KONSEP BAROKAH DALAM AL QURAN : TELAAH TEMATIK.

(1)

KONSEP BAROKAH DALAM AL-QURAN

(Telaah Tematik)

Skripsi:

Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu al-Quran dan Tafsir

Oleh:

AULIA NUR SAKINAH NIM: E73213113

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana konsep barokah dalam al-Qur’a>n?. 2) Bagaimana kontekstualisasi barokah dalam masyarakat? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan barokah dalam al-Qur’a>n dengan mendeskripsikan makna barokah yang dimaksud dalam al-Qur’a>n dengan macamnya dan juga cara mendaparkannya sehingga dapat diketahui makna barokah dan apa saja macam barokah serta bagaimana cara yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan barokah.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan metode tematik (Maud}u’i) yaitu memahami ayat-ayat

al-Qur’a>n dengan menfokuskan pada tema (barokah) dengan mengkaji secara serius

tentang penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan barokah.

Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pendapat dalam memaknai barokah, lebih tepatnya dalam mencari barokah. Mencari barokah disini yang diperdebatkan adalah dengan mencari barokah kepada orang yang sudah mati. Supaya perbedaan pendapat ini tidak semakin parah, maka perbedaan dalam memaknai barokah ini menjadi sebuahproblem untuk dibahas, bagaimana

al-Qur’a>n berbicara dalam masalah ini.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sumber barokah itu ada dua yaitu barokah dari Allah dan al-Qur’a>n, dan selain itu Allah juga menganugerahkan kepada makhluk-makhluk dan benda-benda yang Dia kehendaki. Dalam masalah cara mencari barokah juga ada dua yaitu yang tidak diperdebatkan dan masih diperdebatkan seperti ziarah kubur dan maulid Nabi. Sebenarnya untuk hukum keduanya ini sama yaitu dibolehkan akan tetapi yang menjadi larangan tersendiri adalah adanya kebiasaan dalam meminta barokah kepada orang yang telah meninggal dunia. Perbedaan ini muncul karena adanya perbedaan dalam menafsirkan al-Qur’a>n dan masing-masing mempunyai dalil al-Qur’a>n yang sama kuat


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Judul ... 8

C. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Kajian Pustaka ... 10

H. Metodologi Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BAROKAH A. Pengertian Barokah ... 16


(8)

B. Macam-Macam Barokah ... 18

C. Cara Mendapatkan Barokah ... 28

BAB III : PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG BAROKAH DALAM AL-QUR’A>N A. Data Ayat-Ayat Tentang Barokah ... 38

B. Tartib Nuzul Al-Ayat ... 39

C. Konsep Barokah Dalam al-Qur’a>n ... 40

1. Substansi Barokah ... 40

2. Sumber Barokah ... 42

3. Makhluk dan Benda yang diberkahi ... 47

4. Cara Mendapatkan Barokah ... 59

BAB IV : KONTEKSTUALISASI BAROKAH DALAM MASYARAKAT A. Barokah dan Macamnya ... 64

B. Kontekstualisasi Barokah ... 67

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 77


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setiap muslim meyakini bahwa Islam adalah suatu agama yang membawa petunjuk demi kebahagiaan pribadi dan masyarakat serta kesejahteraan mereka di dunia dan di akhirat.1 Untuk mencapai itu setiap muslim biasanya berpedoman pada kitab suci al-Qur’a>n. Banyaknya ayat-ayat yang global dalam al-Qur’a>n bukanlah melemahkan peran al-Qur’a>n sebagai sumber utama hukum Islam, akan tetapi malah menjadikannya bersifat universal. Keadaan ini menempatkan hukum Islam sebagai aturan yang bersifat sempurna dalam artian dapat menempatkan diri dan mencakup segenap aspek kehidupan bersifat seimbang dan serasi antara dimensi duniawi dan ukhrawi, antara individu dan masyarakat dan juga bersifat dinamis yakni mampu berkembang dan dapat diaplikasikan di sepanjang zaman.2

Pada hakikatnya secara garis besar, persoalan yang banyak dibicarakan dalam al-Qur’a>n yaitu masalah ibadah dan muamalah. Dalam masalah ibadah yaitu menjelaskan tentang hubungan manusia dengan Allah, sedangkan dalam hal muamalah menjelaskan tentang hubungan manusia dengan manusia. Muamalah disini banyak menyangkut hal dan aspek yang berkenaan dengan aktifitas yang dilakukan manusia.

1M Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Mizan, 2009), 446.


(10)

2

Setiap aktifitas yang dilakukan manusia biasanya tidak lepas dari tujuan yang ingin mereka peroleh. Dan sebagai manusia memang tidak bisa terlepas dari adanya penggunaan nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa nikmat adalah setiap kebaikan, kelezatan, kebahagiaan bahkan setiap keinginan yang terpenuhi.3

Segala yang di peroleh manusia melalui berbagai usaha adalah nikmat, untuk mencapai nikmat tersebut manusia sering menyandingkan antara perjuangan dan do’a. Biasanya dari do’a yang mereka panjatkan, satu-satunya yang mereka harapkan adalah keberkahannya, keberkahan nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Arti barokah sendiri dalam bahasa arab adalah bertambah atau berkembangnya sesuatu4. Sedangkan makna barokah secara istilah adalah

langgengnya kebaikan, atau kadang pula barokah bermakna bertambahnya kebaikan dan suatu saat bisa bermakna kedua-duanya5

Dalam masalah ini, banyak ayat al-Qur’a>n yang membahas tentang barokah. Kata barokah dengan berbagai kata yang semakna muncul sebanyak 31 kali dalam al-Qur’an, yang semua itu dapat dikatakan mengacu pada arti tsubut al-khayar al-ilahi> (adanya kebaikan Tuhan). Walaupun terjadi perkembangan arti, sesuai dengan konteks kalimatnya, kata barokah tetap tidak jauh dari makna tersebut. Dari banyak kata tersebut, masing-masing di kelompokkan berdasarkan maknanya. Misalnya tentang sifat-sifat Allah ada pada surat A’raf ayat 54, Al-Mu’minun ayat 14, Al-Furqan ayat 10 dan 6, Al-Ghafir ayat 64, Al-Zukhruf ayat

3Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: Thoha Putra, 1997), 13

4Nashir bin ‘Abdurrahman bin Muhammad Al Judai’, At Tabaruk (Riyadh: Maktabah Ar Rusyd, 1989), 25.


(11)

3

85 dan surat Al-Mulk ayat 1. Tentang kebaikan Allah yaitu pada surat Al-Fus}ilat ayar 10, A’raf ayat 137, Anbiya’ ayat 71 dan 81, Saba’ ayat 218 dan Al-A’raf ayat 96. Tentang cara mencari barokah surat Hu>d ayat 48, al Anbiya’ ayat 50 dan al-Mu’minun ayat 64

Akan tetapi dalam pemahaman masyarakat mengenai barokah ini sangat bermacam-macam. Dewasa ini cukup banyak problem yang muncul dari masyarakat karena perbedaan pendapat dalam memaknai barokah. Bahkan di Indonesia sendiri ada beberapa golongan yang memang tidak mau menerima barokah yang Allah anugerahkan kepada makhluknya. Hal ini membuat adanya celah diantara sesama muslim.

Kenyataan ini sekaligus memberi gambaran bahwa masyarakat pada zaman sekarang ini selalu mengandalkan logika dengan sedikitnya pengetahuan. Disatu sisi ada kelompok yang memang sangat percaya adanya barokah, baik itu barokah dari Nabi, barokah dari para auliya’ ataupun barokah dari seorang guru. akan tetapi disisi lain ada kelompok yang memang tidak sebegitu percaya dengan barokah yang Allah anugerahkan kepada makhluk-makhluk yang dikehendakiNya. Kelompok yang hanya meyakini bahwa semua kebaikan dan keberkahan asalnya hanya dari Allah. Ini atas dasar dalam firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 26









  6al-Qur’a>n, 4:26.


(12)

4

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Yang dimaksud dengan “di tangan Allah-lah segala kebaikan” adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa Allah. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian penjelasan dari Ath Thobari rahimahullah.

Kedua yaitu kelompok yang memang percaya akan adanya barokah, biasanya ini dalam bahasa jawa lebih dikenal dengan ngalab barokah. Istilah yang memang sudah tidak asing lagi. Istilah ini ternyata bukan hanya suatu omong kosong. Akan tetapi ini suatu perbuatan yang dilakukan oleh para nabi, sahabat dan orang-orang sholeh. substansi Tabarruk (meminta barokah) ini juga bisa disebut praktek tawassul. Sebab keduanya sama-sama merupakan salah satu cara berdo’a atau upaya untuk meluluskan harapan. Baik mendatangkan kebaikan ataupun menghindarkan petaka.7 Maka Tabarruk (meminta barokah) termasuk salah satu anjuran syari’at. Dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 35

















Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

7Ahmad Muntaha AM dkk. Kajian Pesantren Tradisi dan Adat Masyarakat MENJAWAB

VONIS BID’AH (Lirboyo: Pustaka Gerbang Lama, 2010), 208.


