Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.2 Ekspor dan Impor

3.1.2.1 Pengertian Ekspor

Ekspor merupakan penjualan output ke luar negeri sebagai akibat adanya kelebihan penawaran domestik suatu negara. Suatu negara melakukan ekspor karena mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi komoditi tertentu Ekspor merupakan penjualan output ke luar negeri sebagai akibat adanya kelebihan penawaran domestik suatu negara. Suatu negara melakukan ekspor karena mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi komoditi tertentu

Kinerja ekspor suatu negara ditentukan oleh penawaran dan permintaan baik di dalam maupun di luar negeri. Penawaran ekspor suatu komoditi merupakan jumlah dari komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan atau produsen pada tingkat harga tertentu. Banyaknya suatu komoditi yang dihasilkan dan ditawarkan oleh produsen dipengaruhi oleh banyak variabel, diantaranya harga komoditi tersebut, harga komoditi lain, biaya faktor produksi, sasaran perusahaan dan tingkat teknologi. Besarnya kuantitas ekspor suatu negara ditentukan dari selisih penawaran domestik dengan permintaan domestik. Dengan demikian, kelebihan penawaran suatu komoditi di dalam negeri akan dijual ke negara lain yang mengalami kelebihan permintaan akan komoditi tersebut.

Permintaan adalah jumlah suatu komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Dengan demikian permintaan ekspor merupakan penjumlahan dari permintaan-permintaan individu negara lain terhadap suatu komoditi yang dihasilkan dari negara tertentu. Permintaan ekspor suatu komoditi dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, harga komoditi di negara pengimpor, harga komoditi di negara pengekspor, pendapatan perkapita di negara pengimpor, selera masyarakat negara pengimpor dan jumlah penduduk negara pengimpor.

3.1.2.2 Pengertian Impor

Impor adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Mankiw, 2003). Impor terjadi sebagai akibat terjadinya kelebihan permintaan Impor adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Mankiw, 2003). Impor terjadi sebagai akibat terjadinya kelebihan permintaan

3.1.3 Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif (daya saing) merupakan kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi

perdagangan internasional. Sedangkan menurut Simanjuntak dalam Novianti (2003), daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu

produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah. Dengan demikian pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional, dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan biaya produksinya. Dengan kata lain, daya saing komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing dan kualitas mutu yang baik.

Globalisasi pada dasarnya adalah fenomena yang mendorong perusahaan maupun para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Dengan adanya globalisasi maka Globalisasi pada dasarnya adalah fenomena yang mendorong perusahaan maupun para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Dengan adanya globalisasi maka

Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dalam pengusahaan komoditi tersebut. Keuntungan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu keuntungan privat dan keuntungan sosial. Sementara itu, efisiensi pengusahaan komoditi dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

3.1.4 Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage) menyatakan bahwa perdagangan memungkinkan suatu negara untuk menghasilkan barang-barang tertentu yang lebih banyak dan relatif lebih efisien. Kemudian negara tersebut dapat mengekspornya untuk ditukar dengan barang- barang yang kurang memiliki keunggulan komparatif ( Lindert, 1995). Hal itu berarti suatu negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan jika melakukan spesialisasi komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien dan mengimpor komoditi yang kurang efisien.

Sekalipun sebuah negara kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam memproduksi komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil. Dari komoditi tersebut negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif dan akan mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian Sekalipun sebuah negara kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam memproduksi komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil. Dari komoditi tersebut negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif dan akan mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian

3.1.5 Teori Revealed Comparative Advantage

Salah satu cara untuk mengukur daya saing tanaman hias Indonesia di pasar negara tujuan adalah dengan metode RCA. Metode RCA merupakan metode yang memungkinkan untuk digunakan dalam membandingkan daya saing tanaman hias Indonesia dengan Thailand. Hal ini dikarenakan metode ini cukup mudah digunakan dan ketersediaan data yang dibutuhkan memungkinkan untuk menggunakan metode ini. Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan alat analisis yang mengukur keunggulan suatu produk dalam perdagangan internasional. Konsep RCA pertama kali diperkenalkan oleh Bela Balassa pada tahun 1965 yang mengasumsikan bahwa pola keunggulan komparatif suatu negara dapat diamati dari data perdagangan yang sudah ada. Dampak positif yang ditimbulkan dari perkembangan perdagangan yang mengarah pada liberalisasi secara tidak langsung dapat diukur dengan menggunakan metode RCA. RCA dipergunakan sebagai indikator keunggulan komparatif suatu produk dan sebagai acuan spesialisasi perdagangan internasional. Indeks RCA mengukur antara pangsa ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor secara keseluruhan di dunia perdagangan.

