Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010 – 2012

(1)

SKRIPSI

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2012

OLEH

Ingrid Nadya H. Batubara 100503072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik demi menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusaahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 1 Juni 2014

Yang membuat pernyataan

Ingrid Nadya H. Batubara


(3)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BEIPERIODE 2010 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA).

Populasi yang digunakan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2012 yang menerbitkan laporan tahunan dan telah diaudit dan dipublikasikan di situs resmi BEI, yaitu www.idx.co.id. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling

dan total sampel yang diperoleh per tahun adalah 10 perusahaan. Metode analisis dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis yaitu uji F dan uji t, dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 18.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan ke dalam dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian ini, seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial maupun serempak.

Kata kunci : Good Corporate Governance, Kinerja Perusahaan, Return On Assets (ROA)


(4)

ABSTRACT

THE EFFECTOF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE PERFORMANCE OFMINING COMPANIES LISTEDON THE

INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2010 – 2012

The purpose of this research is to determine the effect of Good Corporate Governance on the performance of company. The independent variables used in this research are board of director, board of commissioners, independent commissioners and audit committe, when the dependent variabel is Return On Assets (ROA).

The population on this research is mining companies that listed in The Indonesia Stock Exchange in 2010 – 2012, which published an audited annual report through the website, www.idx.co.id. This research used purposive sampling method. Total samples obtained are 10 companies per year. The analysist method of this research included descriptive statistics, classical assumption test, hypothesis test which is F Test and t Test,where the data were analyzed using SPSS software version 18.

The results of this research show that Good Corporate Governance which is proxied in board of director, board of commissioners, independent commissioners and audit committe are not an influential indicator for the performance of mining company listed on The Indonesia Stock Exchange. Based on this research, all of the independent variables had no effect on the company’s performance either partially or simultaneously.

Keywords : Good Corporate Governance, Corporate Performance, Return On Assets (ROA)


(5)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur hanya untuk Bapa Surgawi atas segala kasih karunia dan berkat yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010 – 2012” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, bimbingan, masukan dan motivasi dari banyak pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak, dan Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, M.M., Ak, CA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, bimbingan, dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.


(6)

5. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini dapat disusun dengan lebih baik.

6. Kedua orangtua terbaik, Ir. Baginda Batubara dan Dra. Rotua Hutahaean, serta abang semata wayang, Christian Batubara, untuk cinta kasih tak terbatas dan dukungan tiada henti sehingga penulis selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari. Sahabat-sahabat terkasih : Johan Elbert, Mian Siregar, Debora Valentina, Debby Siagian, Thresya Memoriana, Astrid Damanik, Ruth Hutajulu, Olivia Sembiring, dan Widya Sirait. Terima kasih untuk telinga yang selalu mau mendengar dan tangan yang selalu terulur untuk membantu penulis setiap saat.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 1 Juni 2014 Penulis,

Ingrid Nadya H. Batubara


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Agency Theory ... 11

2.1.2Good Corporate Governance ... 14

2.1.2.1Definisi Good Corporate Governance ... 14

2.1.2.2Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 18

2.1.2.3Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance .... 22

2.1.3 Dewan Direksi ... 23

2.1.4 Dewan Komisaris ... 25

2.1.5 Komisaris Independen ... 26

2.1.6 Komite Audit ... 27

2.1.7 Kinerja Perusahaan ... 28

2.1.8 Return On Assets (ROA) ... 32

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

2.3Kerangka Konseptual ... 37

2.4 Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.3Jenis dan Sumber Data ... 44


(8)

3.5Batasan Operasional ... 45

3.6Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.6.1 Variabel Independen ... 45

3.6.1.1 Ukuran Dewan Direksi ... 46

3.6.1.2 Ukuran Dewan Komisaris ... 46

3.6.1.3 Proporsi Komisaris Independen ... 46

3.6.1.4 Komite Audit ... 47

3.6.2 Variabel Dependen ... 47

3.7Skala Pengukuran Variabel ... 48

3.8Metode Analisis Data ... 50

3.8.1Analisis Deskriptif ... 50

3.8.2Pengujian Asumsi Klasik ... 50

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 51

3.8.2.2 UjiMultikolinearitas ... 52

3.8.2.3 UjiAutokorelasi ... 52

3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 53

3.8.3Uji Hipotesis ... 54

3.8.3.1 Analisis Regresi ... 54

3.8.3.2 Uji Parsial (t Test) ... 55

3.8.3.3 Uji Simultan (F Test) ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Data Penelitian ... 57

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 58

3.6.3 Analisis Deskriptif ... 58

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 60

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 60

4.2.2.2 UjiMultikolinearitas ... 63

4.2.2.3 UjiAutokorelasi ... 64

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.2.3 Uji Hipotesis ... 67

4.2.3.1 Analisis Regresi ... 67

4.2.3.2 Uji Parsial (t Test) ... 69

4.2.3.3 Uji Simultan (F Test) ... 71


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel ... 42

Tabel 3.2 Skala Pengukuran Variabel ... 49

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 58

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 62

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 63

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 65

Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi ... 67

Tabel 4.6 Hasil Uji Parsial ... 69


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 37

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 60

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 61


(12)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BEIPERIODE 2010 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA).

Populasi yang digunakan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2012 yang menerbitkan laporan tahunan dan telah diaudit dan dipublikasikan di situs resmi BEI, yaitu www.idx.co.id. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling

dan total sampel yang diperoleh per tahun adalah 10 perusahaan. Metode analisis dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis yaitu uji F dan uji t, dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 18.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan ke dalam dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian ini, seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial maupun serempak.