(13)

5

Begitu juga ada ayat lain yang menceritakan tentang barokah dari Nabi Yusuf AS, dengan baju gamisnya untuk menyembuhkan mata ayahanda yang saat itu sempat buta.

















Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah Dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku" (QS. Yusuf: 93)

Di atas adalah salah satu bukti bahwa tabarruk (mencari Barokah) itu memang ada dan dibolehkan. Biasanya orang-orang sholeh yang di mintai Barokah sebab khusnudzon atas keistimewaan dan kedekatan mereka disisi Allah SWT. peninggalan dan kuburan semisal, yang biasa dicari keberkahannya sebab kemuliaan orang shaleh yang pernah menyinggahi atau menempatinya. Meskipun demikian, aliran barokah yang diperoleh bukan berarti murni darinya tanpa campur tangan Allah SWT sebagai sumber barokah itu sendiri.10

Perbedaan pendapat ini seperti yang terjadi di Desa Paciran kabupaten Lamongan. Dimana masyarakat dalam desa ini sangat kental dengan apa yang mereka ketahui, di desa ini hanya ada dua organisasi (kelompok) yang sangat berbeda dalam memaknai barokah. Dalam hal apapun kedua kelompok yang sama kolot ini selalu membuat perbedaan yang itu ujungnya akan membuat perdebatan dan perselisihan.

9Ibid., 12:93


(14)

6

Banyak masalah yang sering diperdebatkan dalam kedua kelompok ini, misalnya dalam masalah Tahlil, Sholawat, Adzan dua kali dalam sholat jum’at, jumlah rakaat tarawih, dan yang paling sering dipermasalahkan adalah adanya kebiasaan dari kelompok kedua yang senang berziarah atau juga adat pesantren yang masih kental dengan adabnya santri ke kyainya, biasanya kalompok ini menyebutnya untuk Ngalap Barokah. Dan ini sangat ditentang oleh organisasi atau kelompok pertama dengan alasan memang tidak ada yang bisa memberi keberkahan selain Allah. Dan kebiasaan dari kelompok kedua yang seperti itu sangat dipandang miring oleh kelompok lain. Yang paling mengejutkan adalah perbedaan ini bisa membuat perselisihan antar masyarakat desa ini. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena memang kenyataanya bahwa diatara kedua kelompok tersebut bukanlah madzab atau aliran keagamaan, tapi merupakan organisasi keagamaan belaka.11

Barokah sendiri biasanya diartikan dengan bertambahnya kebaikan. Dengan makna tersebut maka barokah termasuk buah dari amal sholeh, yang dengannya Allah mewujudkan harapan, menghindarkan bahaya dan Allah membukakan kunci-kunci kebajikan.12 Allah berfirman:











۱۳

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan

11Muhammad Azhar, Posmodernisme Muhammadiyah (Yogyakarta: suara Muhammadiyah, 2004), 128.

12Ibid., 205. 13al-Qur’a>n, 7:96.


(15)

7

bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf: 96)

Kembali kepada pembahasan di atas, yaitu dari dua perbedaan pendapat yang ada jika dilihat dari kaca mata saat ini pendapat yang pertama biasanya menggunakan penafsiran al-Qur’a>n dengan bi al ma’thur atau riwayat, yaitu dengan cara mengemukakan berbagai riwayat dan pendapat para ulama. Selain itu juga menggunakan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut.14

Biasanya hanya mengambil dari al-Qur’a>n dan hadis-hadis. Dan apabila tidak ditemukan dalam keduanya maka dianggap bid’ah.

Sedangkan untuk pendapat yang kedua jika dilihat dari keterangannya, biasanya kelompok ini mengunakan penafsiran al-Qur’a>n dengan bi ar Ro’yi (Pemikiran). Yaitu dengan cara interpretasi terhadap ayat-ayat al-Qur’a>n dengan pemikiran subjektifitas mufasir. Jadi dalam penafsiran ini mufassir relatif memperoleh kebebasan, sehingga mereka agak lebih otonom berkreasi dalam memberikan interpretasi selama masih dalam batas-batas yang diizinkan oleh syara’ dan kaidah-kaidah yang mu’tabar. Itulah salah satu sebab yang membuat tafsir dalam bentuk al-ra’yi dengan metode analitis dapat melahirkan corak penafsiran yang beragam sekali15

Berangkat dari pemaparan di atas dan sehubungan dengan masalah tesebut, agar masalah tersebut juga tidak semakin rumit, untuk itu, diangkat sebuah rencana penelitian yang akan mejelaskan tentang Konsep Barokah dalam al-Qur’a>n.

14Nashrudin baidan, Metodologi penafsiran Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 45.


(16)

8

B.Penegasan Judul.

Agar tidak menyimpang dari apa yang dimaksud, dengan judul “Konsep Barokah Dalam al-Qur’a>n” maka di sini perlu dijelaskan dan dibatasi pengertian dari judul skripsi.

Adapun uraian yang terkandung dari judul skripsi tersebut adalah sebagai berikut:

Konsep : dalam bahasa Indonesia mempunyai arti pengertian, pendapat (paham), rancangan, cita-cita dan ebagainya. Dan yang dipakai dari arti “Konsep” dalam judul skripsi ini adalah arti “pendapat atau paham”16

Barokah : suatu rahmat Tuhan yang istimewa yang dianugerahkan Allah kepada makhluk-Nya atas dasar kasih sayang Allah dengan memberikan berbagai kenikmatan baik berupa materi maupun non materi sebagai bentuk timbal balik dari ketaatannya kepada Allah SWT.17

C.Identifikasi dan Batasan Masalah.

Bertolak dari paparan diatas, masalah pokok yang terdapat dalam kajian ini adalah sikap al-Qur’an dalam menyikapi adanya perbedaan pendapat tentang barokah. Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi adalah:

1. Perbedaan dalam memaknai kata Barokah

2. Faktor penyebab adanya perbedaan pendapat tentang Barokah

16Pustaka Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 588 17Burhan Djamaluddin, “Konsep Berkah Dalam Islam”, Jurnal IAIN Sunan Ampel, (September, 1999), 11


(17)

9

3. Macam-macam Barokah

4. Cara yang tepat untuk menyikapi pendapat yang berbeda tentang barokah 5. Solusi al-Qur’a>n dan ulama terkait konsep Barokah

6. Penafsiran tentang ayat-ayat seputar barokah

Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi serta banyaknya ayat yang membahas tentang barokah, maka penulis hanya membatasi beberapa ayat sebagai sampel, untuk memberikan arahan yang jelas dan ketajaman analisa dalam pembahasan. Maka diperlukan batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pembatasan masalah yang dimaksud, yaitu difokuskan pada konsep barokah yang ada dalam al-Qur’a>n.

D.Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan yang jelas terhadap permasalahan yang akan di teliti, maka perlu kiranya ada perumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud diantaranya:

1. Bagaimana konsep barokah dalam al-Qur’a>n?

2. Bagaimana kontekstualisasi barokah dalam masyarakat?

E.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya:

1. Untuk menjelaskan penafsiran ayat-ayat tentang barokah

2. Untuk mendeskripsikan konsep barokah dalam al-Qur’a>n dengan kontekstual yang ada saat ini


(18)

10

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir. Agar hasil peelitian ini betul-betul jelas dan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.

Adapun kegunaan hasil penelitian ini ada dua yaitu: 1. Secara Teoritis.

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai etika salam dalam al-Qur’a>n.

2. Secara Praktis

Implementasi penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi agar dapat memberi solusi terhadap masyarakat muslim mengenai makna barokah dalam al-Qur’a>n. Serta agar tidak adanya lagi kesalah pahaman tentang makna barokah.

G.Telaah Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keorisinilan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, setelah dilakukan telaah pustaka penulis menemukan beberapa karya yang membahas masalah yang serupa dengan penelitian ini, yaitu:

1. Konsep Berkah Menurut Pandangan Para Pedagang Pasar Klewer yang ditulis olehDiah Pranitasari, merupakan skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Program studi Syariah Muamalah Fakultas Agama Islam


(19)

11

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Skripsi ini membahas pemaknaan berkah menurut para pedagang pasar klewer, dimana pasar klewer merupakan salah satu pasar yang terletak di daerah solo dengan berbagai macam budaya yang ada di Jawa. Yang disitu agama islam masih bercampur baur dengan budaya jawa.

2. Berkah Air Suci Candi Tikus Bagi Masyarakat Petani Desa Temon Trowulan Mojokerto ditulis oleh Ahmad Nur Rahimin yang merupakan skripsi di Universitas Islam Negeri Surabaya, pada tahun 2016.Program studi perbandingan agama fakultas Ushuluddin dan filsafat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa candi Tikus yang dianggap suci itu merupakan sebuah simbolisasi dari kehadiran yang suci (sakral) dalam air tersebut. Dengan memberikan legitimasi bahwa air tersebut merupakan air suci. 3. Relasi Rahmah dan Berkah dalam Al-Quran oleh Uswatun Khasanah.

