HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data keadaan awal Fisika siswa yang diambil dari nilai rapor kelas X semester II sebagai berikut:

1. Data Keadaan Awal Fisika Siswa

Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 69 orang. Nilai keadaan awal Fisika siswa yang digunakan yaitu nilai rapor kelas X semester II. Untuk kelas eksperimen, jumlah data 33, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 75. Nilai rata-rata 67,76, varians 12,25 dan standar deviasi 3,5. (lihat lampiran 23)

Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai keadaan awal Fisika siswa kelas eksperimen yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen

Interval Titik

Frekuensi

No. Kelas Tengah Mutlak Relatif

1. 60- 62

2. 63- 65

3. 66- 68

4. 69- 71

5. 72- 74

6. 75- 77

Jumlah

Nilai Tengah

Gambar 4.1 Histogram Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen

Sedangkan untuk kelas kontrol, nilai keadaan awal Fisika siswa dengan jumlah data 37, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 75. Nilai rata-rata 67,92 varians 9,17 dan standar deviasi 2,97. (lihat lampiran 24).

Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai keadaan awal Fisika siswa kelas kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol

Interval Titik

Frekuensi

No. Kelas Tengah Mutlak

Relatif

1. 60- 62

2. 63- 65

3. 66- 68

4. 69- 71

5. 72- 74

6. 75- 77

Jumlah

Nilai Tengah

Gambar 4.2 Histogram Nilai Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

2. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Berdasarkan data hasil tes kemampuan kognitif Fisika pada pokok bahasan Getaran, maka untuk siswa kelompok eksperimen yang diberi pengajaran dengan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen diperoleh nilai tertinggi 81 dan nilai terendah 43. Nilai rata-rata dan standar deviasi untuk siswa kelompok eksperimen berturut-turut adalah 66,8 dan 9,9.

Untuk kelompok kontrol yang diberi pengajaran dengan pendekatan konstruktivisme melalui metode demonstrasi diperoleh nilai kemampuan kognitif Fisika siswa dengan rentang antara 38 sampai 81 dengan rata-rata 59,70 dan standar deviasi 9,5.

Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam tabel 4.3 dan gambar 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Kelompok Eksperimen Interval

Titik

Frekuensi

No. Kelas

Tengah Mutlak

Nilai Tengah

Gambar 4.3 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelompok Eksperimen

Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelompok kontrol disajikan dalam tabel 4.4 dan gambar 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Kelompok Kontrol Interval Titik

Frekuensi

No. Kelas Tengah Mutlak

Nilai Tengah

Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelompok Kontrol

3. Data Minat Belajar Siswa terhadap Fisika Dalam penelitian ini data minat belajar siswa terhadap Fisika diperoleh dari pemberian angket minat belajar siswa terhadap Fisika di SMA kepada responden. Minat belajar siswa terhadap Fisika dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kategori kuat, sedang, dan lemah. Pengelompokan ini didasarkan pada nilai rata- rata (mean) dan standar deviasi () SD gabungan. Siswa yang

memiliki nilai di atas mean + SD dikategorikan siswa yang memiliki minat memiliki nilai di atas mean + SD dikategorikan siswa yang memiliki minat

Dari data nilai minat belajar siswa kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi 134 dan nilai terendah 87, sedangkan nilai rata-rata 113,42 dan standar deviasi 14,99.

Dari data nilai minat belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh rata-rata gabungan 110,00 dan standar deviasi gabungan 15,23. Berdasarkan nilai tersebut, maka siswa yang memiliki nilai di atas 126,24 dikategorikan menjadi siswa yang memiliki minat belajar kuat. Siswa yang memiliki nilai di bawah 95,77 dikategorikan memiliki minat belajar lemah, sedangkan siswa yang memiliki nilai antara 95,77 sampai 126,24 termasuk siswa yang memiliki minat belajar sedang. (lihat lampiran 27)

Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai minat belajar siswa terhadap Fisika kelas eksperimen yang dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa terhadap Fisika

Kelas Eksperimen Interval

Titik

Frekuensi

No. Kelas

Tengah Mutlak Relatif

1. 87- 95 88,5

2. 96- 104 96,5

3. 105- 113 104,5

4. 114- 122 112,5

5. 123- 131 120,5

6. 132- 140 128,5

Jumlah

Nilai Tengah

Gambar 4.5 Histogram Minat Belajar Siswa terhadap Fisika Kelas Eksperimen

Sedangkan nilai minat belajar siswa terhadap Fisika untuk kelas untuk kelas kontrol dengan jumlah data 36, nilai terendah 85 dan nilai tertinggi 143. Nilai rata-rata 108,59 dan standar deviasi 15,48. (lihat lampiran 27)

Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan distribusi frekuensi dan histogram nilai minat belajar siswa terhadap Fisika kelas kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa terhadap Fisika

Kelas Kontrol Interval

Titik

Frekuensi

No. Kelas

Tengah Mutlak Relatif

1. 85- 94

2. 95- 104

3. 105-114

4. 115-124

5. 125- 134

6. 135- 144

Jumlah

Nilai Tengah

Gambar 4.6 Histogram Minat Belajar Siswa terhadap Fisika Kelas Kontrol

B. Uji Kesamaan Keadaan Awal

Pengujian kesamaan keadaan awal siswa dilakukan dengan uji- t dua ekor. Sebelum dilakukan uji- t dua ekor dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas kesamaan keadaan awal dilakukan terhadap data nilai rapor mata pelajaran Fisika semester II.

a. Kelompok Eksperimen Hasil analisis menggunakan uji Liliefors diperoleh harga L obs = 0,1210 .

