Peranan Daktiloskopi dalam Mengungkapkan Kasus Tindak Pidana Pencurian dengan Sidik Jari di Polres Sragen

B. Peranan Daktiloskopi dalam Mengungkapkan Kasus Tindak Pidana Pencurian dengan Sidik Jari di Polres Sragen

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan mengenai peranan Daktiloskopi yang pada umumnya tidak hanya diterapkan di Indonesia tetapi juga di negara lain seperti Amerika. Pada pembahasan kali ini, penulis akan menjelaskan bagaimana peranan Daktiloskopi dalam mengungkapkan kasus tindak pidana pencurian di Kota Sragen. Polres Sragen sebagai penegak hukum di wilayah Sragen tentu saja menangani banyak kasus tindak pidana, dalam hal ini kasus pencurian. Untuk kasus tindak pidana pencurian itu sendiri, selama tahun 2011 Polres Sragen sudah menangani kasus pencurian sebanyak 216 kasus pencurian dalam rentan waktu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 dan dari 216 kasus, yang sudah berhasil diselesaikan jumlahnya sebanyak 72 kasus pencurian.

Sidik jari dipakai oleh Polres Sragen sebagai alat untuk mengungkap tindak pidana pencurian guna mengetahui tersangka, karena sidik jari dianggap efektif dalam proses pengungkapan. Selain menggunakan sidik jari, pengenalan kembali juga dapat dilakukan melalui sidik tapak kaki dan sidik bibir namun tidak pernah dipakai, hal ini dikarenakan kurangnya sarana prasarana yang menunjang pelaksanaannya.

Menurut keterangan Bapak Aiptu Sumarjono (Kanit Identifikasi Polres Sragen) dikatakan bahwa: “Daktiloskopi sangat membantu dalam proses pengungkapan pencurian, karena Daktiloskopi merupakan salah satu sistem yang paling efektif dalam proses pengungkapan pencurian” (wawancara dengan Kanit Reskrim Polres Sragen, Senin 3 Oktober 2011).

penyidikan, diantaranya adalah biaya lebih murah, praktis, hanya memakan waktu singkat dan cepat. Keuntungan dengan memakai sidik jari tersebut sangat membantu dalam penanganan proses pengungkapan tindak pidana pencurian. Menurut keterangan dari Bapak Aiptu Sumarjono, dikatakan bahwa:

“Pada umumnya jenis sidik jari yang dapat dijumpai di tempat kejadian perkara adalah sidik jari Latent Impression yaitu sidik jari yang tidak langsung dapat terlihat dan memerlukan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu untuk membuatnya terlihat jelas” (wawancara dengan Kanit Identifikasi Polres Sragen, Senin 3 Oktober 2011).

Untuk pencarian sidik jari latent (sidik jari yang tertinggal di TKP) di tempat kejadian perkara, digunakan lampu senter (flash light) yang disorotkan miring pada permukaan. Bila cahaya lampu senter disorotkan dari arah yang tepat, sidik jari latent yang tertinggal pada permukaan tersebut akan terlihat jelas, tetapi sering kali ditemukan juga bekas sarung tangan di tempat kejadian perkara. Hal ini tentu saja tidak boleh mengurangi semangat dan kinerja petugas karena usaha pencarian harus tetap dilanjutkan seperti biasa dengan memperhatikan tempat-tempat dimana tersangka mungkin telah membuka sarung tangannya untuk melakukan beberapa pekerjaan yang sulit. Dalam melakukan pencarian sidik jari latent yang demikian tersebut petugas penyidik dituntut untuk mampu dan membayangkan apa saja yang telah disentuh atau dipegang tersangka dalam melakukan operasi kejahatannya. Meskipun tidak ada ketentuan yang mengikat tentang tempat-tempat di mana pencarian sidik jari latent harus dilakukan, hal tersebut di bawah ini dapat dipakai sebagai pedoman yaitu:

1) Tempat tersangka masuk;

2) Obyek yang dirusak;

3) Benda-benda yang dipindahkan atau dipegang tersangka;

4) Alat-alat yang digunakan untuk pembongkaran (baik yang tertinggal atau yang ditemukan kemudian);

5) Tempat keluar tersangka;

6) Barang-barang yang ditemukan kembali. Pada peristiwa pencurian mobil, yang ditemukan kembali, pencarian dilakukan pada:

1) Pegangan pintu mobil;

2) Tempat duduk pengemudi, termasuk jendela samping dan depan serta kerangka pintu;

3) Pegangan versneling;

4) Kaca spion;

5) Kepala sabuk pengaman;

6) Benda-benda lain yang mungkin telah dipindahkan atau dipegang (Penuntun Daktiloskopi Subdirektorat Identifikasi Reserse Polri, 1986:83).

