Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan komunitas yang tetap menjadi perhatian khusus saat ini, karena kemampuan hutan untuk memberikan berbagai manfaat berupa barang dan jasa lingkungan yang sangat begitu besar bagi kehidupan manusia dan seluruh kehidupan di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa tingginya jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan hidupnya. Maka kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa lingkungan hutan akan terus meningkat. Banyak sekali manfaat hutan yang sangat dibutuhkan manusia antara lain hutan sebagai penghasil kayu yang digunakan sebagai bahan baku industri, sebagai tempat penyimpanan karbon, sebagai tempat pemeliharaan keanekaragaman hayati, sebagai obyek ekoturisme dan rekreasi alam, serta hutan dapat memberikan perlindungan terhadap siklus air dalam DAS dan pengendalian erosi, dan juga berbagai manfaat lainnya yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Mengingat begitu besarnya peranan hutan, baik sebagai penghasil kayu maupun peranannya secara keseluruhan bagi kehidupan maka keberadaan hutan dan lingkungannya perlu dipertahankan agar tetap lestari. Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka pengelolaannya perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang cermat, rasional dan terarah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan. Hal ini diberlakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala, serta sebagai bahan pematauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH maupun di areal IUPHHK.


(2)

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) sepuluh tahunan ini penting untuk dilakukan pada setiap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT yang digunakan sebagai dasar dalam menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan. Potensi tegakan suatu areal IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT dapat diperoleh dari hasil IHMB yang baik dan benar. Salah satu tujuan dari kegiatan IHMB ini adalah untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti jenis atau kelompok jenis, ukuran, kualitas dan sebagainya. Dalam kegiatan IHMB, untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengukuran terhadap dimensi-dimensi pohon maupun tegakan, yang kadang-kadang sulit dan tidak praktis diukur secara langsung dilapangan. Oleh karena itu, ketersediaan alat bantu dalam IHMB adalah sangat diperlukan, untuk mempercepat kegiatan dan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Pengertian alat bantu dalam inventarisasi hutan ini adalah alat yang digunakan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan selain alat-alat ukur dimensi pohon maupun dimensi tegakan, salah satunya adalah tabel volume pohon.

Penyusunan tabel volume pohon yang digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan adalah untuk menduga volume pohon per pohon dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri (standing stock). Dengan tersedianya tabel volume pohon ini maka akan mempercepat dan memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, terutama dalam inventarisasi tegakan hutan dengan areal yang luas.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini ditujukan untuk menyusun model penduga volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Dari model penduga volume pohon tersebut dapat disusun tabel volume pohon.


(3)

1.3 Manfaat Penelitian

1. Menghasilkan alat bantu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.

2. Memudahkan dan mempercepat pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber.


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Hutan Hujan Tropis

Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa, dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh secara dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Proses inilah yang disebut suksesi. Secara singkat suksesi adalah suatu proses perubahan komunitas tumbuh-tumbuhan secara teratur mulai dari tingkat pionir sampai pada tingkat klimaks di suatu tempat tertentu. Macam-macam suksesi berdasarkan proses terjadinya terdapat dua macam suksesi yaitu (Soerianegara & Indrawan 2005) :

1. Suksesi primer (prisere) adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat tak bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil dan klimaks. Suksesi primer ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan primer. Hutan primer terbentuk dari daratan yang mengalami suksesi yang ideal berkembang mulai dengan masyarakat tumbuhan Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuh-tumbuhan herba (terna), semak, perdu, dan pohon, hingga tercapai hutan klimaks.

2. Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi apabila klimaks atau suksesi yang normal terganggu atau dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan, penebangan, penggembalaan, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Suksesi sekunder ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan sekunder. Contohnya jika hutan hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau manusia (penebangan atau perladangan) maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya dimulai dengan vegetasi rumput atau semak. Apabila keadaan tanahnya tidak banyak menderita kerusakan oleh erosi, maka sesudah 15–20


(5)

tahun akan terjadi hutan sekunder muda, dan sesudah 50 tahun akan terjadi hutan sekunder tua yang secara berangsur-angsur akan mencapai klimaks.

Letak geografis Indonesia yang berada diantara benua-benua Asia dan Australia, di sekitar khatulistiwa mengakibatkan adanya berbagai macam tipe-tipe hutan, salah satunya hutan hujan tropis (tropical rain forest). Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki luas ± 89.000.000 ha, terutama terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Iklim selalu basah,

2. Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah,

3. Di pedalaman, pada tanah rendah rata atau berbukit (< 1000 m dpl) dan pada tanah tinggi (s/d 4000 m dpl),

4. Dapat dibedakan menjadi tiga zone menurut ketinggiannya yaitu (Soerianegara & Indrawan 2005) :

- Hutan hujan bawah 2-1000 m dpl, jenis kayu yang penting antara lain dari genus famili Dipterocarpaceae yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Vatica. Genus-genus lain antaralain Agathis, Altingia, Dialium, Duabanga, Dyera, Gossanepinus, Koompasia, dan Octomeles.

- Hutan hujan tengah 1000-3000 m dpl, jenis kayu yang umum terdiri dari famili Lauraceae, Fagaceae, Castanea, Nothofagus, Cunoniaceae, Magnoliaceae, Hammamelidaceae, Ericaceae, dan lain-lain.

- Hutan hujan atas 3000-4000 m dpl, jenis kayu utama yaitu Coniferae (Araucaria, Dacrydium, Podocarpus), Ericaceae, Loptospermum, Clearia, Quercus, dan lain-lain.

Hutan hujan tropis secara fisiognomi merupakan hutan yang sifatnya menutupi kawasan, dengan keanekaragaman jenis yang paling kaya bila dibandingkan dengan seluruh tipe vegetasi. Hutan hujan tropis juga merupakan hutan tipe kanopi yang evergreen (pohon yang selalu berdaun hijau) dengan ketinggian pohon maksimum rata-rata 30 m, pohon-pohon berasosiasi dengan Herbs, Climbers, Epiphytes, Stranglers, Saprophytes, dan Parasites. Hutan hujan tropis memilki peranan antaralain habitat utama untuk flora dan fauna, sumber daya pembangunan ekonomi, pemeliharaan keseimbangan kondisi iklim lokal dan


(6)

global, selain itu juga sebagai konservasi tanah, air, nutrisi, dan biodiversitas. (Soerianegara & Indrawan 2005).

2.2 Deskripsi Singkat Famili Dipterocarpaceae

Menurut Heyne (1987) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri pohonnya besar, tinggi, batangnya lurus, silinder, dan berbanir. Pohon dari famili Dipterocarpaceae ini persebarannya banyak terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Pohon-pohon ini tumbuh mulai dari dataran rendah hingga tinggi di pegunungan, namun juga banyak di rawa-rawa gambut. Tingginya biasanya 30-40 m dan bagian batangnya yang bebas cabang biasanya 20-25 m panjangnya. Batang-batangnya hampir selalu lurus, tetapi dekat pada tajuknya sering agak bengkok.

Menurut Heyne (1987) untuk kualitas kekuatannya jenis-jenis pohon famili Dipterocarpaceae ini dapat digolongkan kedalam kelas II, III, atau IV. Sedangkan menurut kualitas keawetannya kedalam kelas III atau IV. Karena banyak ditemukan dan bentuk batangnya yang baik serta mudah dikerjakan maka kayu ini di Sumatra dan Kalimantan termasuk jenis-jenis yang paling banyak digunakan. Jenis-jenis yang ringan, yang dapat lama bertahan terhadap bubuk namun kurang terhadap pengaruh cuaca, oleh penduduk biasa dipakai untuk papan, kasau pada bangunan rumah, dan untuk sampan. Sementara itu jenis-jenis yang lebih berat, yang lebih kuat, dan lebih awet digunakan untuk gelegar, papan lantai, dan bahkan papan geladak jembatan. Untuk di Eropa yang pada umumnya menuntut syarat-syarat yang lebih berat, biasanya memakai Meranti Merah hanya untuk maksud-maksud semi permanen, untuk dinding hias, dan terutama untuk acuan pada bangunan beton, serta untuk perancah pada bangunan gedung. Tetapi jenis-jenis yang lebih baik konon lambat laun dipakai juga untuk pekerjaan permanen. Meranti adalah jenis kayu perdagangan yang terpenting dari Sumatra dan Kalimantan, terutama di daerah-daerah yang ada kemugkinan pengangkutan di air. Jumlah-jumlah besar diekspor dari Bengkalis, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat dengan tujuan Singapura, Cina, dan Australia.

Menurut Samingan (1973) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri umum berbentuk pohon raksasa hingga tinggi 65 m, biasanya berbatang lurus, silindris


(7)

setinggi 20-40 m. Kulit batang yang halus biasanya mengelupas dalam kepingan-kepingan tipis yang lebar-lebar. Kayu gubal putih, putih kekuning-kuningan atau coklat muda dan biasanya mengandung banyak sekali resin. Kayu gubal ini jelas beda daripada kayu terasnya yang berwarna merah atau coklat kemerahan. Untuk persebarannya menunjukkan bahwa Sumatra dan Kalimantan bersama-sama dengan Semenanjung Malaya serta Filipina merupakan pusat daerah Dipterocarpaceae.

Menurut Prawira dan Tantra (1973) Shorea leprosula Miq atau Meranti Tembaga yang termasuk golongan Meranti Merah yang termasuk kedalam famili Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :

1. Habitus : Pohon tinggi mencapai 50 m, batang bebas cabang 30 m, diameter mencapai 100 cm atau lebih, banir tinggi 3,5 m.

2. Batang : Kulit luar tebalnya kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau coklat, sedikit beralur tidak dalam, mengelupas agak besar-besar dan tebal. Penampang berwarna coklat muda sampai merah, bagian dalamnya kuning muda. Kayu gubal tebalnya 1-8 cm, berwarna kuning muda sampai kemerahan. Kayu teras berwarna coklat muda sampai merah, peralihannya dari gubal keteras terjadi secara berangsur.

3. Daun : Rata, hampir menyerupai segiempat memanjang atau bulat telur terbalik yang memanjang, pangkal daun membulat, ujung runcing, panjangnya rata-rata 3-13 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas helaian daun mengkilat dan permukaan bawah suram.

