Gambaran Strategi Akulturas pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara

(1)

GAMBARAN STRATEGI AKULTURAS PADA MAHASISWA

ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

FENNY KURNIAWAN

071301032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2011/2012


(2)

GAMBARAN STRATEGI AKULTURAS PADA MAHASISWA

ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

FENNY KURNIAWAN

071301032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2011/2012


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Gambaran Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2012

FENNY KURNIAWAN NIM 071301032


(4)

Gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di universitas sumatera utara

Fenny Kurniawan dan Rika Eliana

ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang membuka peluang dalam menerima mahasiswa asing. Salah satu universitas di Indonesia yang menerima mahasiswa asing adalah Universitas Sumatera Utara (USU). Universitas Sumatera Utara menerima mahasiswa asing yang berasal dari Malaysia. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan jenjang pendidikan di USU akan mengalami perbedaan terutama dalam hal budaya. Dengan adanya perbedaan tersebut maka mahasiswa asing membutuhkan cara untuk beradaptasi dengan budaya baru. Cara adaptasi tersebut disebut sebagai strategi akulturasi. Strategi akulturasi terdiri dari 4 strategi, yaitu strategi integrasi, strategi asimilasi, strategi separasi, dan strategi marginalisasi. Teori strategi akulturasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Berry (2006), dimana skulturasi mempunyai dua aspek, yaitu cultural maintenance dan contact and participation terkhusus pada friendship. Hubungan antara kedua aspek tersebut yang akan menghasilkan strategi apa yang digunakan oleh mahasiswa asing tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di USU. Alat ukur yang digunakan dalam peneliitan ini adalah skala akulturasi yang disusun oleh peneliti, dengan jumlah aitem 20 buah dan reliabilitas alpha sebesar 0,726 untuk aspek pertama dan 0,864 untuk aspek kedua. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 119 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan strategi integrasi sebanyak 78 orang (65.5%), mahasiswa yang menggunakan strategi asimilasi sebanyak 4 orang (3.4%), mahasiswa yang menggunakan strategi separasi sebanyak 13 orang (10.9%), mahasiswa yang menggunakan strategi marginalisai sebanyak 1 orang (0.8%), dan mahasiswa yang tidak dapat terkategorisasikan sebanyak 23 orang (19.3%). Secara umum, mahasiswa asing di USU menggunakan strategi integrasi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini bertujuan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana S-1 Psikologi di bidang Psikologi Sosial pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Rika Eliana, M. Psi., selaku Pembimbing Skripsi saya, terimakasih atas bimbingan, saran, dan arahan yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Meutia Nauly, M. Psi., selaku Ketua Departemen Psikologi Sosial Universitas Sumatera Utara, kak Ridhoi Meilona Purba, M.Si., selaku Sekertaris Departemen Psikologi Sosial dan staff pengajar Psikologi Sosial Universitas Sumatera Utara, serta bang Alif Burhan, terima kasih atas bimbingan, saran, dan arahan yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Raras Sutatminingsih, M.Si., psikolog, selaku Pembing Akademik saya, terima kasih atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada saya selama ini.


(6)

5. Kedua orang tua saya dan keluarga saya, terima kasih atas dukungan moril dan materilnya.

6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

7. Teman-teman seperjuangan Skripsi ,dan teman-teman angkatan 2007, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

8. Teruntuk teman saya Margareth Hutabarat yang sudah menemani saya jalan-jalan ke Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi, terima kasih banyak untuk kesediaannya.

9. Untuk teman-teman yang telah membantu saya mencari mahasiswa asing di fakultas kedokteran dan kedokteran gigi, terima kasih untuk bantuannya.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua.

Medan, Januari 2012


(7)

DAFTAR ISI

COVER HALAMAN DEPAN... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR RUMUS ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A . LATAR BELAKANG ... 1

B. PERTANYAAN PENELITIAN ... 8

C. TUJUAN PENELITIAN... 9

D. MANFAAT PENELITIAN ... 9

E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. AKULTURASI ... 11


(8)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi... 13

3. Jenis-jenis Akulturasi ... 14

4. Kerangka Kerja Akulturasi ... 15

5. Strategi-Strategi Akulturasi ... 16

6. Aspek-Aspek Akulturasi ... 18

B. MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA ... 20

C. GAMBARAN STRATEGI AKULTURASI PADA MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ... 21

D. KERANGKA BERPIKIR ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. VARIABEL PENELITIAN ... 26

B. DEFENISI OPERASIONAL... 26

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian ... 28

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN... 29

E. UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS ALAT UKUR ... 30

1. Uji Validitas... 30

2. Uji Reliabilitas ... 31

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR ... 32


(9)

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 36

a. Rancangan alat dan instrumen penelitian ... 36

b. Uji Coba Alat Ukur... 37

c. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ... 38

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 38

3. Tahap Pengolahan Data ... 39

H. METODE ANALISA DATA ... 40

BAB IV ANALISISI DATA DAN PEMBAHASAN ... 42

A. ANALISIS DATA ... 42

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 42

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 42

b. Gambaran subjek berdasarkan suku ... 43

c. Gambaran subjek berdasarkan keanggotaan dalam organisasi campuran ... 44

d. Gambaran subjek berdasarkan lama tinggal di Medan ... 46

2. Hasil Penelitian ... 47

a. Hasil Utama Penelitian ... 47

i. Uji Normalitas ... 47

ii. Gambaran Umum Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ... 48


(10)

i. Gambaran Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing

ditinjau dari Jenis Kelamin... 51

ii. Gambaran Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing ditinjau dari Suku ... 52

iii. Gambaran Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing ditinjau dari Keanggotaan dalam Organisasi Campuran ... 54

iv. Gambaran Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing ditinjau dari Lama Tinggal di Medan ... 56

B. PEMBAHASAN... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. KESIMPULAN ... 64

B. SARAN ... 66

1. Saran Metodologis... 66

2. Saran Praktis ... 67


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Strategi Akulturasi... 18

Tabel 3.1 Blue Print skala akulturasi sebelum uji coba... 29

Tabel 3.2 Distribusi Aitem Skala Akulturasi sebelum Uji Coba ... 33

Tabel 3.2.1 Distribusi Aitem Skala Akultutasi setelah Uji Coba ... 34

Tabel 3.3 Perubahan Nomor Skala setelah Uji Coba ... 35

Tabel 3.4 Distribusi Aitem pada Skala Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2 Persentase Subjek Berdasarkan Suku... 43

Tabel 4.3 Persentase Subjek Berdasarkan Keanggotan dalam Organisasi Campuran ... 45

Tabel 4.4 Persentase Subjek Berdasarkan Lama Tinggal di Medan ... 46

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Akulturasi ... 48

Tabel 4.6 Kategorisasi Strategi Akulturasi ... 49

Tabel 4.7 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ... 50

Tabel 4.8 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utaraditinjau dari Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.9 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari Suku ... 53


(12)

Tabel 4.10 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari Keanggotaan dalam Organisasi Campuran ... 55 Tabel 4.11 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari Lama Tinggal di Medan . 57


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Akulturasi ... 15 Gambar 4.1 Kategorisasi Strategi Akulturasi pada Sumbu X dan Y ... 49


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 43 Grafik 4.2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku ... 44 Grafik 4.3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Keanggotaan dalam Organisasi Campuran ... 45 Grafik 4.4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Tinggal di Medan ... 47 Grafik 4.5 Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara ... 50


(15)

DAFTAR RUMUS


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Mentah Skala Uji Coba ... 70

Lampiran 2 Data Mentah Skala Penelitian... 74

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Aspek 1 ... 82

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Aspek 2 ... 88

Lampiran 5 Uji Normalitas ... 93


(17)

Gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di universitas sumatera utara

