BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam keluarga khususnya di Indonesia,perempuan dan laki-laki memiliki fungsi tersendiri dalam mengurus rumah tangga.Kaum perempuan sebagai istri
lebih berperan dalam proses membesarkan anak dan laki-laki sebagai pencari nafkah.Perempuan selalu memiliki ketergantungan pada laki-laki dalam
kehidupan rumah tangga. Berbeda halnya bila dalam sebuah keluarga seorang perempuan berperan
sebagai orang tua tunggal dalam membesarkan anak-anaknya.Sebagai orangtua tunggal ia harus berperan sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi anak-
anaknya.Semua ini dapat dilakukan dengan adanya kemandirian dari seorang perempuan,karena tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak anggapan
masyarakat tentang kaum perempuan yang dinilai lemah dan jauh dari kemandirian.
Proses membesarkan anak yang dilakukan oleh perempuan sebagai orang tua tunggal,adalah bagaimana dapat membesarkan anaknya dari anaknya masih
kecil sampai anaknya dewasa dan dapat mandiri.Proses membesarkan anak tersebut termasuk dalam sosialisasi anak dan pengasuhan anak seperti memberi
makan anak,menjaga anak,memberi pendidikan agama,pendidikan formal dan lain sebagainya.
Menurut Sayogyo dalam Pratini 2001:11,masalah penting dalam kehidupan rumah tangga yang dikepalai perempuan pada dasarnya meliputi proses
Universitas Sumatera Utara
perubahan dari peranan perempuan pada status sosialnya yang baru,yaitu peranannya sebagai ayah dan ibu anak-anaknya dalam proses sosialisasi.
Soejono Soekanto 1982:140,mengatakan proses sosialisasi anak adalah proses pendewasaan individu dari mahluk sosial.Masa perubahan seorang anak
dari keadaan psikologis menjadi mahluk sosial pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya di dunia,merupakan proses yang sangat penting dan menarik untuk
dipelajari melalui proses yang disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi anak tersebut memerlukan peranan,yang dalam
penelitian ini perempuan sebagai orang tua tunggal yang dituntut kemandiriannya dalam membesarkan anak-anaknya tanpa figur seorang suami dan keluarga yang
utuh. Menurut Muniarti 2004:111,pribadi yang mandiri merupakan pribadi
yang yang berani menyatakan kehendaknya,berani memutuskan dan bertanggung jawab secara sadar.Pribadi mandiri menyadari bahwa dirinya adalah seorang
pribadi. Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-
nilai bagi anaknya agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif.Dengan perkataan lain,kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari
bagaimana keluarga mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu maupun masa yang akan datang.Membesarkan
anak di dalamnya mencakup pengasuhan anak,pengasuhan anak adalah bagian dari sosialisasi yang berfungsi menyiapkan seorang anak menjadi warga
masyarakat kelak.Pengasuhan anak sudah dimulai sejak anak masih kecil. Ketergantungan perempuan kepada laki-laki jelas mempengaruhi
perempuan dalam tindakan dan kegiatan yang dipilihnya.Disadari atau
Universitas Sumatera Utara
tidak,anggapan yang berkembang dalam masyarakat ini sering membatasi ruang gerak perempuan.Ketergantungan merupakan hal yang begitu akrab dengan
perempuan,sementara kemandirian merupakan hal yang asing. Muniarti 2004:111-112,pola ketergantungan yang tercipta dari
konstruksi sosial yang bias gender ini,sangat mengganggu perkembangan pribadi seorang perempuan untuk mandiri.Ia sendiri,perempuan,merasa tidak pantas untuk
mandiri dan suaminya akan merasa bersalah apabila istrinya tidak tergantung kepadanya.
Upaya menuju kemandirian bagi perempuan sebagai orang tua tunggal merupakan tuntutan yang tidak dapat ditunda lagi dan karena sangat diperlukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya terlebih dalam membesarkan anak-anaknya,mengingat bila seorang perempuan sebagai orang tua
tunggal bagi anak-anaknya yang harus memainkan peran ganda dalam keluarga. Perempuan sebagai orang tua tunggal bagi anak-anaknya dituntut untuk
melakukan berbagai perubahan dalam cara bepikir,bersikap dan bertindak yang lain dari cara-cara yang lama.Karena anak-anak berkembang dengan meniru
keadaan di lingkungannya.Sebagai orang tua tunggal perempuan harus bisa menciptakan suasana yang seimbang bagi anak-anaknya.Sehingga anak-anaknya
tidak merasa kekurangan kasih sayang karena tidak hadirnya figur ayah dalam keluarga.