Merupakan skripsi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2016. Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Pembahasan dalam skripsi ini yaitu tentang relasi rahmat dan berkah dalam Al-Quran. Urgensi rahmat dan berkah Allah bagi kehidupan.

4. Tabarruk Terhadap Benda Keramat Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Pada Masyarakat Kampung Duri Kecamatan Cengkareng) karya Ahmad Ghozali, skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 program studi Perbandingan Madzab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum. Skripsi ini membahas tentang hukum tabarruk dengan benda keramat yang dilakukan oleh masyarakat Cengkareng.


(20)

12

H.Metodologi Penelitian

1. Model dan jenis penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif sebuah metode penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiyah, perspektif ke dalam dan interpreatif.18

Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan yang muncul dari diri penulis terkait persoalan tentang permasalahan yang sedang diteliti. Perspektif ke dalam adalah sebuah kaidah dalam menemukan kesimpulan khusus yang semula didapatkan dari pembahasan umum. Sedangkan interpretatif adalah penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan.

Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.19 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud, kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.

2. Metode Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode tafsir Tematik (Maud}u’i) merupakan metode penafsiran untuk memahami ayat-ayat Alquran dengan memfokuskan pada Maudhu’i (tema) yang telah ditetapkan dengan mengkaji secara serius tentang ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut.20 Yaitu suatu cara menafsirkan Alquran dengan mengambil tema tertentu, lalu mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut,

18Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 2

19Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1. 20Mustaqim, Penelitian Al-Qur’an..., 63


(21)

13

kemudian dijelaskan satu-persatu dari sisi semantisnya dan penafsirannya dihubungkan satu dengan yang lain. Sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensip mengenai pendangan Alquran terhadap tema yang dikaji.21

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan, kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan dan penyusunan data yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.22

Untuk mendukung tercapainya data penelitian diatas, pilihan akan akurasi literatur sangat mendukung untuk memperoleh validitas dan kualitas data, karenanya sumber data yang menjadi obyek penelitian ini adalah:

a) Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu:

1. Mushaf al-Qur’a>n dan Terjemah, oleh Departemen Agama RI 2. Tafsir al-Maraghi, oleh Mustafa al-Maraghi

3. Tafsir Ibnu Katsir, oleh Abul Fida’

4. Tafsir fi Dzilal al-Qur’an oleh Sayyid Qutub 5. Tafsir al-Azhar, oleh Hamka

b) Sumber data sekunder yaitu:

1. Memburu Berkah, Oleh Dr. Nashir Bin ‘Abdurrahman

21Ibid., 19

22Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 217-219


(22)

14

2. Fiqh Al-Ikhtilaf Nu-Muhammadiyah, Oleh M Yusug Amin Nugroho,

3. Menjawab Vonis Bid’ah, Oleh Kh Abdul Aziz Manshur, 4. Bukan Bid’ah, Oleh Prof. Dr. Ali Jum’ah

5. Aswaja An-Nahdliyah, Oleh Masyhudi Muchtar 6. Tanya Jawab Agama, Oleh Asjumni Abdurrahman. 4. Teknik Analisa Data

Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.23 Selain itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak peneliti.

I. Sistematika Pembahasan.

Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan ini disusun atas lima bab sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, lalu kemudian dilanjutkan dengan sistematika pembahsan.

23Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 76-77.


(23)

15

Bab II berisikan tentang pengertian barokah, macam-macam barokah dan cara mendapatkan barokah.

Bab III berisikan tentang penafsiran ayat-ayat yang memabahas tentang barokah.

Bab IV berisikan analisis tentang penerapan barokah dalam masyarakat Bab V berisikan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.


(24)

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BAROKAH

A. Pengertian Barokah

Barokah ( كربلا) dalam bahasa arab adalah kenikmatan.1 Barokah dalam bahasa Arab mempunyai istilah lain yaitu muba>rak dan tabarruk. Muba>rak yang berarti yang diberkati dan tabarruk yang berarti meminta berkat.2 Barokah ini biasanya juga sering disebut dengan kata berkah, dan kata berkah disini Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kenikmatan bagi kehidupan manusia.3 Menurut istilah Barokah artinya ziya>datul

khair yakni bertambahnya kebaikan.4

Barokah juga bisa bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu.5 Ada yang mengartikan kata barokah dengan “suatu keagungan” khususnya diarkitkan dengan karunia atau kekuatan spiritual yang dianugerahkan oleh Tuhan.6 Para ulama juga menjelaskan makna barokah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia .

1Ahmad Warson Munawwir, AL-MUNAWWIR Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:

Penerbit Pustaka Progresif, 1997), 78. 2Ibid., 78.

3Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Victory Inti Cipta), 53. 4M Abdul Mujieb, dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), 2009), 79.

5Nashir bin ‘Abdurrahman bin Muhammad Al Judai’, At Tabaruk (Riyadh: Maktabah Ar Rusyd, 1989) 25.


(25)

17

Ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan Al-Barakah ( كربلا) adalah thubu>t

al-khair al-Ila>hi fi ash-Shai’i ء شلا ف لاا ر لا وبث yaitu tetapnya kebaikan Tuhan terhadap sesuatu. Ibnu Manzhur juga mengatakan Al-Barakah adalah an nama’ wa az-Ziya>dah/ ا لا ءا نلا yaitu tumbuh dan bertambah. Dalam hal ini Ibnu Manzhur juga menjelaskan at-tabrik ( رب لا) adalah ad-du’a> li al-insa>n au

lighoirihi bi al-barakah/ كربلاب ر غل أ اس ال ءاع لا (mendoakan seseoranga atau sesuatu agar mendapatkan barokah). Seperti pada perkataan qultu lahu ba>rakalla>hu ‘alaika/ ع ه كراب هل ق (aku katakan kepadanya “semoga Allah memberkahimu”).7

Dalam kitab Mu’jam Maqa>yi>sil Lughoh disebutkan bahwa lafaz كرب memiliki satu makna asal, yaitu tetapnya sesuatu. Dalam kitab ini juga Al-Khalil berkata bahwa berkah artinya bertambanh dan berkembang. Di dalam kitab

As}-S{iha>hكرب bermakna segala sesuatu yang tetap dan menetap.8

Al-Barakah juga bermakna kebahagiaan. Al-Farra‟ (sebutan dari Yahya bin Ziyad), berpendapat dari firman Allah SWT:

ه حر...

... بلا أ ع هتاكرب

.... (itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-keberkahan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait... (QS. Huud:73)

Bahwa maksud keberkahan dalam ayat ini artinya kebahagiaan.

Setelah menerangkan pendapat ini, Abu Mans}ur al-Azhari berkata “demikian pula dengan ucapan beliau dalam tahiyyat: As-sala>mu’alaika ayyuha

an-nabiyyu wa rahmatullahi wa baraka>tuh, karena siapa saja yang diberi

7Ali Jum’ah, Bukan Bid’ah (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014), 160.

8Nashir bin “Abdurrahman bin Muhammad al-Juda’i, Tabarruk MEMBURU BERKAH (Jakarta: Pustaka Imam As Syafi’i, 2009), 29.


(26)

18

keberkahan oleh Allah dengan sesuatu yang Allah membahagiakan nabi dengannya, maka dia telah memperoleh kebahagiaan yang diberkahi dan langgeng.9

B. Macam-macam Barokah

1. Barokah dari Allah.

Sumber barokah adalah Allah. Imam at}-T{hobari berkata dalam tafsirnya yaitu “ditangan Engkaulah segala kebajikan” maksudnya semua kebaikan berada di tangan Allah dan kembali kepada Allah, tidak ada seorangpun yang kuasa atas hal itu, karena hanya Allah yang maha Kuasa atas segala sesuatu.10 karena segala kebaikan dan kenikamatan baik di dunia maupun akhirat merupakan karunia Allah terhadap hamba-hambaNya, maka tetap dan langgengnya kebaikan bagi manusia, serta banyak dan bertambahnya ia, tidak lain juga berasal dari Allah, dan itulah yang dinamakan berkah.

Jadi, semua keberkahan itu hanya miik Allah dan berasal dari diriNya. Dialah satu-satunya yang memberikan keberkahan. Allah sendiri menyifati DiriNya dengan كرابت yang berarti penuh keberkahan. Sifat ini hanya layak dan di khususkan untukNya.

2. Barokah dari al-Qur’a>n

Al-Qur’a>n memiliki banyak keutamaan, manfaat yang besar, dan kebaikan baik agamawi maupun duniawi. Karena itulah, Allah menamai dan menyifatinya dengan beberapa nama dan sifat yang terhormat dan termulia.

