14
Pada bagian kedua dari alat ukur Buss 1985 adalah bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan. bagian ini terdiri dari 18 karakteristik preferensi
pemilihan pasangan. partisipan merespon dengan 5 jawaban yang mempunyai skor bergerak dari nol 0 sampai 4.
Pada bagian ketiga atau bagian terakhir alat ukur subjek diminta untuk merangking 13 karakteristik preferensi pemilihan pasangan.
D. Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi. Secara umum, orang yang namanya terdaftar
belajar di perguruan tinggi. Pengertian mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan
tinggi tertentu. Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
E. Dewasa Awal
Dilihat dari perkembangan usia mahasiswa, dapat dikatakan bahwa mereka sudah memikirkan tentang pasangan hidup. Hurlock 1999 pada dewasa
awal tugas perkembangan dalam mencari pasangan hidup sudah ada. Hurlock 1999 mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai
umur 40 tahun, dan saat itu juga perubahan-perubahan fisik dan psikologis mulai mengalami penurunan berkurangnya kemampuan reproduktif. Dilihat dari rentang
usia dewasa awal menurut Hurlock 1999, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal.
Universitas Sumatera Utara
15
Hurlock 1999 membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain:
a. Sudah memulai untuk bekerja b. Mencari dan memilih pasangan
c. Memulai untuk membina keluarga d. Dapat mengasuh anak
e. Mengelola rumah tangga f. Dapat mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
g. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan Santrock 2002 mengatakan masa dewasa muda adalah masa untuk
bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Dewasa awal sudah memikirkan tentang pernikahan. Untuk itu dalam hal memilih pasangan, dewasa
awal sudah matang untuk membuat keputusan kriterita yang cocok untuk dirinya.
F. Suku Karo
Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Masyarakat karo persebarannya dapat dikatakan luas.
Daerah suku Karo antara lain, Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Suku Karo sangat banyak dipengaruhi oleh lingkungan
alam, suku Karo termasuk suku pedalaman dan melintas agraris. Suku Karo sendiri memiliki lima marga yaitu, Karo-Karo, Ginting, Tarigan, dan Perangin-
angin Tarigan, 2009. Apabila masyarakat ingin menjalani tradisi suku Karo,
Universitas Sumatera Utara
16
harus mengacu pada tradisi yang ada di kabupaten Karo. Daerah suku Karo identik dengan “Taneh Karo” hal ini dikarenakan suku Karo masih menjalani
kebudayaan Karo secara ketat dan menjadi standarideal untuk ditiru Koentjaraningrat, 1984. Sebagai masyarakat yang terisolir di pedalaman dataran
tinggi, ternyata adanya sebuah komunitas yang membentuk sebuah budaya yang menjadi patron bagi masyarakat Karo Tarigan, 2009.
Pada suku Karo sistem kekerabatan dan perkawinan begitu menentukan keberlangsungan tatanan adat-istiadat serta struktur sosialnya secara harmonis.
Mereka berupaya menjaga perkawinan ideal dalam tradisi Karo, yakni si pemuda atau gadis wajib menikahi impal-nya seorang laki-laki dengan anak perempuan
saudara laki-laki ibunya sebagai pasangan idealnya Tarigan, 2009. Suku Karo mempertahankan anggota keluarga satu suku, suku Karo
sendiri khususnya orangtua dan keluarga masih memegang peranan yang besar dalam penentuan pasangan hidup seseorang. Di dalam masyarakat Karo itu
sendiri, perkawinan terjadi bukan hanya antara kedua individu yang akan menikah, tetapi juga perkawinan antar dua keluarga, di sinilah berkembang suatu
ikatan kekeluargaan dan keluarga inti. Makna perkawinan yang sakral membuat perkawinan pada suku Karo secara filosofi mengadakan pesta yang dibuat oleh
orang tua kedua mempelai. Kedua calon mempelai tidak dibebani tanggung jawab untuk mengadakan pesta, namun yang bertanggung jawab adalah kedua orang tua
dari calon mempelai, terutama orang tua pihak laki-laki Tarigan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
17
F.1. Sifat-Sifat Masyarakat Karo
Menurut Bangun 2006 adapun sifat-sifat masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut :
A. Percaya Diri Masyarakat Karo pada umumnya percaya akan kekuatannya sendiri.
Berkaitan dengan sikap percaya dirinya, masyarakat Karo bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak jarang masyarakat Karo
dengan kekuatannya sendiri mencapai banyak karir karena usahanya. B. Tidak Serakah
Masyarakat Karo mendambakan hidup yang sejahtera, namun mereka tidak melaluinya dengan berperilaku serakah atau tamak. Masyarakat Karo
gigih dalam mempertahankan haknya, mereka tidak serakah jika itu bukan haknya.
C. Sopan Masyarakat Karo memliki sikap yang sopan. Mereka berbicara dengan
nada suara yang lembut dan cenderung tidak keras. Masyarakat Karo juga tidak memonopoli, bagi masyarakat Karo sikap sopan santun merupakan
satu modal pokok dalam kehidupan bermasyarakat D. Mudah Menyesuaikan Diri
Masyarakat Karo mudah menyesuaikan diri di tempat baru mereka berdomisili. Masyarakat Karo memiliki tenggang rasa sehingga dalam
bergaul, masyarakat Karo pada umumnya disenangi.
Universitas Sumatera Utara
18
G. Preferensi pemilihan pasangan Mahasiswa Karo Universitas Sumatera Utara