4. Buah : Berbentuk bulat telur, ujungnya agak lancip, berbulu halus berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm, diameter kira-kira 1 cm dan sayap-sayapnya tipis.

5. Tumbuh : terdapat banyak di Sumatra dan Kalimantan dalam hutan primer 5-800 m dpl. Pada tanah liat dan berpasir yang selamanya tidak digenangi air, kadang terdapat pula pada pinggir rawa, dan hidup berkelompok.

6. Penggunaan : Kayu mempunyai BJ 0,52 dengan kelas awet III-IV, dipergunakan untuk bangunan rumah, perabot rumah tangga dan perahu. Damarnya dipakai untuk menambal perahu dan lampu.


(8)

Menurut Djamhuri, Hilwan, Istomo, dan Soerianegara (2002) famili Dipterocarpaceae merupakan pohon raksasa, berdamar, kadang-kadang berbanir, serta kulit batang mengelupas. Daun tunggal berseling, tetapi rata, berdaun penumpu (besar dan tidak rontok), tulang daun ada yang berbentuk tangga (Scalariform veination). Bunga biseksual, beraturan, tersusun dalam malai, kelopak bunga ada lima helai, bebas atau bersatu di pangkal. Buah berbiji satu, keras tidak pecah dan bersayap, sayap merupakan perkembangan dari kelopak bunga. Famili ini mendominasi hutan hujan dataran rendah dan tersebar di kawasan Tropika Asia (India, Srilangka, Myanmar, Malaysia, Filipina, Indonesia, Cina Selatan, dan Papua Nugini), di Indonesia terbanyak di Kalimantan dan Sumatra. Famili Dipterocarpaceae ini sudah tercatat 512 jenis dalam 16 marga. Di Indonesia sendiri dijumpai sembilan marga, yaitu Shorea (Shorea leprosula, shorea pinanga, shorea multiflora, shorea hopeifolia, shorea polyandra, shorea leavifolia), Dryobalanops (Dryobalanops aromatic, Dryobalanops lanceolata, dan Dryobalanops oblongifolia), Dipterocarpus (Dipterocarpus cornutus, Dipterocarpus crinitus), Hopea (Hopea mengarawan, hopea dryobalanoides), Anisoptera (Anisoptera marginata, Anisoptera costata), Vatica (vatica rassak, Vatica wallichii), Parashorea, Upuna, dan Cotylelobium. Manfaat yang dapat diperoleh dari famili Dipterocarpaceae antaralain sebagai bahan konstruksi, plywood, damar.

Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia

Marga

Jumlah jenis (Number of species) Wilayah penyebaran

Jawa Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Bali Irian 1. Shorea Endemik Non endemik 1 0 1 50 3 47 127 82 45 2 0 2 3 1 2 0 0 0 0 0 0 2. Hopea Endemik Non endemik 1 0 1 14 3 11 42 22 20 2 1 1 2 0 2 1 0 1 13 11 2 3. Dryobalanops Endemik Non endemik 0 0 0 2 0 2 7 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4. Vatica Endemik Non endemik 3 1 2 11 4 7 35 23 12 2 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 5. Catylelobium Endemik Non endemik 0 0 0 1 0 1 3 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6. Anisoptera Endemik Non endemik 1 0 1 4 0 4 5 2 3 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1


(9)

Lanjutan Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia

Marga

Jumlah jenis (Number of species) Wilayah penyebaran

Jawa Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Bali Irian 7. Dipterocarpus Endemik Non endemik 4 1 3 25 1 24 41 15 26 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 8. Parashorea Endemik Non endemik 0 0 0 3 1 2 6 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9. Upuna Endemik Non endemik 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sumber : Dendrologi, 2002

2.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala

Menurut Husch (1987) inventarisasi hutan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti spesies, ukuran, dan kualitas. Menurut Simon (1996) tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat dilaksanakan dengan pengindraan jauh, pengamatan langsung dilapangan, atau gabungan dari keduanya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007b).

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 34/Menhut-II/2007 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock), yang dilaksanakan secara berkala satu kali dalam sepuluh tahun pada seluruh petak di dalam


(10)

kawasan hutan produksi setiap wilayah unit pengelolaan/unit managemen. Tujuan dari IHMB tersebut antaralain (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007a) :

1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala.

2. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam hutan alam dan atau RKUPHHK dalam hutan tanaman atau KPH sepuluh tahunan.

3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH dan atau IUPHHK.

Dalam kegiatan IHMB ini diperlukan alat bantu IHMB yang digunakan untuk memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, alat bantu ini terdiri dari : 1. Kurva tinggi yaitu kurva yang memberikan gambaran tentang hubungan

diameter dengan tinggi. Hubungan antara diameter dan tinggi dibentuk dengan melalui pengukuran diameter dan tinggi sejumlah individu pohon, kemudian menghubungkan keduanya dengan analisis regresi sehingga bisa dibentuk sebuah persamaan kurva tinggi.

2. Tabel volume yaitu suatu tabel yang disusun untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran diameter atau beberapa peubah lain penentu volume pohon. Tabel volume yang digunakan adalah tabel volume lokal maupun tabel volume standar.

3. Tabel berat pohon yaitu tabel yang menunjukkan hubungan antara diameter dengan berat segar (fresh weight) pohon. Tabel berat ini penting keberadaannya untuk menduga potensi kayu pulp dalam HTI pulp dan untuk menduga biomassa serta banyaknya unsur karbon dalam hutan alam.

2.4 Volume Pohon

Menurut Husch (1963) volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang tergantung dari lbds (diameter setinggi dada atau diameter pangkal), tinggi atau panjang batang, dan faktor bentuk batang.

Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Diameter setinggi dada diukur pada 1,30 m (4,3


(11)

feet) di atas pangkal batang (untuk pohon yang berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas lereng). Simon (1996) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam tinggi pohon di dalam inventarisasi hutan yaitu :

1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon dipermukaan tanah sampai puncak pohon,

2. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis conifer, yang membentuk tajuk,

3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan, dan

4. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan.

Menurut Husch (1963), Penentuan volume suatu benda dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1. Cara langsung, yaitu berdasarkan prinsip perpindahan cairan. Alat yang digunakan disebut Xylometer. Penentuan volume dengan cara ini dilakukan terhadap benda-benda yang bentuknya tidak beraturan,

2. Cara analitik, yaitu penentuan volume dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus volume. Cara ini dilakukan terhadap benda-benda yang bentuknya beraturan, seperti segi banyak, prisma, piramida, prismoid, dan benda-benda seperti kerucut, silinder, paraboloid, dan neiloid, dan

3. Cara grafik, yaitu cara ini dilakukan untuk penentuan volume berbagai benda putar tanpa memandang ciri-ciri permukaannya.

Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952; Loetsch et al 1973) sebagai berikut :

Rumus Smalian : V = 0,5 x (B + b) x L Rumus Huber : V = B1/2 x L

Rumus Brereton : V = {0,625 x  x (D + d)2 x L} Rumus Newton : V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6


(12)

Dimana : V = Volume dolok (logs) atau batang pohon dalam m3 B = Luas bidang dasar pangkal batang dalam m2 b = Luas bidang dasar ujung batang pohon dalam m2

B1/2 = Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon dalam m2

D = Diameter pangkal batang pohon dalam meter d = Diameter ujung batang pohon dalam meter L = Panjang batang pohon

Penentuan volume sortimen (batang pohon) dengan menggunakan rumus-rumus diatas, jika makin pendek panjang batang (L) akan menghasilkan volume yang lebih tepat, karena rumus-rumus diatas merupakan perhitungan volume yang mendasarkan kepada bentuk benda teratur, yaitu bentuk silinder, sedangkan bentuk pohon pada umumnya tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid. Berdasarkan volume sortimen-sortimen kayu yang diukur maka volume pohon dapat diketahui, yaitu merupakan penjumlahan dari volume sortimennya.

Rumus Smalian mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan rumus Huber dan rumus Newton. Namun demikian rumus Smallian banyak digunakan karena cukup praktis dan mudah dalam penerapannya. Rumus Newton memberikan ketelitian yang tinggi dibanding dengan rumus lainnya, namun rumus ini memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang, sehingga penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis untuk digunakan dilapangan.

Menurut Spurr (1952) angka bentuk batang adalah rasio antar volume aktual dengan volume silinder yang berdiameter dan tinggi sama dengan diameter setinggi dada dan tinggi pangkal tajuk pohon tersebut.

Menurut Husch (1987) Tabel volume ini merupakan pernyataan sistematik mengenai volume sebatang pohon menurut semua atau sebagian dimensi yang ditentukan dari Dbh, tinggi, dan angka bentuk pohon. Tipe-tipe tabel volume pohon terdiri dari :

1. Tabel volume lokal (local volume tables)

Tabel volume lokal menyajikan volume menurut dimensi pohon diameter setinggi dada (Dbh). Tabel volume ini tidak memerlukan pengukuran tinggi


(13)

pohon, meskipun pada penyusunan aslinya tinggi tetap dihitung, tetapi dihilangkan di dalam bentuk akhirnya. Istilah ”lokal” digunakan karena tabel -tabel tipe ini hendaknya hanya dipergunakan untuk wilayah terbatas yang merupakan asal hubungan tinggi dan diameter yang dimanfaatkan kedalam tabelnya.

2. Tabel volume normal (general standard volume tables)

Tabel volume standar didasarkan kepada pengukuran diameter setinggi dada (Dbh), maupun tinggi. Tinggi dapat berupa tinggi pohon total atau tinggi kayu perdagangan. Tabel volume standar dapat disusun untuk individu spesies maupun kelompok spesies dari berbagai wilayah-wilayah geografis.

3. Tabel volume kelas bentuk (form class volume tables)

Tabel volume kelas bentuk disiapkan untuk menunjukkan volume menurut beberapa ukuran bentuk pohon disamping diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon. Tabel volume ini dapat dipakai bilamana saja bentuk suatu pohon yang bersangkutan secara jelas ditunjukkan oleh karakteristik-karakteristik bentuk yang telah dimasukan dalam penyusunan tabel-tabelnya, tanpa memandang spesies atau tempat.

Menurut Spurr (1952) menyatakan bahwa untuk menentukan volume, apabila pengukuran dilakukan hanya pada satu peubah, maka dipakai diameter setinggi dada (Dbh), bila menggunakan dua peubah maka yang diukur adalah diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon tersebut. Sedangkan bila menggunakan tiga peubah selain mengukur diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon ditambahkan juga angka bentuk.

Penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat. Tabel yang dimaksud adalah tabel volume pohon lokal atau tarif volume.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Februari–April tahun 2009, yang dilaksanakan di PT. Ratah Timber yang berlokasi di Desa Mamahaq Teboq, Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain data IHMB PT. Ratah Timber khususnya data hasil pengukuran pohon contoh. Alat yang digunakan antara lain peta hutan, alat tulis, Clinometer, pita ukur/phi band, meteran, tally sheet, kamera digital, perangkat keras PC (Personal Computer), Software Minitab 14, MS Excel 2007, MS Word 2007 dan alat hitung berupa kalkulator. Sedangkan data yang digunakan untuk penelitian adalah pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran. Pengelompokkan jenis pohon ini berdasarkan SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003 tentang pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan iuran kehutanan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2003). Untuk pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae (Meranti) termasuk kedalam kelompok komersial I, pohon-pohon yang termasuk komersial I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

1 Agathis Dama (Sulawesi), Damar (Jawa), Damar Sigi (Sumatera), Damar Bindang (Kalimantan)

(Agathis spp)

2 Balau Damar Laut, Semantok (Aceh ), Selangan Batu, Anggelam, Amperok

(Shorea spp; Parashorea spp)

3 Balau Merah

Balau laut, Batu tuyang, Damar laut merah, Putang, Lempung abang

(Shorea spp) 4 Bangkirai Benuas, Balau mata kucing, Hulo

dereh, Kerangan, Puguh, Jangkang putih

(Shorea laevis Ridl); (Shorea laevifolia Endert); (Hopea spp); Shorea kunstleri


(15)

Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

6 Durian Durian burung, Lahong, Layung, Apun, Begurah, Punggai, Durian hantu, Enggang

(Durio carinatus Mast); (Durio spp, Coelostegia spp)

7 Gia Delingsem, Kayu batu, Melunas, Kayu kerbau, Momala

(Homalium tomentosum (Roxb) Benth, Homalium Foetidum (Roxb) Benth) 8 Giam Resak batu, Resak gunung (Cotylelobium spp) 9 Jelutung Pulai nasi, Pantung gunung,

Melabuai

(Dyera spp) 10 Kapur Kamper, Ky. kayatan, Empedu,

Keladan

(Dryobalanops spp) 11 Kapur

Petanang

Kapur Guras (Dryobalanops

oblongifolia Dyer) 12 Kenari Kerantai, Ki tuwak, Binjau,

Asam-asam, Kedondong, Resung, Bayung, Ranggorai, Mertukul

(Canarium spp, Dacryodes spp, Trioma spp, Santiria spp)

13 Keruing Tempuran, Lagan, Merkurang, Kawang, Apitong, Tempudau

(Dipterocarpus spp)

14 Kulim Kayu bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

15 Malapari Malapari (Pongamia Pinnata (L)

Pierre) 16 Matoa Kasai, Taun, Kungki, Hatobu, K.

sapi (Jawa), Tawan (Maluku), Ihi mendek (Irian Jaya)

(Pometia spp)

17 Medang Sintuk, Sintok lancing, KitTeja, Ki tuha, Ki sereh, Selasihan

(Cinnamomum spp) 18 Meranti

Kuning

Damar tanduk, Damar buah, Damar hitam, Damar kelepek

Shorea acuminatissima

Sym, Shorea

balanocarpoides Sym, Shorea faguetiana Heim, Shorea Scollaris, V. Sloot; Shorea gibbosa Brandis 19 Meranti

Merah

Banio, Seraya merah, Kontoy bayor, Campaga, Lempong, Kumbang, Majau, Meranti ketuko, Ketrahan, Ketir, Cupang

(Shorea Palembanica Miq, Shorea lepidota BI, Shorea ovalis BI, Shorea Johorensis Foxw, Shorea leptoclados Sym, Shorea leprosula Miq) (Shorea Platyclados sloot. Ex foxw.)


(16)

Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No Nama

perdagangan

Nama daerah Nama ilmiah

20 Meranti Putih

Baong, Baung, Kebaong, Belobungo, Bayong (Sumatera, Kalimantan), Damar kaca, Damar kucing, Kikir, Udang, Udang ulang, Damar hutan, Anggelam tikus, Kontoi tembaga, Maharam potong, Damar mata kucing, Bunyau, Pongin, Awan punuk, Mehing (Sumatera, Kalimantan), Damar tenang putih, Honi (Maluku), Damar lari-lari, Temungku (Sulawesi), Lalari, Tambia putih (Sulawesi), Hili (Maluku)

(Shorea Virescens Parijs), Shorea retionodes V.SI), (Shorea Javanica K. et. Val), (Shorea bracteolata Dyer), (Shorea ochracea Sym),(Shorea lamellata Foxw), (Shorea assamica Dyer), (Shorea koordesii Brandis )

21 Merawan Ngerawan, Cengal, Amang besi, Cengal balaw, Emang, Tekam

(Hopea spp); Hopea dyeri; (Hopea sangal Kort) 22 Merbau Anglai, Ipil, Tanduk (Maluku),

Kayu besi (Papua), Maharan (Sumatera)

(Intsia spp)

23 Mersawa Damar kunyit, Masegar, Ketimpun, Tabok, Tahan, Cengal padi

(Anisoptera spp) 24 Nyatoh Suntai, Balam, Jongkong,

Hangkang, Katingan, Mayang batu, Bunut, Kedang, Bakalaung, Ketiau, Jengkot, Kolan

(Palaquium spp); (Payena spp, Madhuca spp)

25 Palapi Mengkulang, Teraling, Dungun, Talutung, Lesi-Lesi.

Heritiera (Tarrietia spp) 26 Penjalin Rempelas, Ki jeungkil, Ki endog

(Sunda), Cengkek (Jawa), Pusu (Sumbawa)

(Celtis spp)

27 Perupuk Kerupuk, Pasana, Aras, Mandalaksa (Lophopetalum spp) 28 Pinang Melunak, Ki sigeung, Kelembing,

Ki sinduk

(Pentace spp) 29 Pulai Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau,

Basung, Pule, Pulai miang

(Alstonia spp) 30 Rasamala Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa),

Mandung (Mnkb)

(Altingia excelsa Noronha)

31 Resak Damar along, Resak putih (Vatica spp) Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Sementara itu untuk pohon-pohon yang termasuk kedalam kelompok jenis Rimba Campuran adalah kelompok jenis komersial II, termasuk di dalamnya kelompok jenis kayu Eboni/kelompok Indah I, dan kelompok jenis kayu Indah II.


(17)

Untuk macam-macam pohon yang termasuk kedalam jenis-jenis di atas dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II

No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

1 Bakau Tumu, Lenggadai, Jangkar, Tanjang, Putut, Busing, Mata buaya

(Rhizophora spp dan Bruguiera spp)

2 Bayur Walang, Wayu, Balang, Wadang (Pterospermum spp) 3 Benuang Benuang bini, Winuang (Octomeles sumatrana

Miq) 4 Berumbung Kayu lobang, Barumbung, Kayu

gatal

(Adina minutiflora Val); Pertusadina spp

5 Bintangur Bunoh, Nyamplung, Penaga (Calophyllum spp)

6 Bipa Kayu wipa (Pterygota spp)

7 Bowoi Rayango, Merang, Terangkuse Serianthes minahassae Merr & Perry (Syn Albizia minahasae Koord)

8 Bugis Grepau (Koordersiodendron

pinnatum Merr)

9 Cenge Cenge, Cingo (Mastixia tostrata BI)

10 Duabanga Benuang laki, Takir, Aras (Duabanga moluccana BI)

11 Ekaliptus Ampupu (Sulawesi), Aren (Maluku), Leda, Tampai, Kayu putih

(Eucalyptus spp)

12 Gelam Kayu putih (Melaleuca spp)

13 Gempol Wosen, Klepu pasir, Anggrit (Nauclea spp)

14 Gopasa Teraut, Laban (Vitex spp)

15 Gerunggang/ Derum

Madang baro, Adat, Temau, Mampat, Butun, Kemutul

(Cratoxylum spp) 16 Jabon Kelampayan, Laran, Semama (Anthocephalus spp) 17

Jambu-jambu

Kelat, Ki tembaga, Jambu (Eugenia spp) 18

Kapas-kapasan

Hapas-hapas, Tapa-tapa, Leman (Exbucklandia populnea R. Brown)

19 Kayu kereta Rengas sumpung, Merpauh, Bagel mirah

(Swintonia spp) 20 Kecapi Papung, Kelam, Sentul (Sandoricum spp) 21 Kedondong

Hutan


(18)

Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II

No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

22 Kelumpang Kepuh, Kalupat, Lomes (Sterculia spp) 23 Kembang

semangkok

Merpayang, Kepayang (Scaphium macropodum J. B)

24 Kempas Impas, Tualang ayam, Hampas (Koompassia malaccensis Maing)

25 Kenanga Kananga (Cananga sp)

26 Keranji Kayu lilin, Maranji (Dialium spp) 27 Ketapang Kalumpit, Jelawai, Jaha, Klumprit (Terminalia spp) 28 Ketimunan Seranai, Temirit, Kayu reen (Timonius spp)

29 Lancat Kundur, Modjiu, Raimagago (Mastixiodendron spp) 30 Lara Lompopaito, Nani, Langera (Metrosideros spp dan

Xanthostemon spp) 31 Mahang Merkubung, Mara, Benua (Macaranga spp) 32 Medang Manggah, Huru kacang, Keleban,

Wuru, Kunyit

(Litsea firma Hook f; Dehaasia spp)

33 Mempisang Mahabai, Hakai rawang, Empunyit, Jangkang, Banitan, Pisang-pisang

(Mezzetia parviflora Becc); (Xylopia spp); Alphonsea spp; Kandelia candell Druce

34 Mendarahan Tangkalak, Au-au, Ki mokla, Kumpang, Ky luo, Darah-darah, Huru

Myristica spp, Knema spp

35 Menjalin Lilin, Ki endog, Segi landak (Xanthophyllum spp) 36 Mentibu Jongkong, Merebung (Dactylocladus

stenostachys Oliv)