9Ibid., 31

10Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at}-T{abari, Tafsi>r at} T{abari (Jami’ul Baya>n ‘an


(27)

19

Keutamaan, manfaat dan kebaikannya yang berlimpah tersebut merupakan salah satu tanda dan aspek keberkahannya.11

Dalam al-Qur’a>n ini juga dijelaskan tentang makhluk-makhluk dan hal lainnya yang dianugerahi barokah oleh Allah, diantaranya yaitu:

a. Tempat

Barokah kepada tempat (tempat yang diberkahi Allah), yang dimaksud tempat disini yaitu tempat-tempat tertentu yang memang sudah diberkahi oleh Allah. Diantara tempat-tempat tersebut yaitu:

1. Masjidil Haram

Keutamaan dan keberkahan Masjidil Haram salah satunya yaitu dengan

s}alat didalamnya. seperti disebutkan dalam s}ahih muslim

: اق س هْ ع ه ص بنلا ع ،ر ع ْبا ع

ذ

جْسم ف اص

ارحْلا جْس ْلا اإ ، اوس ا ف اص فْلأ ْ م ضْفأ ا

Dari Ibn Umar, Rosulullah bersabda “S{alat di masjid lebih utama daripada seribu kali s}alat sendirian, kecuali di Masjidil Haram”.12

Maksudnya disini adalah satu kali s}alat di Masjidil haram lebih utama daripada seratus ribu kali s}alat di masjid-masjid lainnya, selain masjid Rosulullah dan masjidil Aqs}a.13 Keutamaan s}alat di Masjidil haram ini tidak hanya dikhususkan bagi s}alat fard}u, akan tetapi

11Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 55

12Imam Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj, S{ahi>h Muslim (Da>r al-Fikr li at}-T{iba’ah wan Nayr wa at Tauzi>’, 1403 H), 1012

13Al-Hafid} Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibni Majah (Beirut: Da>r ihya>’ at-Tura>th al-‘Arabi, 1395 H), 450


(28)

20

mencakup juga s}alat sunnah secara keseluruhan, menurut pendapat yang s}ahih.14

2. Masya’ir (tempat-tempat manasik) Suci yang ada didalam dan diluar Masjidil Haram. Dianataranya yaitu ka‟bah.

Ka‟bah adalah rumah yang pertama kali dibangun oleh Allah untuk ummat manusia, sebagai tempat untuk melakukan s}alat, t}awaf, haji dan ibadah lainnya, dan bahwasanya Allah menjadikannya sebagai sesuatu yang diberkahi. Al-Qurt}ubi berkata “Allah menjadikannya sebagai sesuatu yang diberkahi karena berlipat gandanya amalan yang dilakukan didalamnya. keberkahan itu sendiri adalah berlimpahnya kebaikan.15Selain ka‟bah, tempat-tempat manasik (Masya’ir) yang diberkati lainnya antara lain: Maqam Ibrahim, Sumur Zamzam, Shafa dan Marwah, Mina, Padang „Arafah dan Muzdalifah.

b. Manusia.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan selain itu Allah juga menganugerahkan berkah untuk beberapa manusia yang Dia kehendaki. Diantara sosok yang diberkahi oleh Allah yaitu:

1. Rosulullah

Tidak diragukan lagi bahwa Rosulullah adalah nabi yang paling utama. Keberkahan pada Rosulullah ini dapat dikelompokkan menjadi

14Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi li S{ahih Muslim (al-Mat}ba’ah al-Mis}iriyyah wa Maktabatuha>), 164

15Imam Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ans}ari al-Qurt}ubi, tafsi>r al-Qurt}ubi (Beirut: Da>r Ihya>’ at-Tura>th al-‘Arabi), IV/139


(29)

21

dua macam: keberkahan ma’nawiyyah (Abstrak) dan keberkahan Hissiyyah (fisisk).16

Keberkahan ma’nawiyyah disini yaitu keberkahan risalah beliau yang dirasakan oleh ummat islam baik di dunia maupun akhirat. Sedangkan keberkahan Hissiyyah yaitu keberkahan dari perbuatan-perbuatn beliau dan juga keberkahan pada diri (jasad) dan peninggalan-peninggalan beliau yang dapat dirasakan, namun terpisah dari diri beliau. Salah satu contohnya yaitu Rosulullah membuat air menjadi banyak dan keluar dari sela-sela jeri-jemari tangan beliau yang mulia.

2. Makhluk-Makhluk S{alih

a) Para Malaikat

Keberkahan dari para malaikat Allah ini yaitu karena Akhlak mulia yang dimiliki oleh malaikat. Diantaranya yaitu ketaatannya yang sempurna kepada Allah, Rasa malu, dan rasa takutnya kepada Allah, meskipun sebenarnya mereka tidak pernah mendurhakaiNya.

b) Orang-orang S{alih

Tidak jauh berbeda dari malaikat Allah, keberkahan dari orang-orang s}alih ini ada juga karena mereka terkenal dengan keistiqamahannya. Ketika seorang mukmin yang s}alih bertambah keimanan dan ‘Ittiba’ nya (terhadap sunnah Rosulullah), serta semakin meningkat kes}alihannya, maka keutamaanya semakin

16Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 74


(30)

22

bertambah, kedudukannya semkain tinggi dan keberkahannya semakin besar.17

c. Waktu

Diantara waktu-waktu yang diberkahi diantaranya yaitu: 1. Bulan Ramad}an

Bulan ini mempunyai banyak keberkahan, keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lainnya, diantaranya yaitu:

a) Puasa pada bulan ini merupakan sebab diampuninya dosa dan kesalahan.

Dalam S{ahih Bukhori disebutkan:

س ه ع ه ص ه وسر اق : اق ر ر بأ ع

اضمر اص م

ا ا ا

هب م ت ام هل رفغ اباس حا

Dari Abu Hurairah, Rosulullah SAW bersabda “Barang siapa berpuasa Ramad}an dengan penuh keimanan dan mengharap pahala,18 niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.”19

b) Di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar

c) Banyak keutamaan dan manfaat yang bersifat agamawi dan duniawi (dari sisi tarbiyah dan kesehatan), yang diperoleh dari berpuasa.

17Ibid.,139

18Yang dimaksud iman disini adalah meyakini kewajiban puasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan ihtisa>b adalah mencari pahala di sisi Allah, yaitu dengan cara berpuasa pada bulan tersebut dengan mengharapkan pahalaNya, dengan hati yang senang tanpa merasa terbebani dengan puasa dan hari-harinya yang panjang. Dikutip dari kitab Fathul Ba>ri, 115

19Imam Abu ‘Abdullah bin Isma’il al-Bukhari, S{ahi>hul Bukhari (Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1400 H), 228


(31)

23

Diantara keutamaan yang bersifat agamawi adalah ketakwaan, pelipatgandaan pahala, dikhususkan pintu syurga ar-Rayyan bagi orang yang berpuasa. Sedangkan manfat dari segi kesehatan diantaranya bisa membersihkan tubuh dari lemak-lemak yang menumpuk, membuang endapan dan racun yang menumpuk serta cairan yang berbahaya.20

2. Lailatul Qadar.

Lailatul qadar terdiri dari dua kata: layl yang berarti malam, sedangkan al-qadr memiliki beberapa arti yaitu penetapan dan pengaturan, juga bisa diartikan sebagai kemuliaan dan juga bisa diartikan sempit. Jadi lailatul qadr adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia yang penuh dengan kemuliaan. Dan pada malam itu sangat sempit karena para malaikat berbondong-bondong turun ke bumi atas izin Allah.21

Malam lailatul qadar (Malam seribu bulan), pada malam ini pertolongan Allah kepada manusia semakin menguat, terlebih lagi dalam menyebut malam lailatul qadar ini, Allah berfirman “malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (yakni kurang lebih sepadan dengan usia seseorang. Inilah bukti bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang penuh dengan keberkahan.22

20Muhammad Rasyid Rid}a, Tafsi>r al Mana>r (Tafsi>r al-Qur’a>n al-Haki>m), (Da>r al-Ma’rifah li at}-T{iba>’ah wa an-Nasyr), 148

21Azyumardi Azra, Malam Seribu Bulan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), 158 22Muhammad Taqi Mudarrisi, Lailatulkadar (penerbit Citra, 2014), 71


(32)

24

3. Hari-hari Tasyriq.

Hari Tasyriq yaitu tiga hari setelah hari raya kurban. Dinamakan demikian karena ketika itu orang-orang menjemur daging-daging kurban, membuatnya menjadi dendeng dan mendistribusikannya.23

Diantara yang menunjukkan kemuliaan hari-hari tasyriq yaitu masih dilaksanakannya amalan-amalan tersisa pada hari-hari ini, yaitu hari-hari mina, hari-hari melontar jumroh, dan sebagainya.

4. Bulan-bulan Haram.

Diantara beberapa bulan Haram yang memiliki krmuliaan, keagungan dan keberkahan, salah satunya adalah:

a) Dhul Hijjah.

Keberkahan bulan ini adalah semua amal ibadah haji dan manasiknya dilaksanakan pada bulan Dhul Hijjah. Selain itu juga bulan ini mencakup sepuluh hari yang utama dan diberkahi yang ada di awal bulan dan tiga hari setelahnya, yaitu hari-hari Tasyriq.

b) Muharram

Diantara keberkahan bulan Muharram adalah adanya hari „Asyura‟ (hari kesepuluh) yang merupakan hari mulia dan diberkahi. Hari „Asyura‟ memiliki kemuliaan yang sangat luas. Berpuasa pada hari ini mengandung keutamaan yang besar , yaitu dapat menghapus dosa-dosa pada tahun yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam

S{ahih Muslim Rosulullah pernah ditanya mengenai puasa pada hari


(33)

25

„Asyura, lalu beliau menjawab “ia dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.24

d. Pohon.