Kata kunci : Good Corporate Governance, Kinerja Perusahaan, Return On Assets (ROA)


(13)

ABSTRACT

THE EFFECTOF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE PERFORMANCE OFMINING COMPANIES LISTEDON THE

INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2010 – 2012

The purpose of this research is to determine the effect of Good Corporate Governance on the performance of company. The independent variables used in this research are board of director, board of commissioners, independent commissioners and audit committe, when the dependent variabel is Return On Assets (ROA).

The population on this research is mining companies that listed in The Indonesia Stock Exchange in 2010 – 2012, which published an audited annual report through the website, www.idx.co.id. This research used purposive sampling method. Total samples obtained are 10 companies per year. The analysist method of this research included descriptive statistics, classical assumption test, hypothesis test which is F Test and t Test,where the data were analyzed using SPSS software version 18.

The results of this research show that Good Corporate Governance which is proxied in board of director, board of commissioners, independent commissioners and audit committe are not an influential indicator for the performance of mining company listed on The Indonesia Stock Exchange. Based on this research, all of the independent variables had no effect on the company’s performance either partially or simultaneously.

Keywords : Good Corporate Governance, Corporate Performance, Return On Assets (ROA)


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia telah mengalami krisis ekonomi berkepanjangan sejak tahun 1997 dan dampaknya masih kita rasakan hingga saat ini. Buruknya tata kelola perusahaan-perusahaan yang mendominasi perekonomian Indonesia merupakan salah satu pemicu yang menyebabkan krisis ekonomi tersebut. Berdasarkan survei

Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tahun 2000, Indonesia menempati posisi tiga terbawah negara Asia dalam menerapkan corporate governance di Asia. Ciri dari kegagalan penerapan corporate governance tersebut dapat dilihat dari standar akuntansi dan auditing yang tidak konsisten, praktik perbankan yang buruk, pengawasan board of director yang tidak efektif, kerangka hukum yang lemah, dan kurangnya perhatian terhadap hak pemegang saham minoritas.

Oleh karena itu, dalam rangka pemulihan ekonomi, pemerintah Indonesia memperkenalkan sebuah konsep tata kelola perusahaan yang sehat atau lebih dikenal sebagai Good Corporate Governance (GCG). IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance) sebagai lembaga yang berkomitmen mensukseskan pelaksanaan GCG di Indonesia memberikan pengertian Corporate Governance sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai


(15)

dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Lebih lanjut, IICG mengartikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memberikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa GCG merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingannya.

Dalam konteks sempit, tiga pemangku kepentingan yang membantu berlakunya GCG adalah Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. Masalah muncul karena adanya pemisahan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan pengelola perusahaan (dewan direksi). Awalnya, hal ini dilakukan agar perusahaan dikelola oleh tenaga-tenaga profesional. Tetapi dalam pelaksanaannya, dewan direksi menjadi memiliki kekuasaan untuk memaksimalkan laba yang mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan perusahaan sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh para pemegang saham. Untuk itu diperlukan dewan komisaris sebagai pengawas yang menyelaraskan tata kelola perusahaan. Inti dari konsep GCG adalah dewan komisaris yang menjalankan fungsi pengawasan sehingga akan meminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh dewan direksi.

Dewan direksi adalah pihak yang berfungsi untuk mengurus perusahaan sementara dewan komisaris adalah pihak yang berfungsi untuk melakukan


(16)

pengawasan. Di dalam keanggotaan dewan komisaris terdapat komisaris independen yang berasal dari pihak luar perusahaan dan berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris. Dan dewan komisaris akan dibantu oleh sebuah komite yang dibentuknya, yaitu komite audit yang berfungsi untuk membantu menjalankan fungsi pengawasan. Dewan direksi dan dewan komisaris ini dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mewakili kepentingan para pemegang saham.

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep GCG. Pertama, pemegang saham berhak untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya. Kedua, perusahaan wajib untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Atau secara singkat, ada empat komponen utama dalam konsep GCG, yaitu, kewajaran (fairness), transparansi (transparancy), akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban (responsibility).

Empat komponen utama ini diperlukan dalam menyusun laporan keuangan yang menggambarkan secara garis besar nilai fundamental perusahaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan stakeholders pada suatu perusahaan, diperlukan suatu laporan keuangan berkualitas yang membuktikan bahwa perusahaan tersebut memiliki sistem yang baik.

Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik; (i) relevan yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat


(17)

mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu, (ii) andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur , serta dapat diverifikasi (iii) dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya, (iv) dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Penerapan prinsip GCG yang konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan, dan juga menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja dalam laporan keuangan. Hal ini akan menjadi modal dasar bagi timbulnya kepercayaan publik sehingga bagi perusahaan yang telah go public, saham perusahaannya akan lebih diminati oleh para investor dan berdampak positif terhadap nilai saham. Ketika pendanaan perusahaan dilakukan dengan modal saham bukan pinjaman dari kreditur, maka pendapatan perusahaan tidak lagi digunakan untuk menutupi pinjaman tersebut, sehingga hal ini akan berdampak positif terhadap laba perusahaan. Bahkan suatu penelitian oleh McKinsey & Company memberikan indikasi bahwa para manajer dana di Asia akan membayar 26-30% lebih untuk saham-saham perusahaan dengan corporate governance yang baik ketimbang untuk saham-saham perusahaan dengan corporate governance-nya yang meragukan.


