Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

i

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA
SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU

JASTRI MEY SARAGIH
A24090150

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lahan
Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa
Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Jastri Mey Saragih
NIM A24090150

4

5

ABSTRAK
JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa
Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,

Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT
Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum
mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut
untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem
pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai
Februari – Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT
BNS adalah 25 – 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS
terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit
kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan
ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu
air, over flow gate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan
spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur
sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk
menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan
bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air.
Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah
permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga
pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan
curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara

keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara
keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem
pengelolaan tata air dikelola dengan baik.
Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau

ABSTRACT
Internship was conducted at the Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati (BNS), Riau in order to follow the practise of the company in managing
peatland for oil palm crop, as well as to study the water management system of
estates. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Target
of water level at PT BNS plantation commonly is in range 25 to 50 cm below the
ground surface. Drainage system in PT BNS consists of main canals, branch
canals, new branch canals, collection canals, collection trenches, middle
trenches, and field drain. The efforts to maintaining the water level are building
up water zoning, installing piezzometers, water gates, over flow gates, water
flows, building up emergency gates, installing spillway, treating canals, and
making maps and standard operational procedure of water management system.
Simple linear regression analysis was used to estimate the effect of rainfall to
water level. Result showed that the rainfall significantly (p value = 0.014) affected
the water level. Increasing 1% of the rainfall would increase the water level by


6

0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used
to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed
that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the
water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage
system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water
management system is managed well.
Keywords: drainage, Riau, water level, water management

7

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA
SEJATI, MINAMAS PLANTATION RIAU

JASTRI MEY SARAGIH
A24090150
Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

8

9

Judul Skripsi : Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di
Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
Nama
: Jastri Mey Saragih

NIM
: A24090150

Disetujui oleh

Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

10

11

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan
syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan
kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak
Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah
Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas
doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta
arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir
Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir
Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan
selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer
Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk
Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I

dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan,
Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA
46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Jastri Mey Saragih

12

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut
Sifat dan Ciri Lahan Gambut
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
METODE
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Magang
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)
Penanaman
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pemanenan

Pengaturan Ketinggian Air
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Tata Air
Sistem Drainase
Water Zoning
Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air
Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
viii
1
1

1
2
2
3
4
5
5
5
6
6
7
7
7
8
8
8
10
10
10
16
23
24
26
29
32
32
33
36
37
39
40
40
40
40
43
64

13

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
5
Norma Ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS
9
Mutu tanam di lahan peremajaan
19
Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang
Lepas dari Tandan
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Kegiatan sensus pokok
11
Pancang utama
11
Pre lining dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok
12
Proses pembongkaran pokok
13
Parit CECT
13
Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan
14
Layout petak A blok peremajaan
15
Compacting, cambering, gawangan sebelum cambering dan sesudah
cambering
16
Pancang tanam
17
Alat berat pelubang tanam, bibit dan lubang tanam, sketsa alat pembuat
lubang, lubang tanam tampak samping, tampak atas
17
Aplikasi RP dan lubang tanam yang tergenang air
18
Penanaman yang baik, pokok miring, piringan rata, dan tanaman menguning
akibat pecahnya bola tanah saat menanam
19
Lubang tanam normal dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain
20
Posisi pokok normal dan pokok terancamg longsor
20
Penyemprotan hama dan takaran dan pelumas knapsack sprayer
20
Hasil penanaman pakis, M. bracteata umur 2 bulan, campuran kacangan Pj
dan Mc umur 2 minggu
22
Pemupukan dan hasil pemupukan
23
Serangan hama kumbang tanduk, tunas tumbuh kembali pasca penyerangan,
pherotrap kumbang tanduk, penanaman beneficial plant, bedengan beneficial
plant, pembibitan beneficial plant
24
Potong buah, pengangkutan TBS menggunakan bargas
26
Piezzometer di km 5
26
Pintu air
27
Over flow gate dan water gate
27
Spillway
28
Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut
28
Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di
33
KUT
34
Kanal kolektor
34
KCB
35
KCB baru
35
Parit tengah
36

14

31 Field drain
32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor
33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan
tanah periode Januari 2012 – Mei 2013
34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – Mei 2013
35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan
produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013)

36
37
38
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
45
Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau
46
Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS
47
Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
48
Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE,
PT BNS
49
Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau
50
Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau
51
Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau
52
Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau
53
Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau
54
Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau
55
Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk
Bakau, Riau
56
Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau,
Riau
57
Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau,
Riau
58
Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010
60
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011
61
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012
62
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013
63

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya
kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini
terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan
pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011).
Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping
menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit
untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian
kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal
seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa
sawit di Indonesia.
Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27
ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa
sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata
kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas
lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9
juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan
dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para
transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh
karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut
untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan
tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak
dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor
agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu
rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut.
Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible).
Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan
lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010).
Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam
menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang
semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir
akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran
50-75 cm di bawah permukaan tanah.

