahan pengetahuan tentang proses kepemilikan hak atas tanah secara benar
kepada masyarakat, terutama masyarakat yang masih tinggal di pelosok- pelosok desa.
Kekuatan hukum perjanjian jual beli dibawah tangan secara teori tidak bisa terjadi, dalam pasal 1470 KUHPer, dinyatakan
“Begitu pula tidak diperbolehkan menjadi pembeli pada penjualan dibawah tangan, atas ancaman yang sama, baik pembelian itu
dilakukan oleh mereka sendiri maupun oleh orang-orang perantara : kuasa-kuasa mengenai barang-barang yang mereka dikuasakan
menjualnya ; pengurus-pengurus mengenai benda-benda milik Negara dan milik badan-badan umum, yang dipercayakan kepada
pemeliharaan dan pengurusan mereka. Namun itu adalah terserah kepada Presiden untuk memberikan kebebasan dari larangan itu
kepada pengurus-pengurus umum. Segala wali dapat membeli benda- benda tak bergerak kepunyaan anak-anak yang berada dibawah
perwalian mereka. Dengan cara yang ditetapkan dalam pasal 399.”
Tetapi dalam prakteknya, perjanjian jual beli dibawah tangan bisa terjadi, bahkan banyak masyarakat yang menggunakannya. Sebenarnya
perjanjian jual beli dibawah tangan sah-sah saja dilakukan, namun perjanjian tersebut kurang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Secara praktek, kekuatan hukum perjanjian jual beli dibawah tangan bisa mengikat kedua belah pihak selama dapat dibuktikan dan atau diakui oleh
penjualnya. Perjanjian jual beli dibawah tangan yang dibuat oleh para pihak belum
sebagai akta otentik, tetapi dipakai sebagai bukti transaksi jual beli saja, untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
mendapat kekuatan hukumnya, perjanjian jual beli harus dilegalisasi terlebih dahulu.
Legalisasi dalam pengertian sebenarnya adalah membuktikan bahwa dokumen yang dibuat oleh para pihak itu memang benar-benar di tanda tangani
oleh para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu diperlukan kesaksian seorang Pejabat Umum yang diberikan wewenang untuk itu yang dalam hal ini adalah
Notaris untuk menyaksikan penanda tanganan tersebut pada tanggal yang sama dengan waktu penanda tanganan itu. Dengan demikian Legalisasi itu adalah me-
legalize dokumen yang dimaksud dihadapan Notaris dengan membuktikan kebenaran tandan tangan penada tangan dan tanggalnya.
Legalisasi adalah pengesahan akta dibawah tangan oleh Notaris atau pejabat umum lainnya yang ditunjuk oleh undang- undang dengan membubuhkan
pernyataan tertentu pada akta dibawah tangan tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
BAB III PENERAPAN PUTUSAN NOMOR 22PDT.G2009PN.KABUPATEN