37 Merambung Merambung (Vernonia arborea Han)

38 Punak Kayu malaka, Cerega (Tetramerista glabra Miq) 39 Puspa Sinar telu, Madang getah, Seru (Schima spp)

40 Rengas Rengas tembaga, Rangas (Gluta aptera (King) Ding Hou

41 Saninten Sarangan, Kalimorot, Ki hiur (Castanopsis argentea A. DC)

42 Sengon Jeungjing, Tawa kase, Sika (Maluku)

(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Syn)

43 Sepat Waru gunung, Kalong (Berrya cordofolia Roxb) 44 Sesendok Kayu bulan, Sendok-sendok, Kayu

raja, Garung, Kayu labu

(Endospermum spp) 45 Simpur Sempur, Segel, Janti, Dongi (Dillenia spp) 46 Surian Kalantas, Suren (Toona sureni Merr) 47 Tembesu Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu (Fragraea spp)


(19)

Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II

No Nama perdagangan

Nama daerah Nama ilmiah

49 Tepis Banitan, Pemelesian, Kayu tinyang, Kayu bulan, Banet, Kayu kalet

(Polyalthia glauca Boerl) 50 Tenggayun Buku ongko, Pejatai, Purut bulu (Parartocarpus spp) 51 Terap Tara, Cempedak, Kulur, Teureup (Artocarpus spp) 52 Terentang Tumbus, Pauh lebi (Campnosperma spp) 53 Terentang

ayam

Pauhan, Antumbus, Talantang (Buchanania spp) 54 Tusam Pinus, Damar batu, Uyam (Pinus spp)

55 Utup Utup (Aromadendron sp)

Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Tabel 4 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Eboni/kelompok kayu Indah I

No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

1 Eboni Bergaris Maitong, Kayu lotong, Sora, Amara

(Diospyros celebica Bakh) 2 Eboni Hitam Kayu hitam, Maitem, Kayu

waled

(Diospyros rumphii Bakh) 3 E b o n i Baniak, Toli-toli, Kayu arang,

Kanara, Gito-gito, Bengkoal, Malam

(Diospyros spp D. ebenum Koen, D. ferrea Bakh, D. lolin Bakh, D. macrophylla BI, D. cauliflora BI, D. areolata King et G)

Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II No Nama

perdagangan Nama daerah Nama ilmiah

1 Bongin Pauh kijang, Sepah, Kayu batu (Irvingia malayana Oliv) 2 Bungur Wungu, Tekuyung, Benger, Ketangi (Lagerstroemia speciosa

Pers) 3 Cempaka Minjaran, Wasian, Manglid,

Sitekwok, Kantil, Capuka

(Michelia spp,

Elmerrillia spp Dandy) 4 Cendana Kayu kuning, Lemo daru (Santalum album L) 5 Dahu Dao, Sengkuang, Basuong, Koili (Dracontomelon spp) 6 Johar Juar, Trenggguli, Sebusuk,

Bobondelan

(Cassia spp)

7 Kuku Kayu laut, Papus, Nani laut (Pericopsis mooniana Thw)


(20)

Lanjutan tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II

No Nama

perdagangan

Nama daerah Nama ilmiah

9 Lasi Adina, Kilaki (Adinauclea fagifolia

Ridsd)

10 Mahoni Mahoni (Swietenia spp)

11 Melur Sampinur tali, Jamuju, Ki merah, Cematan, Alau, Kayu embun, Kayu cina, Sandu, Sampinur bunga

(Dacrydium junghuhnii Miq); (Podocarpus spp); (Dacrydium spp)

12 Membacang Limus piit, Ambacang, Wani, Mempelam, Asam. Mangga

(Mangifera spp)

13 Mindi Bawang kungut (Melia spp)

14 Nyirih Nyireh, Niri (Xylocarpus granatum j. Konig)

15 Pasang Mempening, Baturua, Kasunu, Triti (Quercus spp) 16 Perepat Darat Marapat, Teruntum batu (Combretocarpus

rotundatus Dans) 17 Raja Bunga Segawe, Klenderi, Saga (Adenanthera spp) 18 Rengas Ingas, Suloh, Rangas, Rengas

burung

(Gluta spp);

(Melanorrhoea spp) 19 Ramin Gaharu buaya, Medang keladi,

Keladi, Miang

(Gonystylus bancanus Kurz)

20 Sawo kecik Subo, Ki sawo (Manilkara spp) 21 Salimuli Kendal, Klimasada, Purnamasada (Cordia spp) 22 Sindur Sepetir, Sasumdur, Mobingo (Sindora spp)

23 Sonokembang Angsana, Linggua, Nala, Candana (Pterocarpus indicus Willd)

24 Sonokeling Linggota, Sono sungu, Sonobrits (Dalbergia latifolia Roxb)

25 Sungkai Jati seberang, Jati londo (Peronema canescens Jack)

26 Tanjung Sawo manuk, Karikis (Mimusops elengi L.) 27 Tapos Kelampai, Setan, Kedui, Wayang (Elateriospermum tapos

BI) 28 Tinjau

Belukar

Lontar kuning (Pteleocarpus lampongus Bakh)

29 Torem Sawai, Torem (Manikara kanosiensis

H.j. L. et B. M.)

30 Trembesi Ki hujan (Samanea saman Merr)

31 Ulin Kayu besi, Bulian, Kokon (Eusideroxylon zwageri T.et.b.)

32 Weru Beru, Ki hiyang, Bengkal (Albizia procera Benth) Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003


(21)

3.3 Prosedur Analisis Data

1. Pengambilan pohon contoh dilapangan

Untuk penyusunan Tabel volume pohon, didasarkan pada data pohon contoh atau pohon model yang dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter dan kelas tinggi pohon, pada berbagai tipe tempat tumbuh. Pohon contoh adalah pohon yang pertumbuhannya baik serta sehat. Pohon contoh diambil di dalam plot IHMB, apabila dalam plot IHMB itu tidak terdapat pohon contoh maka pengambilan pohon contohnya dapat dilakukan di luar plot IHMB. Berikut akan ditampilkan gambar plot contoh IHMB.

Gambar 1 Plot contoh IHMB skala 1 : 10.000.

Menurut Sutarahardja (2009) plot contoh (sample unit) adalah suatu petak dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dibuat dilapangan dimana didalam petak


(22)

tersebut dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap dimensi pohon/tegakan dan pencatatan informasi-informasi tentang pohon/tegakan yang diperlukan yang penempatannya bersifat semi permanen. Plot contoh IHMB pada hutan alam luas 0,25 Ha dengan ukuran 20m x 125m diletakkan dalam jalur inventarisasi dengan arah Utara-Selatan dan di dalamnya terdapat beberapa sub-plot contoh. Dalam satu plot contoh terdapat 4 sub-plot contoh yang luasnya dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada. (Lihat Gambar 1) a. Sub-plot pancang

Diukur dari titik awal plot masing-masing 10 m ke arah Barat atau Timur, pada ujung sisi kiri dibuat sub-plot pancang berbentuk lingkaran dengan jari-jari plot 2,82 meter. Kemudian diamati keberadaan pancang dalam plot. Pasang pasak pada pusat plot untuk memasang tali tersebut, setelah itu dilakukan pengamatan plot secara berputar dengan ujung tali sebagai batas plot hingga selesai.

b. Sub-plot tiang

Dari titik awal plot, dibuat sub-plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran 10 m x 10 m di sisi kiri jalur. Dengan bantuan tali sepanjang 10 m sebanyak 2 buah dan kompas, dari titik awal plot ditarik tali ke arah kiri tegak lurus jalur (270º) dan searah jalur (0º) lalu dipasang patok.

c. Sub-plot pohon kecil

Dibentuk plot bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, sepanjang 10 m sebelah Barat dan 10 m sebelah Timur jalur, kemudian dirintis 20 m ke arah Utara.

d. Sub-plot pohon besar

Bentuk plot contoh persegi panjang berukuran 20 m x 125 m adalah sebagai perpanjangan dari sub-plot pohon kecil ke arah Utara.

2. Perhitungan volume pohon contoh

Perhitungan volume pohon contoh pada dasarnya perlu ditebang untuk dihitung volumenya berdasarkan volume per seksinya yang terdiri dari :


(23)

untuk menghitung volume aktual (Va) dari pohon rebah dihitung dengan menjumlahkan seluruh volume tiap seksi batang dari satu pohon yaitu dengan : Va = ∑ Vsi

Keterangan : Va = volume aktual

Vsi = Volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n

Volume seksi batang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus Smalian yaitu :

Vs = 0,5 x (B + b) x L

Keterangan : Vs = volume seksi

B = Luas bidang dasar pangkal seksi dalam m2 b = Luas bidang dasar ujung seksi dalam m2

L = Panjang seksi

Luas bidang dasar dihitung dengan rumus : Lbds = 0,25 π D2

b. Untuk diameter 10 cm - < 50 cm pada tebangan silin atau menebang pohon contoh pada beberapa plot contoh.

c. Untuk pelengkap dapat menggunakan rumus volume V = 0,25 π D2

T 0,6

3. Pemilahan pohon contoh untuk model dan validasi

Tahap selanjutnya dalam tahap pengumpulan data, harus dilakukan proses pemilahan pohon contoh. Untuk melakukan pemodelan diperlukan suatu set data yang berbeda dengan set data yang dipakai untuk uji validasi model. Proses pemilahan pohon contoh terdiri dari 2/3 pohon contoh untuk proses pemodelan dan 1/3 pohon contoh lainnya untuk proses uji validasi.

Tabel 6 Pemilahan pohon contoh pada setiap kelompok jenis

Sumber : Permenhut P.34/Menhut-II/2007

Kelas diameter (cm)

Jumlah pohon contoh

Proses pemodelan

Proses uji validasi

10,0 – 14,9 15 10 5

15,0 – 19,9 15 10 5

20,0 – 24,9 15 10 5

25,0 – 29,9 15 10 5

30,0 – 34,9 15 10 5

35,0 – 39,9 10 7 3

40,0 – 44,9 10 7 3

45,0 – 49,9 10 7 3

50,0 – 59,9 10 7 3

60,0 – 69,9 10 7 3

70,0 – 79,9 10 7 3

≥ 80,0 10 7 3


(24)

4. Analisa hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon

Salah satu hipotesa dalam penyusunan tabel volume pohon lokal adalah terdapatnya hubungan yang erat antara tinggi pohon dengan diameter pohon. Hubungan ini dapat dilihat dari korelasi antara kedua peubah tersebut, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasinya. Apabila antara tinggi pohon dengan diameter pohon terdapat korelasi yang erat, maka untuk menduga volume pohon dapat hanya menggunakan peubah diameter atau tinggi pohon saja. Mengingat pengukuran tinggi pohon lebih sulit dibandingkan mengukur diameter pohon, maka dalam kaitan korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon cukup erat, tabel volume dapat disusun atas dasar peubah diameter pohon. Koefisien korelasi ( r ) antara tinggi pohon dengan diameter pohon dapat dihitung dengan rumius :

y JK x JK xy JHK r . 