(18)

Dengan GCG, proses pengambilan keputusan juga akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan. Alat-alat analisis yang biasanya digunakan adalah rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset), serta rasio solvabilitas (rasio modal dengan aktiva dan rasio dengan modal utang sendiri). Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai pencapaian dan prospek perusahaan di masa mendatang.

Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil tambang yang melimpah dan hal ini menjadikan sektor pertambangan sebagai sektor yang sangat menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan pertambangan di Indonesia diharapkan mampu menjaga kesehatan tata kelola perusahaannya (Good Corporate Governance) agar terjadi peningkatan kinerja dan kemampuannya dalam memperoleh laba melalui pengelolaan sumber daya serta pengambilan keputusan yang tepat agar menjamin seluruh pemangku kepentingan. Dengan GCG, perusahaan-perusahaan pertambangan dapat menjadi lebih transparan sehingga meyakinkan kembali investor untuk menanamkan modalnya dalam


(19)

perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada akhirnya, GCG akan berkontribusi kepada aliran investasi, kemudian menciptakan lapangan kerja yang baru dan akan berdampak positif terhadap pemulihan perekonomian Indonesia.

Bukti penelitian empiris dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis (2009) menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG mempengaruhi kinerja perusahaan, antara lain: (1) Penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh, et al. (2004) terhadap 1500 perusahaan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan GCG mengalami peningkatan peringkat kredit (firm credit rating) yang signifikan, (2) Penelitian yang dilakukan oleh Alexakis et al. (2006) terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal Yunani menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan yang melaksanakan Corporate Governance secara baik mengalami peningkatan rata-rata return saham, dan mengalami penurunan risiko yang signifikan, (3) Penelitian yang dilakukan oleh Firth et al. (2002) terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal Hongkong menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan yang melaksanakan GCG mengalami peningkatan kinerja perusahaan (Corporate Performance) yang signifikan.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown & Caylor (2004) di Georgia, juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan GCG mengalami peningkatan kinerja perusahaan (Corporate Performance) yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Cornett et al. (2005) terhadap perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam S&P 100, juga menunjukkan hasil yang sama dimana perusahaan-perusahaan yang melaksanakan


(20)

GCG mengalami peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Penelitian juga dilakukan oleh R. Royisana Dewi dan Tia Tarnia (2011). Hasil penelitian menunjukkan Good Corporate Governance (GCG) mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan. Dan penelitian yang dilakukan oleh Devien Aprianto (2013) menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yang diproyeksikan ke dalam Variabel CGPI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return on Investment sebagai ukuran kinerja perusahaan.

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan sebelumnya diteliti oleh Yolanda (2012). Good Corporate Governance

diproyeksikan dalam variabel ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris independen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran dewan direksi dan juga ukuran dewan komisaris menunjukan hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Kedua, ukuran dewan komisaris independen menunjukan hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perbankan.

Sementara hasil penelitian yang dilakukan Mauliza (2013) ditemukan bahwa seluruh variabel independen (dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun secara serempak.

Karena adanya perbedaan hasil penelitian, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut dengan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda, yaitu perusahaan pertambangan di Indonesia.


(21)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Good Corporate

Governance terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di

BEI periode 2010-2012.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan?

2. Apakah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan?

4. Apakah komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan? 5. Apakah dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan

komite audit (Good Corporate Governance) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan?


(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh dewan direksi terhadap kinerja perusahaan 2. Pengaruh dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan 3. Pengaruh komisaris independen terhadap kinerja perusahaan 4. Pengaruh komite audit terhadap kinerja perusahaan

5. Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit (Good Corporate Governance) secara simultan terhadap kinerja perusahaan

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan.

2. Bagi perusahaan-perusahaan pertambangan yang diteliti

Menjadi bahan referensi mengenai prinsip Good Corporate Governance yang telah diterapkan dan untuk mengatahui besarnya


(23)

pengaruh yang dapat ditimbulkan atas pelaksanaan Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan.

3. Bagi investor yang akan menanamkan modal di perusahaan pertambangan di Indonesia

Menjadi bahan referensi mengenai prinsip Good Corporate Governance yang telah diterapkan di Perusahaan Pertambangan Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan-perusahaan tersebut, agar investor dapat secara tepat menanamkan modalnya di perusahaan yang sudah menerapkan Good Corporate Governance secara tepat.

4. Bagi akademisi

Menambah bukti empiris dari penelitian sebelumnya mengenai praktik Good Corporate Governance dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

         


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Agency Theory

Agency Theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (disebut

principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang efisien dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Para tenaga profesional tersebut bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan, sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agents-nya pemilik perusahaan. Kenaikan laba perusahaan berbanding lurus dengan kenaikan keuntungan yang diperoleh agents selaku pihak yang menjalankan perusahaan tersebut. Sementara pemegang saham bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh agents.

Namun, pada sisi lain pemisahan seperti ini memiliki segi negatifnya. Adanya keleluasaan agents untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan agents sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Lebih


(25)

lanjut, pemisahan ini dapat pula menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan yang ada.

Banyak jalan untuk memahami GCG, namun jalan yang paling dekat adalah dengan memahami teori agensi (agency theory) terlebih dahulu.

