Variasi Lama Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol Variasi Penambahan Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol

4.3. Pembahasan

Pembahasan dari hasil penelitian ini terletak pada pengaruh lama fermentasi yang divariasikan yaitu 2 hari, 4 hari, 6 hari, dan 8 hari. Sedangkan untuk variasi penambahan ragi roti yaitu 1 gram, 2 gram dan 3 gram.

4.3.1. Variasi Lama Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol

Ketika waktu fermentasi semakin lama maka akan memberikan kesempatan lebih lama juga kepada mikroba untuk menguraikan glukosa menjadi bioetanol sehingga memungkinkan untuk diperoleh kadar bioetanol yang tinggi. Hal ini tentunya juga berhubungan dengan penurunan jumlah glukosa dimana glukosa berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroba selama proses fermentasi berlangsung. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya waktu fermentasi maka kadar bioetanol yang dihasilkan juga semakin bertambah. Dimana kadar bioetanol paling kecil terjadi pada lama fermentasi 2 hari dengan penambahan 1 gram ragi roti yaitu 1,43. Hal ini dikarenakan mikroba berada pada fase adaptasi dan aktivitas mikroba juga belum optimal untuk menguraikan glukosa menjadi bioetanol. Sedangkan fermentasi 6 hari dengan penambahan 2 gram ragi roti dihasilkan kadar bioetanol paling tinggi yaitu 5,12. Pada hari ke enam inilah mikroba berada pada fase eksponensial dan waktu paling optimum bagi mikroba untuk dapat menguraikan glukosa menjadi bioetanol. Pada fermentasi 8 hari dengan penambahan 3 gram ragi roti dihasilkan kadar bioetanol yaitu 3,41. Pada hari ke delapan ini mikroba telah memasuki fase kematian yang dapat dilihat adanya serbuk putih diatas larutan fermentasi. Fase kematian ini disebabkan karena penurunan jumlah nutrisi sehingga mikroba tidak mampu mengubah substrat glukosa menjadi bioetanol akibatnya kadar bioetanol yang dihasilkan semakin menurun. Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Variasi Penambahan Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol

Jumlah mikroba yang terdapat di dalam media fermentasi sangat berpengaruh terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Dimana semakin banyak mikroba yang ditambahkan maka kadar bioetanol yang dihasilkan juga akan semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena mikroba yang menguraikan glukosa menjadi bioetanol semakin bertambah. Pada dasarnya penambahan ragi yang berbeda pada proses fermentasi untuk setiap bahan juga akan berpengaruh besar terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah ragi roti yang ditambahkan maka kadar bioetanol yang dihasilkan semakin tinggi. Dimana kadar bioetanol tertinggi diperoleh pada penambahan ragi roti 2 gram dengan lama fermentasi 6 hari yaitu 5,12. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroba yang optimal dalam mengubah glukosa menjadi bioetanol. Sedangkan kadar bioetanol terendah diperoleh pada penambahan ragi roti 1 gram dengan lama fermentasi 2 hari yaitu 1,43. Hal ini dikarenakan jumlah mikroba yang mengubah glukosa menjadi bioetanol terlalu sedikit dan mikroba masih berada pada fase adaptasi serta mikroba belum mampu untuk memecah glukosa secara optimal sehingga kadar bioetanol yang dihasilkan masih terlalu rendah. Pada penambahan ragi roti 3 gram dengan lama fermentasi 6 hari kadar bioetanol yang diperoleh menurun yaitu 3,98 dibandingkan dengan penambahan ragi roti 3 gram dengan lama fermentasi 4 hari. Hal ini disebabkan jumlah nutrisi selama fermentasi tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang ada sehingga mikroba lebih cepat memasuki fase kematian sebelum secara optimal dapat mengubah glukosa menjadi bioetanol akibatnya kadar bioetanol yang dihasilkan menurun. Berikut ini adalah kurva pertumbuahn mikroorganisme yang sesuai dengan pembahasan diatas. Universitas Sumatera Utara fase stationer fase pertumbuhan fase kematian fase hidup fase adaptasi Waktu pertumbuhan Keterangan kurva pertumbuhan mikroorganisme sebagai berikut : 1. Fase Adaptasi Pada fase ini mikroorganisme masih menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dimana bermacam-macam enzim dan zat perantara dibentuk sehingga memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut. Sel-selnya mulai membesar tetapi belum membelah diri. 2. Fase Pertumbuhan Pada fase ini mikroorganisme mulai membelah diri, tetapi dimana pada fase ini metabolisme paling pesat sehingga bahan sel sangat cepat dan konstan. Keadaan ini berlangsung terus sampai salah satu atau beberapa nutrien habis atau telah terjadi penimbunan atas hasil metabolisme yang bersifat racun yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. 3. Fase Stationer Pada fase ini jumlah mikroorganisme yang dihasilkan sama dengan jumlah mikroorganisme yang mati sehingga jumlah sel mikroorganisme yang hidup konstan. 4. Fase Kematian Pada fase ini kecepatan kematian terus meningkat sedangkan kecepatan pembelahannya menjadi nol. Setelah sampai ke fase kematian, logaritma kecepatan kematian mencapai maksimal dan jumlah sel menurun. Hal ini biasanya disebabkan karena jumlah nutrisi yang sudah habis. Hidayat, 2006. Universitas Sumatera Utara

4.3.3. Reaksi Kalium Dikromat Dengan Bioetanol

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

5 67 113

Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi: Pengaruh Ph, Jenis Ragi Dan Waktu Fermentasi

14 140 76

Pengaruh Lama Fermentasi Dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan Hcl 30%

2 81 61

Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti Dalam Pembuatan Bioetanol Dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

7 37 73

Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti Dalam Pembuatan Bioetanol Dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

0 0 12

Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti Dalam Pembuatan Bioetanol Dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

0 0 2

Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti Dalam Pembuatan Bioetanol Dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

0 0 5

Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi: Pengaruh Ph, Jenis Ragi Dan Waktu Fermentasi

0 0 9

Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi: Pengaruh Ph, Jenis Ragi Dan Waktu Fermentasi

0 1 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Padi - Pengaruh Lama Fermentasi Dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan Hcl 30%

0 0 13