Dengan demikian apabila Kepolisian (dalam hal ini adalah Polres Sragen) memerankan sidik jari sebagai upaya bantu mengenal pelaku tindak pidana dengan baik, pasti pihak Kepolisian tidak akan mendapat kesulitan dan tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar (kekerasan/paksaan) untuk mendapatkan bukti, sebab sidik jari cukup sah untuk membuktikan seseorang menjadi tersangka atau bukan, sehingga dapat dihindarkan dari kemungkinan petugas penyidik melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fungsinya selaku aparat penegak hukum ataupun abdi masyarakat.

Dari hasil wawancara dengan Aiptu Sumarjono (Kanit Identifikasi Polres Sragen) dalam menangani kasus tindak pidana pencurian, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut; Dari hasil wawancara dengan Aiptu Sumarjono (Kanit Identifikasi Polres Sragen) dalam menangani kasus tindak pidana pencurian, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut;

2. Setelah itu diadakan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), memeriksa cara pelaku masuk dan keluar dari tempat kejadian perkara serta memeriksa apa yang telah dilakukan pelaku.

3. Kemudian mengumpulkan barang bukti yang tertinggal, pengambilan sidik jari laten dan pemotretan gambar (wawancara dengan Kanit Reskrim Polres Sragen, Senin 3 Oktober 2011).

Di dalam pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang tertinggal di Tempat Kejadian Perkara (dalam hal ini bekas sidik jari), biasanya terdapat pada tembok, pintu, benda-benda yang dirusak dan ditinggalkan oleh pelaku, karena terdapat suatu ungkapan bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga dalam arti lain sepandai-pandainya penjahat melakukan kejahatannya pasti membuat kesalahan sebab dalam melakukan kejahatan tersebut seorang penjahat selalu dibayangi rasa takut dan bersalah.

Menurut Aiptu Sumarjono (Kanit Identifikasi Polres Sragen), disebutkan bahwa: “Pengambilan sidik jari tidak hanya diambil dari tempat kejadian perkara (TKP) tetapi juga dari barang bawaan pelaku yang tertinggal” (wawancara dengan Kanit Identifikasi Polres Sragen, Senin 3 Oktober 2011).

Sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara lebih dikenal dengan istilah sidik jari latent yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengenal kembali pelaku disamping bukti-bukti lain. Petugas penyidik sendiri harus berhati-hati dan mengusahakan agar bukti sidik jari tersebut tidak rusak ataupun hilang agar memudahkan proses penyidikan yang lebih lanjut. Kemudian sidik jari yang tertinggal tersebut diangkat dengan Sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara lebih dikenal dengan istilah sidik jari latent yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengenal kembali pelaku disamping bukti-bukti lain. Petugas penyidik sendiri harus berhati-hati dan mengusahakan agar bukti sidik jari tersebut tidak rusak ataupun hilang agar memudahkan proses penyidikan yang lebih lanjut. Kemudian sidik jari yang tertinggal tersebut diangkat dengan

Berdasarkan buku Penuntun Daktiloskopi juga disebutkan bahwa: “Serbuk yang digunakan untuk mengembangkan sidik jari laten

warnanya harus kontras dengan latar belakang (back ground) dimana sidik jari laten itu tertinggal. Misalnya latar belakang berwarna hitam (warna gelap) maka serbuk serbuk harus berwarna putih (berwarna terang). Hal ini tidak saja memungkinkan petugas dapat melihat dengan jelas sidik jari laten tersebut, tetapi juga sebagai suatu bantuan untuk mengangkat (lifting) atau memotret sidik jari laten tersebut” (Penuntun Daktiloskopi Subdirektorat Identifikasi Reserse Polri, 1986:86).

“Sebelum sidik jari latent yang ditemukan dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik jari yang tersimpan di file atas nama orang tertentu, terlebih dahulu sidik jari latent tersebut dibandingkan dengan sidik jari orang- orang yang secara sah telah memegang sesuatu di TKP (elimination prints) dan juga orang-orang yang dicurigai” (Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sidik Jari, 2000:57).