Teori agensi menjawab dengan memberikan gambaran hal-hal apa saja yang berpeluang akan terjadi baik antara agent (pengelola) dengan principal

(pemilik perusahaan) maupun antara principal (pemilik perusahaan) dengan

principal (pemberi pinjaman). Pengertian principal dalam agency theory

adalah pihak-pihak yang menyerahkan sebagian atau seluruh wealth-nya untuk dikembangkan oleh pihak lain (agent).

Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent

berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan


(26)

hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agent menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang “memadai“ dan sebesar-besarnya atas kinerjanya. Principal menilai prestasi Agent berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden, makan agen dianggap berhasil atau berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

Sebaliknya agent pun memenuhi tuntutan principal agar mendapat kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agent dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah-olah target tercapai. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misalnya melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, tetapi pada kenyataannya perusahaan merugi.


(27)

2.1.2 Good Corporate Governance (GCG)

2.1.2.1 Definisi Good Corporate Governance (GCG)

Munculnya isu Good Corporate Governance adalah jawaban atas ketidakpuasan ilmuwan finance atas kinerja teori agensi dalam tatanan empiris karena saat ini bukan hanya pemegang saham dan pemberi pinjaman saja yang harus diperhatikan, melainkan berbagai pihak yang terkait dengan pengoperasian suatu perusahaan modern yang dinamakan stakeholders.

Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi

coporate governance. Menurut Sutojo dan Aldridge (2008) corporate governance diterjemahkan sebagai “tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan”.

Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Good Corporate Governance di seluruh dunia.


(28)

Komite Cadbury mendefinisikan Good Corporate Governance

(GCG) sebagai prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya.

Sementara Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Centre for European Policy Studies (CEPS), mempunyai formula lain, bahwa Good Corporate Governance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholder, bukan terbatas kepada shareholder saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki

stakeholder secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholder


(29)

Dari Indonesia, Soekrisno Agoes (2006) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, Dewan Direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Good Corporate Governance juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, dan penilaian kinerjanya.

Sebenarnya, konsep GCG pada intinya adalah : Pertama,

internal balance antara organ perusahaan pemegang saham, komisaris dan direksi dalam hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut. Kedua,

external balance, yaitu pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholders lainnya.

Internal balance lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip GCG sedangkan external balance lebih menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi.

Perusahaan, dalam hal ini yang berbentuk perseroan terbatas secara fungsional dituntut memberikan nilai tambah (value added), baik berbentuk financial return bagi para pemegang saham (shareholders) maupun social-welfare, yang sekurang-kurangnya value added bagi stakeholders.


(30)

Sistem Good Corporate Governance (GC) memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditor, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Bahkan suatu penelitian oleh McKinsey & Company memberikan indikasi bahwa manaajer dana di Asia akan membayar 26-30% lebih untuk saham-saham perusahaan dengan corporate governance yang baik ketimbang untuk saham-saham perusahaan dengan corporate governance-nya yang meragukan. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan.

Gede Raka, salah seorang panel ahli dari Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), menyatakan bahwa “dalam GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan bukanlah mesin pencetak keuntungan bagi pemiliknya, melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”. Selain itu, perusahaan bukanlah sekedar mesin yang mengubah input menjadi output, melainkan sebuah lembaga insani (human institution, sebuah masyarakat yang mempunyai nilai, cita-cita, jati diri, dan tanggung jawab sosial. Konsep GCG mencerminkan pentingnya sikap berbagi (sharing), peduli (caring) dan melestarikan.


(31)

2.1.2.2 Prinsip – prinsip Good Corporate Governance

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengembangkan lima prinsip Corporate Governance :

 Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the rights of shareholders)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas. Hak-hak yang dimaksud adalah hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran kepemilikan, hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan saham, hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi, hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

 Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment of shareholders)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang


(32)

dalam (insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self dealing). Selain itu, prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan atau konflik kepentingan (conflict of interest).

 Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the roll of stakeholders)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan serta kesinambungan usaha (going concern)

 Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparency) Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga


(33)

diharuskan untuk meminta auditor eksternal (kantor akuntan publik) melakukan audit yang bersifat independenatas laporan keuangan.

 Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the board)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan komisaris dan pertanggungjawaban dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Sementara itu, Prinsip-prinsip GCG sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No.117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan GCG adalah sebagai berikut :

 Transparansi (transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.


(34)

 Pengungkapan (disclosure)

Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan.

 Kemandirian (independence)

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

 Akuntabilitas (accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.

 Pertanggungjawaban (responsibility)

Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

 Kewajaran (fairness)

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(35)

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance Adapun tujuan dari GCG diperlukan dalam rangka:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun inetrnasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.


(36)

Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI), manfaat dilaksanakannya GCG antara lain :

a. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

b. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value.

c. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2.1.3 Dewan Direksi

Menurut Pasal 1 dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dimaksud dengan dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Menurut Hardijan Rusli (1997), direksi merupakan “dewan direktur (Board of Directors) yang dapat merupakan satu orang direktur atau terdiri dari beberapa anggota direksi, yaitu satu orang sebagai Presiden Direktur atau


(37)

Direktur Utama dan satu atau beberapa wakil Presiden Direktur serta satu atau beberapa Direktur”.

Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki tugas-tugas, yaitu : 1. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab

menjalankan tugas pengurusan perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas perseroan.

2. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perseroan.

3. Direksi dalam memimpin dan mengurus perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perseroan.

4. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan perseroan secara amanah dan transparan. Untuk itu direksi mengembangkan sistem pengendalian dan sistem manajemen risiko secara struktural dan komprehensif.

5. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.


(38)

2.1.4 Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada dewan direksi.

Secara umum UUPT menentukan bahwa dalam sebuah perseroan minimal memiliki 1 orang anggota Dewan Komisaris sebagaimana ditentukan Pasal 108 ayat 3: "Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih".

Dewan komisaris merupakan organ yang berperan penting dalam pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan. Karena tugas Utama Komisaris adalah wajib melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat kepada Direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan.Fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh masing-masing Anggota Komisaris namun keputusan pemberian nasihat dilakukan atas nama Komisaris secara Kolektif (sebagai Board). Fungsi pengawasan adalah proses yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Komisaris wajib berkomitmen tinggi untuk menyediakan waktu dan melaksanakan seluruh tugas komisaris secara bertanggungjawab. Pelaksanaan tugas tersebut diantaranya adalah :

 Pelaksanaan rapat secara berkala satu bulan sekali

 Pemberian nasihat, tanggapan dan/atau persetujuan secara tepat waktu dan berdasarkan pertimbangan yang memadai


(39)

 Pemberdayaan komite-komite yang dimiliki Komisaris. Contohnya Komite Audit, Komite Nominasi dll

 Mendorong terlaksananya implementasi good corporate governance

2.1.5 Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan dewan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Komisaris independen diangkat karena pengalamannya dianggap berguna bagi organisasi tersebut. Mereka bisa mengawasi dewan komisaris dan mengawasi bagaimana dewan direksi menjalankan perusahaan tersebut. Komisaris independen biasanya berguna dalam melerai sengketa antara dewan direksi, atau antara pemegang saham dan dewan komisaris. Komisaris independen dianggap berguna karena mereka bisa bersikap objektif dan memiliki resiko kecil dalam conflict of interest. Di sisi lain, komisaris independen mungkin kekurangan pengalaman dalam menangani masalah spesifik yang dihadapi oleh perusahaan.

Dalam UUPT, Komisaris Independen diatur dalam Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) yang menyebutkan :

(1) Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.


(40)

(2) Komisaris independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

2.1.6 Komite Audit

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit sebagai berikut :

Suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 121, maka dalam menunjang Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya, maka Dewan Komisaris berhak membentuk komite-komite yang salah satu atau lebih anggotanya merupakan anggota Dewan Komisaris. Dewan Komisaris melaksanakan tugas pengawasannya melalui komite-komite dengan tujuan untuk mencapai efisiensi waktu dan memanfaatkan keahlian individual dari anggota Dewan.

Menurut Surat Edaran dari Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-2001 Tanggal 27 Desember 2001 bahwa jumlah komite audit


(41)

sekurang-kurangnya terdiri atas 3 orang, termasuk ketua komite audit. Dan anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya 1 orang.

Komite Audit membantu Dewan Komisaris menjalankan tugas pengawasan diantaranya dengan mengkaji hal-hal sebagai berikut:

 Laporan keuangan Perseroan dan informasi keuangan lainnya;

 Kepatuhan Perseroan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku;

 Efektivitas dari aktivitas pengendalian internal; dan

 Kemampuan Perseroan dalam mengelola risiko dan menangani keluhan pelanggan;

Komite Audit juga memantau kinerja Perseroan secara keseluruhan. Komite Audit secara berkala melaporkan hasil kajiannya kepada Dewan Komisaris.

2.1.7 Kinerja Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.


(42)

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para pemegang saham dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Helfert (1997), kinerja perusahaan adalah “hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen”.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal melalui informasi. Informasi dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan.

Pengertian lain tentang kinerja menurut Stoner et al. (1996) yaitu kinerja adalah “ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai”.

Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner et al (1996) adalah “efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat,


(43)

sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal yang tepat.”

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance) perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.

b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.

d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.


(44)

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000) adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.


(45)

2.1.8 Return On Asset (ROA)

Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas).

Salah satu rasio keuangan adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain adalah GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba bersih (net income) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.


(46)

Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi operasi yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan. Ukuran ini tidak membedakan pengembalian berdasarkan sumber pendanaan.

Keunggulan ROA (Return On Asset)

a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. c. ROA merupakan rasio yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi


(47)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Anthony Kyereborah-Coleman Corporate Governance and Firm Performance in Africa : A Dynamic Panel Data Analysis

Variabel independen : Jumlah dewan direksi, Jumlah dewan

komisaris, Intensitas kegiatan dewan, Dualitas CEO, Komite Audit, Kepemilikan Perusahaan

Variabel Dependen :

Return On Assets, Tobin’s Q Intensitas Kegiatan Dewan, Dualitas CEO memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Jumlah Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komite Audit memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sementara kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kinerja perusahaan, perbedaan ini bergantung kepada accounting based atau market based. 2. Devien Aprianto (2013) Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan dan Risiko Perusahaan

Variabel independen : Skor Corporate Governance Perception Index

(CGPI)

Variabel dependen :

Return on Investment

(ROI)

Variabel CGPI yang digunakan sebagai ukuran corporate governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROI sebagai ukuran kinerja perusahaan.


(48)

3. Norma Ferdiana (2012) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan di BEI

Variabel independen : Skor Corporate Governance Perception Index

(CGPI)

Variabel dependen : Leverage Ratio, Liquidity Ratio, Asset Management Ratio, Profitability Ratio, Market-Value Ratio

Variabel CGPI yang digunakan sebagai ukuran corporate governance mempunyai pengaruh terhadap Liquidity Ratio sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Tetapi variabel CGPI tidak berpengaruh

terhadap keempat rasio keuangan yang lain.