Perempuan sebagai orang tua tunggal harus mandiri.”Pada dasarnya kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertanggung
jawab terhadap apa yang harus dilakukan” Pratini,2001:12.Kemandirian bagi perempuan dipandang penting karena dengan kemandirian seseorang berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Berkembangnya anggapan yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa perempuan adalah kaum yang tergantung atau tidak mandiri,merupakan anggapan yang mengacu pada norma-norma ketimuran yang
cenderung menempatkan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Kemandirian bagi perempuan Timur termasuk Indonesia agak berbeda
dengan kemandirian perempuan Barat.Hemas dalam Pratini 2001:24, menyatakan bahwa ada beberapa hal yang unik dalam kemandirian perempuan
Indonesia yaitu adanya keterkaitan yang kuat dengan prinsip-prisip agama,budaya atau tradisi dan filsafat serta norma-norma kehidupan yang ada di negara
Indonesia.Disisi lain konsep kemandirian datang dari Barat lebih menekankan pada individualisme,independensi diri,yang melepaskan diri dari ikatan kerja
sama antara satu dengan yang lain,kebebasan sepenuhnya dari ikatan norma sosial,agama dan budaya.Dengan demikian konsep kemandirian perempuan
Indonesia mempunyai karakter sendiri dibandingkan konsep kemandirian yang datang dari Barat.Kemandirian perempuan di Indonesia tetap masih
memperhatikan atau masih tergantung pada norma-norma yang berlaku di masyarakat,di tempat tinggal perempuan itu berada.
Perempuan sebagai orang tua tunggal memiliki peran dalam membesarkan anak yaitu memberikan pendidikan,peran mendidik anak dapat diberikan meliputi
orientasi terhadap nilai moral,pendidikan yang diberikan kepada anak- anaknya.Ketika mengadakan perubahan perempuan akan merasa terpaksa untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.Biasanya seorang perempuan dalam keluarga selalu di dampingi oleh seorang suami tetapi dia harus menyesuaikan
keadaan ketika ia menjadi orang tua tunggal dan mengasuh anak-anaknya dengan baik.Anak bagi sebagian masyarakat dianggap sebagai pewaris keturunan,karena
itu setiap keluarga akan menjaga anak-anaknya dengan baik yaitu dengan
Universitas Sumatera Utara
membesarkannya dari ia kecil sampai dewasa,mengajarkan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berusaha memenuhi segala kebutuhannya.
Perempuan dalam pandangan tradisional masyarakat masih berada di bawah laki-laki.Dalam masyarakat yang masih bersifat tradisional mengaganggap
bahwa laki-laki selalu lebih hebat dari perempuan,perempuan dianggap bodoh,selalu dinomor duakan dan jauh dari kemadirian.Pendapat-pendapat
masyarakat seperti inilah yang menghadirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum
laki-laki dan perempuan menjadi korban dalam sistem tersebut.Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender.Terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal,diantaranya dibentuk,disosialisasikan,diperkuat,bahkan dikonstruksi secara
sosial maupun kultural melalui ajaran keagamaan maupun negara.Melalui proses panjang,sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan
seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi sehingga dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan Fakih,1996:7-12.
Menurut Fakih 1996:13-23 ketidakadilan gender tersebut dapat berbentuk :
Gender dan Marginalisasi Perempuan,proses marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan bagi perempuan baik di tempat kerja bahkan dalam keluarga.Misalnya
banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapat waris sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
Gender dan Subordinasi,pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan.Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau
emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin,berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Gender dan Stereotipe,secara umum stereotipe adalah penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari
pandangan gender.Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu,umumnya perempuan yang bersumber dari penandaan stereotipe yang
dilekatkan kepada mereka,misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan
jenisnya,maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini.
Gender dan Kekerasan,kekerasan violence adalah serangan atau invasi assault terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang.Kekerasan terhadap
sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber,namun salah satu kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan
gender.Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender-related violence.Pada dasarnya,kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Gender dan Beban Kerja,adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki
sifat memelihara dan rajin,serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga,berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga manjadi
tanggung jawab kaum perempuan.Konsekuensinya,banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama.Bias gender yang mengakibatkan beban kerja
tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau
Universitas Sumatera Utara
kenyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis “pekerjaan perempuan” seperti semua pekerjaan domestik dianggap dan
dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai “pekerjaan laki-laki” serta dikategorikan “bukan produktif “ sehingga tidak
diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara. Terkait dengan masalah tersebut perempuan dapat mulai memahami diri
mereka sendiri lebih baik dan menumbuhkan penilaian yang lebih tinggi terhadap sifat-sifat hakiki dalam diri mereka Wolfman,1989:40.Setelah memahami sifat-
sifat hakiki dalam diri mereka sendiri,para perempuan yang telah memiliki keluarga akan lebih memahami perananya dalam keluarga.