Fenny Kurniawan dan Rika Eliana

ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang membuka peluang dalam menerima mahasiswa asing. Salah satu universitas di Indonesia yang menerima mahasiswa asing adalah Universitas Sumatera Utara (USU). Universitas Sumatera Utara menerima mahasiswa asing yang berasal dari Malaysia. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan jenjang pendidikan di USU akan mengalami perbedaan terutama dalam hal budaya. Dengan adanya perbedaan tersebut maka mahasiswa asing membutuhkan cara untuk beradaptasi dengan budaya baru. Cara adaptasi tersebut disebut sebagai strategi akulturasi. Strategi akulturasi terdiri dari 4 strategi, yaitu strategi integrasi, strategi asimilasi, strategi separasi, dan strategi marginalisasi. Teori strategi akulturasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Berry (2006), dimana skulturasi mempunyai dua aspek, yaitu cultural maintenance dan contact and participation terkhusus pada friendship. Hubungan antara kedua aspek tersebut yang akan menghasilkan strategi apa yang digunakan oleh mahasiswa asing tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di USU. Alat ukur yang digunakan dalam peneliitan ini adalah skala akulturasi yang disusun oleh peneliti, dengan jumlah aitem 20 buah dan reliabilitas alpha sebesar 0,726 untuk aspek pertama dan 0,864 untuk aspek kedua. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 119 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan strategi integrasi sebanyak 78 orang (65.5%), mahasiswa yang menggunakan strategi asimilasi sebanyak 4 orang (3.4%), mahasiswa yang menggunakan strategi separasi sebanyak 13 orang (10.9%), mahasiswa yang menggunakan strategi marginalisai sebanyak 1 orang (0.8%), dan mahasiswa yang tidak dapat terkategorisasikan sebanyak 23 orang (19.3%). Secara umum, mahasiswa asing di USU menggunakan strategi integrasi.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagian besar siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang Perguruan Tinggi (PT). Fenomena tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan pada seluruh siswa di negara lainnya. Begitu pula dengan siswa dari Malaysia, mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi baik perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri (Metro News.com).

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang membuka peluang dalam menerima mahasiswa asing. Hal yang melatarbelakangi mahasiswa Malaysia untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia adalah masalah ekonomi, dimana mereka mencari perguruan tinggi yang memiliki tingkatan yang sama dengan yang ada pada negara mereka tetapi dengan biaya yang lebih murah (Waspada, 9/3/2010). Berdasarkan data KBRI di Malaysia, jumlah siswa Malaysia yang melanjutkan kuliah di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan (Media Indonesia.com).

Salah satu kota yang menerima mahasiswa asing di Indonesia tersebut adalah Medan. Universitas yang paling banyak menerima mahasiswa asing di kota Medan adalah Universitas Sumatera Utara (USU). Mayoritas mahasiswa asing ini berasal dari negara Malaysia (Waspada, 04/10/2010).


(19)

Menurut Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, Sp.A(K), Rektor Universitas Sumatera Utara, saat ini jumlah mahasiswa dari Malaysia yang belajar di Universitas Sumatera Utara sekitar 1.200 orang. Tiap tahunnya ada sekitar 300 mahasiswa yang datang. Umumnya mahasiswa Malaysia yang belajar di Universitas Sumatera Utara mengambil studi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Jumlah itu diperkirakan bertambah mengingat ke depannya akan ada hubungan kerjasama antara perguruan tinggi Malaysia dan Universitas Sumatera Utara di bidang Ekonomi, Hukum dan Keperawatan. Humas Universitas Sumatera Utara, Bisru Hafi, mengatakan bahwa total mahasiswa asal Malaysia yang kuliah di Universitas Sumatera Utara mencapai 1.250 orang. Sebanyak 70 persen berada di Fakultas Kedokteran dan 30 persen di Fakultas Kedokteran Gigi (Berita Sore, 9/3/2011).

Mahasiswa asing asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara terdiri dari suku Tamil, Melayu, dan Cina. Suku Melayu biasanya diharapkan untuk memakai sarung dan kebaya, baju kurung, baju Melayu, dan kerudung yang berhubungan dengan muslim. Wanita biasanya diharapkan memakai kerudung dan pria memakai songkok atau kopiah (Tsui, 2005). Pada hasil observasi di Universitas Sumatera Utara, wanita Melayu memakai pakaian kurung dan kerudung, tetapi pria Melayu tidak memakai songkok atau kopiah.

Suku Tamil biasanya berbahasa Tamil, Malayam, dan dialek Hindu lainnya. Penggunaan bahasa Tamil baik secara lisan ataupun tulisan di sekolah Tamil sangat ditekankan untuk melestarikan kebudayaan (Tsui, 2005). Mayoritas mereka memeluk agama Hindu. Masyarakat Tamil sangat menghargai hubungan


(20)

3

keluarga, mempertahankan nilai-nilai dan tradisi kebudayaan mereka, terbuka dan sangat peduli dengan lingkungan (Verma, 2000).

Suku Cina di Malaysia minimal mampu paling sedikit satu dialek bahasa Cina. Suku Cina biasanya berbahasa Hokkien, Hakka, dan Kanton baik dalam setting formal atau informal sedangkan bahasa Mandarin sebagai bahasa standar Cina digunakan dalam setting publik dan sebagai medium bahasa pengantar dalam sekolah khusus Cina (Verma, 2000).

Menutur Daniels (dalam Verma, 2000), suku Cina cenderung menggunakan bahasa Cina daripada bahasa Melayu. Suku Cina memeluk agama Buddha dan Taoisme. Suku Cina merupakan suku yang lebih tertutup dibandingkan dengan kategori suku lainnya di Malaysia.

Dalam menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa asing, mereka mungkin saja mengalami berbagai hambatan, terutama hambatan dalam masalah budaya (Kontjaraningrat, 2011). Perbedaan antara budaya yang dikenal individu dengan budaya asing dapat menyebabkan individu sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Individu mungkin menghadapi cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, orang-orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda (Kingsley dan Dakhari, 2006).

Melalui wawancara yang dilakukan dengan beberapa mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara didapatkan beberapa fakta seperti yang terlihat dari wawancara dengan seorang mahasiswa asing berinisial N bersuku Tamil yang sudah tinggal di kota Medan selama hampir 1 tahun :


(21)

“…Saya rasakan takut awalnya setibanya disini, maybe karena berjauhan dari keluarga. Makanan disini juga berbeda, mungkin disebabkan saya berasal dari keluarga yang lebih kepada rempah ratus, ala-ala India plus sedikit cerewet dengan makanan serta kebersihan. Saya juga tidak biasa dengan cara masakan Minang. Jika dari bahasa, bahasa Malaysia hampir sama dengan bahasa Indonesia, tetapi terdapat banyak juga word-word,perketaan yang berbeda maksudnya, selain itu terdapat juga words

yang harus dipelajari.”

(Komunikasi Personal, tanggal 23 Maret 2011) Mahasiswa asing yang berinisial L bersuku Cina yang sudah tinggal di kota Medan selama hampir 3 tahun juga menyatakan hal yang sama, yaitu :

“…Pertamanya rasa takut tuk keluar, traffic yang jam, teknik pemotongan mobil yang menakutkan, banyak orang yang miskin misalnya menyanyi saat angkot lalu. Bahasa medan lain, lebih sering menggunakan bahasa Indon dan Hokkien jarang menggunakan Mandarin dan Tamil. Lalu makanan disini banyak minyak, pilihan kurang, semua goreng, nasi, mie,

jarang nampak ada seperti keropok lekor.”

(Komunikasi Personal, tanggal 23 Maret 2011)

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh mahasiswa asing berinisial A yang bersuku Melayu dan telah tinggal di kota Medan selama hampir 3 tahun, yaitu :

“…Awalnya? Awalnya rasa takut lalu traffic yang ribut. Disini ada lah beda, macam bahasa disini cuma bahasa Indonesia saje, di Malaysia ada pelbagai bahasa seperti Tamil, Cina, dan Melayu, pakaian juga berbeda, orang Melayu di Malaysia pakai baju kurung, lalu makanan disini pedas dan di Malaysia ada pelbagai makanan dari pelbagai bangsa.”

(Komunikasi personal, tanggal 22 Maret 2011)

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa asing tersebut merasa takut karena jauh dari orang tua, lalu lintas kota Medan yang ribut dan tidak teratur, dan banyaknya pengemis yang meminta-minta di persimpangan jalan. Mereka menganggap beberapa hal di kota Medan berbeda dengan negara asal mereka, Malaysia, hal-hal itu misalnya saja makanan. Perbedaan dalam hal


(22)

5

makanan yang mereka rasakan adalah mereka tidak biasa mengkonsumsi masakan Minang, sulit menemukan makanan ala India, pilihan makanan yang minim, dan makanan di kota Medan dianggap terlalu pedas.