Selain yang disebutkan diatas, ada juga keberkahan yang Allah berikan kepada pohon, Salah satu pohon yang diberkahi adalah:

1. Pohon Zaitun

" س ه ع ه ص بنلا اق : اق سأ بأ ع

لا او ك

هب اون ا

ه أف

رجش م

كرابم

"

Dari Abi Sa‟id, Rosulullah bersabda “Makanlah (buah) zaitun, dan ambillah minyaknya karena ia itu diberkahi”25

Pohon zaitun ini memiliki banyak manfaat dan keberkahan, diantaranya buahnya yang bisa dimakan, minyaknya bisa dijadikan lauk atau dimanfaatkan sebagai minyak dan kuah. Menurut nash-nash yang ada, minyaknya juga bisa dijadikan sebagai penerangan, karena hasilnya lebih terang dan merupakan minyak yang paling jenuh.26 2. Pohon Kurma

Untuk keberkahan pohon Kurma ini, Ibnu Qayyim berkata “keberkahan pohon kurma mencakup banyaknya kebaikan (manfaat) padanya, naungan yang abadi, buahnya bergizi dan keberadaannya yang langgeng.27

24Imam Abul Husain, S{ahih Muslim..., 819

25Abu Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah, Sunan at-Tirmidhi (Beirut: Da>r Ihya>’ at-Tura>th al-‘Arabi), IV/285

26Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 255 27Ibid., 264


(34)

26

ام ْنع ه يضر رمع نْب ه دْبع ْنع

ه ص يبنلا لا ف ،

: سو هْي ع

«

شلا نم نإ

ينْعي هنأ تْننظف ْسملا كربك هتكرب امل رج

انأ اذإف تفتلا ث ،ه لوسر اي ْخنلا يه :لوقأ ْنأ تْدرأف ، ْخنلا

ه ص يبنلا لا ف ،تكسف ْ ثد ْحأ انأ ةرشع رشاع

ْي ع

يه : سو ه

ْخنلا

»

dari „Abdullah bin Umar, Rosulullah bersabda “diantara pepohonan itu terdapat satu pohon yang berkahnya seperti keberkahan seorang muslim. Aku pun menduga bahwa yang beliau maksud adalah pohon kurma. Lalu, aku ingin mengatakan „ia itu adalah pohon kurma, wahari Rosulullah‟. Namun saat menoleh aku bari sadar bahwa aku adalah orang termuda dari sepuluh orang yang hadir, maka aku pun diam. Lalu, Nabi bersabda „ia itu adalah pohon kurma‟”28

e. Air.

Kemurahan Allah ternyata tidak berhenti sampai disitu, selain Allah memberi berkah kepada makhluk-makhluk diatas, Air juga termasuk yang dibarokahi oleh Allah. Beberapa air yang diberkahi diantaranya:

1. Air Zamzam

Berbeda dengan air-air yang lain, air Zamzam ini adalah air yang diistimewakan Allah dengan beberapa keistimewaan, salah satunya yaitu:

a) Air Zamzam adalah air bumi yang paling utama menurut syara’ dan ilmu kedokteran.


(35)

27

ع

ْبا

ابع

ضر

ه

ا ْنع

اق

:

اق

وسر

ه

ص

ه

هْ ع

س

ر خ

ءام

ع

هج

ضْرأا

ْم

...

Dari Ibnu „Abbas ra, dia berkata bahwasanya Rosulullah bersabda “sebaik-baik air di muka bumi adalah air zamzam...”29

b) Dapat mengenyangkan peminumnya sebagaimana makanan. Rosulullah bersabda “.... sesungguhnya ia adalah air yang diberkahi. Sesungguhnya ia adalah makanan yang mengenyangkan...”30

dan masih banyak manfaat lainnya. 2. Air Susu

Mengenai keberkahan air susu ini, para ulama berkata bahwa air susu adalah yang pertama kali dikonsumsi manusia, dan yang pertama kali menumbuhkan jasad. Jadi, air susu adalah makanan pokok yang tidak mengandung hal-hal yang merusak, karena ialah yang menegakkan jasad. Al-Qurt}ubi berkata bahwa air susu itu adalah sesuatu yang diberkahi keseluruhannya.31 Rosulullah bersabda:

ينْتثدح

يتِ ْوم

أ

لاس

يبسارلا

،

ْتلاق

تْعمس

، شئاع

لو ت

:

ناك

لوسر

ه

ص

ه

هْي ع

سو

اذإ

يتأ

،نب ب

لاق

« :

ٌكرب

ْوأ

ناتكرب

»

saya bercerita bahwa tuanku Ummu Salim Ar-Ra>sibiyah berkata “saya mendengar Aisyah berkata “ketika dibawakan air susu, Rosulullah bersabda „satu keberkahan atau dua keberkahan‟”32

29Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 371

30Imam Abul Husain, S{ahi>h Muslim...., IV/1922 31Al-Qurt}ubi, tafsi>r al-Qurt}ubi ..., X/127

32Al-Hafidh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibni Majah (Beirut: Daar Ihya>’ at-tura>ts al-‘Arabi, 1974), 273


(36)

28

D. Cara Mendapatkan Barokah

Ada beberapa cara dalam mendapatkan suatu keberkahan. Dalam hal ini ada perbedaan mengenai cara dan apa saja atau siapa saja yang boleh dimintai barokah. Disini penulis akan membahas tentang cara mendapatkan barokah yang tidak ada perbedaan pendapat didalamnya, dan cara mendapatkan barokah yang masih diperdebatkan.

1) Mendapatkan Barokah yang dibolehkan (disyari‟atkan) yang tidak ada perbedaan pendapat, diantaranya dengan:

a. al-Qur’a>n.

Sebagaimana berkah adalah tetap dan langgeng, serta berlimpah dan berkembangnya kebaikan, demikian pula sama halnya dengan al-Qur’a>n. Dalam kitab Tafsir Ar Razi disebutkan bahwa para ulama ahli makna bahasa berkata كرابم ا ك (yang diberkahi), maksudnya yaitu banyak kebaikannya dan langgeng keberkahannya, yang memberikan kabar gembira dalam bentuk pahala dan ampunan, serta melarang berbuat keburukan dan kemaksiatan.33

Ibnul Qoyyim berkata “al-Qur’a>n lebih berhak untuk

menyandang nama Mubarrak (sesuatu yang diberkahi) daripada nama lain apapun, karena berlimpahnya kebaikan dan manfaatnya, serta aspek-aspek keberkahan di dalamnya.34 Sesungguhnya kemukjizatan al-Qur’a>n

yang beragam dan berlangsungnya hingga hari kiamat serta banyaknya

33Fakhruddin ar-Razi Abu ‘Abdullah Muhammad, at Tafsi>ru Al Kabi>r (Taheran: Da>r al Kutub ‘ilmiyah), 80.


(37)

29

pengikut beliau, merupakan bukti nyata atas keberkahan al-Qur’a>n dan

berlimpahnya kebaikan didalamnya.35

Salah satu bukti keberkahan al-Qur’a>n yaitu membacakan al-Qur’a>n pada air yang kemudian diberikan kepada orang yang sakit.

Dalam sunan Abi Dawud disebutkan bahwa Rosulullah Saw pernah membacakan al-Qur’a>n pada air untuk Tsabit bin Qais bin Syammas yang ketika itu sedang sakit, kemudian menuangkan air itu kepadannya.36 b. Dhikir

Karena hakikat barokah sendiri adalah tetap dan langgengnya serta bertambahnya kebaikan, baik kebaikan agamawi atau duniawi yang semua itu berada di tangan Allah. Maka keberkahan itu hanya dicari dari Allah SWT atau sesuatu yang Dia berkahi, dan dengan cara-cara yang disyari‟atkan. Salah satu cara untuk mencari keberkahan dari Allah yaitu dengan memperbanyak dhikir kepadaNya.

Berdzikir kepada Allah bisa dilakukan dengan hati dan lisan, namun yang paling utama yaitu dilakukan secara bersamaan antara hati dan lisan. Selain itu dalam riwayat shahih Bukhari juga disebutkan bahwa “barangsiapa membaca La> ila>ha illalla>hu wahdahu la> syari>ka lah,

lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala> kulli syai’in qadi>r seratus kali dalam sehari, maka akan mendapatkan pahala sebanding dengan memerdekakan sepuluh hamba sahaya, mendapatkan seratus catatan amal baik, dihapuskan untuknya seratus keburukan, dan tidak ada seorangpun

35Ibid., 70.


(38)

30

yang mendatangkan yang lebih baik daripada itu kecuali seseorang yang melakukan yang lebih banyak daripada itu.37 Rosulullah juga pernah berkata “Orang yang bangun di pagi hari hanya dengan Allah dipikirannya, maka Allah akan menjaganya di dunia ini maupun di akhirat.38

c. Mencari barokah (Ngalap Barokah) dengan peninggalan-peninggalan Nabi setelah beliau wafat.