Sifat dasar seorang perempuan adalah menjadi ibu,bagi sebagian orang menjadi ibu adalah proses yang alami dari perempuan.Perempuan dalam
kodratnya menjadi ibu yang harus mengurus anak-anaknya jauh lebih besar dari laki-laki.Faktanya,laki-laki hanya mencari nafkah di luar rumah dan
perempuanlah yang sebenarnya mengurus kebutuhan keluarganya dari hal kecil sampai hal yang besar.”Dapat dilihat dalam kenyataannya di negara-negara
Selatan kerja yang dilakukan oleh sebagian besar perempuan miskinlah yang memungkinkan keluarga mereka tetap bertahan hidup : semakin miskin suatu
keluaga,keluarga itu semakin bergantung kepada produktivitas ekonomi seorang perempuan” Mosse,1946:46.Dari hal diatas dapat dilihat kemandirian
perempuan sebagai orangtua tunggal bagi anak-anaknya dan memberikan teladan tentang hal-hal apa saja yang baik dan yang buruk di lingkungannya
. Penelitian ini melihat tentang upaya perempuan menuju kemandirian
sebagai orangtua tunggal bagi anak-anaknya yang lokasinya bertempat di wilayah pedesaan yang banyak dihuni oleh masyarakat Batak Toba dan masih kental
Universitas Sumatera Utara
dengan kehidupan yang sederhana dan dengan kebudayaan yang masih dipegang teguh masyarakat setempat.Berdasarkan data sementara di lapangan,perempuan
yang menjadi orang tua tunggal semuanya dikarenakan ditinggal mati oleh suaminya.Hal ini disebabkan oleh faktor agama yang banyak dianut masyarakat
setempat yaitu Kristen yang tidak mengijinkan seseorang yang telah menikah bercerai kecuali karena kematian,selain itu masyarakat Batak yang ada disana
masih kental dengan norma-norma dan adat istiadat yang melarang seorang perempuan untuk berceri atau memiliki anak diluar pernikahan atau hidup terpisah
dari suaminya,karena menurut masyarakat disana perempuan harus mengabdi dan mengikuti suaminya.
Adapun data sementara jumlah perempuan orangtua tunggal di Desa Parbubu II sampai dengan September 2007 yang didapat dari kantor kepala desa
setempat adalah sebagai berikut : N
o Nama
U m
u r
Pekerjaan Jumlah Tanggungan
Agama Status
Perni- kahan
Cerai Hidup
Thn Status
Pernik ahan
Cerai Mati
Thn 1
Tiurlan Sihombing
81 Bertani
3 Protestan
- Ya
1981 2
Aliran Simorangkir
81 Bertani
3 Protestan
- Ya
1989 3
Esli Lumbantobing
58 Bertani
2 Protestan
- Ya
2004
Universitas Sumatera Utara
4 Risma Sirait
33 Bertani
5 Protestan
- Ya
2005 5
Hilderia Sihombing
62 Bertani
- Protestan
- Ya
1982 6
Rana Sibuea 80
Bertani -
Protestan -
Ya 1972
7 Pastiaman
Sitompul 41
Bertani 3
Protestan -
Ya 1999
8 Moria
Panjaitan 77
Bertani 1
Protestan -
Ya 1971
9 Hetoria
Hutagalung 70
Bertani -
Protestan -
Ya 1973
10 Hilderia Silalahi
76 Bertani
- Protestan
- Ya
1975 11 Mauli Hutapea
74 Bertani
2 Protestan
- Ya
2000 12 Hetna Hutauruk 70
Bertani -
Protestan -
Ya 2003
13 Kardi Pardede 79
Bertani -
Protestan -
Ya 2000
14 Hicca Simatupang
61 Bertani
2 Protestan
- Ya
2002 15 Sapini Sinaga
64 Bertani
1 Protestan
- Ya
2001
Universitas Sumatera Utara
16 Shinta Sibuea 65
Bertani -
Protestan -
Ya 2007
17 Albine Lumbantobing
70 Bertani
1 Protestan
- Ya
1982 18 Emmas
Lumbantobing 75
Bertani 1
Protestan -
Ya 1967
19 Rotua Hutapea 72
Bertani 1
Protestan -
Ya 1986
Dari data diatas dapat dilihat bahwa perempuan yang menjadi orang tua tunggal di Desa Parbubu II,dalam upayanya untuk mandiri setelah ditinggal mati
oleh suaminya yaitu dengan bertani dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain seperti bertenun kain ulos,dan berternak walaupun terkadang mereka harus
mengerjakan sawah atau ladang orang lain karena tidak memiliki sawah atau ladang sendiri.Berdasarkan pengamatan sementara perempuan Batak di Desa
Parbubu II dari kecil sudah dibiasakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju,memasak,mengangkat air,membantu di
sawah,mengurus saudaranya yang lebih muda darinya,dll.Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan para perempuan untuk dapat mengurus keluarganya kelak.
Perempuan yang menjadi orangtua tunggal harus dapat keluar dari ketergantungan yang selama ini disadari atau tidak telah menghambat
kemandiriannya walaupun dalam banyak masyarakat yang masih memegang sifat tradisional seperti dalam masyarakat Batak yang menganut sistem patrilineal yaitu
sistem yang bercirikan laki-laki ayah,selalu memberi nilai yang lebih tinggi pada laki-laki dalam keluarga dan sebaliknya menomorduakan perempuan dalam
Universitas Sumatera Utara
keluarga mulai dari hak waris,hak untuk berbicara dalam acara adat,hak untuk memperoleh pendidikan,hak untuk mengambil keputusan dalam keluarga
sehingga perempuan sebagai orangtua tunggal bagi anak-anaknya sering diragukan kemampuannya dalam mengurus keluarganya tanpa kehadiran
suami,perempuan dianggap lemah untuk menanggung persoalan-persoalan berat dan juga dalam masyarakat terkadang masih memandang sebelah mata pada status
perempuan yang menjadi orangtua tunggal,oleh karena itu kemandirian merupakan modal dasar bagi manusia dalam menentukan sikap dan perbuatan
terhadap lingkungannya.Kemandirian mendorong orang untuk berprestasi dan berkreasi.Dengan demikian kemandirian diharapkan dapat mengatur orang
menjadi mahluk yang produktif dan efisien,mampu memecahkan berbagai persoalan serta membawa dirinya kearah kemajuan.
