Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan makna dari kata- kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mendefenisikan beberapa istilah dalam linguistik, khususnya yang mencangkup tentang semantik. Linguistik berarti adalah ilmu bahasa. Oleh karena itu, ilmu linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik tersebut, bukan hanya mempelajari sebuah bahasa saja, melainkan seluk-beluk bahasa pada umumnya. Salah satu kajian dari linguistik adalah semantik atau kajian makna. Semantik merupakan salah satu bidang Linguistik yang mempelajari tentang makna. Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu “sema” kata benda yang berarti “tanda atau lambang”. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Seperti yang dikemukan oleh Ferdinan de Saussure, tanda lingustik terdiri dari : 1 Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2 Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referentacuanhal yang ditunjuk. Jadi, Ilmu Semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal- hal yang ditandainya dan ilmu tentang makna atau arti. Universitas Sumatera Utara Kosakata goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dalam bahasa Jepang, baik itu dalam ragam tulisan maupun ragam lisan. Kosakata goi dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba doushi, adjektiva-I keiyoushi, adjektiva-Na keiyoudoushi, nomina meishi, pronomina rentaishi, adverbial fukushi, interjeksi kandoushi, konjugasi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, dan partikel joshi, Sudjianto, 2004:98. Iroiro dan samazama yang akan dibahas di dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan adjektiva-Na keiyoudoushi. Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis fungsi dan makna adjektiva iroiro dan samazama yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini menyangkut tataran bidang linguistik yaitu semantik. Objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi makna antar satu kata dengan kata yang lainnya go no imi kankei, makna frase ku no imi, dan makna kalimat bun no imi. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya adalah sinonim, karena dalam hal ini adjektiva iroiro dan samazama merupakan kata-kata yang bersinonim. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 1994:297. Dua buah ujaran atau lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain yaitu faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang Universitas Sumatera Utara kegiatan, dan faktor nuansa makna. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan ruigigo.

1.4.2 Kerangka Teori