Menurut antropolog Melville J. Herskovits (2000), makanan, pakaian, dan bahasa merupakan salah satu hal yang menunjukkan budaya suatu bangsa, sehingga perbedaan dari hal-hal tersebut akan menunjukkan adanya perbedaan dari tiap budaya pada negara masing-masing (Wikipedia.com)

Adanya perbedaan antara budaya asal dengan budaya daerah baru yang menjadi tempat untuk menetap selama beberapa kurun waktu tentunya memerlukan adanya usaha adaptasi (Koentjaraningrat, 2011). Usaha adaptasi merupakan hasil yang positif jika individu berhasil menjalankan proses akulturasi (Berry, 2006). Hal tersebut menyebabkan akulturasi menjadi salah satu cara untuk melakukan pertukaran budaya yang dapat membantu usaha mahasiswa asing untuk berbaur dengan masyarakat lokal (Wardhani, 2007).

Berry (2006) menyatakan bahwa mahasiswa asing merupakan orang-orang yang melakukan migrasi dan menetap disuatu tempat untuk sementara waktu dan dengan tujuan tertentu. Orang-orang yang melakukan migrasi seperti itu disebut sebagai sojourners.

Menurut peraturan Rektor, mahasiswa asing asal Malaysia diharuskan untuk menempuh pendidikan dengan waktu paling sedikit 6 tahun untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi (Buku Kurikulum Pendidikan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, 2007). Waktu


(23)

yang cukup lama itu membuat mereka perlu untuk melakukan akulturasi agar dapat beradaptasi dengan budaya daerah baru tempat mereka menetap.

Akulturasi menurut Redfield (dalam Berry, 1992) adalah suatu fenomena yang merupakan hasil ketika suatu kelompok individu yang memiliki kebudayaan yang berbeda datang dan secara berkesinambungan melakukan kontak dari perjumpaan pertama, yang kemudian mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut.

Menurut defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru. Usaha melakukan akulturasi tersebut amat sangat diperlukan, karena jika gagal dalam melakukannya maka akan timbul stres akulturasi (Berry, 2006).

Mahasiswa asing asal Malaysia yang berhasil diwawancarai menyatakan bahawa mereka telah melakukan beberapa usaha agar dapat beradaptasi dengan budaya di kota Medan. Mahasiswa dari suku Tamil menyatakan bahwa mereka berusaha mencari di daerah mana yang banyak menjual makanan khas India, kalaupun mereka tidak menemukan makanan khas India, mereka bersedia belajar memakan makanan Minang.

Mahasiswa suku Melayu, Cina, dan Tamil menyatakan bahwa mereka berusaha mempelajari bahasa Indonesia dengan cara banyak berkomunikasi dengan teman-teman mahasiswa Indonesia dan jika tidak mengerti kata-kata yang digunakan oleh dosen ketika mengajar mereka akan bertanya kepada teman-teman mahasiswa Indonesia.


(24)

7

Mahasiswa asing tersebut telah melakukan usaha untuk beradaptasi. Akulturasi merupakan suatu cara adaptasi, sehingga terdapat beberapa cara atau strategi dalam melakukannya. Adapun berbagai strategi dalam menjalankan akulturasi tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Berry (1992) bahwa terdapat 4 strategi akulturasi yaitu asimilasi, integrasi, separasi, dan marginalisasi.

Berry (2006) menyatakan bahwa dalam menjalankan strategi tersebut terdapat 2 aspek yang harus diperhatikan yaitu cultural maintenance (individu mempertahankan budaya asalnya) dan contact and participation (melakukan kontak dan berpartisipasi dalam kelompok yang lebih dominan bersama-sama dengan kelompok budaya lainnya).

Strategi pertama yaitu strategi asimilasi dilakukan ketika individu tidak mempertahankan budaya asalnya dan mencari interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya. Kedua, strategi integrasi dilakukan ketika individu mempertahankan budaya asalnya dan pada saat yang sama menginginkan adanya interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya. Ketiga, strategi separasi dilakukan ketika indivudu mempertahankan budaya aslinya dan tidak menginginkan adanya interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya. Strategi yang terakhir yaitu strategi marginalisasi dilakukan ketika individu tidak mempertahankan budaya asalnya dan pada saat yang bersamaan juga tidak menginginkan adanya interaksi dengan budaya lainnya.

Strategi-strategi tersebut terdiri dari 2 komponen, yaitu sikap (pilihan individu untuk berakulturasi) dan perilaku (aktifitas atau kegiatan nyata yang dilakukan individu). Strategi mana yang akan digunakan individu bergantung


(25)

pada faktor-faktor tersebut dan terdapat beberapa konsekuensi dari strategi-strategi tersebut.

Dengan adanya beberapa strategi akulturasi tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat gambaran strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing dalam beradaptasi dengan kebudayaan di Kota Medan.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara?

2. Apa strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari jenis kelamin?

3. Apa strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari suku?

4. Apa strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari keanggotaan dalam organisasi campuran?

5. Apa strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara ditinjau dari lamanya tinggal di Medan?


(26)

9

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu Psikologi khususnya Psikologi Sosial, terutama mengenai strategi akulturasi yang dilakukan oleh mahasiswa asing asal Malaysia sehingga dapat membantu mahasiswa asing tersebut agar lebih mudah beradaptasi terhadap budaya di Medan.

2. Manfaat praktis

a. Mahasiswa Malaysia

Memberi gambaran pada mahasiswa Malaysia mengenai akulturasi yang dilakukan, sehingga dapat membekali mereka sebelum mereka melanjutkan pendidikannya di Medan untuk mempermudah proses adaptasi budaya.

b. Pihak penyelenggara pendidikan di Medan

Memberi gambaran akulturasi yang terjadi sehingga dapat membantu mahasiswa asing tersebut dalam proses adaptasi budaya.


(27)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab 1 : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian yang meliputi teori mengenai akulturasi dan mahasiswa asing asal Malaysia.

Bab 3 : Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel, defenisi operasional dari masing-masing variabel, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur penelitian serta metode analisa data.

Bab 4 : Analisis Data Dan Pembahasan

Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

Bab 5 : Kesimpulan Dan Saran

Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. AKULTURASI

1. Defenisi Akulturasi

Akulturasi berbeda dengan enkulturasi, dimana akulturasi merupakan suatu proses yang dijalani individu sebagai respon terhadap perubahan konteks budaya. Budaya menurut Melville J. Herskovids (2000) merupakan sikap, perasaan, nilai, dan perilaku yang menjadi ciri dan menginformasikan masyarakat secara keseluruhan atau kelompok sosial di dalamnya.

Akulturasi Redfield (1936) adalah suatu fenomena yang merupakan hasil ketika suatu kelompok individu yang memiliki kebudayaan yang berdeda datang dan secara berkesinambungan melakukan kontak dari perjumpaan pertama, yang kemudian mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut.

Menurut Social Science Research Council (1954), akulturasi merupakan perubahan budaya yang diawali dengan bergabunganya dua atau lebih budaya yang berdiri sendiri. Perubahan akulturatif mungkin merupakan konsekuensi langsung dari perubahan budaya; mungkin disebabkan oleh faktor non-budaya, seperti ekologi atau modifikasi demografi yang disebabkan oleh budaya yang bertimpang tindih; mungkin juga terhambat, seperti penyesuaian internal terhadap penerimaan sifat-sifat atau pola asing; atau mungkin bentuk reaksi adaptasi dari model hidup secara tradisional.


(29)

Menurut Graves (1967), akulturasi merupakan suatu perubahan yang dialami oleh individu sebagai hasil dari terjadinya kontak dengan budaya lain, dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam proses akulturasi yang sedang dijalani oleh budaya atau kelompok etnisnya. Perubahan yang terjadi pada tingkatan ini terlihat pada identitas, nilai-nilai, dan perilaku.

Akulturasi menurut Organization for Migration (2004) merupakan adaptasi progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari suatu budaya pada elemen-elemen budaya asing (ide, kata-kata, nilai, norma, perilaku).