1.2.Perumusan Masalah
Mengacu dari keadaan yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas,maka masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
seorang perempuan sebagai orangtua tunggal dalam menciptakan kemandiriannya untuk dapat terus mengasuh dan membimbing anak-anaknya agar dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dalam keluarga yang tidak lengkap. Dari masalah tersebut hal-hal yang ingin dikaji oleh peneliti antara lain :
1.Persoalan-persoalan apa saja yang muncul ketika para perempuan Batak Toba ini menjadi orangtua tunggal bagi anak-anaknya?
2.Bagaimana faktor budaya setempat dapat mempengaruhi upaya kemandirian bagi seorang perempuan?
Universitas Sumatera Utara
3.Bagaimana strategi-strategi yang dilakukan oleh perempuan Batak Toba yang menjadi orangtua tunggal dalam menghadapi persoalan-persoalan eksternal dan
internal sehinggal ia dapat mandiri dan dapat membesarkan anak-anaknya?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang upaya perempuan Batak Toba menuju kemandirian sebagai orangtua tunggal dalam
proses membesarkan anaknya,dimana kemandirian perempuan sebagai orangtua tunggal masih sulit diterima oleh masyarakat kita.
Manfaatnya diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan dalam penyusunan program
tentang pemberdayaan perempuan yang khusus menyandang status orangtua tunggal..Dan juga sebagai tambahan referensi bagi studi antropologi gender.
1.4.Tinjauan Pustaka
Khairruddin dalam Su’adah 2003:22,mengatakan pada hakikatnya keluarga merupakan hubungan keturunan maupun tambahan adopsi yang diatur
melalui kehidupan.Dalam hubungannya dengan proses sosialisasi anak,keluarga dijadikan wadah bagi proses pendewasaan dan pembelajaran bagi anak.
Sumbangan keluarga pada perkembangan anak berupa Hurlock,1992:201 -
Perasaan aman karena menjadi anggota kelompok yang stabil -
Orang-orang yang dapat diandalkannya dalam memenuhi kebutuhannya- fisik dan psikologis
- Sumber kasih sayang dan penerimaan,yang tidak terpengaruh oleh apa
yang mereka lakukan.
Universitas Sumatera Utara
- Model pola perilaku yang disetujui guna belajar menjadi sosial.
- Bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui secara
sosial. -
Orang-orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tiap anak dalam penyesuaian pada kehidupan
- Bimbingan dan bantuan dalam mempelajari kecakapan-motorik,verbal dan
sosial-yang diperlukan untuk penyesuaian -
Perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial.
- Bantuan dalam menetapkan aspirasi yang sesuai dengan minat dan
kemampuan -
Sumber persahabatan sampai mereka cukup besar untuk mendapatkan teman di luar rumah atau bila teman di luar tidak ada.
Sejalan dengan itu Suratman 1995:36,mengatakan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk dapat memenuhi
kebutuhan anak-anaknya baik dari sudut agama,psikologis,psikis,tempat tinggal dan juga kebutuhan akan rasa sayang,dimengerti dan rasa aman melalui asuhan
dan ucapan. Wauran 1977:20 mengatakan keluarga menjadi penting karena selain
sebagai tempat proses sosialisasi pertama,keluarga juga membawa pengaruh yang luas baik dalam keluarga itu sendiri maupun kepada masyarakat dan bangsa.
Keluarga inti terdiri dari ayah,ibu dan anak-anak.Menurut Levine dalam Sjarkawi 2006:20 menjadi orangtua sesungguhnya merupakan proses yang
dinamis.Situasi keluarga acap kali berubah,tidak ada yang bersifat mekanis dalam
Universitas Sumatera Utara
proses tersebut.Akan tetapi dengan memahami bahwa kepribadian mengaktifkan energi,mengembangkan langkah demi langkah,serta menyadari implikasi setiap
langkah terhadap diri anak,para orangtua secara perlahan akan mampu memupuk rasa percaya diri pada diri anak.
Selanjunya Levine juga menegaskan bahwa kepribadian orangtua akan berpengaruh terhadap cara orangtua tersebut dalam mendidik dan membesarkan
anaknya yang pada gilirannya juga akan berpengaruh kepada kepribadian si anak tersebut.