Proses selanjutnya adalah dituangkan dalam berita acara pengangkatan sidik jari. Setelah itu sidik jari dikembangkan dan dirumuskan dengan cara manual atau menggunakan tinta, dengan sidik jari yang ada dikartu pembanding yang tersimpan pada arsip Kepolisian Sragen yang memuat daftar atau register sidik jari tersangka yang pernah melakukan tindak pidana sebelumnya, kemudian dilakukan pencocokan dan dapatlah diketahui siapa yang mempunyai bekas sidik jari tersebut, dengan kata lain dapat menjadi kunci sukses usaha pengenalan kembali dan penentuan siapa sebenarnya pelaku suatu tindak pidana yang terjadi. Sudah barang tentu diperlukan sidik jari pembanding yang sudah tersedia sebelumnya di file kartu sidik jari yang Proses selanjutnya adalah dituangkan dalam berita acara pengangkatan sidik jari. Setelah itu sidik jari dikembangkan dan dirumuskan dengan cara manual atau menggunakan tinta, dengan sidik jari yang ada dikartu pembanding yang tersimpan pada arsip Kepolisian Sragen yang memuat daftar atau register sidik jari tersangka yang pernah melakukan tindak pidana sebelumnya, kemudian dilakukan pencocokan dan dapatlah diketahui siapa yang mempunyai bekas sidik jari tersebut, dengan kata lain dapat menjadi kunci sukses usaha pengenalan kembali dan penentuan siapa sebenarnya pelaku suatu tindak pidana yang terjadi. Sudah barang tentu diperlukan sidik jari pembanding yang sudah tersedia sebelumnya di file kartu sidik jari yang

Di Indonesia khususnya di Kabupaten Sragen sebagai wilayah hukum Polres Sragen belum semua warganya pernah diambil sidik jarinya, jadi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan sidik jarinya untuk dijadikan bahan pembanding, Polres akan mengalami kesulitan. Sidik jari yang ada di arsip Polres Sragen diakui sebagian belum banyak membantu untuk mengenali pelaku kejahatan (pencurian). Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut belum pernah diambil sidik jarinya di Polres Sragen, sehingga sidik jari tersebut tidak dapat dibandingkan.

Secara garis besar, peranan Daktiloskopi dalam mengungkap kasus tindak pidana pencurian kurang terlihat peranannya karena diperlukan sidik jari pembanding untuk dapat dibandingkan dengan sidik jari latent yang ada di TKP. Walaupun demikian bukan berarti peranan Daktiloskopi tidak ada di Polres Sragen. Berikut kasus tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah hukum Polres Sragen yang berhasil diungkap dengan peranan Dactyloscopy melalui pemeriksaan orang-orang yang dicurigai dan pemeriksaan saksi-saksi yaitu: Kasus pencurian uang dan barang di Kantor Balai Rehabilitasi Sosial Raharjo

: Telah terjadi pencurian uang dan barang pada tanggal 30 Januari 2011 di Kantor Balai Rehabilitasi Sosial Raharjo, yang dilakukan oleh tersangka Sukimin. Pegawai Kantor bernama Sri Miyatun (saksi I/pelapor), telah mendapatkan barang-barangnya hilang, antara lain :

- Uang tunai sebesar Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) di

dalam Brankas dalam Brankas

Setelah diadakan pemeriksaan diadakan pemeriksaan oleh Kanit Identifikasi dari Kepolisian Resor Sragen yaitu Aiptu Sumarjono, dengan mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) telah mengadakan pencarian sidik jari laten dan bekas-bekas lainnya sehubungan dengan kasus tersebut, ditemukannya beberapa sidik jari laten yang tertinggal yang diduga milik tersangka. Kemudian diadakan pemeriksaan bandingan antara sidik jari laten yang ditemukan di TKP dengan sidik jari tersangka yang terdapat pada kartu AK23. Untuk memudahkan pemeriksaan sidik jari laten hasil temuan di TKP diberi tanda huruf A, sedangkan sidik jari yang terdapat pada kartu AK23 atas nama tersangka diberi tanda huruf B. Terhadap sidik jari tersebut kemudian dilakukan pemotretan dan diproduksi dengan dibesarkan beberapa kali dengan posisi yang sama. Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan perbandingan persamaan sidik jari, menurut Aiptu Sumarjono antara sidik jari laten hasil temuan di TKP (A) dengan sidik jari di kartu AK23 atas nama tersangka (B), dapat ditarik kesimpulan bahwa sidik jari yang diberi huruf A itu identik (sama) dengan sidik jari yang diberi huruf B (Sumber Data Kantor Unit Identifikasi Reskrim Kepolisian Resor Sragen)

Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa telah terbukti sidik jari latent yang terdapat di tempat kejadian perkara setelah dikembangkan dapat digunakan untuk mengenal identitas seseorang, sehingga dapat diketahui pelaku tindak pidana tersebut. Dengan demikian dapat mengungkap kasus tersebut dengan menggunakan peranan Daktiloskopi.