Dari defenisi akulturasi diatas kita dapat mengidentifikasi beberapa elemen kunci seperti :

a Dibutuhkan kontak atau interaksi antar budaya secara berkesinambungan.

b Hasilnya merupakan sedikit perubahan pada fenomena budaya atau psikologis antara orang-orang yang saling berinteraksi tersebut, biasanya berlanjut pada generasi berikutnya.

c Dengan adanya dua aspek sebelumnya, kita dapat membedakan antara proses dan tahap; adanya aktivitas yang dinamis selama dan setelah kontak, dan adanya hasil secara jangka panjang dari proses yang relatif stabil; hasil akhirnya mungkin mencakup tidak hanya perubahan-perubahan pada fenomena yang ada, tetapi juga pada fenomena baru yang dihasilkan oleh proses interaksi budaya.


(30)

13

Berdasarkan beberapa defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi

Menurut teori yang dikemukakan oleh Redfield (1936), terdapat 3 isu yang dapat diidentifikassi sebagai faktor yang mempengaruhi akulturasi, yaitu:

1. Kontak

Kontak merupakan hal yang penting dalam akulturasi dimana kontak

merupakan “pertemuan” antara setidaknya dua kelompok budaya atau

individu yang secara bersama-sama melakukan kontak secara

“berkesinambungan” dan “langsung”. Akulturasi dapat dikatakan nyata

apabila individu-individu atau kelompok melakukan “interaksi” pada tempat dan waktu yang sama, bukan melalui pengalaman orang kedua (misalnya pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kontak langsung dengan budaya lain) atau kontak secara tidak langsung (misalnya melalui surat menyurat dengan orang lain yang berbeda budaya).

2. Pengaruh timbal balik.

Berdasarkan teori Redfield pada kalimat “mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut” memuat

maksud adanya pengaruh timbale balik dimana pada teorinya kedua kelompok saling mempengaruhi.


(31)

3. Perubahan

Perubahan merupakan salah satu aspek penting dalam kontak yang meliputi proses yang dinamis, dan hasil yang mungkin relatif stabil. Hal ini bermaksud bahwa mempelajari akulturasi kita dapat melihat prose situ sendiri, seperti bagaimana perubahan dapat terjadi (pertanyaan mengenai proses), apa yang berubah selama akukturasi (pertanyaan mengenai hasil).

3. Jenis-Jenis Akulturasi

Menurut Bogardus (1949), terdapat 3 jenis dari akulturasi, yaitu : 1. Blind acculturation

Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja.

2. Imposed acculturation

Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.

3. Democratic acculturation

Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap budaya menghormati budaya lainnya


(32)

15

4. Kerangka Kerja Akulturasi

John W. Berry mengemukakan suatu bentuk kerangka kerja yang mendasari serta menghubungkan akulturasi pada tingkat kultural dan akulturasi pada tingkat psikologis (Figur 2.1).

Akulturasi pada tingkat kultural merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada tingkat kelompok. Perubahan-perubahan tersebut terlihat baik secara fisik, biologis, politik, ekonomi, dan budaya (Berry, 1991).

Pada tingkat kultural (sebelah kiri) kita perlu memahami hal utama dari kedua kelompok budaya (A dan B) selama periode mereka melakukan kontak, sifat hubungan antar keduanya, dan hasil dari perubahan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut. Budaya A Budaya B Kontak Perubahan Kultural Budaya A Budaya B Akulturasi Psikologis Adaptasi Individu pada Budaya A dan B

Perubahan Perilaku Stres Akulturasi Individu pada Budaya A dan B

Psikologis

Sosial-Budaya

Tingkatan Kultural/Kelompok Tingkatan Psikologis/Individual


(33)

Akulturasi pada tingkat psikologis merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada tingkat individu. Perubahan-perubahan tersebut mencakup perubahan perasaan, perilaku, dan kognitif (Ward, 2001).

Pada tingkat psikologis (sebelah kanan) kita harus mempertimbangkan perubahan psikologis pada individu didalam suatu kelompok, dan akhirnya adaptasi mereka terhadap situasi baru.

Perubahan tersebut dapat terlihat pada perubahan perilaku misalnya seperti perubahan gaya bicara, cara berpakaian, cara makan, dan pada identitas budayanya, atau jika terjadi suatu permasalahan maka akan menghasilkan stres akulturasi misalnya seperti ketidakpastian, kecemasan, depresi, bahkan psikopatologi (Al-Issa & Tousignant, 1997). Adaptasi utamanya dapat bersifat internal, psikologis, ataupun sosialbudaya, yang menghubungkan individu dengan yang lainnya pada kelompok yang baru.

5. Strategi-Strategi Akulturasi

Berry (1997) menyatakan sebuah teori yang berhubungan dengan kerangka kerja akulturasi, yaitu strategi akulturasi. Strategi-strategi ini terdiri dari komponen sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam pertemuan antar budaya dari hari ke hari. Konsep utama dari strategi akulturasi dapat diilustrasikan dengan melihat setiap komponen dalam kerangka pikir akulturasi (Figur 2.1).

Pada tingkat budaya, kedua kelompok yang melakukan kontak biasanya bertujuan untuk menggabungkan kedua budaya yang ada. Tujuan dari


(34)

17

menggabungkan budaya tersebut juga mempengaruhi strategi yang akan digunakan.

Pada tingkat individu, perubahan perilaku dan fenomena stres akulturasi dilihat sebagai suatu fungsi yang digunakan oleh anggota kelompok untuk penetapan strategi yang akan digunakan.

Untuk lebih jelasnya berikut ringkasan empat bentuk identifikasi strategi akulturasi yang dinyatakan oleh Berry (1997), yang ditandai dengan HC (Home Culture atau Kebudayaan asli) dan DC (Dominan culture atau kebudayaan yang dominan):

a. Integrasi

Integrasi terjadi ketika individu memiliki ketertarikan untuk mempertahankan budaya aslinya (HC) dan pada saat yang sama mengingkinkan adanya interaksi sehari-hari dengan kelompok lain (DC). b. Asimilasi

Asimilasi terjadi ketika individu tidak ingin mempertahankan budaya asli (HC) dan mencari interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya (DC). c. Separasi

Separasi terjadi ketika individu menetapkan nilai-nilai untuk mempertahankan budaya asli (HC) dan pada saat yang sama berharap untuk menghindari interaksi dengan orang lain (DC).

d. Marginalisasi

Marginalisai terjadi ketika individu hanya memiliki sedikit kemungkinan atau keinginan untuk mempertahankan budaya asslinya (HC) dan disaat


(35)

yang bersamaan memiliki sedikit keinginan untuk membina hubungan dengan orang lain (DC).

Untuk lebih mempermudah, berikut merupakan matriks strategi akulturasi menurut John Berry.

Cultural Maintenance

Ya Tidak

Ya Integrasi (akulturasi) Asimilasi

Tidak Separasi Marginalisasi

Strategi Akulturasi (Tabel 2.1)

Strategi-strategi tersebut terdiri dari 2 komponen, yaitu sikap (pilihan individu untuk berakulturasi) dan perilaku (aktifitas atau kegiatan nyata yang dilakukan individu). Strategi mana yang akan digunakan individu bergantung pada faktor-faktor tersebut dan terdapat beberapa konsekuensi dari strategi-strategi tersebut.

6. Aspek-Aspek Akulturasi

Akulturasi dapat dinilai dengan mengukur aspek-aspek akulturasi. Berry pada tahun 2006 menyatakan bahwa aspek-aspek akulturasi tersebut mencakup :

a. Cultural Maintenance

Cultural Maintenance merupakan perilaku individu dalam mempertahankan budaya dan identitas dari daerah asalnya. Perilaku tersebut dapat tampak dalam kegiatan yang dilakukan sehari-hari,

C o n ta c t & P a rt ic ip a ti o n


(36)

19

misalnya saja dalam berkomunikasi (penggunaan bahasa), penggunaan pakaian, penggunaan lambang-lambang budaya, dan lain sebagainya. b. Contact and Participation

Contact and Participation merupakan tindakan individu untuk melakukan kontak dan berpartisipasi dengan kelompok mayoritas bersama dengan kelompok budaya lainnya. Perilaku-perilaku dalam beradaptasi terhadap budaya yang berbeda mencakup peran dari status kelompok, identifikasi, pertemanan (friendships), dan penilaian ideologi (Verkuyten,2005).