Jika sebelum Rosulullah wafat para sahabat sering meminta barokah dari anggota tubuh beliau, maka setelah Rosulullah wafat, para sahabat hanya bisa mencari berkah dari peninggalan-peninggalan Rosulullah seperti rambut atau segala sesuatu yang pernah digunakan oleh Rosulullah dan masih ada setelah beliau wafat (pakaian, sandal dan sebagainya).

Banyaknya pengakuan atas benda-benda seperti sandal, rambut dan sebagainya yang semua itu dinisbatkan kepada Rosulullah saw sebenarnya ini perlu diragukan. Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata “kami mengetahui bahwa peninggalan-peninggalan Nabi berupa pakaian, rambut atau peninggalan lainnya telah hilang. Seseorang tidak mungkin menetapkan keberadaan sesuatu darinya berdasarkan alasan yang pasti dan meyakinkan.39 Apalagi seiring berlalunya waktu selama

37Al-Hafidh Ahmad bin Ali Hajar al-‘Asqalani, Fathul Ba>ri bi Syarh S{ahi>hil Imam

al-Bukhari, 3/1198.

38Al Ghazali, Metode menggapai Kebahagiaan, (Bandung : Mizan Media Utama, 2014), 113


(39)

31

empat belas abad keberadaan peninggalan-peninggalan Nabi tersebut dan sangat dimungkinkannya untuk berdusta dalam mengklaim penisbatan peninggaln tersebut kepada Rosulullah untuk tujuan-tuhuan tertentu, sebagaimana hadith-hadith telah dipalsukan dan dinisbatkan kepada Rosulullah sebagai suatu kedustaan dan dosa.40

Pada akhirnya, pencarian barokah dengan Rosulullah yang paling tinggi yaitu dengan mengikuti jejak beliau, dan mengikuti sunnah-sunnahnya.

d. Mujalasah (duduk) bersama orang-orang s}aleh.

Duduk bersama orang-orang yang s}aleh sebagai ahli iman, takwa dan taat yang mengandung kebaikan, keberkahan dan kemanfaatan yang besar. Mencari keberkahan dengan duduk bersama mereka ini dapat dilakukan dengan beberapa aspek,41 diantaranya:

1. Mengambil manfaat dari ilmu mereka.

Sifat para ulama s}alih yang paling mulia adalah menyampaikan ilmu kepada selain mereka. Karena itu, siapa saja yang bergaul dan berkumpul bersama mereka para ulama s}alih ia akan memperoleh ilmu yang manfaat, dengan taufik Allah.

2. Mendengarkan wejangan dan nasihat mereka.

Keberkahan orang-orang s}alih tidak terbatas hanya menggunakan agama dan mengajarkannya. Akan tetapi hal itu

40Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 345 41Ibid., 356


(40)

32

juga bisa dilakukan dengan mengambil manfaat dari wejangan dan nasihat mereka dalam rangka amar ma‟ruf nahi munkar. 3. Mengambil manfaat dari do‟a mereka

Diantara keberkahan orang-orang s}alih bagi diri mereka sendiri dan orang lain adalah berdo‟a (meminta kepada Allah agar diberi kebaikan dunia dan akhirat), yang dimaksud disini adalah bahwa do‟a orang s}alih yang bertakwa itu memiliki beragam manfaat dan pengaruh yang baik di dunia dan akhirat dengan izin Allah, bagi diri mereka sendiri dan bagi saudara mereka sesama muslim.

4. Memperoleh keutamaan majelis dhikir bagi orang yang duduk bersama orang-orang s}alih yang sedang berdhikir kepada Allah, sekalipun dia tidak ikut serta bersama mereka.

Ini termasuk aspek lain yang dipetik dari hasil duduk bersama orang s}alih, dan ini termasuk keberkahan ukhrawi (akhirat). Sebagaimana Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata “.. orang yang duduk bersama mereka (majelis-majelis dhikir dan orang-orang yang berdhikir) akan termasuk bersama mereka dalam semua hal yang dikaruniakan kepada mereka sebagai bentuk penghormatan bagi mereka, sekalipun ia tidak ikut serta bersama mereka dalam dhikir.42

42Al-Hafidh, Fathul Ba>ri..., XI/213


(41)

33

2) Cara Mendapatkan Barokah yang masih diperdebatkan, diantaranya: a. Dengan Ziarah ke makam Nabi dan orang-orang s}alih

Ada perbedaan pendapat dalam hal ini, yaitu pendapat pertama yang menerima dan pendapat kedua yang menolak mencari barokah dengan Ziarah ke makam Nabi dan orang-orang s}alih. Sebenarnya tidak ada perbedaan pendapat untuk hukum ziarah ke makam nabi, karena semua ulama sepakat bahwa ziarah ke makam Nabi disyari‟atkan.

Akan tetapi yang menjadi perdebatan adalah cara mendapatkan berokahnya. Yang paling menojol yaitu memohon do‟a atau syafa‟at dari Rosulullah. Dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa itu adalah termasuk bid‟ah yang paling jauh. Karena perbuatan ini termasuk perkara meminta bantuan atau meminta pertolongan dengan makhluk berupa hal-hal yang hanya Allah yang bisa melakukannya.43

Disisi lain ada ulama yang berpendapat bahwa ziarah kubur atau berkunjung ke makam Nabi atau para wali (orang-orang s}alih) itu diperbolehkan. Bahkan sekarang ini banyak sekali kaum muslimin yang datang ke wisata religi dengan tujuan mencari berkah.44 Menurut pendapat ini ziarah kubur disunnatkan secara keseluruhan untuk mengingat-ingat dan mengambil ibarat. Ziarah ke kuburan orang yang

s}alih juga disunnatkan untuk mengambil berkah darinya.45 Selain itu

43Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 423

44Abdurrahman Navis, dkk, Risalah Ahlussunnah Wal-jama’ah (Surabaya: Khalista, 2012), 337

45Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin jilid IX (Semarang: penerbit CV. AsY-SYIFA’, 1990), 472


(42)

34

dalam pendapat ini juga disebutkan bahwa sesungguhnya Allah dengan karuniaNya menerima pada mereka syafa‟at para nabi dan orang-orang shiddiq, syafa‟at dari para ulama dan orang-orang s}alih.46

Sebenarnya masalah ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dalam memaknai hadis Nabi yaitu:

ا : اق س هْ ع ه ص بنلا ع ،هْنع ه ضر رْ ر بأ ْ ع

جْسم ، ارحلا جْس لا : جاسم ثاث لإ اإ احرلا شت

ص وسرلا

صْقأا جْسم ، س هْ ع ه

Dari Abu Hurairah ra, Rosulullah bersabda “tidak boleh bepergian untuk niat ibadah dan s}alat, kecuali ke tiga masjid: masjidil Haram, masjid Rosulullah dan masjidil Aqs}a.47

Dalam memaknai hadis ini ada yang berpendapat bahwa tidak boleh melakukan perjalanan atau bepergian selain ke tiga masjid itu, dengan demikian pendapat ini juga mengharamkan bepergian untuk berziarah ke makam Rosulullah saw, makam Nabi Ibrahim as dan makam orang-orang s}alih.

Sedangkan pendapat lain berbeda dalam memaknai hadis diatas, pendapat ini lebih toleran dalam memaknai hadis diatas, untuk pendapat ini membolehkan melakukan pejalanan ke selain tiga masjid itu dengan alasan bahwa larangan bepergian ke selain tiga masjid itu bukan larangan yang bersifat pengharaman. Ibnu „Abidin mengatakan seperti yang telah disebutkan dalam kitab Ihya’ bahwasanya tidak boleh bepergian ke suatu masjid selain tiga masjid diatas, maksudnya adalah karena adanya

46Ibid., 626


(43)

35

pelipatgandaan pahala di dalam ketiga masjid itu. Dari sini tidak dilarang bepergian ke selain tiga masjid itu. Seperti silaturahim dan ziarah kubur.48 b. Dengan Malam Kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad.

Selain ziarah ke makam Nabi dan orang-orang s}alih, dalam masalah Maulid Nabi ini juga ada perbedaan pendapat yang tidak kalah kuat. Kehadiran suatu “tradisi”, merupakan hal yang telah diciptakan oleh adat kebiasaan turun-temurun yang terus berjalan. Salah satu keadaan tradisi agama Islam ialah Maulid Nabi Muhammad Saw. yang tak lepas dari keberkahannya. Ada dua perbedaan pendapat dalam masalah ini. Pendapat pertama mengenai ulama yang menolak adanya peringatan Maulid yaitu dengan alasan perbuatan ini termasuk bid‟ah yang diada -adakan dalam agama yang telah dilarang oleh syari‟at, karena tidak memiliki landasan dalam al-Qur’a>n dan as-Sunnah, serta tidak pernah dilakukan oleh para ulama Salafus} S{alih. Selain itu ulama yang melarang adanya Maulid ini juga beralasan bahwa adanya perbedaan dalam penentuan tanggal malam kelahiran Nabi.