Dalam hal ini, JKx, Jky, dan JHKxy dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : JKx = n n i i x n i i x 2 ) 1 ( 1 2      JKy = n n i i y n i i y 2 ) 1 ( 1 2     

JHKxy = 

  

      n i n n i i y n i i x i y i x 1 1 1

di mana :

r = Koefisien korelasi contoh

JKX = Jumlah kuadrat peubah X (misal : diameter pohon)

JKy = Jumlah kuadrat peubah Y (misal : tinggi pohon) JHKxy = Jumlah hasil kali antara peubah X dengan peubah Y


(25)

Besarnya nilai koefisien korelasi adalah antara - 1 ≤ r  + 1 dimana jika nilai r mendekati – 1 atau + 1, maka hubungan antara kedua peubah itu kuat, artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole 1993).

5. Pengujian koefisien korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon

Dalam pengujian ini dilakukan perhitungan koefisien korelasi dari kedua peubah tersebut ( r ) sebagai penduga koefisien korelasi populasinya, yaitu ( ρ ). Apabila r = 0 maka besar kemungkinannya untuk menyimpulkan ρ = 0 dan apabila nilai r mendekati + 1 atau –1, hal tersebut mencirikan bahwa ρ ≠ 0. Suatu uji untuk menyatakan kapan nilai r berada cukup jauh dari nilai ρ adalah melalui pengujian koefisien korelasi dengan uji Z-Fisher (Walpole 1993). Dalam uji Z-Fisher

ini, dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ kedalam Z-Fisher. Dalam penyusunan

tabel volume lokal, Fakultas Kehutanan IPB (1985) dan Sutarahardja (1982) diacu dalam Sutarahardja (2008) mensyaratkan bahwa nilai ρ harus lebih besar dari 0,7 atau ρ  0,7 yang berarti pada nilai ρ  0,7 maka hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon dianggap cukup kuat, dimana jika ρ  0,7071 artinya ρ2 adalah  50 %.. Hubungan yang kuat dengan ρ2  50 % tersebut berarti akan menjamin bahwa sekurang-kurangnya 50 % keragaman volume pohon yang disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman diameter pohon. Tahap pengujian koefisien korelasi bersyarat dengan menggunakan transformasi Z-Fisher tersebut adalah dengan prosedur sebagai

berikut :

a. Menentukan hipotesis pengujian koefisien korelasi, yaitu : H0: ρ = 0,7071

H1: ρ  0,7071

b. Menghitung nilai transformasi Z-Fisher dari nilai koefisien korelasi populasi

( ρ ) dan koefisien korelasi contoh ( r ) : Zρ = 0,5 ln{( 1 + ρ )/( 1 –ρ )} dan Zr = 0,5 ln{( 1 + r )/( 1 – r )}

c. Menentukan pendekatan simpangan baku dari hasil transformasi Z-Fisher,


(26)

σZr = 1/√(n-3)

Kriterium uji dalam pengujian transformasi Z-Fisher adalah :

Z-hitung = (Zr –Zρ)/ σZr

Dimana : Z = Sebaran normal Z

σZr = Pendekatan simpangan baku transformasi Z-Fisher

d. Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :

Jika Z-hitung ≤ Z-tabel pada tingkat nyata tertentu (misalnya pada taraf nyata 5

%), maka H0 diterima artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi

pohon tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu tidak memenuhi syarat ρ > 0,7071artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap kurang erat. Jika Z-hitung  Z-tabel pada tingkat nyata tertentu, maka H0 ditolak

artinya bahwa hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon memenuhi syarat yang telah ditetapkan artinya hubungan diameter dengan tinggi pohon dianggap cukup erat.

Bila keputusan H0 diterima, maka tabel volume yang disusun untuk tegakan

hutan yang diukur harus menyertakan peubah lain selain peubah diameter pohon, misalnya antara lain mengikut sertakan tinggi pohon dan atau peubah lainnya, jadi tabel volume yang disusun adalah tabel volume standar.

Sedangkan apabila H0 ditolak dalam pengujian tersebut artinya hubungan

antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap cukup erat, artinya koefisien korelasi populasi yang dihasilkan dari pohon-pohon contoh memenuhi syarat sekurang-kurangnya sama dengan koefisien korelasi yang telah ditetapkan, maka dalam tegakan hutan yang diukur dapat dibuat tabel volume lokal (tarif volume), yaitu tabel volume dengan kunci pembacanya cukup dengan menggunakan satu peubah, yaitu diameter pohon.

6. Scatter diagram dan penentuan model penyusunan tabel volume

Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah


(27)

mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya.

Salah satu contoh gambar scatterplot diagram persebaran kelas diameter dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume pohon.

Gambar 2 Contoh Scatterplot diagram.

Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume pohon adalah diameter setinggi dada (diameter at breast height). Oleh karena itu semua persamaan volume akan mempunyai diameter setinggi data serta peubah lainnya dan yang umum ditambahkan sebagai peubah penentu volume pohon adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan.

Beberapa persamaan hubungan antara volume pohon dengan peubah-peubah penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon antara lain (Loetsch et al, 1973) :

Peubah bebas hanya diameter pohon :

1. v = a + bD2 (Kopezky-Gehrhardt)

2. v = a + bD + cD2 (Hohenadl-Krenn)


(28)

Dimana :

V : Volume total pohon (m³) D : Diameter setinggi dada (cm) a, b, dan c : Konstanta

Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut :

1. V = a + b D² → model persamaan regresi liniernya adalah Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1

Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

a = β0 = b0 D2 = Xi = x1

2. V = a + bD + cD² → model persamaan regresi liniernya adalah

Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + b2X2 + e1

Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

a = β0 = b0 D= X1i = x1

D2 = X2i = x2

3. V = a Db→ transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log D Model persamaan regresi linearnya adalah

Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1

Dimana : Log V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

Log a = β0 = b0 Log D= Xi = x1

Sedangkan untuk tabel volume standar dengan peubah bebas diameter dan tinggi bebas cabang pohon terdiri dari :

1. Model Spurr : V = a (D²Tbc)b 2. Model Schumacher Hall : V = a DbTbcc

3. Model Stoate : V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc Dimana :

V : Volume total pohon (m³) D : Diameter setinggi dada (cm) Tbc : Tinggi bebas cabang pohon (m) a, b, dan c : Konstanta

Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut :


(29)

1. V = a (D²Tbc)b→ transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log (D²Tbc) Y1 = β0 + β1X1i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + ei

Dimana : Log V = Yi = yi b = β1 = b εi = ei = galat sisa

Log a = β0 = b0 Log(D²Tbc) = Xi = x1i

2. V = a DbTbcc→ transformasi log → Log V = Log a + b Log D + c Log Tbc Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i + ei

Dimana : Log V = Yi = yi b = β1 = b1 ε1 = ei = galat sisa

Log a = β0 = b0 c = β2 = b2

Log Tbc= X2i = x2i Log D= X1i = x1i

3. V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc → Model persamaan regresi linearnya adalah Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i +

b3X3i + ei

Dimana : V = Yi = yi a = β0 = b0 c = β2 = b2 D2 = X1i = x1i b = β1 = b1 d = β3 = b3

D2Tbc = X2i = x2i Tbc = X3i = x3i εi = ei = galat sisa

7. Penyusunan tabel volume

Tarif volume pohon maupun tabel volume pohon standar dapat disusun dengan menggunakan analisa regresi linier dengan pengujian signifikasi regresinya menggunakan analisa ragam (analysis of variance). Untuk penyusunan tarif volume pohon dapat dianalisa dengan regresi linier sederhana (simple linear regression), sedangkan untuk tabel volume pohon standar dianalisa dengan regresi linier berganda (multiple linear regression). Banyaknya model regresi yang dicoba sebanyak 2–3 model.

8. Menghitung koefisien regresi dan koefisien korelasi

Untuk dapat menghasilkan persamaan-persamaan regresi yang dimaksud, maka perlu dihitung nilai-nilai dari koefisien-koefisien regresinya (Sutarahardja et al, 1991).

a. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon lokal : Sebagai contoh untuk model regresi linier sederhana sebagai berikut :

i i X i


(30)

i e i x b b i

y01  , maka besarnya nilai koefisien regresi b1 sebagai penduga dari 1 dan besarnya nilai konstanta b0 (intersept) sebagai penduga dari

0

 dapat dihitung dari nilai-nilai data pohon contoh.

JKx JHKxy

b

1 dan

x b y b

1

0  

Dimana : y = volume pohon dalam m3 dan x = diameter pohon dalam cm. Koefisien korelasi ( r ) antara volume pohon dengan diameter pohon dapat dihitung dengan rumus (1) tersebut diatas atau dengan rumus :

JKy JHKxy b

r  1

b. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon standar

Sebagai contoh untuk model regresi linier berganda sebagai berikut :

i i X i X i

Y 01 1 2 2  , dengan penduga modelnya

i e i x b i x b b i

y01 12 2  , maka besarnya nilai-nilai penduga koefisien-koefisien regresi (b1,b2) serta intersept b0 dapat dihitung berdasar data pohon contoh yang diambil.