Sedangkan untuk n=33 pada taraf signifikansi 0,05 harga L tabel = 0 , 1542 . Karena L obs = 0,1210 < L tabel = 0 , 1542 , maka sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lihat lampiran 23)

b. Kelompok Kontrol Hasil analisis menggunakan uji Liliefors diperoleh harga L obs = 0,0780 .

Sedangkan untuk n= 36 pada taraf signifikansi 0,05 harga L tabel = 0 , 1547 . Karena

L obs = 0,0780 < L tabel = 0 , 1547 , maka sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lihat lampiran 24)

2. Uji Homogenitas

Dari hasil analisis uji homogenitas yang dilakukan dengan uji Bartlett diperoleh harga 2 χ

hitung = 0,257 . Sedangkan pada taraf signifikansi 0,05 harga 2 2 χ 2

tabel = 3 , 84 . Karena χ hitung = 0,257 < χ tabel = 3 , 84 , maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. (Lihat pada lampiran

3. Uji- t

Uji kesamaan keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan analisis uji- t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Dari analisis terhadap data yang ada diperoleh harga t hitung = -0,0036399 . Dari tabel distribusi t diketahui harga t tabel pada taraf

signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (df)= 68 adalah 2. Karena - t tabel < t hitung < t tabel = - 2 < 0 , 0036399 < 2 atau t hitung terletak pada daerah

penerimaan H o , maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai keadaan awal Fisika yang sama sebelum diberi perlakuan.

(Lihat lampiran 26)

C. Uji Prasyarat Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Uji tersebut dapat dilakukan bila uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi. Hasil uji prasyarat ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan teknik uji Lilliefors. Hasil uji normalitas kemampuan kognitif siswa pada Pokok Bahasan Getaran kelompok eksperimen diperoleh

L obs = 0 , 1210 . Harga L tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 pada n= 33 adalah

0,1542. Karena L obs = 0 , 1210 < L tabel = 0 , 1542 , maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif siswa kelompok eksperimen berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (lihat lampiran 28) Hasil uji normalitas kemampuan kognitif siswa pada Pokok Bahasan Getaran kelompok kelompok kontrol diperoleh L obs = 0 , 0780 , harga L tabel untuk

n=

37 pada

taraf signifikansi

0,1457. Karena L obs = 0 , 0780 < L tabel = 0 , 1457 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

0,05 adalah

kognitif siswa kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lihat lampiran 29)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada nilai kemampuan kognitif Fisika siswa dengan uji

2 Bartlett diperoleh harga 2 c hitung = 0,0057 , sedangkan harga c tabel pada taraf

2 signifikansi 0,05 dengan dk=1 adalah 3,84. Karena 2 χ hitung = 0 , 0057 < χ tabel = 3 , 84 , maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif Fisika siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen. (lihat lampiran 30)

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji ANAVA Dua Jalan

Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel bebas. Variabel pertama adalah penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi. Variabel kedua adalah minat belajar siswa terhadap Fisika yang dibedakan menjadi tiga kategori yaitu kategori kuat, sedang dan lemah. Variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Getaran. Analisis yang digunakan ialah analisi variansi (ANAVA) dengan isi sel tak sama. Dari hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa prasyarat uji telah terpenuhi, maka data yang diperoleh dapat dianalisis dengan ANAVA dua jalan.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat rangkuman rangkuman analisis variansi pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Isi Sel Tak Sama

Sumber

F a P Variansi

Efek Utama

A (Baris) 1219,4328

2 2856,8765 37,91 3,06 < 0.05 Interaksi (AB)

B (Kolom) 5713,7531

- - Total

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dapat dilihat pada lampiran 30 Keputusan uji dari hasil analisis ini adalah berupa kesimpulan hasil pengujian hipotesis, yakni:

1. F a = 16 , 18 > F tabel = 3 , 99 , maka H 01 ditolak.

Hal ini menunjukkan: ”Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa.”

2. F b = 39 , 91 > F tabel = 3 , 06 , maka H 02 ditolak.

Hal ini menunjukkan: ”Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar kategori kuat, sedang dan lemah terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa.”