Selain itu pengagungan malam maulid Nabi dan perayaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, mencari keberkahannya ini adalah termasuk masalah-masalah Syar’iyyah yang berhubungan dengan ibadah. Sedangkan ibadah itu bersifat Taufiqi, yang didasarkan kepada syari‟at, jadi sesuatu yang keluar darinya maka termauk bid‟ah yang tercela.49

48Ali Jum’ah, Bukan Bid’ah..., 201 49Muhammad al-Juda’i, Tabarruk..., 469


(44)

36

Sedangkan ulama yang membolehkan adanya Maulid yaitu dengan alasan bahwa hari kelahiran Nabi Muhammad adalah salah satu hari Allah yang sangat penting. Dari sini, memperingatinya berarti mematuhi perintah Allah, dan yang demikian ini bukanlah bid‟ah. Sebaliknya merupakan tradisi yang baik meskipun belum pernah dilakukan dimasa Rosulullah. Alasan lain kenapa membolehkan merayakan Maulid Nabi yaitu karena bukti kecintaan ummat kepada Rosulnya.50

Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-„Asqalani berpendapat bahwa merayakan atau memperingati maulid Nabi itu dibolehkan, pendapat ini dilandaskan pada hadis s}ahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi ketika di Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa pada hari ‟Asyura dan ketika ditanya mereka menjawab, “ini adalah hari di mana Allah menenggelamkan Fir‟aun dan menyelamatkan Nabi Musa. Jadi kami berpuasa untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT.

Dari hadis ini bisa ditarik kesimpulan tentang anjuran untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Dia anugerahkan. Sedangkan nikmat mana yang lebih besar dari kemunculan Nabi Muhammad SAW? Jadi menurut pendapat Ibnu Hajar disini dibolehkan merayakan mauled Nabi dengan alasan mensyukuri nikmat yang telah

50Ali Jum’ah, Bukan Bid’ah..., 190


(45)

37

diberikan Allah, dan juga dalam rangka meminta keberkahan dan syafa‟at dari Nabi Muhammad.51

Meskipun demikian ada golongan yang berpendapat bahwa hadis diatas itu tidak bisa dijadikan landasan untuk dibolehkannya memperingati maulid Nabi. Karena menurutnya syari‟at pada hari „Asyura yang disunnahkan adalah dalam rangka menjalankan perintah Rosulullah dan bersyukur kepada Allah, akan tetapi di kalangan ulama kaum muslimin tidak ada ulama yang menganggap perintah Nabi Muhammad ini sebagai kaidah diperbolehkannya merayakan maulid Nabi, apalagi sampai mecari barokah dari maulid nabi.52

51Ibid.., 187


(46)

38

BAB III

PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG BAROKAH DALAM

AL-

QUR’A>N

A. Data Ayat -Ayat Tentang Barokah

Setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alfadh al-Qur’an al-Karim. Kata Barokah atau yang semakna dengannya ada 31 kata, diantaranya:1

No Istilah Jumlah Kata Surat

1

كراب

1 Al-Fus}s}ilat:10

2

كروب

1 An-Naml:8

3

كرابت

9 Mulk:1, Ar-Rahma>n:78,

Al-Mu’minu>n:14, Al-Furqa>n:1, 10 dan

61, Al-Ghafir:64, Al-Zukhruf:85. 4

اكرب

3 Al-A’ra>f:96, Hu>d:48 dan 73

5

كرابم

4 Al-An’am:92 dan 155,

Al-Anbiya’:50, S{o>d:29

6 .

كرابم

4 An-Nu>r:35 dan 61, Al-Qas}as}:30, Al-Dukha>n:3

7

ا

كرابم

4 Imra>n:96, Maryam:31,

Al-Mu’minu>n:29, Qaf:9

1Muhammad Fu’ad Abdu al-Baqiy, Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur’an al-Karim (Kairo: Matba’ah Dar al-Kutub al-Misriyyah, 126 H), hal. 182-184


(47)

39

8 .

ان

كراب

6 Al-Isra>’:1, Al-A’raf:137, Al

-Anbiya’:71 dan 81, Al-Saba’:18,

As-S{a>ffat:113

B. Tartib Nuzul al-Ayat.

Berikut urutan Tartib Nuzul Ayat berdasarkan keterangan para Ulama‟.2 Tartib Surah Makkiyah

No Tartib Nuzul Nama Surah No Surah

1 34 Qo>f 50

2 38 S{o>d 38

3 39 Al-A’raf 7

4 42 Al-Furqa>n 25

5 44 Maryam 19

6 48 An-Naml 27

7 49 Al-Qas}}s}a>s 28

8 50 Al-Isra>’ 17

9 52 Hu>d 11

10 55 Al-An’am 6

11 56 As-S{a>ffa>t 37

12 58 As-Saba’ 34

13 60 Al-Mu’min 40

2Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), 172-173.


(48)

40

14 61 Al-Fus}s}ilat 41

15 63 Zukhruf 43

16 64 Al-Dukha>n 44

17 73 Al-Anbiya’ 21

18 74 Al-Mu’minu>n 23

19 77 Al-Mulk 67

Tartib Surah Madaniyah

No Tartib Nuzul Nama Surah No Surah

1 3 Al-Imra>n 3

2 11 Ar-Rahma>n 55

3 17 An-Nu>r 24

C. Konsep Barokah dalam al-Qur’a>n

Berdasarkan data di atas, maka dapat diperoleh klasifikasi makna sebagai berikut:

1. Substansi Barokah

Banyak pengertian barokah yang ada dalam al-Qur’a>n, yang pada intinya sama yaitu bertambah atau berkembangnya kebaikan. Salah satunya yaitu ada pada surat al-Isra>’ ayat 1


(49)

41







3

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Ayat diatas menyebutkan awal perjalanan isra‟ dan akhirnya, yakni antara dua masjid. Hal tersebut adalah untuk mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup manusia menuju Allah SWT hendaknya bermula dari masjid, yaitu kepatuhan kepada Allah dan berakhir pula dengan masjid yakni kepatuhan kepadaNya. Ibn „Anshu>rmenjadikan perjalanan isra‟ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqs}a dan kembali lagi ke Masjidil Haram untuk mengisharatkan bahwa islam adalah ajaran Tauhid yang dibawa oleh para nabi sejak masa Nabi Ibrahim as.

Demikian ajaran islam yang penuh toleransi itu bermula dari Masjidil Haram, berlanjut dan bercabang ke Masjidil al-Aqs}a dan berakhir lagi di masjidil Haram. Sebagaimana halnya Isra‟ dimulai dari Masjidil Haram, menuju Bait al-Maqdis dan berakhir lagi di Masjidil Haram.

Kata  / Kami berkahi, berasal dari kata

كرب

yakni kebajikan

yang banyak. Keberkahan yang berada disekitarnya itu antara lain

3


(50)

42

pengutusan para nabi di sana, juga kenyamanan dan hasil buminya yang banyak dan subur. Bahwa keberkahan itu tidak lagi terasa sekarang dengan terjadiya peperangan dan kekerasan, sama sekali tidak bertentangan dengan ayat ini. Karena dikatakan keberkahan tersebut telah dianugerahkan Allah dahulu, dan kini telah dicabut atau tidak berlanjut lagi karena tidak ada lagi nabi yang diutus, dan penduduknya pun banyak yang telah melanggar ketentuan Allah.

Kata هلوح memberi kesan bahwa kalau sekitarnya saja telah diberkahi Allah, maka tentu lebih lagi lokasi masjid. Disini menurut Sayyid Qutb mengesankan bahwa keberkahan tersebut melimpah sehingga membanjiri sekitarnya.4 Jadi kata “barakah” dalam ayat ini mempunyai arti kebaikan yang bertambah.

2. Sumber Barokah a. Barokah dari Allah

Dalam al-Qur’a>n penjelasan mengenai keagungan dan kemaha tinggian Allah ini dijelaskan cukup banyak, yaitu ada 9 ayat yang membahasnya, salah satunya yaitu dalam surat al-Mulk ayat 1







5

Maha Suci Allah yang di tangnNya lah segala kerajaan, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.

Ayat sebelumnya yaitu ada di ayat terakhir surat at-Tahrim yang menjelaskan tentang keutamaan Maryam binti Imran yang

4M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah vol 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 404

5


(51)

43

memelihara kehormatannya, lalu ditiupkan kepadanya ruh kedalam rahim Maryam. Sedangkan ayat ini mejelaskan tentang kekuasaan Allah atas segala sesuatu. jadi maksudnya adalah dengan kuasa Allah dan atas kehendaknya maka ditiupkan ruh kedalam rahim Maryam.