Perilaku pertemanan (friendships) merupakan salah satu cara dalam melakukan kontak dengan anggota kelompok lain yang dapat meningkatkan persepsi dan evaluasi dari kelompok lain. Pertemanan (friendships) dapat meningkatkan emosi positif yang mengarah pada perilaku yang lebih baik dari kelompok lain.

Outgroup friendships atau pertemanan dengan kelompok lain akan menurunkan tingkat prasangka, meningkatkan rasa simpati, dan meningkatkan kepedulian terhadap situasi dan masalah yang dihadapi oleh kelompok budaya lain.


(37)

B. MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA

Berry (2006) menyatakan bahwa mahasiswa asing merupakan orang-orang yang melakukan migrasi dan menetap disuatu tempat untuk sementara waktu dan dengan tujuan tertentu. Orang-orang yang melakukan migrasi seperti itu disebut sebagai sojourners

Mahasiswa asing asal Malaysia memiliki latar belakang budaya yang berbeda, berasal dari suku Melayu, India, dan Cina dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang beragam.

Mahasiswa asing asal Malaysia bersuku Melayu merupakan bagian dari masyarakat Melayu. Menurut Verma (2000) masyarakat Melayu sangat menekankan perilaku yang baik, toleransi, dan kekeluargaan. Mayoritas siswa suku Melayu bersekolah di sekolah umum dimana sekolah umum merupakan sekolah campuran dari berbagai suku yang ada di Malaysia.

Mahasiswa asing asal Malaysia bersuku Cina merupakan bagian dari masyarakat Cina yang minimal menguasai satu dialek bahasa Cina. Suku Cina biasanya berbahasa Hokkien, Hakka, dan Kanton dalam setting formal maupun informal, sedangkan bahasa Mandarin sebagai bahasa standar Cina digunakan dalam setting public dan sebagai medium bahasa pengantar dalam sekolah khusus Cina. Suku Cina juga cenderung menggunakan bahasa Cina daripada bahasa Melayu (Verma, 2000). Suku cina merupakan suku yang lebih tertutup dibandingkan kategori suku lainnya di Malaysia (Daniels, 2003).

Mahasiswa asing asal Malaysia yang bersuku Tamil merupakan bagian dari masyarakat India yang sangat menekankan pada penggunaan bahasa Tamil


(38)

21

baik lisan maupun tulisan untuk melestarikan kebudayaan (Tsui & James, 2005). Menurut Verma (2000), mayoritas masyarakat suku Tamil di Malaysia menyekolahkan anaknya di sekolah khusus India dan masarakat suku Tamil sangat menghargai hubungan keluarga, mempertahankan nilai-nilai dan tradisis kebudayaan mereka, terbuka, dan sangat peduli dengan lingkungan.

C. GAMBARAN STRATEGI AKULTURASI PADA MAHASISWA ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa asing, mereka pastinya mengalami berbagai hambatan, terutama hambatan dalam masalah budaya. Perbedaan antara budaya yang dikenal individu dengan budaya asing dapat menyebabkan individu sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Individu mungkin menghadapi cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, orang-orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda (Kingsley dan Dakhari, 2006).

Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa asing tersebut dapat dilihat bahwa mereka merasa takut karena jauh dari orang tua, lalu lintas kota Medan yang ribut dan tidak teratur, dan banyaknya pengemis yang meminta-minta di persimpangan jalan. Mereka menganggap beberapa hal di kota Medan berbeda dengan negara asal mereka, Malaysia, hal-hal itu misalnya saja makanan. Perbedaan dalam hal makanan yang mereka rasakan adalah mereka tidak biasa mengkonsumsi masakan Minang, sulit menemukan makanan ala India, pilihan makanan yang minim, dan makanan di kota Medan dianggap terlalu pedas.


(39)

Menurut peraturan Rektor Universitas Sumatera Utara, mahasiswa asing asal Malaysia diharuskan untuk menempuh pendidikan dengan waktu paling sedikit 6 tahun untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi (Buku Kurikulum Pendidikan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, 2007). Waktu yang cukup lama itu menuntut mereka untuk dapat melakukan strategi adaptasi yang efektif. Akulturasi dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan pertukaran budaya yang dapat membantu usaha mahasiswa asing untuk berbaur dengan masyarakat lokal. . Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2007) mengenai akulturasi mahasiswa pribumi pada universitas mayoritas mahasiswa etnis tionghua.

Proses akulturasi ini mengikuti kerangka kerja akulturasi oleh Berry (Gambar 2.1). Dalam hal ini budaya mahasiswa asing (Malaysia) dan budaya masyarakat lokal (Medan) mengalami kontak, kontak terjadi saat menjalankan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Kontak tersebut menimbulkan perubahan kultural dimana budaya mahasiswa asing membaur dengan budaya masyarakat lokal.

Perubahan kultural pada individu-individu dalam kedua budaya tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku ataupun timbulnya stres akulturasi. Jika perubahan perilaku berhasil maka individu-individu tersebut dikatakan dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru disekitar mereka.

Akulturasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa strategi, seperti yang dinyatakan oleh Berry (1992) bahwa terdapat 4 jenis strategi akulturasi yaitu asimilasi, integrasi, separasi, dan marginalisasi.


(40)

23

Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi integrasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing tetap menggunakan bahasa negara mereka ketika berkomunikasi dengan teman-teman sesamanya dan menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan teman-teman Indonesia.

Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi asimilasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing sama sekali tidak lagi mau menggunakan bahasa negara asal mereka, bahkan mereka tidak mau lagi mengkonsumsi makanan khas negara mereka. Mereka lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia dan mengkonsumsi makanan khas Medan.

Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi separasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing menolak untuk menggunakan bahasa Indonesia, tidak mau mengkonsumsi makanan khas Indonesia, dan bahkan tidak mau berpakaian sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat Medan. Mereka tetap mempertahankan adat budaya negara asal mereka.

Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi marginalisasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing tidak menggunakan bahasa, tidak mengkonsumsi, tidak menggunakan pakaian dari kedua budaya yang ada, baik budaya negara asalnya ataupun budaya di kota Medan.


(41)

Berry (2006) menyatakan bahwa strategi-strategi akulturasi teresebut dilakukan sebagai usaha untuk beradaptasi terhadap budaya baru dan untuk menghindari terjadinya stres akulturasi.

Stres akulturasi menurut Al-Issa & Tousignant (dalam Berry, 1997) dapat menimbulkan perasaan bingung, cemas, depresi, bahkan psikopatologis. Berdasarkan penelitian dari Lucia Tri Ediana P.J. (2009) mengenai culture shock pada mahasiswa perantauan, menjelaskan bahwa culture shock dapat menimbulkan depresi dan depresi tersebut dapat menjadi salah satu penyebab mahasiswa tidak lagi ingin melanjutkan pendidikannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa asing asal Malaysia di Universita Sumatera Utara melakukan akulturasi untuk beradaptasi dengan masyarakat lokal di kota Medan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres akulturasi.


(42)

25

D. KERANGKA BERPIKIR

Melanjutkan Kuliah

Indonesia

USU Malaysia

Tamil Melayu Cina

Mengalami Perbedaan Budaya

Bahasa Makanan Pakaian

Akulturasi

Separasi Integrasi Marginalisasi Asimilasi


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang merupakan metode yang menggambarkan dengan sistematik dan akurat fakta dengan tidak bermaksud menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi Azwar (2000). Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum (Hadi, 2000).

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 1 (satu) variable saja, yaitu akulturasi.

B. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional adalah defenisi yang memiliki arti tunggal dan dapat diterima secara objektif bilamana indikator variabel yang bersangkutan tersebut tampak (Azwar, 2000).


(44)

27

Akulturasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah cara individu untuk beradaptasi ditandai dengan adanya kebudayaan asli dan kebudayaan dominan yang akan dipertahankan atau tidak, dilakukan dengan cara asimilasi, integrasi, separasi, atau marginalisasi yang akan diukur dari aspek-aspek akulturasi yaitu cultural maintenance dan contact and participation, dalam hal ini contact and participation diutamakan pada friendship yang akan diungkap dengan menggunakan skala.

Strategi akulturasi dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari masing-masing aspek dalam skala tersebut. Skor pada aspek pertama, yaitu cultural maintenance akan dikaitkan dengan skor pada aspek kedua, yaitu friendship.

Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai positif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai positif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi integarasi. Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai positif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai negatif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi separasi. Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai negatif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai positif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi asimilasi. Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai negatif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai negatif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi marginalisasi.


(45)

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Pada setiap penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi adalah individu yang bisa dikenai generalisasi dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari sampel penelitian (Hadi, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa asing di Univesitas Sumatera Utara. Peneliti mengambil sebagian dari sebagian mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sebagai sampel yang akan dikenakan langsung dalam penelitian. Karakteristik sampel penelitian ini adalah mahasiswa asing yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Sampel yang akan digunakkan pada penelitian ini akan diambil dari populasi yang tersedia. Jumlah mahasiswa asing aktif yang berada di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sebanyak 438 orang, sehingga sampel yang akan diambil adalah sejumlah 119 orang mahasiswa. Sampel akan diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.


(46)

29

Subjek penelitian yang akan diambil haruslah memenuhi karakteristik sebagai berikut :

a. Mahasiswa asing asal Malaysia

b. Berkuliah di Universitas Sumatera Utara c. Bersuku Tamil, Cina, dan Melayu

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode self-reports. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala akulturasi yang disusun berdasarkan 2 (dua) aspek akulturasi yang dikemukakan oleh Berry (2006), yang terdiri dari: cultural maintenance dan contact and participation terutama friendship.

Berikut dalam tabel 3.1 akan dirangkum blue print skala akulturasi sebelum di uji coba.

Aspek Aitem Aitem Total Bobot Favorable Unfavorable

Cultural Maintenance 8 7 15 44.1

Fr iendship 11 8 19 55.9

Total 19 15 34 100.0

Blue print skala akulturasi sebelum uji coba (Table 3.1)

Variabel dalam skala akulturasi ini diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Semantic Deferencial dengan membuat 2 (dua) pilihan respon, yaitu Strongly Agree (Sangat Setuju) dan Strongly Disagree (Sangat Tidak Setuju) yang di rating dari skor 1 sampai 5. Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favorable dan


(47)

unfavorable, setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favorable atau unfavorable. Untuk aitem favorabel, Strongly Agree diberi skor 5 dan Strongly Disagree diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavorable adalah 5 untuk jawaban Strongly Disagree dan 1 untuk jawaban Strongly Agree (Azwar, 2000). Subjek diminta untuk menilai sikap mereka terhadap pernyataan yang diberikan dengan meilih skor 1 sampai 5 tersebut. Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur ini juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh responden. Identitas diri tersebut meliputi jenis kelamin, usia, suku, semester, dan lama tinggal di Medan.

E. UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement (dalam hal ini dilakukan oleh Dosen pembimbing) (Azwar, 2009).

Setelah skala akulturasi diuji coba pada sejumlah sampel, maka peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak


(48)

31

memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).

Untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala akulturasi, peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 17.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.

Menurut Azwar, (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi

harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0

sampai dengan1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2009). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 17.00 for Windows, dan


(49)

diperoleh nilai sebesar 0,726 untuk aspek Cutural Maintenance dan nilai sebesar 0,864 untuk aspek Friendship.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala akulturasi diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009).

Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 10 Desember 2011 dan diujicobakan pada 50 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Dari 50 skala yang disebarkan, terdapat 45 skala yang layak untuk dianalisis. Peneliti memilih mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebagai tempat untuk mengujicobakan skala akulturasi karena Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara memiliki mahasiswa yang memiliki mahasiswa asing yang berkuliah disana. Dalam skala akulturasi yang disebarkan, terdapat 35 aitem. Tabel 3.2 menunjukkan distribusi aitem skala akulturasi sebelum uji coba.


(50)

33

Distribusi Aitem Skala Akulturasi Sebelum Uji Coba (Tabel 3.2)

Hasil uji coba alat ukur penelitian untuk aspek pertama diolah melalui tiga kali perhitungan agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.300. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.579 dengan nilai rxx` yang bergerak dari – 0.024 sampai 0.559 dan terdapat 10 aitem yang memiliki indeks daya beda aitem di bawah 0.300. Pada perhitungan kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.660 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.274

sampai 0.708 dan terdapat 1 (satu) aitem yang memiliki indeks daya beda aitem di bawah 0.300. Pada perhitungan terakhir, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan sebesar adalah 0.726 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.414 sampai 0.691 dan

semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.300.

Hasil uji coba alat ukur penelitian untuk aspek kedua diolah melalui dua kali perhitungan agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.300. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.637 dengan nilai rxx` yang bergerak dari – 0.563 sampai 0.745 dan terdapat 11 aitem yang memiliki indeks daya beda aitem di bawah 0.300. Pada perhitungan terakhir, reliabilitas alat ukur yang

Aspek No. Aitem No. Aitem Total Favorable Unfavorable

Cultural

Maintenance 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15 15 Fr iendship 16, 18, 20, 22, 24, 25,

27, 28, 29, 31, 32

17, 19, 21, 23, 26, 30,

33, 34 19


(51)

diujicobakan adalah sebesar 0.864 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.310

sampai 0.686 dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.300.

Terdapat 4 buah aitem yang ditambahkan pada aspek pertama, hal tersebut dilakukan dengan alasan agar jumlah aitem pada kedua aspek tidak berselisih terlalu besar. Sehingga terdapat 20 aitem yang dapat digunakan dalam penelitian. Distribusi aitem skal akulturasi beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3.2.1.

Distribusi Aitem Skala Akulturasi Setelah Uji Coba (Tabel 3.2.1)

Keterangan table 3.2.1 : Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur.

Selanjutnya 20 aitem yang ada dikompilasi menjadi alat ukur penelitian yang sesungguhnya. Kemudian dilakukan penyusunan kembali pada nomor-nomor aitem untuk kemudian digunakan dalam pengambilan data penelitian.

Aspek No. Aitem No. Aitem Total Favorable Unfavorable

Cultural

Maintenance 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15 15 Fr iendship 16, 18, 20, 22, 24, 25,

27, 28, 29, 31, 32

17, 19, 21, 23, 26, 30,

33, 34 19


(52)

35

Nomor Butir Pernyataan Skala Akulturasi

Favorable Unfavorable

Nomor Aitem Lama

Nomor Aitem Baru

Nomor Aitem Lama

Nomor Aitem Baru

5 1 2 3

8 2 15 9

12 4 17 11

16 10 19 13

18 12 21 15

20 14 - 8 (aitem tambahan)

22 16 -

24 17 -

25 18 -

27 20 -

28 19 -

5 (aitem tambahan) -

6 (aitem tambahan)

7 (aitem tambahan)

Perubahan Nomor Skala Setelah Uji Coba (Tabel 3.3)

Setelah melakukan penomoran aitem yang baru pada tabel 3.3, maka dapat disusun kembali distribusi aitem pada skala penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.4 berikut.

Aspek No. Aitem Favorable No. Aitem

Unfavorable Total

Cultural Maintenance 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8 3, 9 9

Fr iendship 10, 12, 14, 16, 17, 18, 19,

20 11, 13, 15 11

Total 20


(53)

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

a. Rancangan alat dan instrumen penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala akulturasi yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek akulturasi yang dikemukakan oleh Berry (2006). Skala ini berupa skala Semantic Deferencial dengan pilihan 2 pilihan respon, yaitu Strongly Agree (Sangat Setuju) dan Strongly Disagree (Sangat Tidak Setuju). Dimana terdapat rentang 1 sampai 5 untuk respon terebut. Subjek diminta untuk langsung memberikan bobot penilaian terhadap pernyataan yang ada pada setiap kontinum dalam skala.

Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala akulturasi dibuat dalam bentuk landscape ukuran kertas A4 yang terdiri dari 34 pernyataan dan setiap pernyataan memiliki 5 rentang alternatif jawaban. Aitem dalam skala akulturasi didistribusikan sedemikian rupa, seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 3.2.


(54)

37

b. Uji Coba Alat Ukur

Setelah alat ukur selesai disusun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat validitasnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala trust tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengujicobakan pada sejumlah reponden yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 10 Desember 2011 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan memberikan skala trust kepada 50 mahasiswa. Untuk memudahkan proses pelaksanaan uji coba ini, peneliti dibantu oleh 2 orang mahasiswa psikologi untuk mencari dan membimbing responden dalam mengisi skala tersebut.

