B. Frekuensi Berdoa
1. Definisi Berdoa
McCullough dan Larson dalam Bade Cook, 2000 mengatakan bahwa doa adalah pikiran, sikap, dan tindakan yang dilakukan
untuk mengekspresikan atau mengalami hubungan dengan yang yang Ilahi. Matthews dalam Bade Cook, 2000 secara sederhana
mendefinisikan doa sebagai sarana yang dapat digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Cole 2000 menjelaskan bahwa doa dapat
berlangsung secara individu maupun kelompok, dalam bentuk verbal maupun non-verbal, berdasarkan metode ritual maupun non-ritual, dan
dalam tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Doa adalah setiap jenis persekutuan atau percakapan batin
dengan suatu kekuatan yang diakui sebagai yang Ilahi James, dalam Breslin Lewis 2008. Doa adalah praktek keagamaan paling utama yang
melibatkan pencarian dan tanggapan terhadap kehadiran, kehendak, dan bantuan dari yang Ilahi. Berdoa menuntut orientasi kepada sesuatu yang
transenden, dimana seseorang biasanya mengekspresikan pergumulan, penyesalan, kebutuhan, dan keinginan Cole, 2010.
Heiler dalam Breslin Lewis, 2008 mengatakan bahwa doa merupakan akibat dari kebutuhkan individu yang memiliki sedikit kendali
atas kehidupannya. Hal ini kemudian berkembang menjadi suatu prinsip yang diyakini oleh kebanyakan orang yang berdoa, yaitu Bukan
kehendakku tapi kehedak-Mu jadilah. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Kelcourse 2001 yang mengatakan bahwa manusia yang berdoa untuk meminta pertolongan Tuhan adalah sama halnya dengan bayi yang
menangis untuk hehadiran responsif dari ayah dan ibu. Oleh karena itu, Caughey dalam Sharp, 2010 kemudian mendefinisikan doa sebagai
interaksi sosial imajiner antara individu dengan sosok yang imajiner. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berdoa
adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan yang Ilahi, dimana dalam komunikasi tersebut
manusia dapat mengekspresikan pergumulan, penyesalan, kebutuhan, dan keinginan.
2. Komponen-komponen Berdoa