Tujuan
Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam
mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit di lahan gambut serta
dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan

2

khusus yaitu mempelajari pengelolaan tata air dalam upaya meningkatkan
produksi dan mempertahankan kelestarian lahan gambut. Kemudian menganalisis
pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air, dan menganalisis pengaruh curah
hujan dan ketinggian air terhadap produksi kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut
Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional
pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah
sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50
cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam
waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan
Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut
dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau
sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda
dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001).
Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan
Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun
2009, yaitu:
1. Berada pada kawasan budidaya
Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang
telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya
kelapa sawit.
2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter
Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1)
dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari
3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya
kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas
areal yang diusahakan.
3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut
Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media
tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa
dan tanah sulfat masam.
4. Tingkat kematangan gambut
Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan
gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang
untuk pengembangan budidaya kelapa sawit.
5. Tingkat kesuburan tanah
Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutropik, yaitu tingkat
kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang
cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai
dan/atau pasang surut air laut (Departemen Pertanian 2009).

3

Sifat dan Ciri Lahan Gambut
Topografi
Topografi lahan gambut tropik pada umunnya berbentuk kubah (dome).
Dari pinggir ke arah tengah makin mendekati puncak kubah, permukaan lahan
makin meningkat dengan kemiringan 0.1 %. Perbedaan tinggi permukaan di
lahan gambut berhubungan erat dengan ketebalan gambut. Informasi perbedaan
tinggi permukaan (topografi) ini penting dalam rencana jaringan tata air, termasuk
penentuan dimensi ukuran saluran dan arah saluran. Dengan demikian, kekeringan
akibat pengatusan berlebihan atau banjir pada saat musim hujan dapat dihindari
(Noor 2001).
Iklim
Anasir penting iklim di kawasan gambut tropik adalah curah hujan, suhu,
dan kelembapan. Curah hujan di lahan gambut dan rawa umumnya cukup tinggi ,
yakni antara 2 000 – 4 000 mm per tahun. Curah hujan bulanan rata-rata > 200
mm dengan bulan basah antara 6 – 11 bulan yang jatuh antara bulan September
hingga bulan Mei. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup
hutan, suhu gambut berkisar 27.50 C – 29.00 C dan jika keadaan terbuka berkisar
40.00 C – 42.50 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang
aktivitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut dipercepat dan intensif,
sehingga mempercepat terjadi degradasi lahan (Noor 2001).
Tata Air
Lahan gambut dalam keadaan alami selalu basah dan sebagian secara
permanen dalam keadaan tergenang air. Sifat dan keadaan tata air lahan gambut
dipengaruhi oleh perilaku pasang surut sungai/laut, iklim, dan topografi. Menurut
pengaruh luapan pasang yang terjadi, sebagian lahan gambut berada di wilayah
terluapi secara langsung oleh pasang dan sebagian lepas dari pengaruh pasang
(Noor 2001).
Sifat Fisik Tanah Gambut
Kawasan gambut umumnya membentuk kubah sehingga ketebalan gambut
mendekati tepi air atau pingir (sungai) makin tipis. Daur ulang (recycling) hara ke
lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman
perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor
2001).
Lapisan bawah gambut dapat berupa lapisan lempung marin atau pasir.
Gambut yang terhampar di atas pasir kuarsa mempunyai kesuburan lebih rendah
dibandingkan dengan yang berada di atas lapisan lempung marin. Lapisan
lempung marin umumnya mengandung pirit (FeS2) sehingga jika lapisan atas
gambut ini terkuras habis, misalnya akibat budidaya yang intensif atau terbakar,
maka dapat terbentuk tanah sulfat masam (Andriesse dalam Noor 2001).
Penurunan muka tanah (subsidence) yang terjadi di tanah gambut sangat
tergantung pada intensitas kegiatan budidaya dan pengatusan. Besar kecilnya
amblesan dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut, umur reklamasi, dan
ketebalan lapisan gambut. Amblesan dapat ditekan dengan mempertahankan
muka air tanah.

4

Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air
(water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki
berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3, porositas berkisar 83.62 sampai
95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun
BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan
kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang
akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin
tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut
yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah.
Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat
rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat
kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka
air tanah (Barchia 2006).
Sifat Kimia Tanah Gambut
Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam
dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman,
karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan
mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah.
Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga
(buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut
(Barchia 2006).