2 ) 2 1 ( ) 2 )( 1 ( ) 2 )( 2 1 ( ) 1 )( 2 ( 1 x JHKx JKx JKx y JHKx x JHKx y JHKx JKx b   



 





 

2

2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 x JHKx JKx JKx y JHKx x JHKx y JHKx JKx b    dimana :

 

n n i i x n i i x JKx 2 11 1 2 1 1      

 

n n i i x n i i x JKx 2 1 2 1 2 2 2      


(31)

  

n n i x n i x n i x x x JKx       

 11 12

11 2 2 1

  

n n i y n i x n i y x y JKx       

 11 1

11 1

  

n n i y n i x n i y x y JKx       

 1 2 1

12 2 2 2 1 1

0 y b x b x

b   

Koefisien determinasi (R2) dari model regresi tersebut dapat dihitung :

total JK

regresi JK

R2

Koefisien korelasi berganda

 

R dapat diperoleh dari akar koefisien determinasi tersebut diatas.

y JHKx b y JHKx b regresi

JK1 12 2

 

n n i i y n i i y JKy total JK 2 1 1 2       

9. Analisa keragaman

Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi tersebut.

Tabel 7 Analisa keragaman pengujian regresi (Anova)

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT) F-hitung F-tabel

Regresi Sisaan

k = p-1 n-k-1

JKregresi (JKR)

JKsisa (JKS)

KTR=JKR/k KTS=JKS/(n-k-1)

Fhitung =

KTR/KTS

Total n-1 JKtotal (JKT)


(32)

Dimana p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n = banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut.

Dalam analisa tersebut hipotesa yang diuji adalah : a. Pada regresi linier sederhana :

0 : 0 

H lawan H1:0

b. Pada regresi linier berganda :

0 :

0 i

H  dimana : i = 1,2

: 1

H Sekurang-kurangnya ada i0

Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada keterkaitan

antara peubah bebas (diameter pohon dan atau tinggi pohon) dengan peubah tidak bebasnya (volume pohon). Dengan kata lain bahwa setiap ada perubahan pada peubah bebasnya akan terjadi perubahan pada peubah tidak bebasnya. Jika Ho

yang diterima, maka regresi tersebut tidak nyata, artinya persamaan regresi tidak dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.

10. Perhitungan kesalahan sampling (Sampling Error, SE)

Kesalahan sampling adalah kesalahan yang disebabkan karena dilakukannya pengambilan contoh (sampling). Besarnya kesalahan dapat dihitung dengan rumus:

� = �2 → � = �2

� =� �/2,�� × �

� × 100%

Dimana : SE = Sampling Error Y = Volume pohon (m³)

� = Rata-rata volume pohon (m³/ha) � = Simpangan baku rata-rata �� = Derajat bebas

11. Validasi model

Hasil persamaan-persamaan regresi yang telah diuji tersebut diatas, baik pada penyusunan regresi untuk tarif volume pohon, maupun pada penyusunan


(33)

untuk tabel volume pohon standar, perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan pohon contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk pengujian validasi model. Data pohon contoh tersebut tidak digunakan dalam penyusunan model-model tabel volume diatas. Uji validasi model dapat dengan melihat pada nilai-nilai simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), biasnya serta uji beda nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji Khi-kuadrat.

12. Pengujian validasi model

Nilai-nilai pengujian validasi model tersebut dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Simpangan agregat (agregative deviation)

Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus :

                      n i V n i V n i V SA ti ai ti 1 1 1

b. Simpangan rata-rata (mean deviation)

Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10 % (Spurr 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus :

% 100 1 x n n i V V V SR ti ai ti                          


(34)

c. RMSE (root mean square error)

RMSE merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih volume dugaan dari tabel volume pohon (Vt) dengan volume aktualnya (Va) terhadap volume aktual. Nilai RMSE yang lebih kecil, menunjukkan model persamaan penduga volume yang lebih baik. RMSE dapat dihitung dengan rumus:

% 100 1 2 x n n i V V V RMSE ai ai ti         d. Bias

Bias (e) adalah kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran maupun kesalahan karena alat ukur (Sutarahardja 1999). Bias dapat dihitung dengan rumus :

% 100 1 x n i n V V V e ai ai ti                      

e. Uji beda rata-rata Khi-kuadrat (Khi-square test)

Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat), yaitu alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan table volume pohon (Vt) berbeda dengan volume pohon aktualnya (Va). Dalam hal ini hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut :

Va Vt

H : 

0 dan H1 : VtVa Kriterium ujinya adalah :

    n i V V V hitung ai ai ti 1 2 2 

Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut : 2 ) 1 , ( 2 

tabel n

hitung  

 , maka terima

0 H 2 ) 1 , ( 2   tabel n

hitung  

 , maka terima

1 H


(35)

13. Pemilihan model regesi terbaik dan valid

Model persamaan regresi untuk penyusunan tabel volume pohon yang akurat dan valid adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Dalam analisis regresi menghasilkan nilai-nilai R² yang besar, regresi yang nyata berdasarkan hasil analisis keragamannya serta sampling error (SE) yang rendah.

2. Dalam uji validasi harus memenuhi standar pengujian antara lain :

- Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar berada diantara -1 sampai + 1 (Spurr 1952).

- Persamaan yang baik memiliki nilai Simpangan rata-rata tidak lebih dari 10 % (Spurr 1952).

- Nilai RMSE dan Bias yang kecil menunjukan model persamaan penduga volume yang lebih baik.

- Apabila hasil uji beda antara nilai rata-rata yang diduga dengan tabel volume dengan nilai rata-rata nyata (actual), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Ho, diterima) maka persamaan penduga volume


(36)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan

PT. Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI melalui Menteri Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No. 526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK adalah sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan sungai Ratah Selatan di Provinsi Kalimantan Timur.

Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest Agreement (FA) No. FA/J/003/1970 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut di atas, sesuai dengan diktum terakhir disebutkan bahwa berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH. Dengan demikian maka IUPHHK ini telah berakhir pada tanggal 6 Nopember 1990.

Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha. Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan. Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung (HL). Ijin prinsip perpanjangan ini tertuang di dalam Surat Menhut No. 477/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993.

Berdasarkan Surat Menhut No. 2039/Menhut-IV/1993 tanggal 20 November 1993, PT. Ratah Timber memperoleh tambahan areal seluas 12.000 Ha yang berasal dari eks IUPHHK PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya, sehingga luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber menjadi 127.000 Ha.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690 Ha. Pengurangan areal tersebut terjadi karena sebagian areal IUPHHK termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 29.310 Ha. Pada penyusunan RKUPHHK periode 1990-2010 ini luas yang digunakan adalah luas berdasarkan SK Menhut No. 95/Kpts-II/2000 tersebut yakni seluas 97.690 Ha.


(37)

Berdasarkan Surat Menteri Kehutanan No. 477/Menhut-IV/1993 IUPHHK PT. Ratah Timber diperpanjang ijin IUPHHK-nya dengan syarat menyertakan BUMN PT. Inhutani II dan Koperasi dalam kepemilikan saham perusahaan. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, sebagaimana tertuang di dalam akta notaris H. Azhar Alia, SH No. 2 tanggal 4 Juni 1998 susunan pemegang saham PT. Ratah Timber adalah sebagai berikut:

– PT. Long Bangun Putra Timber : 37,5 %

– PT. Tansa Trisna : 37,5 %

– PT. Inhutani II : 20,0 %

– Koperasi : 5,0 %

4.2 Letak dan Luas Perusahaan

Areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai Ratah, Desa Mamahaq Teboq, Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 114° 55’ - 115° 30’ Bujur Timur dan 0° 2’ LS - 0° 15’ LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), areal kerja termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahaq Besar, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah administratif pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Batas-batas areal kerja tersebut adalah :

- Sebelah Utara : KBNK, Areal Perkebunan KSU Dayak Kaltim Abadi dan IUPHHK PT. INHUTANI I (eks. IUPHHK PT. Mulawarman Bhakti).

- Sebelah Timur : KBNK dan eks. IUPHHK PT. Hacienda Wood Nusantara Industries.

- Sebelah Selatan : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. IUPHHK PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya).

- Sebelah Barat : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. areal kerja PT. Gata Rota)


(38)

Luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber mengalami beberapa perubahan dimulai sejak diterbitkan SK IUPHHK tahun 1970, dengan dasar sebagai berikut :

a. SK HPH tahun 1970 : 125.000 Ha

b. Hutan lindung (dikeluarkan) : (10.000) Ha

c. Persetujuan penggabungan areal eks IUPHHK PT. BDBD : 12.000 Ha d. Ijin perpanjangan IUPHHK sementara (tahun 1993) : 127.000 Ha e. SK Tata Batas Temu Gelang tahun 1998 : 126.753 Ha f. SK IUPHHK pembaharuan tahun 2000 : 97.690 Ha Berdasarkan Peta Paduserasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan TGHK Kalimantan Timur yaitu Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur skala 1 : 125.000, areal IUPHHK tersebut terdiri dari Hutan Produksi tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Rincian luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Timur

No Fungsi hutan Unit I Unit II Jumlah

Ha Ha Ha %

1 Hutan produksi terbatas 29.620 0 29.620 30,32 2 Hutan produksi tetap 59.990 8.080 68.070 69,68

Jumlah 89.610 8.080 97.690 100

Sumber : Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur Skala 1 : 250.000, yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005

4.3 Kondisi Hutan

1. Kondisi penutupan lahan

Hasil analisa dan pengukuran planimetris terhadap peta penutupan lahan yang diperoleh dari hasil analisis antara peta interpretasi foto udara yang dikoreksi dengan data hasil penafsiran Citra Landsat skala 1 : 100.000 (mosaik dari liputan Mei 2006, April 2005, Juni 2005 yang dikoreksi Baplanhut sesuai surat No. S.564/VII/Pusin-1/2006) dan realisasi tebangan sampai dengan 2005 menunjukkan bahwa areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber seluas 97.690 Ha terdiri dari areal hutan primer seluas 10.007 Ha (10,24 %), bekas tebangan 78.072 Ha (79,92 %) dan non hutan seluas 9.611 Ha (9,84 %).