Rumus RCA sebagai berikut :

Dimana : X i

= Nilai ekspor komoditi j di negara i

i X t = Nilai total ekspor negara i w X

j = Nilai ekspor dunia komoditi j j = Nilai ekspor dunia komoditi j

1. Suatu negara diasumsikan mengekspor semua komoditi

2. Dalam indeks RCA tidak dijelaskan mengenai pola perdagangan yang sedang berlangsung, apakah sudah optimal atau belum.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa datang.

4. Hasil perhitungan keunggulan komparatif suatu negara dapat terjadi kemungkinan bukan keunggulan komparatif yang sebenarnya. Hal itu dapat diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah seperti kebijakan nilai tukar, kebijakan ekspor dan sebagainya.

3.1.6 Teori Model Gravity

Aliran perdagangan ekspor anggrek Indonesia ke negara tujuan secara ekonometrika dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan gravity model. Model gravity dalam perdagangan atau model gravitasi perdagangan Model ini pertama kali diterapkan oleh Walter Isard pada tahun 1954. Model ini dalam Aliran perdagangan ekspor anggrek Indonesia ke negara tujuan secara ekonometrika dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan gravity model. Model gravity dalam perdagangan atau model gravitasi perdagangan Model ini pertama kali diterapkan oleh Walter Isard pada tahun 1954. Model ini dalam

Model gravity menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan. Model gravity pada dasarnya memprediksikan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan per kapita, hubungan diplomatik dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi yang lebih besar dari model ini.

Model gravitasi perdagangan digunakan dalam suatu hubungan internasional untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan dari perjanjian dan persekutuan dalam perdagangan. Model ini digunakan untuk menguji tingkat keefektifan dari suatu perjanjian perdagangan, seperti NAFTA dan WTO. Selain itu, model gravitasi perdagangan juga biasa digunakan untuk menguji suatu hipotesis yang bersumber pada teori murni ekonomi perdagangan.

Abilava (2006) menerapkan persamaan gravity model dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi aliran modal investasi langsung luar negeri. Adapun variabel yang diduga mempengaruhi aliran modal investasi langsung luar negeri antara lain jarak antar kedua negara, GDP kedua negara, upah pekerja, nilai impor, nilai tukar antar kedua negara dan tingkat suku bunga. Dengan demikian Abilava (2006) menerapkan persamaan gravity model dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi aliran modal investasi langsung luar negeri. Adapun variabel yang diduga mempengaruhi aliran modal investasi langsung luar negeri antara lain jarak antar kedua negara, GDP kedua negara, upah pekerja, nilai impor, nilai tukar antar kedua negara dan tingkat suku bunga. Dengan demikian

1 ln (D ij ) Dimana : AS ij = Besarnya arus modal investasi dari negara i ke negara j

Ln (AS ij ) = 1 + ln (S i ) + ln (M j ) –

1 = Intersep S i = Faktor penawaran negara i M j = Faktor permintaan negara j

D ij = Jarak dari negara i ke negara j Berdasarkan hasil tinjauan studi terdahulu dari beberapa penelitian yang

telah dilakukan, maka variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap aliran perdagangan anggrek Indonesia ke negara tujuan meliputi waktu tempuh, pendapatan per kapita, populasi, harga anggrek dan nilai tukar.

1. Waktu Tempuh

Waktu tempuh merupakan proksi dari jarak antar kedua negara yang melakukan perdagangan. Waktu tempuh merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan perdagangan antar negara. Selain menentukan besarnya biaya yang harus ditanggung, lamanya waktu tempuh suatu negara menentukan cara perlakuan suatu produk selama proses pengiriman. Data mengenai lamanya waktu tempuh pengiriman ekspor melalui jalur laut dari Indonesia ke negara tujuan berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia.

Semakin jauh jarak suatu negara dengan negara lain, maka semakin lama waktu tempuh yang dibutuhkan serta besar pula biaya transportasi yang harus Semakin jauh jarak suatu negara dengan negara lain, maka semakin lama waktu tempuh yang dibutuhkan serta besar pula biaya transportasi yang harus

2. Pendapatan Per Kapita

Produk domestik bruto (gross domestic product) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Ada dua cara untuk melihat aktivitas ekonomi suatu negara, salah satunya adalah dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap individu di dalam perekonomian (Mankiw, 2003).