Total skala yang disebarkan berjumlah 50 skala dan yang kembali sejumlah 50 skala. Dari 50 skala, yang dapat diproses lebih lanjut adalah 45 skala karena 5 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.


(55)

c. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur pada 45 subjek, peneliti menguji korelasi aspek dalam skala akulturasi. Dalam seleksi aitem-aitemnya, akan dipilih daya beda aitem tertinggi yang ada dengan membandingkan indeksnya secara keseluruhan (Azwar, 2004). Korelasi ini menggunakan korelasi Pearson product moment dan untuk mempermudah perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows.

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi dengan batasan rix≥

0,300. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya bedanya dianggap memuaskan. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi indeks daya diskriminasinya, peneliti kemudian mengambil aitem-aitem tersebut dan disusun kembali dengan penomoran yang baru. Skala inilah yang akan diberikan pada mahasiswa asing untuk mengambil data penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Desemberd 2011 sampai dengan 24 Desember 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(56)

39

dengan memberikan skala kepada 200 mahasiswa. Untuk memudahkan proses pengambilan data ini, peneliti dibantu oleh 8 orang mahasiswa psikologi dan 8 orang mahasiswa kedokteran untuk mencari dan membimbing responden dalam mengisi skala tersebut. Skala yang disebar sebanyak 200 eksemplar. Dalam penelitian ini, hanya kembali 119 eksemplar skala dan semuanya layak untuk dianalisis lebih lanjut.

3. Tahap Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis deskriptif dengan menghitung skor kedua aspek dengan menggunakan rumus Eror Standar dalam pengukuran (Se). Seseorang dikatakan menggunakan strategi akulturasi ketika skor dari aspek pertama dan skor dari aspek kedua saling mendukung, baik secara positif maupun negatif. Rumus Eror Standar dalam pengukuran seperti berikut ini.

�� = Sx √ − rxx′

� ± �� ��

Rumus Standar Eror dalam Pengukuran (Rumus 3.1)

Keterangan :

Se = eror standar dalam pengukuran Sx = standar deviasi skor


(57)

Setelah mendapatkan hasil fluktuasi atau kisaran skor dari kedua aspek tersebut, maka selanjutnya hasil tersebut diskoring menjadi nilai yang akan dimasukkan kedalam sumbu x dan sumbu y. Sumbu x merupan skor dari aspek friendship dan sumbu y merupakan skor dari aspek cultural maintenance. Nilai 1 akan diskoring menjadi nilai -2, nilai 2 akan diskoring menjadi nilai -1, nilai 3 akan diskoring menjadi nilai 0, nilai 4 akan diskoring menjadi nilai 1, dan nilai 5 akan diskoring menjadi nilai 2.

Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai positif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai positif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi integarasi. Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai positif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai negatif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi separasi. Jika skor aspek pertama menunjukkan nilai negatif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai positif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi asimilasi. Jika skor aspek perta ma menunjukkan nilai negatif dan skor aspek kedua menunjukkan nilai negatif, maka akan tergambar strategi yang digunakan, yaitu strategi marginalisasi.

Untuk mempermudah penganalisaan data, data diolah dengan menggunakan SPSS 17.00 for Windows dan Microsoft Office Excel 2007.

H. METODE ANALISA DATA

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok


(58)

41

subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2009).

Azwar (2009) juga mengatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Azwar (2000) juga menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Dengan menghitung standar eror dalam pengukuran (Se) pada skala akulturasi. Data diolah dengan menggunakan SPSS 17.00 for Windows dan Microsoft Office Excel 2007.


(59)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada.

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa asing yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara dengan jumlah sampel keseluruhan 119 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, suku, keanggotaan dalam organisasi campuran, dan lamanya tinggal di Medan.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 4.1 di bawah ini:

Jenis Kelamin Jumlah

(N) Persentase (%)

Female

(Perempuan) 83 69.7

Male (Laki-Laki) 36 30.3

Total 119 100


(60)

43

Tabel 4.1 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 36 orang (30,3 %), sedangkan subjek perempuan berjumlah 83 orang (69,7%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 4.1.

Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kemamin (Grafik 4.1)

b. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat

digambarkan seperti pada tabel 4.2 di bawah ini:

Suku Jumlah

(N) Persentase (%)

Melayu 52 43.7

Tamil 41 34.5

Tionghua 26 21.8

Total 119 100.0

Persentase Subjek Berdasarkan Suku (Tabel 4.2)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Laki-laki Perempuan


(61)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 119 subjek, subjek yang terbanyak dalam penelitian ini adalah subjek yang bersuku Melayu sebanyak 52 orang (43.7%). Subjek yang bersuku Tamil sebanyak 41 orang (34.5%). Serta subjek yang bersuku Tionghua sebanyak 26 orang (21.8%). Penyebaran subjek berdasarkan suku dapat dilihat pada grafik 4.2.

Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku (Grafik 4.2)

c. Gambaran subjek berdasarkan keanggotaan dalam organisasi campuran

Berdasarkan keanggotaan subjek dalam organisasi campuran (organisasi dimana anggotanya terdiri dari suku Malayu, Tamil, dan Tionghua) dapat digambarkan seperti pada tabel 4.3 berikut ini.

0 10 20 30 40 50 60

Malayu

Melayu Tamil Chinese


(62)

45

Keanggotaan dalam Organisasi

Jumlah

(N) Persentase (%)

Ya 100 84.0

Tidak 19 16.0

Total 119 100.0

Persentase Subjek Berdasarkan Keanggotaan dalam Organisasi Campuran (Tabel 4.3)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 119 subjek, subjek yang mengikuti organiasi campuran ada sebanyak 100 orang (84%) dan yang tidak mengikuti organisasi campuran sebanyak 19 orang (16%). Penyebaran subjek berdasarkan keanggotaan dalam organisasi dapat dilihat pada grafik 4.3.

Penyebaran Subjek Berdasarkan Keanggotaan dalam Organisasi Campuran (Grafik 4.3)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ya Tidak


(63)

d. Gambaran subjek berdasarkan lama tinggal di Medan

Berdasarkan lama waktu subjek tinggal di Medan dapat digambarkan seperti pada tabel 4.4 berikut ini.

Lama Tinggal di Medan Jumlah

(N) Persentase (%)

dibawah 6 bulan 29 24.4

1 tahun - 2 tahun 22 18.5

2 tahun - 3 tahun 58 48.7

3 tahun - 4 tahun 5 4.2

diatas 4 tahun 5 4.2

Total 119 100.0

Persentase Subjek Berdasarkan Lama Tinggal di Medan (Tabel 4.4)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 119 subjek, subjek yang tinggal di Medan kurang dari 6 bulan sebanyak 29 orang (24.4%). Subjek yang tinggal di Medan selama 1 tahun – 2 tahun sebanyak 22 orang (18.5%). Subjek yang tinggal di Medan selama 2 tahun – 3 tahun sebanyak 58 orang (48.7%). Subjek yang tinggal di Medan selama 3 tahun

– 4 tahun sebanyak 5 orang (4.2%). Serta subjek yang tinggal di Medan lebih dari 4 tahun sebanyak 5 orang (4.2%). Penyebaran subjek berdasarkan lama tinggal di Medan dapat dilihat pada grafik 4.4.


(64)

47

Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Tinggal di Medan (Grafik 4.4)

2. Hasil Penelitian

a. Hasil Utama Penelitian

Hasil utama penelitian ini berupa gambaran strategi akulturasi pada mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara. Strategi akulturasi tersebut terdiri dari strategi integrasi, strategi asimilasi, strategi separasi, dan strategi marginalisasi.

i. Uji Normalitas

Sebelum melakukan kategorisasi strategi akulturasi, asumsi bahwa skor subjek pada kelompok merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasi telah terdistribusi secara normal harus terpenuhi. Data diuji dengan menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi secara normal. Hasil uji

0 10 20 30 40 50 60

< 6 bln 1 - 2 thn 2 - 3 thn 3 - 4 thn > 4 thn


(65)

normalitas data penelitian dari skala akulturasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5.