(1)

Lampiran 11 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk

tahap pemodelan

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³) 1 Mendarahan Rimba Campuran 10 65 -3 17 50 15.10 12.10 0.06 2 Simpur Rimba Campuran 10 58 -12 10 40 14.23 10.95 0.05 3 Banitan Rimba Campuran 11 72 -2 19 44 15.60 10.26 0.06 4 Penyalin Rimba Campuran 11 74 -10 9 48 19.18 13.71 0.08 5 Tanam haloq Rimba Campuran 11 90 7 27 63 18.10 12.70 0.07 6 Mendarahan Rimba Campuran 12 46 -14 5 30 14.13 10.76 0.07 7 Bintangur Rimba Campuran 13 75 -2 15 50 19.62 13.74 0.11 8 Jenging Rimba Campuran 13 82 -9 10 46 20.66 13.08 0.10 9 Laban Rimba Campuran 13 58 -30 -10 18 19.10 11.10 0.09 10 Terentang Rimba Campuran 13 74 -12 7 44 19.61 13.29 0.11 11 Ubar gunung Rimba Campuran 14 105 -10 16 65 19.19 13.04 0.12 12 Ubar gunung Rimba Campuran 14.5 65 -4 8 45 24.50 17.83 0.18 13 Kayu Halap Rimba Campuran 15.5 72 -3 17 30 16.50 8.10 0.09 14 Mendarahan Rimba Campuran 15.5 65 -15 2 40 20.32 14.44 0.16 15 Bintangur Rimba Campuran 16 102 -14 12 57 19.35 12.42 0.15 16 Kayu sendok Rimba Campuran 16 90 -5 12 55 23.85 15.62 0.19 17 Ubar gunung Rimba Campuran 16 134 -14 15 86 21.91 15.29 0.18 18 Kayu Halap Rimba Campuran 16.5 86 0 20 55 18.70 12.50 0.16 19 Kelumpai Rimba Campuran 17 96 -30 -9 56 25.50 17.88 0.24 20 Mendarahan Rimba Campuran 17 120 8 32 76 20.17 12.83 0.17 21 Mendarahan Rimba Campuran 18 90 -13 10 42 19.41 11.07 0.17 22 Mendarahan Rimba Campuran 18 102 -12 8 72 24.30 18.30 0.28 23 Mendarahan Rimba Campuran 18.5 72 -3 16 35 17.29 9.50 0.15 24 Rambutan hutan Rimba Campuran 18.5 102 -15 8 70 21.85 16.28 0.26 25 Banitan Rimba Campuran 19 110 -13 7 60 26.10 16.10 0.27 26 Banitan Rimba Campuran 19 126 12 34 88 22.23 15.32 0.26 27 Melahak Rimba Campuran 19 86 5 24 49 18.55 10.76 0.18 28 Mesak Rimba Campuran 19 78 -25 -6 42 23.18 15.61 0.27 29 Kayu Halap Rimba Campuran 20.5 112 11 33 92 19.86 16.23 0.32 30 Ubar gunung Rimba Campuran 20.5 96 -28 -8 42 26.30 15.50 0.31 31 Kayu sendok Rimba Campuran 21 90 -9 10 60 22.34 16.03 0.33 32 Mendarahan Rimba Campuran 21 98 -6 14 64 22.30 15.50 0.32 33 Ubar gunung Rimba Campuran 21 94 -27 -5 50 23.50 15.50 0.32 34 Karet hutan Rimba Campuran 22 120 -2 18 84 25.90 18.70 0.43 35 Kumpang Rimba Campuran 22 106 -4 16 61 23.50 14.50 0.33 36 Rengas Rimba Campuran 22 70 -34 -12 31 20.41 13.32 0.30 37 Ubar gunung Rimba Campuran 22 114 4 25 62 22.45 12.55 0.29 38 Ubar gunung Rimba Campuran 22 98 -18 7 50 20.06 12.38 0.28 39 Tengkawang Rimba Campuran 23 140 -18 15 113 20.65 17.38 0.43 40 Melahak Rimba Campuran 24 68 -30 -10 42 21.10 15.90 0.43 41 Ubar gunung Rimba Campuran 24 104 -6 15 50 22.45 12.17 0.33 42 Banitan Rimba Campuran 24.5 116 -5 15 82 25.70 18.90 0.53 43 Mendarahan Rimba Campuran 24.5 110 -6 14 67 24.70 16.10 0.46 44 Mesak Rimba Campuran 25 96 -4 17 63 20.55 14.26 0.42 45 Penyalin Rimba Campuran 26 106 -2 16 79 25.50 19.50 0.62


(2)

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³) 46 Sebukau Rimba Campuran 26 100 6 21 70 26.57 18.57 0.59 47 Mendarahan Rimba Campuran 26.5 115 -12 5 70 31.38 20.79 0.69 48 Bintangur Rimba Campuran 27 85 -2 13 50 24.70 15.37 0.53 49 Jabon Rimba Campuran 27 134 7 28 96 25.69 18.45 0.63 50 Kerupuk Rimba Campuran 27 100 -25 -5 56 26.50 17.70 0.61 51 Ubar gunung Rimba Campuran 27 106 -30 -9 69 27.40 20.36 0.70 52 Keranji Rimba Campuran 28 130 5 25 80 26.50 16.50 0.61 53 Tebuluk Rimba Campuran 28 95 -5 11 50 26.50 15.25 0.56 54 Terap Rimba Campuran 28 123 9 25 95 30.00 23.00 0.85 55 Terap Rimba Campuran 28.5 90 -33 -13 60 26.10 20.10 0.77 56 Kerupuk Rimba Campuran 29 148 11 33 102 26.41 18.05 0.71 57 Ubar gunung Rimba Campuran 29 142 -15 17 100 21.13 15.88 0.63 58 Ubar gunung Rimba Campuran 29 124 10 30 92 24.30 17.90 0.71 59 Mendarahan Rimba Campuran 30 146 2 22 94 30.30 19.90 0.84 60 Terap Rimba Campuran 30 136 14 36 98 23.68 16.77 0.71 61 Jabon Rimba Campuran 31 134 -31 -11 80 34.50 23.70 1.07 62 Keranji Rimba Campuran 32 136 7 28 90 26.07 17.31 0.83 63 Resak Rimba Campuran 32 150 -18 12 75 23.90 13.90 0.67 64 Kerupuk Rimba Campuran 33 135 -12 10 70 28.23 16.41 0.84 65 Kerupuk Rimba Campuran 33 110 -2 17 61 25.08 14.76 0.76 66 Mahang Rimba Campuran 33 140 0 21 98 28.17 20.17 1.03 67 Bayur Rimba Campuran 34 106 -44 -23 70 30.07 23.21 1.26 68 Bintangur Rimba Campuran 34 126 -10 10 72 28.70 17.90 0.97 69 Mendarahan Rimba Campuran 34 142 5 25 72 28.90 14.90 0.81 70 Mendarahan Rimba Campuran 34 132 -6 14 86 29.10 19.90 1.08 71 Terap Rimba Campuran 34.5 110 -15 7 67 24.23 16.41 0.92 72 Mahang Rimba Campuran 35 132 -15 5 88 30.90 22.10 1.28 73 Penyalin Rimba Campuran 35.5 132 2 23 90 26.26 18.26 1.08 74 Tengkawang Rimba Campuran 36 136 13 33 100 26.10 18.90 1.15 75 Mahang Rimba Campuran 37 148 10 31 106 27.79 19.79 1.28 76 Melahak Rimba Campuran 37 140 17 36 100 27.39 18.97 1.22 77 Kerupuk Rimba Campuran 38 138 -10 10 62 31.10 15.90 1.08 78 Penyalin Rimba Campuran 38 108 -5 17 70 22.05 15.14 1.03 79 Ubar gunung Rimba Campuran 38 142 -17 3 84 33.30 21.70 1.48 80 Bintangur Rimba Campuran 38.5 100 -40 -20 51 29.50 19.70 1.38 81 Jabon Rimba Campuran 39 146 5 26 100 28.36 19.60 1.40 82 Jabon Rimba Campuran 40 150 6 27 94 28.93 18.26 1.38 83 Rambutan hutan Rimba Campuran 40.5 98 -20 1 52 23.98 15.21 1.18 84 Kerupuk Rimba Campuran 41 146 -4 17 112 30.07 23.60 1.87 85 Mesap Rimba Campuran 41 123 -2 20 80 24.23 16.41 1.30 86 Bintangur Rimba Campuran 43 144 0 19 80 31.82 18.34 1.60 87 Karet hutan Rimba Campuran 43 144 3 20 82 34.68 20.09 1.75 88 Jabon Rimba Campuran 43.5 90 -7 8 66 27.37 20.97 1.87 89 Melahak Rimba Campuran 44 122 -4 14 78 29.50 19.72 1.80 90 Ubar gunung Rimba Campuran 44 128 -25 -4 55 30.64 16.74 1.53 91 Melahak Rimba Campuran 45 136 -26 -6 84 33.90 23.50 2.24 92 Mesak Rimba Campuran 45 115 -9 10 72 27.61 18.55 1.77 93 Jabon Rimba Campuran 46 112 -5 17 78 22.77 16.59 1.65 94 Mahang Rimba Campuran 46 134 -35 -13 69 32.23 20.41 2.03


(3)