Besarnya output yang diperoleh dalam GDP tergantung pada jumlah input, yang disebut faktor produksi dan kemampuan untuk mengubah input menjadi output yang ditunjukkan dalam fungsi produksi. Input terpenting dalam faktor produksi adalah modal dan tenaga kerja. Sedangkan fungsi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jika ada cara yang lebih baik untuk memproduksi barang, maka akan dihasilkan output lebih banyak yang diperoleh dari modal dan tenaga kerja yang sama. Dengan demikian, perubahan teknologi mempengaruhi fungsi produksi.

Pendapatan per kapita (PDB per kapita) adalah ukuran berapa banyak perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian. Pengertian lain mengenai pendapatan per kapita adalah jumlah yang tersedia bagi rumah tangga atau perusahaan untuk melakukan pengeluaran. Dengan demikian tingkat konsumsi atau kemampuan konsumsi (daya beli) suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita penduduknya. Jika pendapatan per kapita suatu negara dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu. Data pendapatan per kapita masing-masing negara yang digunakan dalam analisis aliran perdagangan gravity model diperoleh dari economics data statistics world bank.

3. Populasi

Populasi atau jumlah penduduk di semua negara senantiasa mengalami perubahan jumlah setiap tahunnya. Perubahan angka populasi berimplikasi pada perubahan ukuran atau jumlah angkatan kerjanya. Perubahan populasi juga terjadi pada kepemilikan modal, karena setiap negara berusaha untuk mengerahkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya untuk menciptakan dan mengakumulasikan modal.

Kenaikan kepemilikan tenaga kerja di suatu negara akan mendorong peningkatan produksi di negara yang bersangkutan. Menurut teorema Rybezynski, pada harga-harga komoditi yang konstan, setiap kenaikan dalam kepemilikan atau jumlah salah satu produksi akan meningkatkan output dari komoditi yang lebih banyak menggunakan faktor produksi itu ketimbang faktor produksi lainnya dan dalam waktu bersamaan akan menurunkan output komoditi lain (Salvatore, 1996).

Sebagai contoh, di satu negara terjadi penambahan faktor produksi tenaga kerja, sementara penambahan modal hanya terjadi sedikit atau tetap, maka output komoditi yang padat karya akan meningkat dan melampaui output komoditi yang padat modal. Bahkan secara relatif output komoditi padat modal akan menurun pada tingkat harga yang konstan.

5. Harga

Keunggulan komparatif merupakan penentu dalam persaingan tingkat dunia. Apabila suatu negara mempunyai keunggulan dalam kelimpahan sumberdaya dan efisien dalam biaya untuk menghasilkan sebuah produk, maka negara tersebut akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor produknya ke negara yang memiliki ketidakunggulan komparatif. Negara yang mempunyai keunggulan komparatif tentu akan menghasilkan produk yang nilai jualnya lebih rendah dibandingkan dengan negara yang memiliki ketidakunggulan komparatif. Dengan demikian, pada tingkat harga produk di pasar internasional, produsen memperoleh keuntungan yang cukup besar.

Dalam perdagangan internasioal, penentuan harga produk yang diperdagangkan sangat mempengaruhi terhadap daya saing produk itu sendiri di pasar dunia. Efisiensi produksi berimplikasi pada skala ekonomis sehingga nilai jual produk per satuannya menjadi lebih murah. Dengan nilai jual produk yang lebih murah dibandingkan dengan kompetitor, secara otomatis meningkatkan volume penjualan sebagai dampak dari meningkatnya permintaan. Harga anggrek yang digunakan dalam analisis perdagangan anggrek Indonesia ke negara tujuan yakni harga anggrek Indonesia dan harga anggrek di negara tujuan. Harga anggrek Indonesia yang digunakan sebagai bentuk dari penawaran ekspor anggrek ke Dalam perdagangan internasioal, penentuan harga produk yang diperdagangkan sangat mempengaruhi terhadap daya saing produk itu sendiri di pasar dunia. Efisiensi produksi berimplikasi pada skala ekonomis sehingga nilai jual produk per satuannya menjadi lebih murah. Dengan nilai jual produk yang lebih murah dibandingkan dengan kompetitor, secara otomatis meningkatkan volume penjualan sebagai dampak dari meningkatnya permintaan. Harga anggrek yang digunakan dalam analisis perdagangan anggrek Indonesia ke negara tujuan yakni harga anggrek Indonesia dan harga anggrek di negara tujuan. Harga anggrek Indonesia yang digunakan sebagai bentuk dari penawaran ekspor anggrek ke

5. Nilai Tukar

Nilai tukar perdagangan (terms of trade) dari suatu negara merupakan rasio harga komoditi ekspor terhadap harga komoditi impornya. Kurs antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk melakukan perdagangan. Besarnya nilai tukar suatu negara tidak dapat dijadikan satu-satunya alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan negara. Perubahan dalam nilai tukar perdagangan suatu negara pada dasarnya merupakan dampak dari berinteraksinya berbagai kekuatan ekonomi negara tersebut (Salvatore, 1996).

Nilai tukar mata uang antar negara mempengaruhi besarnya nilai ekspor yang diperoleh. Jika kurs riil suatu negara lebih rendah, maka produk domestik relatif lebih murah dibandingkan produk luar negeri sehingga ekspor neto akan lebih besar. Sebaliknya, jika kurs riil suatu negara lebih tinggi, maka produk domestik akan lebih mahal dari produk luar negeri yang berdampak pada pengurangan ekspor neto dan peningkatan impor. Nilai tukar yang digunakan dalam analisis aliran perdagangan anggrek Indonesia adalah rata-rata nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap mata uang Dollar rata-rata dalam satu tahun selama periode 1996-2006. Data nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap mata uang Dollar Amerika berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik International Monetary Fund.

3.1.7 Data Panel

Data panel digunakan untuk mengawasi dalam menghilangkan variabel bias dengan mengamati perubahan yang terdapat dalam variabel dependen (Abilava, 2006). Selain itu data panel juga digunakan untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan data yang digunakan untuk mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian. Menurut Abilava (2006) dengan menggunakan data panel maka dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik dengan terjadinya peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajat bebas dan memungkinkan untuk dapat menangkap karakteristik antar individu dan antar waktu yang berbeda.

Regresi data panel berbeda dengan regresi time-series atau regresi cross- section karena dalam regresi data panel setiap variabel mengandung subscript ganda it. Rumus umum untuk regresi data panel sebagai berikut :

Yit = + x it +u it ,

i = 1,...,N ; t = 1,....,T

Dimana i menunjukkan rumah tangga, individu, perusahaan, negara dan sebagainya, sedangkan t menunjukkan waktu. Dimensi cross-section ditandai oleh

i dan dimensi waktu ditandai oleh t. adalah intersep, adalah slope dan x it

merupakan explanatory variable pada pengamatan it. Menurut Abilava (2006) dalam analisis model data panel dikenal tiga macam teknik estimasi yakni pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect ) dan pendekatan efek acak (random effect).

Teknik pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data gabungan antara cross-section dan time series (pooled). Dalam pendekatan Teknik pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data gabungan antara cross-section dan time series (pooled). Dalam pendekatan

Metode fixed effect dapat memperbaiki kelemahan yang ada pada metode common effect. Regresi fixed effect digunakan untuk menghilangkan variabel yang berbeda antara kasus masing-masing negara namun konstan sepanjang waktu. Variabel yang diubah adalah bersifat konstan sepanjang waktu namun berbeda pada tiap kasusnya. Untuk membedakan satu objek dengan objek yang lainnya, digunakan variabel semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga disebut dengan Least Square Dummy Variables atau disingkat LSDV.

Selain dengan metode fixed effect regresi data panel dapat dilakukan dengan pendekatan metode random effect. Random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan metode fixed effect yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode random effect menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek. Namun untuk menganalisis dengan metode random effect ini ada satu syarat, yaitu objek data silang (cross section) harus lebih besar daripada banyaknya koefisien.

Menurut Abilava (2006) keuntungan penggunaan data panel dalam gravity model adalah :

1. Dapat mengidentifikasi karakteristik antar individu (daerah) yang melakukan perdagangan pada dimensi waktu yang berbeda.

2. Dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik daripada dengan teknik OLS data time-series atau cross-section saja.

3. Terjadi peningkatan derajat bebas dan mengurangi hubungan kolinear antar variabel bebas.

4. Mengurangi masalah yang timbul dari penghilangan variabel yang relevan.