Pengujian Prasyarat Analisis

C. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode Lilliefors diperoleh harga statistik uji L obs untuk tingkat signifikasi 0,05 pada masing–masing kelas yakni sebagai berikut:

a) Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Uji Liliefors diperoleh harga Lo = 0.0957. Sedangkan untuk n = 36 pada taraf signifikansi 5 % harga L tabel = 0.1477, karena Lo < L tabel , maka distribusi frekuensi dari data variabel nilai kemampuan kognitif siswa adalah berdistribusi normal.

b) Kelompok Kontrol Dari hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Uji Liliefors diperoleh harga Lo =0.1127 Sedangkan untuk n = 39 pada taraf signifikansi 5 % harga L tabel = 0.1419, karena Lo < L tabel , maka distribusi frekuensi dari data variabel nilai kemampuan kognitif siswa adalah berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Dari hasil perhitungan uji homogenitas dengan Uji Bartlett diperoleh harga 2 x hitung  0.015 . Sedangkan untuk k = 2 pada taraf signifikansi 5 %, harga

2 x 2 tab  3 , 84 1. Karena x hitung  2 x tabel , maka distribusi frekuensi dari data variabel nilai kemampuan kognitif siswa adalah homogen.

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan

Penelitian melibatkan dua variabel bebas. Pertama adalah motivasi belajar Fisika siswa dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi dan rendah. Kedua adalah pembelajaran Fisika dengan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share Dan Number Heads Together. Untuk variabel terikatnya kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Dari hasil uji Anava dua jalan

(2X2) diperoleh harga F A = 18.69; F B = 36.92; dan F AB = 0.49. Harga F tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df A = df B = df AB = 1 dan df ralat = 71 atau F 0.05; 1.71 =

3.98. Hasil pengujian terangkum dalam tabel 4.5. Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Var iansi Dua Jalan

Sumber

F P Variansi

SS

Df MS

18.686 > 0.05 Kolom (B)

Baris (A) 627.37638

1 1239.72464 36.923 > 0.05 Interaksi (AB) 16.39131

- Keputusan uji dari hasil analisis data ini adalah berupa kesimpulan hasil

pengujian hipotesis yaitu :

a) Dari hasil perhitungan bahwa F a = 18.69 > F 0.05; 1.71 = 3.98 maka ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dan model Number Heads Together terhadap kemampuan kognitif siswa

= 3.98 maka ada perbedaan pengaruh antara motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

b) Dari hasil perhitungan bahwa F b = 36.92 > F 0.05; 1.71

c) Dari hasil perhitungan bahwa F ab = 0.49 < F 0.05; 1.71 = 3.98 maka tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif

2 Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris, dan setiap pasangan sel. Hasil analisis uji pasca Anava menggunakan metode Scheffe dapat dirangkum dalam tabel 4.6.

Tabel 4. 6. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Rerata Statistik Uji

Harga Komparasi

Kritik Rerata

F ij 

X i X 1 j 1 MSerr (  )

A 1 vs A 2 75.22222

B 1 vs B 2 76.27778

Dari hasil uji komparasi ganda tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Komparasi rerata antar baris dari perhitungan komparasi ganda diperoleh F A12 = 27.45 > F 0.05; 1.71 = 3.98 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara

baris A 1 (penggunaan modelThink-Pair-Share) dengan baris A 2 (penggunaan

model Number Heads Together). Dari analisa data menunjukkan bahwa metode TPS menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode NHT.

2. Komparasi rerata antar baris dari perhitungan komparasi ganda diperoleh F B12 = 45.63 > F 0.05; 1.71 = 3.98 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara

kolom B 1 (Motivasi Belajar siswa kategori tinggi) dan kolom B 2 (Motivasi

Belajar siswa kategori rendah). Dari analisa data menunjukkan bahwa motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada motivasi belajar rendah.