Pangkal ayat satu ini menjelaskan tentang segala kerajaan dan kekuasaan yang ada di muka bumi ini, bagaimanapun manusia mengejarnya atau mempertahankanya, itu bukanlah sebenar-benar kekuasaan. Semisal seorang raja memerintah dengan segenap kekuatan dan kegagahan. Namun kekuasaan yang seperti ini hanya pinjaman dari Allah, tidak ada yang kekal dipegangnya terus. Karena kerajaan yang benatr kerajaan dan kekuasaan yang sebenar-benar keuasaan hanya ada dalam tangan Allah SWT. Allah maha kuasa untuk selama-lamanya dan Allah tidak membutuhkan wakil atau calon pengganti, karena Allah hidup selamanya.





Ujung ayat satu yang menjelaskan bahwa Allah sebagai Tuhan yang maha kuasa, pembagi kekuasaan kepada seluruh raja dan penguasa yang ada di seluruh ala mini, baik di bumi maupun di langit. Allah lah yang maha menentukan segala sesuatu. Contoh kecil misanya mtahari dengan segala bintang-bintang yang menjadi


(52)

44

satelitnya, dalam ukuran jarak jauh dan jarak dekat yang tertentu, sehingga terdapat keseimbangan. Maka rangkaian itulah yang terdapat pada alam yang sekecil-kecilnya. Tegaslah bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya, dan jika kalau ketentuan tidak ada, maka tidak aka nada pula yang dinamakan ilmu pengetahuan atau science (sains). Ini seperti yang dijelaskan dalam surat al-„Imran ayat 191

…….

……



…….. Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia…

Allah tidak akan pernah mencipakan sesuatu denganm sisa-sia atau percuma, oleh karena ketentuan Tuhan itu mengenai tiap-tiap sesuatu (Kulli Syai’in). demikianlah bahwa hidup dan mati manusia, bala bencana atau keselamatan, semua itu adalah ketentuan dari Allah.6

b. Barokah dari al-Qur’a>n

Dalam hal ini ada 4 ayat yang menjelaskan tentang keberkahan

al-Qur’a>n salah satunya adalah dalam surat Al-An‟am ayat 92


(53)

45



















7

dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. Dalam ayat sebelumnya dijelaskan bahwa orang kafir yang tidak menghormati Allah dengan berkata bahwa kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa itu masih disembunyikan sebagian oleh Allah. Dan ayat ini menjelaskan tentang diturunkannya kitab

al-Qur’a>n untuk membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Jadi

hubungan antara kedua ayat ini adalah bahwa anggapan orang kafir tentang kitab Taurat, yang menurutnya tidak semua diturunkan

kepada Nabi Musa, disini Allah membalas perkataan mereka dengan menurunkan kitab al-Qur’a>n sebagi kitab yang memebenarkan kitab-kitab terdahulu dan sebagai peringatan.

Dan ini (Al Qura>n) adalah kitab yang telah Kami turunkan yaitu wahyu ilahi, tanda dari ketinggian rahmat ilahi bagi manusia, dan tanda pula dari kecerdasan sebagian manusia yang dipilih Allah untuk mrenampung wahyu itu.

7


(1)

75

Pada dasarnya perbedaan muncul karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berfikir, perbedaan pemahaman nash/dalil dan juga karena adanya metodologi yang dipakai dalam melakukan ijtihad,15

15Muhammad Thalhah Hasan, Ahlussunnah wal-Jama’ah (Jakarta: Lantabora Press, 2005), 106


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan yang telah diungkapkan pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Para mufassir sepakat bahwa konsep barokah dalam al-Qur’a>n yaitu bertambahnya kebaikan dengan adanya sumber barokah yaitu Allah dan kalam Allah SWT, selain itu juga dengan kemurahan Allah, ada beberapa makhluk dan benda yang diberkahiNya meliputi manusia, pohon, waktu, tempat dan air. Dalam hal ini ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan barokah yaitu yang sudah jelas adalah dengan membaca al-Qur’a>n, dhikir, dengan peninggalan Nabi dan juga bisa dengan berkumpul bersama orang-orang s>alih. Dan juga ada yang masih

diperdebatkan yaitu mencari barokah dengan cara ziarah kubur dan peringatan maulid Nabi.

2. Dalam masyarakat ternyata mencari keberkahan Allah yang masih diperdebatkan antara kedua kelompok ini mampu membuat celah diantara keduanya, yaitu mencari barokah dengan ziarah kubur Nabi dan orang

s}alih serta dengan adanya peringatan maulid Nabi. Diantara dua masalah tersebut, perbedaan muncul dengan inti yang sama yaitu kelompok pertama yang tidak mau menerima bahwa orang yang sudah meninggal


(3)

77

sudah tidak bisa dicari keberkahannya, sedangkan kelompok kedua sebaliknya.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang tentunya lebih kritis, transformatif guna menambah khazanah islam dalam realita kehidupan dimasa yang kana mendatang.

2. Kedua kelompok tersebut pada dasarnya sama, yaitu sama-sama pembela dan pejuang sesuai dengan karakter dan warnanya, jadi tidak ada alasan untuk membuat perbedaan sebagai permusuhan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. At-Tawassul. al Maktab al- isla>mi 1397 H. Abdurrahman, Asjumni. Tanya Jawab Agama jilid IV . Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2005.

Al-Bukhari, Imam Abu ‘Abdullah bin Isma’il. S{ahi>hul Bukhari. Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1400 H.

Al-Baqiy, Muhammad Fu’ad Abdu. Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur’an al -Karim. Kairo: Matba’ah Dar al-Kutub al-Misriyyah, 126 H.

Ad Dimasyqi, Imam Abul Fida’ Isma’il bin Kathir. Tafsi>r Ibni Kathir , vol II. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2000.

Al Ghazali. Metode menggapai Kebahagiaan. Bandung: Mizan Media Utama, 2014.

Al-Hajjaj, Imam Abu Husain Muslim. S{ahi>h Muslim. Da>r al-Fikr li at}-T{iba’ah wan Nayr wa at Tauzi>’, 2003.

Al Judai‟, Nashir bin „Abdurrahman bin Muhammad. At Tabaruk . Riyadh: Maktabah Ar Rusyd, 1989.

Al-Juda‟i, Nashir bin „Abdurrahman bin Muhammad. Tabarruk MEMBURU

BERKAH. Jakarta: Pustaka Imam As Syafi’i, 2009.

Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Maraghi vol XXIV. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 974 M.

An-Nawawi, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Syarhun Nawawi li S{ahih Muslim. al-Mat}ba’ah al-Mis}iriyyah wa Maktabatuha>, t.th.


(5)

78

Al-Qazwini, Al-Hafid} Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibni Majah.

Beirut: Da>r ihya>’ at-Tura>th al-‘Arabi, 1974.

At}-T{abari, Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsi>r at} T{abari (Jami’ul Baya>n ‘an Ta’wi>l A>yil Qur’a>n). Mesir: Syirkah Maktabah wa Mat}ba’ah,

1967

Azhar, Muhammad. Posmodernisme Muhammadiyah. Yogyakarta: suara Muhammadiyah, 2004.

Azra, Azyumardi. Malam Seribu Bulan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.

Baidan, Nashrudin. Metodologi penafsiran Alquran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Burhan Djamaluddin. “Konsep Berkah Dalam Islam”, Jurnal IAIN Sunan Ampel. September, 1999.

Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Hadis. Jakarta: Thoha Putra, 1997.

Ghazali, Imam. Ihya’ Ulumuddin jilid IX. Semarang: penerbit CV. AsY-SYIFA‟, 1990.

Hamka. Tafsir al-Azhar vol xxix. Jakarta: Pustaka Pnjimas, 1983.

Hasan, Muhammad Thalhah. Ahlussunnah wal-Jama’ah. Jakarta: Lantabora Press, 2005.

Hidayat, Rachmat Taufiq. Khazanah Istilah Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1995.

Jumantoro, Totok. Kamus IlmuTasawuf. Penerbit AMZAH, 2005. Jum‟ah, Ali. Bukan Bid’ah. Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014.

Kholili, M. Baits. Argumentasi Peringatan Maulid Nabi Bantahan Terhadap Salafi-Wahabi. Surabaya, Pustaka Radja, 2016.


(6)

79

Muchtar, Masyhudi. Aswaja An-Nahdliyah. Surabaya: Kalista, 2007.

Mudarrisi, Muhammad Taqi. Lailatulkadar. penerbit Citra, 2014.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993.

Mujieb, M Abdul. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), 2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson. AL-MUNAWWIR Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Penerbit Pustaka Progresif, 1997.

Muntaha, Ahmad AM. Kajian Pesantren Tradisi dan Adat Masyarakat

MENJAWAB VONIS BID’AH. Lirboyo: Pustaka Gerbang Lama, 2010.

Navis, Abdurrahman. Risalah Ahlussunnah Wal-jama’ah. Surabaya: Khalista, 2012.

Nugroho, M Yusug Amin. FIQH AL-IKHTILAF NU-MUHAMMADIYAH . Wonosobo: t.p. 2012.

Pustaka Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Shihab, M Quraish. Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Mizan, 2009.

Sulaiman, Imam al-Hafidh Abu Dawud. Sunan Abi Dawud. Daar al-Hadith li ath-Thiba>’ah wa an-Nasyr wa at Tauzi>’ cet 1, 1966.