Pernikahan Homoseksual

Pernikahan Homoseksual

Pernikahan adalah peraturan suci yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Dalam peraturan atau tata tertip pernikahan itu Tuhan mengaruniakan persekutuan khusus antara suami dan istri untuk dijalani bersama sebagai sumber yang membahagiakan kehidupan mereka. Pernikahan adalah persekutuan seorang laki-laki dengan seorang perempuan, menurut tata penciptaan: “Allah menciptakan laki-laki dan perempuan” (kejadian 1:27); “Allah menciptakan perempuan dari rusuk laki-laki dan membawanya kepada laki-laki itu” (kejadian 2:22). Kemudian, “keduanya menjadi satu daging,….manusia dan istrinya…” (Kejadian 2:23-25). Ayat-ayat ini dikutip Tuhan Yesus dalam mengukuhkan hakekat pernikahan (Matius 19:4-6). Itu

sebabnya pernikahan Kristen adalah sesuatu yang suci. 43 Dalam dunia sekarang ini telah banyak ditemui penyimpangan dari pernikahan yang suci ini, dimana telah terjadi pernikahan antara sesama jenis atau pernikahan homoseksual dan beberapa negara telah mengilegalkan pernikahan homoseksual.

Pengadilan tinggi Ontario Kanada telah memutuskan untuk merestui perkawinan dua orang dari jenis kelamin yang sama pada hari rabu tanggal 11 Juni 2003. pada hari yang bersejarah itu telah menikahkan empat pasangan dan ratusan pasangan yang lainnya akan menyusul hari- hari berikutnya. Kanada Negara ketiga setelah Belanda dan Belgia yang memberi persamaan hak kepada kaum gay dan lesbian untuk menikah

secara resmi seperti kaum heteroseksual. 44 Di Indonesia telah ada banyak pasangan homoseksual dan bahkan ada

yang telah melangsungkan pernikahan diantara mereka. Salah satunya adalah pernikahan homoseksual antara Wim dan Philip 45 . Pernikahan

homoseksual adalah sesuatu yang ditentang oleh Allah. Pernikahan Kristen tidak menganggap perkawinan homoseksual atau lesbian sebagai

44 Robert P. Borrong, Etika Seksual Kontemporer (Bandung: Ink Media, 2006) 16. “Pernikahan Gay di Kanada, Belanda dan Belgia.” Diakses tanggal 24 Mei 2008;

tersedia di http://www.home.planet.nl/~rudolfw/hal2.html. 45

Herlianto, “Homoseksualitas” ; diakses tanggal 24 Mei 2008; tersedia di http;//www.yabina.org/artikel/A’10-61.htm.

pernikahan yang dikehendaki Allah. Homoseksual ditolak Alkitab karena terkait dengan penyembahan berhala 46 (Ulangan 23:17-18). Praktek

homoseksual dianggap sebagai praktek manusia yang dikuasai oleh hawa nafsu (Roma 1:27-28) yang menjadi bukti pemberontakan kepada Allah dan dianggap sebagai salah satu perbuatan yang akan dihukum (I Korintus 6:9). Ada yang mengemukakan bahwa Yesus mengajarkan kasih dan tidak pernah menyinggung hubungan seksual homo. Memang Tuhan Yesus tidak secara eksplisit berbicara mengenai homoseksualitas, namun jelas secara implisit Ia mengatakan meneguhkan firman dalam kitab Kejadian tentang penciptaan laki-laki dan perempuan (Matius 19:4), dan Ia menyebut hubungan suami-istri secara seksual dalam pernikahan sebagai kodrat (ayat

5) dan agar tidak bercerai (ayat 6). Pada akhir uraian-Nya Yesus mengakui bahwa ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dijadikan demikian oleh orang lain (dikebiri), dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga (Matius 19:12). Dalam konteks ini Yesus menyebut kawin sebagai hubungan seksual hetero yang terikat suami istri yang monogami. Dalam Perjanjian Lama, memang pelaku homo cenderung disalahkan dan dihukum berat, tetapi dalam Perjanjian Lama sekalipun ancaman hukuman masih ada, Tuhan Yesus memberikan dimensi baru dengan kasih dalam menghadapi penyimpangan seksualitas termasuk perilaku gay. Kasus perempuan berzina dalam injil Yohanes 8:1-11 menunjukkan dengan jelas kasih Perjanjian Baru dibandingkan hukum Perjanjian Lama, tetapi itu tidak berarti Tuhan Yesus merestui perzinahan itu, tetapi Ia mengatakan kepada perempuan itu agar “jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (ayat 11), suatu pergeseran dari hukuman kepada penyadaran dan kesempatan memperbaiki diri. Pernikahan homoseksual harus ditentang karena tidak sesuai dengan kehendak Allah, tetapi harus mengasihi mereka yang terlibat dalam hubungan homoseksual, mereka harus di rangkul dan ditolong supaya mereka lepas dari keterikatan homoseksual dengan memberikan perhatian sosial-psikologis dan lebih- lebih spiritual.