4. R. Rosiyana dan Tia Tarnia (2011)

Pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan dengan Good Corporate Governance

sebagai variabel moderasi

Variabel independen : Kinerja keuangan Variabel dependen : Nilai perusahaan Variabel moderasi :

Good Corporate Governance Good Corporate Governance mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan. 5. Ridha (2012) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010

Variabel independen : Dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, komite audit

Variabel dependen : Kinerja perusahaan Seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun secara simultan. 6. Yolanda (2012) Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen : Ukuran dewan direksi, ukuran dewan

komisaris, komisaris independen

Variabel dependen : Kinerja Perusahaan (ROA)

Ukuran dewan direksi dan juga ukuran dewan komisaris menunjukan hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Tetapi ukuran dewan komisaris


(49)

hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. 7. Mauliza (2013) Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property and Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen : Dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, komite audit

Variabel dependen : Kinerja perusahaan

Good corporate governance (dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun secara serempak. 8. Isian (2010) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen : Kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit

Variabel dependen : Manajemen laba, kinerja perusahaan

Kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya manajemen laba dan kinerja perusahaan. 9. Sonya Korint

(2010)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Pada The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG)

Variabel independen : Variabel skor

penerapan GCG Variabel dependen : Kinerja keuangan perusahaan (EVA) GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. EVA tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG.


(50)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1 H2

H3

H4 H5

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, ditentukan bahwa variabel Good Corporate Governance diproksikan ke dalam dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit. Dan variabel dependen yang memproksikan kinerja perusahaan adalah Rasio Return On Asset (ROA).

Bodroastuti (2009) menyatakan bahwa “dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil baik jangka pendek maupun jangka panjang”. Dewan direksi bertanggung jawab

Variabel Independen

Good Corporate Governance:

Variabel Dependen

Dewan Direksi (X1) Dewan Komisaris

(X2) Komisaris Independen (X3)

Komite Audit (X4)

Kinerja Perusahaan (ROA)


(51)

penuh atas pengurusan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan amanah pemegang saham sekaligus merancang kegiatan perusahaan agar berjalan secara efektif dan efisien. Jumlah dewan direksi secara logis akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan keputusan yang menyangkut operasional perusahaan. Oleh sebab itu, jelas bahwa ukuran dewan direksi merupakan salah satu mekanisme Corporate Governance yang sangat penting dalam menentukan kinerja perusahaan.

Menurut Egon Zehnder (2000), dewan komisaris merupakan “inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas”. Yermack (1996), Sundgren dan Wells (1998), dan Jensen (1993) menyatakan bahwa “semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan”. Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner, Drobetz, Schmid dan Zimmermann (2003) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme Corporate Governance. Karena dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris, pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan didapat direksi akan jauh lebih banyak. Beragam hasil penelitian membuat peneliti ingin meneliti variabel ini dan pengaruhnya terhadap Good Corporate Governance.

Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa “komisaris independen bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi di antara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen”. Komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris setiap perusahaan


(52)

diharapkan dapat bertindak independen dan kritis, baik antara dewan komisaris, maupun terhadap direksi. Independen bukan hanya sekedar penghapus kesalahan dewan direksi, namun juga aktif mempertimbangkan, mengkritisi, memberikan arahan kepada strategi direksi sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Haniffa dan Cooke (2002) menyatakan bahwa “apabila jumlah komisaris independen (proporsinya dalam dewan komisaris) semakin besar atau dominan hal ini dapat memberikan power kepada dewan komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan”.

Menurut Anderson et al. (2004), “komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan memberikan perlindungan dan kontrol yang lebih baik terhadap proses akuntansi dan keuangan dan pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan”. Komite audit merupakan organ pendukung dewan komisaris yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Peranan komite audit yang berjalan secara baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.


(53)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011), hipotesis adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris dan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi”. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H2 : Dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H3 : Komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H4 : Komite Audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

H5 : Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komisaris Independen dan Komite Audit (Good Corporate Governance) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

                   


(54)

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif – kausal. Menurut Sugiyono (2005), asosiatif – kausal adalah “penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih”. Tujuan dari penelitian asosiatif adalah untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dan tujuan dari penelitian kausal adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel – variabel yang berfungsi sebagai penyebab dan variabel mana berfungsi sebagai variabel akibat.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun populasi penelitian adalah perusahaan yang termasuk pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Pursosive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu 2010-2012 dan memberikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode tersebut sehingga tersedia data yang lengkap pada tahun 2010-2012.


(55)

2. Perusahaan yang memiliki data lengkap mengenai dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit.

3. Perusahaan yang memperoleh laba selama periode penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan dari 38 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tiga tahun penelitian sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 sampel.

Tabel 3.1.