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³) 95 Mahang Rimba Campuran 47 146 12 33 92 27.02 16.74 1.74 96 Mahang Rimba Campuran 47 148 5 25 98 30.10 20.10 2.09 97 Melahak Rimba Campuran 48 128 -26 -2 60 27.17 15.83 1.72 98 Melahak Rimba Campuran 49 148 8 28 102 29.50 20.30 2.30 99 Ubar gunung Rimba Campuran 49 142 -9 12 104 30.26 23.02 2.60 100 Ubar gunung Rimba Campuran 50 125 -2 16 60 29.72 15.28 1.79 101 Mendarahan Rimba Campuran 51 125 -4 15 67 28.66 16.45 2.35 102 Melahak Rimba Campuran 52 130 -3 17 72 28.10 16.50 2.20 103 Tebukau Rimba Campuran 52 138 -4 14 85 33.06 21.28 3.00 104 Terap Rimba Campuran 53 119 -7 10 59 31.15 17.03 2.72 105 Keranji Rimba Campuran 54 148 -2 17 109 33.08 24.87 3.37 106 Mesap Rimba Campuran 57.5 141 -5 12 97 35.85 25.50 4.83 107 Mesap Rimba Campuran 58 141 2 18 100 36.25 26.00 4.83 108 Ubar gunung Rimba Campuran 59 145 5 20 91 38.83 24.43 4.16 109 Jabon Rimba Campuran 60 133 -15 3 104 34.39 27.94 4.77 110 Jabon Rimba Campuran 60 133 -10 9 83 31.61 21.08 4.31 111 Kerupuk Rimba Campuran 61 127 -13 8 69 28.17 17.12 3.48 112 Mesap Rimba Campuran 61 140 -5 13 76 33.72 19.50 4.31 113 Jabon Rimba Campuran 62 135 -8 11 109 31.61 26.13 3.87 114 Jabon Rimba Campuran 62 145 -3 18 112 29.69 23.40 4.56 115 Ubar gunung Rimba Campuran 67 148 1 18 107 36.09 26.44 5.92 116 Jinging Rimba Campuran 70 138 -9 10 93 32.45 22.97 5.09 117 Jenging Rimba Campuran 71 127 -5 11 82 34.50 23.25 6.37 118 Kayu sendok Rimba Campuran 72 139 -5 11 83 37.50 23.50 6.85 119 Mesap Rimba Campuran 73 141 -7 11 91 34.39 23.28 5.92 120 Kerupuk Rimba Campuran 77 128 -24 -3 83 30.45 21.88 6.86 121 Ubar gunung Rimba Campuran 77 134 -15 5 99 31.30 24.30 7.85 122 Ubar gunung Rimba Campuran 79 119 -30 -10 85 31.30 24.50 9.24 123 Mesap Rimba Campuran 80 146 -2 16 86 34.39 21.06 7.43 124 Mahang Rimba Campuran 84 139 -5 9 100 42.64 31.50 11.25 125 Mahang Rimba Campuran 85 140 1 18 93 34.21 23.15 7.86 126 Kerupuk Rimba Campuran 86 136 11 27 98 32.75 23.25 8.82 127 Penyalin Rimba Campuran 89 133 -20 -1 89 33.71 24.45 10.88 128 Binuang Rimba Campuran 89.5 132 -34 -15 95 36.45 28.66 13.91 129 Kayu sendok Rimba Campuran 106 133 -15 2 96 36.32 27.62 16.31


(4)

Lampiran 12 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk

tahap validasi

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³) 1 Kayu Halap Rimba Campuran 10 43 -12 8 32 12.50 10.30 0.05 2 Ubar gunung Rimba Campuran 10 92 -2 19 55 19.40 12.36 0.06 3 Rengas Rimba Campuran 11 50 -15 5 27 14.50 9.90 0.06 4 Rengas Rimba Campuran 12.5 82 -4 16 34 18.70 9.10 0.07 5 Karet hutan Rimba Campuran 13 96 4 23 57 20.87 12.66 0.10 6 Terap Rimba Campuran 14 96 -3 13 52 26.25 15.25 0.14 7 Tengkawang Rimba Campuran 15 45 -25 -14 25 26.95 19.68 0.21 8 Banitan Rimba Campuran 16 92 -13 8 50 21.50 13.50 0.16 9 Mendarahan Rimba Campuran 16 140 11 37 96 21.35 14.58 0.18 10 Banitan Rimba Campuran 17 102 -1 19 68 22.10 15.30 0.21 11 Kayu sendok Rimba Campuran 17.5 90 -10 12 50 19.68 12.41 0.18 12 Ubar gunung Rimba Campuran 18 84 -15 5 43 21.30 13.10 0.20 13 Ubar gunung Rimba Campuran 18.5 110 -6 14 55 24.70 13.70 0.22 14 Melahak Rimba Campuran 19 120 -6 14 84 26.70 19.50 0.33 15 Tengkawang Rimba Campuran 20 112 -12 9 70 25.12 17.12 0.32 16 Kayu Halap Rimba Campuran 21 98 -2 19 56 20.55 12.55 0.26 17 Mesak Rimba Campuran 21 132 -1 20 86 26.83 18.07 0.38 18 Keramo Rimba Campuran 22 80 4 16 45 26.83 15.17 0.35 19 Terap Rimba Campuran 22 128 4 27 88 23.07 16.11 0.37 20 Ubar gunung Rimba Campuran 22 102 -19 2 57 24.55 15.98 0.36 21 Rambutan hutan Rimba Campuran 24 112 -2 18 59 24.30 13.70 0.37 22 Terap Rimba Campuran 25 130 -7 14 80 27.60 18.07 0.53 23 Ubar gunung Rimba Campuran 26 98 -9 12 58 21.88 14.26 0.45 24 Jabon Rimba Campuran 27 136 5 29 100 23.33 17.33 0.60 25 Rengas Rimba Campuran 27 120 -26 -7 35 32.24 14.34 0.49 26 Melahak Rimba Campuran 28 98 -2 19 54 20.55 12.17 0.45 27 Terap Rimba Campuran 28 100 -9 12 70 22.26 16.55 0.61 28 Tanam haloq Rimba Campuran 29 116 -5 17 80 23.50 16.95 0.67 29 Ubar gunung Rimba Campuran 29 138 2 22 98 28.70 20.70 0.82 30 Mendarahan Rimba Campuran 30 122 -14 9 78 25.15 17.50 0.74 31 Mahang Rimba Campuran 31.5 146 10 32 108 26.23 19.32 0.90 32 Keranji Rimba Campuran 33 118 0 21 86 23.98 17.88 0.92 33 Mahang Rimba Campuran 33 148 10 31 112 27.79 20.93 1.07 34 Karet hutan Rimba Campuran 33.5 142 1 22 102 28.36 20.74 1.10 35 Kerupuk Rimba Campuran 34 140 -12 17 84 22.47 14.74 0.80 36 Terap Rimba Campuran 34.5 80 -34 -11 55 21.33 16.98 0.95 37 Mahang Rimba Campuran 37 150 12 34 96 26.59 16.77 1.08 38 Kerupuk Rimba Campuran 38 136 -15 9 65 26.67 14.83 1.01 39 Tengkawang Rimba Campuran 38 140 -28 -7 96 33.50 25.12 1.71 40 Karet hutan Rimba Campuran 38.5 134 3 22 92 29.08 20.24 1.41 41 Ubar gunung Rimba Campuran 39 120 -11 9 82 27.70 20.10 1.44 42 Binuang Rimba Campuran 40 98 -35 -13 50 25.68 16.95 1.28 43 Jenging Rimba Campuran 41 110 -20 1 45 26.26 13.88 1.10 44 Binuang Rimba Campuran 42 150 -12 10 114 30.95 24.41 2.03 45 Banitan Rimba Campuran 43.5 132 -10 10 88 29.90 21.10 1.88


(5)

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³) 46 Kerupuk Rimba Campuran 45 126 -26 -5 82 30.45 22.07 2.11 47 Bayur Rimba Campuran 46 92 -34 -12 58 24.41 18.23 1.82 48 Kerupuk Rimba Campuran 47 144 -24 -2 98 32.05 23.68 2.46 49 Mahang Rimba Campuran 48 144 2 23 94 28.55 19.02 2.06 50 Mahang Rimba Campuran 48.5 148 0 20 120 31.10 25.50 2.83 51 Jabon Rimba Campuran 52 148 1 20 102 32.45 22.76 3.34 52 Mendarahan Rimba Campuran 52.5 129 -2 17 73 29.08 17.29 2.01 53 Mahang Rimba Campuran 55 127 3 24 68 25.12 13.88 2.40 54 Terap Rimba Campuran 59 132 1 18 72 32.32 18.21 3.60 55 Keranji Rimba Campuran 60 125 -5 12 78 32.09 21.03 4.52 56 Ubar gunung Rimba Campuran 61.5 133 -2 17 58 29.92 14.13 2.53 57 Ubar gunung Rimba Campuran 65 142 -2 16 92 33.50 22.39 3.67 58 Ubar gunung Rimba Campuran 71 128 -5 12 83 32.79 22.21 5.78 59 Penyalin Rimba Campuran 73 147 11 30 112 30.13 22.76 7.84 60 Penyalin Rimba Campuran 77 130 -32 -11 80 32.36 22.83 7.63 61 Melahak Rimba Campuran 85 140 1 18 93 34.21 23.15 7.86 62 Keranji Rimba Campuran 88 142 -10 8 106 35.28 27.28 12.26 63 Jabon Rimba Campuran 92 147 -28 -8 90 36.50 25.10 9.93


(6)

Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan

Timur. Di bawah bimbingan SUWARNO SUTARAHARDJA.

Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka

pengelolaannya perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang

cermat, rasional dan terarah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana

Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang

disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (IHMB).

Ketersediaan alat bantu dalam IHMB adalah sangat diperlukan, untuk

mempercepat kegiatan dan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam

pengukuran. Alat bantu tersebut salah satunya adalah tabel volume pohon yang

digunakan untuk menduga volume dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan

yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri

(

standing stock

). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun model

penduga tabel volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae

dan kelompok

jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan

IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.

Untuk kegiatan penelitian ini, pohon contoh yang diambil untuk kelompok

jenis Dipterocarpaceae sebanyak 201 pohon contoh dengan rincian 135 pohon

untuk pemodelan dan 66 pohon untuk validasi. Sementara itu, untuk kelompok

jenis Rimba Campuran sebanyak 192 pohon contoh yang terdiri dari 129 pohon

untuk pemodelan dan 63 pohon untuk validasi. Pohon contoh tersebut dipilih

secara

purposive sampling

dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon,

kelas diameter, kelas tinggi pohon dan tersebar di seluruh areal IUPHHK-HA PT.

Ratah Timber Kalimantan Timur. Pohon contoh yang diambil adalah pohon yang

pertumbuhannya baik dan sehat.

Dari hasil penelitian yang melalui tahap pemodelan dan validasi data

diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik untuk tabel volume standar

kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah

V = 0,0000372 (D²Tbc)

1,03

dengan R

2

=

99,8% dan Se = 0,24%. Sementara itu untuk tabel volume lokalnya adalah

V =

0,000199 D

2,43

dengan R

2

= 98,2% dan Se = 0,59%.

Sedangkan untuk tabel volume

lokal kelompok jenis Rimba Campuran adalah V = 0,000199 D

2,41

dengan R

2

=

98,5% dan Se = 0,65%. Hasil penggabungan persamaan regresi tabel volume lokal

diperoleh V = 0,000199 D

2,42

dengan R

2

= 98,33% dan Se = 0,45%. Persamaan

inilah yang digunakan untuk menyusun tabel volume kelompok jenis

Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran yang digunakan sebagai

alat bantu IHMB untuk menduga potensi hutan, yang nantinya berguna dalam

kegiatan perencanaan hutan di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.