Akulturasi

Kolmogorov-smirnov Z 0.838 Asymp.Sig. (2 tailed) 0.484

Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Akulturasi (Tabel 4.5)

Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh nilai Z sebesar 0,838 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,484. Karena nilai p > 0,05, data dalam penelitian deskripsi umum akulturasi terhadap ini terdistribusi secara normal.

ii. Gambaran Umum Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara

Sebelum dipaparkan cara pengkategorian subjek ke dalam kelompok subjek yang menggunakan strategi integrasi, asimilasi, separasi, dan marginalisasi, berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor akulturasi subjek penelitian.

Untuk dapat mengkategorisasikan strategi akulturasi yang digunakan oleh mahasiswa asing, maka dibuat suatu kategorisasi berdasarkan standar eror pengkuran (Rumus 3.1). Hasil pengkategorian strategi akulturasi dapat dilihat pada tabel 4.6. Dengan asumsi skor pada data mentah akan ditransformasi menjadi skor pada diagram (X,Y), skor 1 pada data mentah akan menjadi nilai – 2 pada diagram (X,Y), skor 2 akan menjadi nilai – 1, skor 3 akan menjadi nilai 0, skor 4 akan menjasi nilai 1, dan skor 5 akan menjadi nilai 2.


(66)

49

Variabel Aspek α Sx Sx2 Se X Skor

(X,Y) Akulturasi Cultural Maintenance 0.726 5.2 27.04 2.7 3.9 ±0.9

Fr iendship 0.864 6.1 37.21 2.3 3.3 ±0.3

Kategorisasi Strategi Akulturasi (Tabel 4.6)

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 4.6 di atas, maka setiap skor pada aspek cultural maintenance yang bergerak dari nilai ±0.9 dan setiap skor pada aspek friendship yang bergerak dari nilai ± 0.3 baru dapat dikategorikan kedalam 4 jenis strategi akulturasi (gambar 4.1). Maka dari tebel 4.6 diatas, diperoleh penggolongan strategi akulturasi serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.7 dan grafik 4.5 berikut.


(67)

Variabel Skor Kategori Frekuensi (N) Persentase

(+)X , (+)Y Strategi Integrasi 78 65.5

(+)X , (-)Y Strategi Asimilasi 4 3.4

Akulturasi (-)X , (+)Y Strategi Separasi 13 10.9

(-)X , (-)Y

Strategi Marginalisasi

1 0.8

(±0.3 , ±0.9) Tidak Terkategorisasi 23 19.3

Jumlah 119 100%

Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara (Tabel 4.7)

Pengkategorian Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara (Grafik 4.5)

Dari tabel 4.7 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa asing menggunakan strategi integrasi yaitu sebanyak 78 orang (65.5%), mahasiswa asing yang menggunakan strategi separasi sebanyak 13 orang (10.9%), mahasiswa asing yang menggunakan strategi aslimilasi sebanyak 4 orang (3.4%),

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Strategi Asimilasi Strategi Integrasi Strategi Separasi Strategi Marginalisasi TTK


(1)

13 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

14 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

15 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

16 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

17 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

18 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

19 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun

20 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun

21 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 22 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 23 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan

25 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

26 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 27 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan

28 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

29 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

30 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

32 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

33 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

34 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

35 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

37 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

38 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

41 Male Tionghua Yes 2 - 3 tahun

42 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

43 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

44 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

45 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

46 Female Tionghua Yes 1 - 2 tahun

47 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

48 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

49 Male Melayu Yes 1 - 2 tahun

50 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

51 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun

52 Male Melayu Yes 1 - 2 tahun

53 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

54 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun

55 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun


(2)

58 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

61 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

62 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

63 Female Tionghua Yes 2 - 3 tahun

64 Male Tionghua Yes 2 - 3 tahun

65 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

66 Male Tamil Yes 2 - 3 tahun

68 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

69 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

70 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

71 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

75 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

77 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

78 Female Tionghua Yes 2 - 3 tahun

79 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

80 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

82 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

84 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

85 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

86 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

87 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

88 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

89 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

90 Male Tamil Yes 2 - 3 tahun

91 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

94 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

95 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 96 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 97 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 98 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 99 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 101 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 102 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 103 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 104 Male Tionghua Yes di atas 4 tahun 105 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 107 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 108 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 109 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan


(3)

110 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 111 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 112 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 113 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 114 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 115 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 116 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 117 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 118 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 119 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan V. Data Mahasiswa Asing Berdasarkan Lama Tinggal di Medan

1. Kurang dari 6 bulan

No Gender Tribe Organization Stayed in Medan 21 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 22 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 23 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 26 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 27 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 95 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 96 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 97 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 98 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 99 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 100 Female Melayu No kurang dari 6 bulan 101 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 102 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 103 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 105 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 106 Male Tionghua No kurang dari 6 bulan 107 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 108 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 109 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 110 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 111 Male Tamil Yes kurang dari 6 bulan 112 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 113 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 114 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan


(4)

115 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 116 Female Melayu Yes kurang dari 6 bulan 117 Female Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 118 Female Tamil Yes kurang dari 6 bulan 119 Male Tionghua Yes kurang dari 6 bulan 2. 1 – 2 tahun

No Gender Tribe Organization Stayed in Medan 2 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun 8 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun 9 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun 13 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

14 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

15 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

16 Male Tamil Yes 1 - 2 tahun

17 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun 18 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun 19 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun 20 Female Melayu Yes 1 - 2 tahun 46 Female Tionghua Yes 1 - 2 tahun 47 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun 48 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun

49 Male Melayu Yes 1 - 2 tahun

50 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun 51 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun

52 Male Melayu Yes 1 - 2 tahun

53 Female Tamil Yes 1 - 2 tahun 54 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun 55 Male Tionghua Yes 1 - 2 tahun 56 Male Tionghua No 1 - 2 tahun 3. 2 – 3 tahun

No Gender Tribe Organization Stayed in Medan 24 Female Melayu No 2 - 3 tahun 25 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 28 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 29 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun


(5)

30 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 31 Female Melayu No 2 - 3 tahun 32 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

33 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

34 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

35 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 36 Female Melayu No 2 - 3 tahun 37 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

38 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

39 Male Melayu No 2 - 3 tahun

40 Female Tamil No 2 - 3 tahun

41 Male Tionghua Yes 2 - 3 tahun

42 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

43 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

44 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun

45 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

57 Female Tionghua Yes 2 - 3 tahun 58 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 59 Male Tionghua No 2 - 3 tahun

60 Male Tamil No 2 - 3 tahun

61 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

62 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 63 Female Tionghua Yes 2 - 3 tahun 64 Male Tionghua Yes 2 - 3 tahun

65 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

66 Male Tamil Yes 2 - 3 tahun

67 Female Melayu No 2 - 3 tahun 68 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 69 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 70 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 71 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 72 Female Tionghua No 2 - 3 tahun

73 Male Tamil No 2 - 3 tahun

74 Female Melayu No 2 - 3 tahun 75 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

76 Female Tamil No 2 - 3 tahun

77 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 78 Female Tionghua Yes 2 - 3 tahun 79 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun


(6)

80 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 81 Female Melayu No 2 - 3 tahun 82 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 83 Female Melayu No 2 - 3 tahun 84 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 85 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 86 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 87 Female Melayu Yes 2 - 3 tahun 88 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

89 Male Melayu Yes 2 - 3 tahun

90 Male Tamil Yes 2 - 3 tahun

91 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun

92 Female Tamil No 2 - 3 tahun

93 Female Melayu No 2 - 3 tahun 94 Female Tamil Yes 2 - 3 tahun 4. 3 – 4 tahun

No Gender Tribe Organization Stayed in Medan 6 Female Melayu Yes 3 - 4 tahun 7 Female Melayu Yes 3 - 4 tahun 10 Female Melayu Yes 3 - 4 tahun 11 Female Melayu Yes 3 - 4 tahun 12 Female Melayu Yes 3 - 4 tahun 5. Diatas 4 tahun

No Gender Tribe Organization Stayed in Medan 1 Female Melayu Yes di atas 4 tahun 3 Female Melayu Yes di atas 4 tahun 4 Female Tamil Yes di atas 4 tahun 5 Female Melayu Yes di atas 4 tahun 104 Male Tionghua Yes di atas 4 tahun