Dalam proses tumbuh kembang anak,pengaruh lingkungan besar sekali,termasuk lingkungan keluarga yang jelas ikut memberi bentuk dan warna
pada kepribadian anak.Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial pada tahap-tahap awal
perkembangan kepribadian anak.Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antara anak dengan tokoh yang dekat dalam dalam
kehidupannya significant others,acapkali berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak yang dalam hal-hal tertentu bisa menjadi sumber
permasalahan perilaku anak Gunarsah,1993:44-45. Proses membesarkan anak merupakan rangkaian dari usaha-usaha yang di
dalamnya terdapat pengasuhan anak dan sosialisasi anak.Pengasuhan anak adalah salah satu bagian yang penting dalam proses sosialisasi yang dialami oleh seorang
anak di rumahnya Secara khusus sosialisasi mencakup proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaan,belajar mengendalikan diri serta
mempelajari peran-peran di dalam masyarakat” Danandjaja,1980:246. Koentjaraninggrat 1990:229,proses sosialisasi bersangkutan dengan
proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial,dalam proses itu
Universitas Sumatera Utara
seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar dari pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Danandjaja 1988:71,mengatakan pengasuhan anak adalah media untuk mentransmisikan suatu konfigurasi kebudayaan dari satu generasi ke generasi lain
dan alat komunikasi orangtua dan anak-anak mereka. Penelitian ini membahas tentang kemandirian perempuan sebagai orang
tua tunggal dalam proses membesarkan anak.Dimana keluarga inti tersebut hanya terdiri dari ibu dan anak-anaknya.Lebih lanjut Biro Pusat Statistik menunjukkan
yang dimaksud dengan perempuan sebagai orang tuatunggal dan mengepalai rumah tangga adalah perempuan yang dianggap bertanggung jawab terhadap
rumah tangga BPS,1986 dalam Pratini,2001:49 dan dibedakan atas : -
Perempuan yang tidak kawin yaitu perempuan yang tidak terikat di dalam perkawinan dan bertanggung jawab terhadap rumah tangganya.
- Perempuan yang kawin yaitu perempuan yang terikat di dalam perkawinan
tetapi tempat tinggalnya berpisah dengan suami sehingga perempuan yang mengepalai rumah tangga.
- Perempuan yang cerai hidup maupun cerai mati janda adalah perempuan
yang telah bercerai maupun suaminya meninggal dunia dan belum menikah lagi.
Jadi perempuan sebagai orangtua tunggal menjadi kepala rumah tangga baik secara de jure yaitu perempuan hidup berumah tangga sendiri,dalam arti
tidak menikah atau karena bercerai,cerai hidup atau cerai mati,maupun de fakto
Universitas Sumatera Utara
karena perempuan itu merantau tanpa suami atau ditinggal merantau suaminya dan berumah tangga sendiri.
Kemadirian perempuan Batak Toba sebagai orangtua tunggal bagi proses membesarkan anak-anaknya merupakan hal yang sangat penting,berhubung
ketiadaan orang lain untuk menggantungkan dirinya.Keadaan ini juga menjadi semakin sulit karena anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa perempuan
tergantung pada laki-laki.Menurut Mosse 1996:42,anak-anak merupakan kekayaan seorang perempuan sekaligus beban yang mungkin harus diatasinya
sendiri. Simanjuntak 1983:90,mengemukakan wanita sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap keluarganya,pendidikan anak-anaknya,kelangsungan generasi manusia,pelaksaan upacara keagamaan,di dalam rumah akan menduduki
posisi tinggi di dalam strutur masyarakat. Bagi suku Batak Toba orangtua terutama ibu merupakan tokoh yang
sangat penting dalam pendidikan dan perkembangan anak.Penelitian sementara di Desa Parbubu II menunjukkan bahwa tokoh utama membesarkan anak bayi
terletak di tangan ibu.”Dalam perkembangan anak selanjutnya ibu dibantu saudara kandung si anak karena ibu ikut serta bersama ayah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya” Nadeak,1992:76-80 Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan menurut garis laki-
laki dan dalam literatur Antropologi dikenal sebagai masyarakat dengan sistem patrilineal yang terkuat di Indonesia Koentjaraninggrat,1985:130.Pada sistem
kekerabatan patrilineal,bahwa kewajiban,wewenang dan kontrol atas wanita dan anak-anak dalam masyarakat Batak Toba dipegang oleh seorang laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Muniarti 2004:89,pada masyarakat Batak,laki-laki lebih dihargai daripada perempuan.Istri yang tidak bisa menurunkan anak laki-laki,membuat
laki-laki suaminya boleh mengawini perempuan lain lagi untuk mendapatkan anak laki-laki.Perempuan bekerja keras,laki-laki berkumpul di lapo tuak kedai
minum sambil main catur atau kartu.Dalam suatu pesta Batak kepala babi diberikan kepada laki-laki sebagai manifestasi falsafah Batak yang berarti
kehormatan,kekayaan,dan keturunan yang merupakan hak laki-laki.Hubungan darah yang berdasarkan marga menunjukkan hubungan yang paternalistik.Namun
sebenarnya masyarakat masyarakat Batak mempunyai konsep tiga tungku yaitu boru,hula-hula,dan dongan sabu toha.Konsep ini menunjukkan bahwa perempuan
mempunyai status setara dengan laki-laki. Bangun dalam Yusnita 1997:11,menggambarkan bahwa masyarakat
Batak Toba seolah-olah sangat menitik beratkan pengaruh laki-laki.Ini dapat dilihat bila suami meninggal,janda harus kawin dengan salah satu kerabat bekas
suaminya levirate tetapi kalau ia tidak mau,ia bisa minta diceraikan kepada keluarga besar asal dari suaminya.Jadi hal ini mejadikan perempuan Batak yang
telah ditinggal mati oleh suaminya tidak begitu saja dapat menikah dengan laki- laki lain di luar keluarga suaminya.Dengan tidak menikah lagi atau menikah
dengan laki-laki dari keluarga bekas suaminya maka perempuan akan tetap menjadi tanggung jawab keluarga asal suaminya itu dan ia serta anak-anaknya
akan tetap diakui sebagai bagian keluarga suaminya dan tidak akan kehilangan hak waris yang diperoleh dari suaminya.