3. F ab = 0 , 22 < F tabel = 3 , 06 , maka H 03 diterima.

Hal ini menunjukkan: ”Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode belajar ditinjau dari minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

2. Uji Lanjut ANAVA

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan rerata pada ANAVA, maka dilakukan uji komparasi ganda antar rerata dengan metode Scheffe. Rangkuman uji komparasi ganda disajikan dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rangkuman Uji Komparasi Ganda

Harga Kritik

P Kesimpulan Ganda

m > m m 1 · vs m 181, 70 197,73

(signifikan) m · 1 > m · 2

m vs · 1 m · 2 141,37 124,88

m > m m vs · 1 m · 3 181, 70 113,17

(signifikan) m

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan keputusan uji hasil rerata sebagai berikut:

a. F A = 57 , 51 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 . maka H 0 ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris

A 1 (metode eksperimen) dengan baris A 2 (metode demonstrasi) .

b. F B 12 = 41 , 29 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 maka H 0 ditolak.

Hal ini menunjukkan : “Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 1 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori kuat) dan B 2 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori sedang)”.

c. F B 13 = 86 , 95 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 maka H 0 ditolak.

Hal ini menunjukkan:”Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 1 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori kuat) dan B 3 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori lemah)”.

d. F B 23 = 19 , 97 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 maka H 0 ditolak.

Hal ini menunjukkan:”Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 2 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori sedang) dan B 3 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori lemah)”.

Dari keputusan uji tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. F B 12 = 41 , 19 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 menunjukkan bahwa:”Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 1 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori

kuat) dengan B 2 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori sedang).” Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki minat belajar siswa kategori

kuat X 11 =141,37 sedangkan rerata kemampuan kognitif siswa yang memiliki minat belajar siswa kategori sedang X 12 =124,88 sehingga dapat disimpulkan

bahwa siswa yang memiliki minat belajar siswa terhadap Fisika kategori kuat cenderung mempunyai kemampuan kognitif Fisika yang lebih tinggi daripada siswa kategori sedang.

b. F B 13 = 51 , 08 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 menunjukkan: ”Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 1 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori kuat)

dengan B 3 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori lemah)”. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki minat belajar siswa terhadap

Fisika kategori kuat X 11 =141,37 sedangkan rerata kemampuan kognitif siswa kategori lemah X 13 =113,17 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang

memiliki minat belajar siswa terhadap Fisika kategori kuat cenderung mempunyai kemampuan kognitif Fisika yang lebih tinggi daripada siswa kategori lemah.

c. F B 23 = 19 , 97 > F 0 , 05 ; 1 . 70 = 3 , 98 menunjukkan:”Ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B 2 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori

sedang) dengan B 3 (minat belajar siswa terhadap Fisika kategori lemah)”. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki minat belajar terhadap

Fisika kategori sedang X 22 =124,88 sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki minat belajar terhadap Fisika kategori lemah

X B 23 =113,17 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat belajar terhadap Fisika kategori sedang cenderung mempunyai kemampuan kognitif Fisika yang lebih tinggi daripada siswa kategori lemah.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Uji Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil analisis variansi dan uji lanjut ANAVA diperoleh bahwa untuk hipotesis pertama ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA. Dari uji lanjut ANAVA menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme melalui metode eksperimen lebih efektif daripada dengan metode demonstrasi. Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen ternyata memberikan hasil yang lebih baik dibanding metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan pada pendekatan Konstruktivisme melalui metode eksperimen siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga akan memudahkan siswa untuk menemukan jawaban dari konsep yang dipelajari sehingga siswa dapat memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Akan tetapi dalam metode demonstrasi siswa kurang begitu aktif dalam kegiatan pembelajaran karena siswa hanya mengamati percobaan yang dilakukan oleh teman sekelas. Dengan metode eksperimen pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami serta mengetahui sendiri masalah apa yang dihadapi dan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya, sehingga penggunaan pendekatan konstruktivisme sangat mendukung jika dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen karena siswa akan selalu dapat melakukan percobaan sendiri dan secara teratur sehingga konsep- konsep yang didapat secara bertahap melalui serangkaian eksperimen yang didukung diskusi akan memperkuat ingatannya.

Dengan melakukan eksperimen, siswa akan lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri. Selain itu dengan metode ini diharapkan siswa akan lebih memahami konsep Fisika, sedangkan penggunaan metode demonstrasi kurang cocok karena dengan tidak semua siswa dapat melakukan percobaan sendiri, siswa yang pasif hanya dapat melihat temannya melakukan demonstrasi.

2. Uji Hipotesis Kedua

Uji hipotesis kedua menghasilkan kesimpulan bahwa: “Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar terhadap Fisika kategori kuat, sedang, dan lemah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa”. Berdasarkan uji lanjut ANAVA diperoleh kesimpulan bahwa :

a. Siswa yang memiliki minat belajar terhadap Fisika kategori kuat memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa kategori sedang.

b. Siswa yang memiliki minat belajar terhadap Fisika kategori kuat memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa kategori lemah.