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Pengelolaan tata air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya
dengan mempertahankan muka air tanah 50 cm – 70 cm dari permukaan tanah.
Hal ini dikmaksudkan untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan
mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah dapat dilakukan dengan
membuat pintu air (Barchia 2006).
Beberapa perkebunan besar telah menerapkan pemupukan berdasarkan
umur tanaman. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
disajikan pada Tabel 1.
Emisi CO2 dari lahan gambut diperkirakan sekitar empat kali emisi dari
lahan mineral karena luas lahan gambut yang hanya sekitar 12% dari total luas
daratan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya cadangan karbon lahan gambut
dan mudahnya karbon tersebut teremisi apabila dilakukan deforestasi, drainase
serta pembakaran (Agus 2010).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 lahan gambut yang
masih hutan (hutan gambut, hutan gambut sekunder), lebih tinggi daripada emisi
CO2 lahan gambut yang sudah dijadikan pertanian (sawah, kelapa sawit). Bahkan
emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit gambut lebih rendah dari emisi CO2
sawah gambut maupun hutan gambut. Bahkan hasil studi Melling et al. (2007)
mengungkapkan bahwa secara netto perkebunan kelapa sawit di lahan gambut

5

dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi
emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah
ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada
emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia 2013).
Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
Umur
tanaman
(bulan)
Awal/lubang
1
3
6
9
12
16
20
24
28
32
Jumlah

Urea
100
200
350
350
500
500
750
750
1 000
1 000
5 500

RP
250
500
750
1 000
1 000
3 500

Jenis Pupuk (g/pohon)
MOP Dolomit CuSO4
150
250
250
500
500
750
1 000
1 000
1 500
6 000

350
150
250
250
250
500
500
500
750
3 500

15
100
200
250
250
815

ZnSO4
15
15

HGFborate
20
30
30
100

Keterangan: RP = Rock Phosphate
MOP = Moriate of Potash
Sumber: Suandi dan Chan dalam Noor (2001)

METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari – Juni 2013
di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,
Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.

Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada tiga tingkat jabatan. Selama satu bulan
pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Pekerjaan yang
dilakukan penulis sebagai KHL meliputi penanaman, pemeliharaan, pengendalian
hama penyakit tanaman, dan pemanenan. Selama bulan kedua penulis berperan
sebagai pendamping mandor. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain
mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar sesuai instruksi perusahaan. Penulis
berperan sebagai pendamping mandor I, mandor panen, mandor penanaman,
mandor pemupukan, mandor chemist, mandor perawatan, dan kerani panen.
Selama dua bulan yaitu bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai

6

pendamping asisten. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten yakni
memimpin seluruh kegiatan mandor di divisi dan mengevaluasi kegiatan
kontraktor dalam mempersiapkan lahan peremajaan.
Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga
melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus
yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di
lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data
primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun,
wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten
divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah
kegiatan pengelolaan tata air seperti sistem drainase Kebun Teluk Bakau, water
zoning Kebun Mandah, dan pengaturan ketinggian air Kebun Teluk Bakau.
Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran,
tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi
umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data
sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir, ketinggian
air 5 tahun terakhir, dan curah hujan 5 tahun terakhir.
Analisis Data dan Informasi
Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman,
pemanenan, dan pengelolaan tata air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis
secara narasi. Pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dianalisis dengan uji
regresi linier sederhana menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi sederhana
ini dilakukan untuk menduga nilai ketinggian air berdasarkan curah hujan.
Nilai ketinggian air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya
dipengaruhi oleh curah hujan yang bertindak sebagai peubah bebas (X). Model
yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang
digunakan dalam analisis ketinggian air sebagai berikut:
Y = α + βX
Keterangan:
Y
: Ketinggian air
α
: Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y
= 0 (garis Y memotong sumbu X)
β
: Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit
peubahan (naik atau turun) pada variabel X
X
: Curah hujan
Kemudian pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi
dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14.

7

Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan
curah hujan dan ketinggian air.
Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi
oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah
bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model
persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2
Y
: Produksi
α
: Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y
= 0 (garis Y memotong sumbu X)
β1, β2 : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit
peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan
X1 : Curah hujan
X2 : Ketinggian air

KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Lokasi Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten
Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam
pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan
Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai
Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan
speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun
Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota
Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6
jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah
Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima
tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah
sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 125 mm/tahun (>2 000
mm/tahun). Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2.
Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati
tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah histosol 100
%. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan mudah terjadi erosi
atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Kedalaman
tanah gambut di Kebun Teluk Bakau berkisar 2-3 m. Derajat kemasaman (pH)
tanah di Kebun Teluk Bakau

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 25 72

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

1 9 169

Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

0 9 171

Analisis produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.

0 4 53

Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.

2 43 64

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Mandah Estate, Pt Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 5 55

Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

4 23 77

Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq) Di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

1 11 54

Pengelolaan Limbah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala-1, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi Riau

0 6 84