Pandangan masyarakat Batak Toba seperti ini tanpa disadari sering menghadirkan ketidakadilan gender.Muniarti 2004:199-200,ideologi gender
hasil konstruksi masyarakat menimbulkan berbagai masalah dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
karena tidak adanya kesetaraan dalam relasi antar manusia.Pemahaman bahwa setelah menikah istri adalah milik suami,mengundang perilaku suami untuk
menguasai istri.Dianggapnya bahwa istri adalah hak milik suami.Istri akan menjadi tergantung karena ia dimiliki dan harus dilindungi.Padahal dalam
kenyataannya belum tentu laki-laki sebagai seorang pribadi memilki kemampuan untuk itu.
Dalam hal kemandirian perempuan,menurut teori fungsional ketidakhadiran kepala rumah tangga laki-laki dipandang sebagai berkurangnya
fungsi salah satu bagian dalam keseluruhan sistem.Budiman dalam Pratini 2001:39,menyatakan bahwa ketergantungan perempuan merupakan sesuatu yang
alamiah atau paling sedikit sesuatu yang diperlukan untuk menjamin keharmonisan masyarakat.
Pratini 2001:39 menyatakan bahwa teori ini didasarkan oleh pendapat Emile Durkheim yang menyatakan bahwa masyarakat modern merupakan
masyarakat organis dan menunjukkan terjadinya pembagian kerja yang saling melengkapi.Dalam hal peran perempuan sebagai ibu rumah tangga,teori
fungsional menyatakan bahwa bentuk keluarga yang seperti sekarang menggejala yaitu kaum perempuan bekerja di sektor domestik,merupakan sesuatu yang sudah
“alamiah” sesuai dengan pembagian kerja di masyarakat yakni bahwa perempuan mengurus rumah tangga,laki-laki bekerja mencari penghasilan.
Pratini 2001:41,bila rumah tangga dikepalai oleh seorang perempuan yaitu sebagai orangtua tunggal,dipandang sebagai ketidakseimbangan sosial
social inequlity,maka jika dilihat dari sudut pandang teori fungsional hal ini akan menempatkan individu perempuan pada peran sosial yang penting.
Universitas Sumatera Utara
Megawangi 1999:68-69,arti fungsi disini dikaitkan dengan bagaimana sebuah sistem atau subsistem dalam masyarakat dapat saling berhubungan dan
dapat menjadi sebuah kesatuan sosial.Fungsi sebuah sistem mengacu pada kegunaan sebuah sistem untuk memelihara dirinya sendiri dan memberikan
kontribusi pada berfungsinya subsistem-subsistem lain dari sistem tersebut. Karena itu apabila rumah tangga dipandang sebagai sistem maka bagian-
bagian dalam sistem tersebut harus saling mendukung. Oleh sebab itu ketidakhadiran figur seorang laki-laki dalam kelurga dapat
memacu potensi dari anggota keluarga lain khususnya seorang ibu untuk dapat mandiri dan dapat berperan ganda sebagai ibu yang mengasuh anak-anaknya serta
sebagai ayah yang mencari nafkah keluarga.
1.5.Ruang Lingkup Lokasi Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Desa Parbubu II,Kecamatan Tarutung,Kabupaten Tapanuli Utara,Propinsi Sumatera Utara.
Adapun alasan dalam memilih daerah ini sebagai lokasi penelitian,karena di desa ini penulis dapat menemukan perempuan yang berperan sebagi orangtua
tunggal bagi anak-anaknya.Daerah yang tergolong desa ini,masih kental dengan budaya bahwa perempuan posisinya masih di bawah laki-laki dalam rumah tangga
dan anggapan yang menyatakan perempuan jauh dari kemandirian.