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Nama Emiten Kriteria Sampel

1 2 3

1. ADRO Adaro Energy Tbk √ √ √

2. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk √ √ √ 1

3. ARII Atlas Resources Tbk X √ x

4. ARTI Ratu Prabu Energi Tbk √ √ √ 2

5. ATPK ATPK Resources Tbk √ √ x

6. BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk √ √ x 7. BORN Borneo Lumbung Energy &

Metal Tbk

X √ x

8. BRAU Berau Coral Energy Tbk √ √ x

9. BSSR Baramulti Suksessarana Tbk X √ x

10. BUMI Bumi Resources Tbk √ √ x


(56)

12. CITA Cita Mineral Investindo Tbk √ √ √ 13. CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk √ √ x

14. CTTH Citatah Tbk √ √ √ 4

15. DEWA Darma Henwa Tbk √ √ x

16. DKFT Cetra Omega Resources Tbk X √ x

17. DOID Delta Dunia Makmur Tbk X √ x

18. ELSA. Elnusa Tbk √ √ x

19. ENRG Energi Mega Persada Tbk √ √ x

20. ESSA. Surya Esa Perkasa Tbk X √ √ 21. GEMS Golden Energy Mines Tbk X √ x

22. GTBO Garda Tujuh Buana Tbk √ √ √ 5

23. HRUM Harum Energy Tbk √ √ √ 6

24. INCO. Vale Indonesia Tbk X √ √

25. ITMG. Indo Tambangraya Megah Tbk X √ √ 26. KKGI. Resource Alam Indonesia Tbk X √ √

27. MEDC Medco Energi International Tbk √ √ √ 7

28. MITI Mitra Investindo Tbk √ √ √ 8

29. MYOH Samindo Resources Tbk √ √ x

30. PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk √ √ x 31. PSAB J Resources Asia Pasific Tbk √ √ x 32. PTBA. Tambang Batubara Bukit Asam

(Persero) Tbk

X x x

33. PTRO Pertosea Tbk √ √ √ 9

34. RUIS. Radiant Utama Interinsco Tbk X √ √

35. SMMT Golden Eagle Energy Tbk √ √ x

36. SMRU SMR Utama Tbk X √ x

37. TINS. Timah (Persero) Tbk √ √ √ 10

38. TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk X √ x


(57)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan berupa laporan tahunan perusahaan pertambangan selama periode 2010 – 2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

Data yang digunakan adalah gabungan antara data time series dan cross section. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa interval waktu tertentu, sedangkan data cross section adalah data untuk meneliti suatu fenomena tertentu. Jenis data yang digunakan antara lain berupa :

1. Informasi total laba bersih pada periode pengamatan untuk setiap perusahaan yang diteliti.

2. Informasi total aktiva tahun 2010-2012 untuk setiap perusahaan yang menjadi objek pengamatan.

3. Informasi lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari laporan tahunan Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2010 – 2012 (data sekunder). Data ini diperoleh dengan mendownload melalui situs www.idx.co.id.


(58)

3.5 Batasan Operasional

Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya :

1. Penelitian ini dibatasi hanya selama tiga tahun yaitu dari tahun 2010 – 2012.

2. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan tahunan perusahaan selama periode 2010 – 2012.

3. Penelitian ini meneliti pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dalam Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Jumlah Komite Audit terhadap kinerja Perusahaan Pertambangan yang diproksikan dalam Return On Asset

(ROA).

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional  

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.6.1 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2009), variabel independen atau variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance.


(59)

3.6.1.1 Dewan Direksi (X1)

Dewan direksi merupakan pihak yang diamanahkan oleh para pemegang saham untuk menjalankan perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah dewan direksi dalam suatu perusahaan. Peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya (Pearce dan Zahra, 1992).

3.6.1.2 Dewan Komisaris (X2)

Dewan komisaris merupakan pihak yang memberi nasihat dan melakukan pengawasan terhadap dewan direksi. Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.

3.6.1.3 Komisaris Independen (X3)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terhubung langsung dengan perusahaan tersebut. Proporsi komisaris independen dihitung dengan jumlah anggota komisaris independen dibagi dengan keseluruhan jumlah anggota dewan komisaris.


(60)

3.6.1.4 Komite Audit (X4)

Komite audit adalah komite yang berfungsi membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, meningkatkan efektivitas fungsi internal audit dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Ukuran komite audit adalah jumlah total anggota komite audit perusahaan sampel.

3.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang manjadi akibat karena adanya variabel independen atau bebas (Sugiyono, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diproksikan melalui Return on Asset (ROA).

Ukuran yang biasa digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan antara lain: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas. Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2004), Return on Asset (ROA) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut”.


(61)

Dengan Return On Assets (ROA) akan terlihat seberapa besar tingkat produktifitas seluruh aset. Rumus perhitungannya adalah :

Keterangan :

ROA = Return on Assets

Net Income = Laba Bersih Total Assets = Total Aset

3.7 Skala Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini pengukuran variabel Kinerja Perusahaan, sebagai variabel dependen, diproksikan dalam rasio Return On Asset. Return On Asset

(ROA) dapat dicari dengan membagi laba bersih (net income) dengan total aktiva. Pengukuran variabel-variabel independen, yaitu ukuran dewan direksi menggunakan total seluruh anggota dewan direksi yang ada di dalam perusahaan sampel, ukuran dewan komisaris menggunakan total seluruh anggota dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan sampel, proporsi komisaris independen menggunakan perbandingan antara jumlah komisaris independen dengan total dewan komisaris, komite audit menggunakan total seluruh anggota komite audit yang ditunjuk oleh dewan komisaris.


(62)

Tabel 3.2

Skala Pengukuran Variabel

Jenis Variabel

Nama

Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Independen Dewan Direksi Jumlah dewan direksi

yang menjalankan perusahaan.

Jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan

Nominal

Dewan Komisaris

Jumlah dewan komisaris yang bertanggung jawab mengawasi perusahaan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.

Jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam perusahaan Nominal Komisaris Independen Perbandingan antara jumlah komisaris independen dengan seluruh dewan komisaris perusahaan. Total anggota komisaris independen dibagi keseluruhan anggota dewan komisaris Rasio

Komite Audit Jumlah anggota komite audit yang ditunjuk oleh dewan komisaris.

Jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan. Nominal Dependen Kinerja Keuangan Kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan total aktivanya.


(63)

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistika yang menggunakan regresi linier berganda. Data penelitian dikumpulkan untuk diolah dengan menggunakan software SPSS, kemudian hasil akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maksimum dan sebagainya.

3.8.2 Pengujian Asumsi Klasik

Agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi klasik yang akan dilakukan :


(64)

3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Model regresi yang baik harus mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2005). 

Analisis grafik dilakukan dengan melihat histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov

dapat dilihat dari:

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.


(65)

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,1 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2005).

 

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series.


(66)

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Apabila nilai DW terletak diantara batas bawah dan batas atas (dL<d<dU) atau DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL (4-dU < DW < 4-dL), hasilnya tidak dapat disimpulkan karena berada pada daerah yang tidak meyakinkan (inconclusive).

b. Apabila nilai DW melampaui 4-dL (DW>4-dL berarti ada autokorelasi negatif.

c. Apabila nilai DW terletak antara antara batas atas dan 4-dU (dU<DW<4-dU), berarti tidak terdapat autokorelasi.

3.8.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.


(67)

Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Menurut Ghozali (2005), deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.3 Uji Hipotesis

3.8.3.1 Analisis Regresi

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh GCG terhadap kinerja perusahaan dengan model sebagai berikut :


(68)

Dimana :

Y = Kinerja Perusahaan

X1 = Dewan Direksi

X2 = Dewan Komisaris X3 = Komisaris Independen X4 = Komite Audit

α = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari setiap konstanta

e = Faktor Error

3.8.3.2 Uji Parsial (t – test)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2010). Adapun mengenai hipotesis-hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Jika prob. < 0.05 atau t hitung > t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

2) Jika prob. > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.


(1)

NPAR TESTS 

  /K‐S(NORMAL)=RES_1 

  /MISSING ANALYSIS. 

 

NPar Tests

Notes

Output Created 28-Mei-2014 02:44:31

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.


(2)

Notes

Output Created 28-Mei-2014 02:44:31

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,015

Elapsed Time 00:00:00,031

Number of Cases Alloweda 196608

a. Based on availability of workspace memory.

     


(3)

[DataSet0]  

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 12,38488216 Most Extreme Differences Absolute ,138

Positive ,129

Negative -,138

Kolmogorov-Smirnov Z ,756

Asymp. Sig. (2-tailed) ,617

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

TABEL DURBIN WATSON

Cara Membaca Tabel:

1. Simbol ‘ k’ pada tabel menunjukkan banyaknya variabel bebas (penjelas),

tidak termasuk variabel terikat.

2. Simbol ‘ n’ pada tabel menunjukkan banyaknya sampel.

Tabel Durbin Watson (DW), α = 5%

k=1 k=2 k=3 k=4

n dL dU dL dU dL dU dL dU

16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351

17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005

18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719

19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482

20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283

21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116

22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974

23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855

24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753

25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666

26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591

27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527

28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473

29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426


(5)

TABEL T

Cara Membaca Tabel :

1. Df adalah derajat kebebasan dengan rumus :

Df = n – k

Dimana : n = jumlah sampel; k = variabel independen + variabel dependen

2. Profitabilita satu sisi adalah perumusan hipotesis, dengan contoh :

pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan.

Profitabilita dua sisi adalah perumusan hipotesis, dengan contoh : pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan.

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

duasisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1%

satusisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05%

6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959

7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408

8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041

9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781

10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587

11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437

12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318

13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221

14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140

15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073

16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015

17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965

18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922

19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883

20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850

21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819

22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792


(6)

TABEL F

Cara Membaca Tabel : df1 = k – 1 df2 = n – k dimana :

k = jumlah variabel (variabel independen + variabel dependen) n = jumlah sampel

Tabel F, α = 5%

df2 df1

1 2 3 4

6 5.99 5.14 4.76 4.53

7 5.59 4.74 4.35 4.12

8 5.32 4.46 4.07 3.84

9 5.12 4.26 3.86 3.63

10 4.96 4.10 3.71 3.48

11 4.84 3.98 3.59 3.36

12 4.75 3.89 3.49 3.26

13 4.67 3.81 3.41 3.18

14 4.60 3.74 3.34 3.11

15 4.54 3.68 3.29 3.06

16 4.49 3.63 3.24 3.01

17 4.45 3.59 3.20 2.96

18 4.41 3.55 3.16 2.93

19 4.38 3.52 3.13 2.90

20 4.35 3.49 3.10 2.87

21 4.32 3.47 3.07 2.84

22 4.30 3.44 3.05 2.82

23 4.28 3.42 3.03 2.80

24 4.26 3.40 3.01 2.78


Dokumen yang terkait

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2009 2010

1 10 165

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2012).

0 2 17

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 47 93

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, periode 2010-2012).

0 2 19

PENDAHULUAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, periode 2010-2012).

0 4 7

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2013.

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010 – 2012

0 0 10

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010 – 2012

1 1 11

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX DI BEI PERIODE 2007-2012 - repository perpustakaan

0 0 13