1.6.Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif,yaitu memberikan gambaran yang tepat terhadap suatu gejala dalam masyarakat yaitu bagaimana upaya perempuan
menuju kemandirian sebagai orangtua tunggal dalam proses membesarkan
Universitas Sumatera Utara
anaknya.”Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu,peneliti mengembangkan konsep dan
menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengukuran hipotesis”Masri Singarimbun,1995:4.
Selain menggunakan tipe penelitian deskriptif,penulis juga menggunakan metode kualitatif. Kirl dan Miller dalam Moleong 2002:3,mendefenisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
Melalui metode kualitatif ini dapat dilihat bagaimana perempuan Batak Toba di tengah berbagai anggapan masyarakat dan keterbatasan kemampuannya
dapat mandiri sebagai orangtua tunggal dalam keluarganya dan dalam membesarkan anak-anaknya.
Teknik penelitian yang digunakan dalam pencarian data di lapangan antara lain:
Data Primer 1.Teknik Observasi.
Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk mengamati kegiatan perempuan-perempuan yang mejadi orangtua tunggal dalam membesarkan
anaknya.Peneliti juga akan melihat bagaimana upaya kemandirian perempuan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut.Serta reaksi masyarakat yang
masih kuat akan tradisi tentang kemandirian perempuan sebagai orangtua tunggal dalam keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
2.Teknik Wawancara Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara mendalam depth
interview untuk dapat memperoleh gambaran bagaimana keseharian para perempuan yang menjadi orangtua tunggal dalam mengasuh anak-anaknya dan
bagaimana perempuan ini menghadapi masyarakat serta perubahan dalam keluarganya.Sewaktu melakukan wawancara,jika diijinkan oleh informan maka
peneliti akan menggunakan catatan lapangan.Dalam wawancara ini juga akan dibantu dengan pedoman wawancara interview guide yang telah disusun lebih
dahulu. 3.Penentuan Informan
Penentuan informan untuk diwawancarai sesuai dengan kriteria informan : a.
Informan Pangkal,yaitu orang yang pertama ditemui untuk mengetahui informasi dilapangan.Informan pangkal ini memilki pengetahuan
tentang kondisi di lapangan dan mengenai data-data yang dibutuhkan oleh peneliti Informan pangkal di sini yaitu Kepala Desa Parbubu II.
b. Informan Pokok kunci,yaitu orang yang terlibat atau menjadi pelaku
langsung dalam masalah penelitian ini.Informan kunci ini adalah orang yang diharapkan peneliti dapat memberikan keterangan tentang
masalah yang diteliti.Informan kunci di sini yaitu para perempuan ibu di Desa Parbubu II yang menjadi orangtua tunggal bagi anak-
anaknya.Informasi ini didapat dari para ibu yang menjadi orangtua tunggal,yang jumlah sementaranya telah diperoleh lebih dulu yaitu
dengan kategori :
Universitas Sumatera Utara
- Ibu yang menjadi orangtua tunggal dan pada saat penelitian dilakukan ia masih masih memliki tanggungan anak.Dari sini diharapkan
dapat diperoleh informasi bagaimana upaya perempuan itu untuk mandiri dan membesarkan anak-anaknya seorang diri mulai dari saat anaknya
tersebut ditinggal oleh ayahnya. - Ibu yang menjadi orangtua tunggal dan pada saat penelitian
berlangsung ia sudah tidak memiliki tanggungan anak,tetapi ia tetap pernah merasakan membesarkan anaknya sendiri ketika suaminya sudah
meninggal.Dari sini diharapkan dapat diperoleh informasi bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang perempuan yang telah berhasil
membesarkan anaknya seorang diri sampai anak itu bisa mandiri. c.
Informan Biasa,informan ini memberikan informasi sesuai dengan pengetahuannya tentang masalah dalam penelitian ini,walaupun
informan ini tidak terlibat langsung dalam masalah.Informan biasa ini diambil dari masyarakat Batak di Desa Parbubu II dan juga dapat
diambil dari keluarga para ibu yang menjadi orangtua tunggal di desa ini.Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
masyarakat tentang perempuan yang menjadi orangtua tunggal bagi anak-anaknya.
Untuk lebih memperjelas dekripsi ini maka peneliti akan membuat life history
dari sebagian perempuan di desa Parbubu II yang menjadi orangtua tunggal dalam keluarganya yang merupakan informan kunci dalam penelitian ini.
Berdasarkan data sementara di lapangan,bahwa perempuan yang menjadi orang tua tunggal di desa ini semuanya adalah karena cerai mati janda.Salah satunya
Universitas Sumatera Utara
yang mewakili adalah Ibu Hilderia Sihombing yaitu seorang ibu yang telah berhasil membesarkan anaknya sampai anaknya itu sekarang dapat mandiri.Ibu
Hilderia sudah lama menjadi orang tua tunggal bagi anaknya.Pada pernikahannya Ibu Hilderia hanya dikaruniai satu orang anak laki-laki.Ia ditinggal mati oleh
suaminya sejak anaknya baru berumur 8 tahun dan sedang duduk di bangku SD kelas II.Saat ditinggal oleh suaminya,Ibu Hilderia belum memiliki rumah sendiri
sehingga ia harus tinggal di rumah saudara jauhnya yang berada di desa Parbubu II juga karena keluarganya sendiri dan keluarga suaminya juga mengalami
kesulitan ekonomi sehingga tidak dapat membantu banyak.Selama menumpang di rumah saudara jauhnya itu,Ibu Hilderia berusaha keras untuk dapat membesarkan
anaknya tanpa kehadiran seorang suami.Dari cerita Ibu ini awalnya terasa sulit karena harus membesarkan anaknya sendiri dan harus siap menghadapi setiap
masalah dalam keluarganya sendiri termasuk anggapan masyarakat tentang statusnya sebagai orangtua tunggal dan perempuan yang dianggap tidak bisa
mandiri dan dari tanggungan laki-laki,tetapi karena kehidupan di desa yang membiasakan para wanita juga ikut bekerja,maka Ibu ini dapat menghidupi
anaknya dari bekerja di sawah orang lain dan bertenun kain ulos yang kemudian dijualnya walupun kehidupannya sulit,Ibu Hilderia tidak berpikir untuk menikah
lagi karena adat Batak bila seorang wanita menikah lagi dengan laki-laki di luar keluarga suaminya maka ia dan anaknya akan lepas dari tanggung jawab keluarga
mantan suaminya,selain itu Ibu Hilderia merasa ia cukup memiliki satu suami dalam hidupnya.Melalui usahanya itu,Ibu Hilderia dapat menyekolahkan anaknya
sampai lulus SMU hingga anaknya sekarang sudah berkeluarga. Selain Ibu Hilderia,cerita lain dari kehidupan perempuan yang menjadi
orangtua tunggal adalah dari Ibu Risma Sirait yaitu seorang ibu yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
orangtua tunggal dan saat ini sedang dalam proses menuju mandiri untuk dapat membesarkan anak-anaknya sampai anak-anaknya dapat mandiri.Ibu Risma ini
baru 2 tahun ditinggal mati suaminya.Dari pernikahannya ia dan suaminya dikaruniai 5 orang anak,anak yang paling besar baru berumur 14 tahun duduk di
kelas II SMP dan yang paling kecil berumur 3 tahun.Ibu Risma ini masih tergolong muda,ia masih berusia 33 tahun dan telah ditinggalkan
suaminya.Tanggungannya cukup berat yaitu kelima orang anak-anaknya yang masih kecil dan harus bersekolah.
Sejak dulu suami Ibu Risma bekerja sebagai petani dan sempat menjadi Kepala Desa Parbubu II.Untuk menghidupi dan melanjutkan sekolah anak-anaknya,Ibu
Risma kemudian melanjutkan usaha suaminya yaitu bertani. Data Sekunder
Data sekunder yaitu dengan mengumpulkan data melalui kepustakaan yang berupa buku-buku,majalah,dokumen yang berhubungan dengan penelitian
ini.
1.7.Teknik Analisis Data
Pada tahap analisis ini,peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data.Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara
kualitatif.Hal ini dilakukan agar data yang telah diperoleh lebih mudah untuk dibaca dan dipahami.Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara
akan disusun sesuai dengan kategori-kategori tertentu.Kemudian dilakukan penganalisaan hubungan dari setiap bagian yang telah disusun untuk kemudahan
mendeskripsikan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan analisis gender yaitu melihat laki-laki dan perempuan dalam hal akses,peran,kontrol dan manfaat yang mereka dapat di
dalam kehidupan bermasyarakat.Hal ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi bias gender di dalamnya.
Dari hasil pengamatan sementara di lapangan,kehidupan perempuan yang menjadi orangtua tunggal dalam keluarganya telah menghadirkan pendapat
tersendiri dari masyarakat.Masyarakat yang kebanyakan adalah dari suku Batak yang menganut patrilineal terlanjur menganggap bahwa laki-lakilah yang menjadi
pemimpin dalam keluarga dan perempuan seharusnya didampingi oleh seorang laki-laki sebagai suaminya dalam keluarga.Adanya pendapat-pendapat masyarakat
yang cenderung melemahkan posisi perempuan melahirkan ketidakadilan gender bias gender yaitu munculnya stereotipe yang selalu merugikan kaum
perempuan.Perempuan dianggap lemah dan tidak dapat mengambil keputusan dalam keluarga sementara laki-laki dianggap sebagai pemimpin,pencari
nafkah,dan dapat berpikir lebih rasional daripada perempuan.Bila dilihat dalam suatu keluarga sebenarnya perempuan juga memegang peranan tak kalah penting
dari laki-laki,selain membesarkan anak-anaknya,bila diperlukan ia dapat membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya dengan
bekerja di luar rumah. Ihromi,1990:79 dalam beberapa penelitian tentang keluarga inti yang
pernah dilakukan,diungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga,perempuan pada dasarnya sering kali berperan ganda yaitu sebagai ibu
rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan sebagai pencari nafkah pokok atau tambahan.Jadi disini dapat dilihat kemampuan dari wanita
yang sebenarnya tidak terbatas pada urusan rumah tangga saja.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM