Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan pada Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara

(1)

Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan pada

Mahasiswa Suku Karo di Universitas Sumatera

Utara

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

ELDAA KRISTY TOPHANO

111301072

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2014/2015


(2)

(3)

(4)

Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan pada Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara

Eldaa Kristy Tophano dan Rika Eliana

ABSTRAK

Preferensi pemilihan pasangan adalah kecenderungan individu memilih seseorang untuk dinikahi yang memiliki kesamaan di beberapa aspek. Dalam memilih pasangan diawali dengan ketertarikan interpersonal, selanjutnya kita akan melihat dari sisi genetik dan latar belakang budaya yang sama. Preferensi pemilihan pasangan dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa Karo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak seratus tiga puluh dua orang. Alat ukur yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu, data biografi, bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan, dan tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan. Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu melihat mean skor, standar deviasi, nilai minimum dan maksimal. Hasil penelitian ini menunjukkan preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo berada pada kategori sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dalam memilih pasangan mahasiswa Karo cenderung menyukai karakteristik baik dan pengertian sedangkan karakteristik yang kurang disukai adalah karakteristik santai.


(5)

The Description Mate Selection Prefernces on College Students Karo of The University of Sumatera Utara

Eldaa Kristy Tophano and Rika Eliana

ABSTRACT

Mate Selection Preference is the tendency of individiuals choosing someone to marry who have similarities in some aspects. In choosing a spouse begins with interpersonal atrraction, then we will see in terms of genetic and similar cultural backgrounds. Preference mate selection is done by the students, especially students Karo. This research is descriptive research that aims to see the descriptive of mate selection preferences in college student Karo in University Sumatera Utara. The sample are one hundred thirty two people. Measuring instruments used composed of three parts : biological data, evaluative mate selection, and thirteen characteristics of mate selection preferneces. The analysis is descriptive statistics which saw the mean scores, standard deviation, minimum, and maximum. The results of this study indicate mate selection preferences in Karo students in middle category. The results of this study also showed in choosing a mate selection Karo students tend to like the characteristics of kind and understanding while the less desirable characteristics that are characterstics enjoy.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang karena berkat dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Preferensi pemilihan pasangan Pada Mahasiswa Karo Di Universitas Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak tercinta Paulus Sinulingga dan Ibu tercinta Rosmeina Sembiring Kembaren atas kasih sayang, perhartiannya, dukungan moril dan materil serta doa kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Rika Eliana, M.Si., psikolog selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan tuntunan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberkati kehidupan Ibu dan keluarga juga diberi kesehatan.

3. Rodiatul Hasannah Siregar, M.Psi., psikolog sebagai dosen pembimbing akademik.

4. Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.


(7)

5. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti khususnya dalam hal administrasi.

6. Teman-teman sebaya, sepermainan, dan sesama mahasiswa yang bersuku Karo telah bersedia membantu peneliti.

7. R Y Malondo Sitorus yang telah memberikan hatinya, dukungan, semangat, kasih sayang, perhatian, dan telah menemani, membantu pagi, siang dan malam untuk kelancaran skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat saya Christine Simatupang dan Cynthia Halim yang baik hati.

9. Keluarga A.S. Marpaung (Kila) dan Bibik, Kak Enong, Kak Juli, Kak Natal, Kak Phany, dan Adek Peres.

10.Teman-teman angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

11.Sepupu saya Rini Sinulingga, teman saya Rony Syahputra, Nenita Ginting, Hans Manurung, Candra Purba, dan Jesaya Simatupang, Rahel Marisa, Grace Sihotang, Lias Tarigan yang telah membantu peneliti.

12.Teman Sekelompok INSOS saya.

13.Teman satu departemen sosial : Kak Maria, Bang Rozi, dan Bang Sony. 14.Keluarga besar NGKPA Medan Barat.


(8)

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti sangat harapkan.

Medan, Agustus 2015 Peneliti

Eldaa Kristy Tophano 111301072


(9)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Sistematika Penulisan ...9

BAB II ... 11

LANDASAN TEORI ... 11

A. Preferensi pemilihan pasangan ... 11

B. Dimensi Preferensi Pemilihan Pasangan ... 12

C. Pengukuran Preferensi Pemilihan Pasangan ... 13

D. Mahasiswa... 14

E. Dewasa Awal ... 14

F. Suku Karo ... 15

F.1. Sifat-Sifat Masyarakat Karo ... 17

G. Preferensi pemilihan pasangan Mahasiswa Karo Universitas Sumatera Utara ... 18

BAB III ... 20

METODE PENELITIAN ... 20

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 20

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 20

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 21

D. Alat Ukur yang Digunakan. ... 22

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 23

1. Validitas ... 23

2. Uji Daya Beda Aitem ... 24


(10)

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 25

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26

1. Tahap Persiapan ... 26

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 27

H. Metode Analisis Data ... 28

BAB IV ... 29

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 29

A. ANALISA DATA ... 29

B. Pembahasan ... 44

BAB V ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. KESIMPULAN ... 47

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :... 47

B. SARAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skala preferensi pemilihan pasangan setelah uji coba ... 25

Tabel 2. Skala preferensi pemilihan pasangan dengan merangking setelah uji coba...26

Tabel 3. Penyebaran subjek berdasarkan umur ... 29

Tabel 4. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 30

Tabel 5. Penyebaran subjek berdasarkan agama... 30

Tabel 6. Penyebaran subjek berdasarkan status pernikahan ... 31

Tabel 7. Gambaran skor min, maks, mean, dan standar deviasi preferensi pemilihan pasangan subjek ... 32

Tabel 8. Kategori norma nilai sikap tethadap preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di USU ... 32

Tabel 9. Penggolongan preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di USU...33

Tabel 10. Gambaran 13 Karakteristik preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di USU ... ...34

Tabel 11. Gambaran preferensi pemilihan pasangan berdasarkan jenis Kelamin ... 36

Tabel 12.Gambaran preferensi pemilihan pasangan berdasarkan Umur ... 37

Tabel 13. Gambaran preferensi pemilihan pasangan berdasarkan Agama...38


(12)

Tabel 14. Gambaran preferensi pemilihan pasangan berdasarkan

status pernikahan... 38

Tabel 15. Gambaran 13 Karakteristik preferensi pemilihan pasangan

berdasarkan jenis kelamin ... 39

Tabel 16. Gambaran 13 Karakteristik preferensi pemilihan pasangan

berdasarkan umur ... 40

Tabel 17. Gambaran 13 Karakteristik preferensi pemilihan pasangan

berdasarkan agama ... 42

Tabel 18. Gambaran 13 Karakteristik preferensi pemilihan pasangan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Reliabilitas dan Daya Beda Aitem

Lampiran B Data Mentah Subjek Penelitian dan Hasil Penelitian


(14)

Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan pada Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara

Eldaa Kristy Tophano dan Rika Eliana

ABSTRAK

Preferensi pemilihan pasangan adalah kecenderungan individu memilih seseorang untuk dinikahi yang memiliki kesamaan di beberapa aspek. Dalam memilih pasangan diawali dengan ketertarikan interpersonal, selanjutnya kita akan melihat dari sisi genetik dan latar belakang budaya yang sama. Preferensi pemilihan pasangan dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa Karo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak seratus tiga puluh dua orang. Alat ukur yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu, data biografi, bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan, dan tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan. Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu melihat mean skor, standar deviasi, nilai minimum dan maksimal. Hasil penelitian ini menunjukkan preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo berada pada kategori sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dalam memilih pasangan mahasiswa Karo cenderung menyukai karakteristik baik dan pengertian sedangkan karakteristik yang kurang disukai adalah karakteristik santai.


(15)

The Description Mate Selection Prefernces on College Students Karo of The University of Sumatera Utara

Eldaa Kristy Tophano and Rika Eliana

ABSTRACT

Mate Selection Preference is the tendency of individiuals choosing someone to marry who have similarities in some aspects. In choosing a spouse begins with interpersonal atrraction, then we will see in terms of genetic and similar cultural backgrounds. Preference mate selection is done by the students, especially students Karo. This research is descriptive research that aims to see the descriptive of mate selection preferences in college student Karo in University Sumatera Utara. The sample are one hundred thirty two people. Measuring instruments used composed of three parts : biological data, evaluative mate selection, and thirteen characteristics of mate selection preferneces. The analysis is descriptive statistics which saw the mean scores, standard deviation, minimum, and maximum. The results of this study indicate mate selection preferences in Karo students in middle category. The results of this study also showed in choosing a mate selection Karo students tend to like the characteristics of kind and understanding while the less desirable characteristics that are characterstics enjoy.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Masyarakat karo persebarannya dapat dikatakan luas. Daerah suku Karo antara lain, Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Suku Karo sendiri memiliki lima marga yaitu, Karo-Karo, Ginting, Tarigan, dan Perangin-angin (J.H Neumann, 1972). Apabila masyarakat ingin menjalani tradisi suku Karo, harus mengacu pada tradisi yang ada di kabupaten Karo. Daerah suku Karo identik dengan “Taneh Karo” hal ini dikarenakan suku Karo masih menjalani kebudayaan Karo secara ketat dan menjadi standar/ideal untuk ditiru (Koentjaraningrat, 1984).

Suku Karo umumnya tinggal di kampung, mereka tidak merantau seperti suku batak lainnya. Mereka hidup dengan kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi di lingkungan tradisional tersebut. Masyarakat Karo juga memiliki sifat yang pecaya diri, tidak serakah, sopan, dan mudah menyesuaikan diri (Bangun, 2006). Oleh karena itu segala hal seperti memberi dan menerima dilakukan secara wajar tanpa ada kecurangan. Biasanya jika diketahui ada yang berbuat curang maka akan mendapat hukuman yang berat dari masyarakat (Bangun, 2006). Hal ini mencerminkan suku Karo yang bersifat kolektivistik. Menurut Matsumoto (2008) kolektivistik merupakan kecenderungan yang lebih besar untuk melibatkan


(17)

orang lain dalam proses pengambilan keputusan, menanyakan opini dan nasihat dari teman-teman, keluarga, dan orang yang disayangi.

Budaya Karo dapat bertahan dikarenakan secara terus-menerus diturunkan oleh orang tua, paman, bibi, dan orang dewasa lainnya kepada anak atau keturunannya yang juga berasal dari budaya yang sama yaitu Karo. Pada saat anak-anak Karo masih kecil, mereka sering dibawa oleh orang tuanya untuk mengikuti kegiatan adat atau pesta adat suku Karo, terutama pesta pernikahan. Hal ini dilakukan agar dalam diri anak-anak Karo tertanam nilai-nilai moral budaya karo sehingga dapat terus mewarisi nilai-nilai budaya Karo. Meskipun anak-anak tersebut belum dapat memahami makna yang tersirat dalam setiap bentuk kegiatan budaya Karo, namun semakin seiring berjalannya waktu dan saat anak-anak tersebut beranjak dewasa, maka pemahaman dan kemampuan berpikirnya tentang budaya Karo akan semakin terinternalisasi dalam dirinya (Meliala, 2007).

Pada umumnya masyarakat Karo mempunyai cara mengasuh anak yang berbeda antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak laki-laki dibiasakan untuk mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dibiasakan untuk pergi ke ladang, dikarenakan anak laki-laki kelak akan menjadi kepala keluarga. Sedangkan anak perempuan dibiasakan untuk tinggal di rumah untuk mengurus rumah dan memasak. Walaupun sekarang ini banyak anak perempuan Karo yang sudah bekerja, tetapi orang tua tetap menanamkan nilai-nilai untuk tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik (Meliala, 2007).

Kebudayaan pada Karo dapat dilihat dari adat istiadatnya, adat istiadat ini juga masih terus dilakukan dan diajarkan tua-tua atau orang tua untuk


(18)

mempertahankan budaya, misalnya dalam adat perkawinan. Pada aturan adat perkawinan suku Karo, terdapat beberapa tahapan dan pada setiap tahapan inilah harus dilakukan runggu (musyawarah mufakat). Runggu menjadi kata kunci dalam penyelesaian adat perkawinan pada suku Karo. Runggu ini akan melahirkan keputusan-keputusan bersama yang disepakati anatara keluarga mempelai pria dan wanita (Tarigan, 2009).

Bagi orang Karo secara turun-temurun, sistem kekerabatan dan perkawinan begitu menentukan keberlangsungan tatanan adat-istiadat serta struktur sosialnya secara harmonis. Mereka berusaha menjaga perkawinan ideal dalam tradisi Karo, yakni laki-laki atau perempuan wajib menikahi impal-nya sebagai pasangan idealnya (Manalu, 2013). Budaya ini membuat suku Karo menganggap pernikahan ideal jika menikah dengan impal atau yang satu suku dengannya, didukung dengan wawancara peneliti kepada lansia di tanah karo “menikah dengan impal itu bagus, kalau ada harta bibik kita terus kita menikah sama anaknya, harta bibik kita ya sama kita, ga ke orang lain. Jerih payah bibik kita balik ke kita lagi, balik ke keluarga lagi”

(Komunikasi Personal, 2015)

Berdasarkan wawancara di atas terlihat bahwa tua-tua suku Karo masih memegang budaya menikah dengan impal yang terbaik. Suku Karo sendiri khususnya orangtua dan keluarga masih memegang peranan yang besar dalam penentuan pasangan hidup seseorang. Makna perkawinan yang sakral membuat perkawinan pada Karo secara filosofi diadakannya pesta yang dibuat oleh orang tua kedua mempelai. Kedua calon mempelai tidak dibebani tanggung jawab untuk mengadakan pesta, namun yang bertanggung jawab adalah kedua orang tua dari calon mempelai, terutama orang tua pihak laki-laki (Tarigan, 2009).


(19)

Sedangkan menurut Bangun (dalam Tarigan, 2009) makna perkawinan pada Karo merupakan suatu pranata, yaitu tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan perempuan saja, tetapi menyatukan dua keluarga dari pihak laki-laki (“siempoken”) dengan pihak wanita (“sinereh”). Hal inilah yang membuat seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodohnya. Pada perempuan Karo, mereka lebih dibiasakan untuk ‘menunggu’ lamaran dari laki-laki, sehingga jika mereka ‘mengejar’ laki-laki maka dianggap tidak mempunyai harga diri. Jika perempuan tersebut belum juga mendapatkan pasangan hidupnya, maka orang tua dari perempuan tersebut yang akan mencarikan jodoh untuknya yang masih memiliki kekerabatan atau satu suku. Adat ini terus dijalankan sebagai bentuk untuk menghormati tradisi-tradisi yang sudah ada sejak dulu agar pasangan yang menikah diberi keselamatan dan kebahagiaan (Koentjaraningrat, 1985).

Pada penelitian Buss, perbedaan jenis kelamin dalam preferensi pemilihan pasangan, juga memiliki konsekuensi untuk kawin dan untuk seleksi seksual. Perbedaan laki-laki dan perempuan cenderung memiliki lintas karakter yang bermacam-macam. Namun, kesamaan nilai akan menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai sebuah pasangan (Buss, 1985). Hal inilah yang membuat orang tua pada suku Karo menginginkan generasinya menikah dengan impal atau dengan satu sukunya karena adanya kesamaan nilai didalamnya.

Nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh orang tua atau orang dewasa kepada anaknya tidak secara jelas terlihat pada diri generasi muda suku Karo (Meliala, 2007). Adanya perbedaan pemahaman dan nilai-nilai antara orang tua dan generasi muda pada jaman ini, khususnya dalam hal pernikahan sehingga


(20)

membuat generasi muda memiliki pandangan baru dalam hal preferensi pemilihan pasangan sebelum mereka melakukan pernikahan. Preferensi pemilihan pasangan merupakan proses memilih siapa yang akan menjadi teman hidup dan seseorang yang akan memberikan setengah kontribusinya sebagai orang tua dan juga dalam gen untuk melahirkan anak-anak mereka dan kesempatan pada keabadian gen (Lykken, 1993). Menurut Spuhler (dalam Buss, 1985) bahwa memilih pasangan tidak hanya berdasarkan karakteristik fisik, seperti mata, hidung, warna mata, tinggi, dan berat badan, namun individu cenderung melihat dari variabel lainnya, seperti ras. Diantara karakteristik fisik sebagai pertimbangan dalam memilih pasangan, ternyata variabel lain seperti perilaku, nilai-nilai, atau opini menjadi hal yang lebih kuat dalam proses preferensi pemilihan pasangan (Buss, 1985).

Buss (1985) melakukan penelitian kepada 37 negara mengenai preferensi pemilihan pasangan terhadap laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian Buss mengenai preferensi pemilihan pasangan bahwa laki-laki lebih menyukai karakteristik seperti: ketertarikan fisik, pandai memasak, dan good looking. Sedangkan, pada perempuan lebih menyukai karakteristik kejujuran, baik, mandiri, pengertian, mempunyai penghasilan yang baik, dan dari latar belakang keluarga yang baik.

Menurut Buss (1985) bahwa variabel terkuat dalam preferensi pemilihan pasangan adalah umur, pendidikan, ras, agama, dan latar belakang budaya yang sama. Penelitian Buss menyatakan dalam 37 negara tersebut terdapat faktor budaya yang sama antara laki-laki dan perempuan, yang mana peranan budaya selalu mempengaruhi seseorang dalam hal preferensi pemilihan pasangan


(21)

(Toro-Morn dan Sprecher dalam Buss, 1985). Namun pada generasi muda sekarang, faktor budaya tidak begitu menjadi prioritas utama dalam memilih pasangan.

Preferensi pemilihan pasangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang mana faktor kecocokan tidak hanya berdasarkan sikap dan nilai atau kesamaan budaya, tapi juga berkaitan dengan perilaku. Pasangan akan lebih merasa puas dan mendapatkan kehidupan pernikahan yang baik apabila pasangannya dapat membagi harapan yang sama mengenai peran gender dan apabila dapat saling bertoleransi mengenai kebiasaan–kebiasaan dari pasangan (DeGenova, 2008). Tidak semua nilai-nilai yang dianut individu memiliki kesamaan karakkteristik dalam hal preferensi pemilihan pasangan, hal ini akan membuat perbedaan dari tiap-tiap individu dalam memilih pasangan (Buss, 1985). Menurut Thiessen dan Gregg (1980) mengatakan bahwa ada kecenderungan dalam memilih pasangan dengan melihat kesamaan genetik yaitu sebagai sebuah strategi reproduksi yang merepresentasikan sebuah kompromi antara pernikahan eksogami dan endogami.

Banyak nilai-nilai baru yang dianut oleh mahasiswa suku Karo. Nilai yang dianut oleh mahasiswa ini dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal dari proses transmisi (Berry, 1999). Menurut Berry (1999) salah satu bentuk transmisi tersebut adalah horizontal transmission (teman sebaya). Teman sebaya ini dapat berasal dari satu suku (satu budaya), dapat juga berasal dari suku lainnya, di sinilah terjadi proses enkulturasi, akulturasi, dan sosialisasi. Adanya proses tersebut akan menghasilkan nilai-nilai baru yang menimbulkan sikap atau pandangan yang berbeda dalam hal preferensi pemilihan pasangan. Hal ini


(22)

diperkuat melalui wawancara pada salah satu mahasiwa suku Karo di Universitas Sumatera Utara.

“kalo untuk pasangan hidup, aku terserah mau suku apa aja yang penting saling terbuka satu sama lain, kalo masalah beda suku kan bisa saling belajar, lagian seru juga kok belajar tentang budaya lain. Ga mesti impal juga atau satu suku”

(komunikasi personal, 2015)

Berdasarkan wawancara di atas terlihat pandangan baru yang dianut oleh mahasiswa Karo pada jaman ini, mereka memiliki pandangan sendiri mengenai preferensi pemilihan pasangan. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap mahasiswa Karo tentang preferensi pemilihan pasangan, banyak mahasiswa yang tidak terlalu mementingkan budaya. Namun, peneliti meminta untuk menyebutkan kata yang berhubungan dengan preferensi pemilihan pasangan berdasarkan suku, kalimat-kalimat yang terucap seperti, pandai ertutur, menikah di jambur, dan sebagainya. Begitu juga peneliti melakukan survey terhadap mahasiswa Karo dengan menuliskan kriteria yang diinginkan dalam preferensi pemilihan pasangan yang berkaitan dengan budaya.

Berdasarkan fenomena di atas terlihat ada semacam perbedaan antara keinginan orang tua dengan anak muda itu sendiri. Namun adanya proses sosialisasi seperti penanaman budaya antara anak dan orang tua, maka generasi muda suku Karo tetap mengikuti keinginan orang tuanya. Peneliti menggunakan alat ukur Buss dalam penelitian ini. alat ukur ini terdiri dari tiga bagian, yang pertama data biologis, yang kedua bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan dan pada bagian ketiga memilih karakteristik preferensi pemilihan pasangan yang paling karakteristik yang disukai. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa suku Karo.


(23)

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan “Bagaimana gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa suku Karo?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat “Gambaran preferensi pemilihan pasangan suku Karo”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

a.1 Secara teortitis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu psikologi dan budaya, khususnya dalam bidang Psikologi Sosial.

a.2 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan bagi peneliti-peneliti lainnya yang berminat untuk mengembangkan penelitian ini karena penelitian tentang suku Karo masih terbatas atau minim sekali. Penelitian ini juga bermanfaat untuk melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan secara mendasar dan signifikan tentang suku Karo


(24)

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat batak, khususnya masyarakat Karo dalam melihat :

1. Untuk menambah informasi bagi masyarakat Suku Karo dalam preferensi pemilihan pasangan bagi generasi muda di jaman ini. 2. Berguna untuk mahasiswa suku Karo untuk menjadi acuan atau

pemikiran dalam proses preferensi pemilihan pasangan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab 1 pada proposal penelitian ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Bab 2 pada proposal penelitian ini berisi tentang tinjauan teoritis yang digunakan sebagai landasan penelitian.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi penjelasan tentang metode penelitian yang berisikan tentang identifikasi dan definisi operasional variabel, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.


(25)

Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan

Berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Preferensi pemilihan pasangan

A.1 Definisi Preferensi pemilihan pasangan

Preferensi pemilihan pasangan merupakan salah satu topik yang sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti. Tokoh yang aktif meneliti ini adalah David Buss. Adapun pengertian preferensi pemilihan pasangan adalah kecenderungan individu memilih seseorang untuk dinikahi yang memiliki kesamaan di beberapa aspek (Buss, 1985). Menurut Towsend (1990) preferensi pemilihan pasangan adalah proses selektif untuk memilih pasangan hidup. Buss (1985) telah melakukan penelitian pada 37 negara dengan melihat preferensi pemilihan pasangan antara laki-laki dan perempuan, yang mana laki-laki lebih tertarik pada daya tarik fisik dibanding perempuan, sedangkan perempuan lebih memilih laki-laki yang berpenghasilan baik. Berdasarkan perspektif evolutionary theory bahwa preferensi pemilihan pasangan lebih menekankan pada bagian reproduksi..

Menurut Lykken dan Tellegen (1993) preferensi pemilihan pasangan merupakan proses memilih siapa yang akan menjadi teman hidup, orang yang akan memberikan setengah kontribusinya dalam gen untuk melahirkan dan menjadi orang tua bagi anak-anak mereka.

Menurut Good (dalam Buss, 2011) berdasarkan konsep evolutionary theory, maka preferensi pemilihan pasangan merupakan spesies yang secara


(27)

genetika sudah diatur untuk melakukan strategi, taktik untuk bertahan hidup, bertumbuh, dan bereproduksi. Gender yang dapat memberikan atau mendapatkan genetik yang baik, dipandang sebagai yang paling selektif dalam memilih pasangan.

Berdasarkan definisi di atas, maka preferensi pemilihan pasangan merupakan proses individu memilih seseorang yang mirip dengannya untuk dijadikan sebagai teman hidupnya yang akan memberikan kontribusi gen dan sebagai orang tua untuk anak-anak mereka.

B. Dimensi Preferensi Pemilihan Pasangan

Shackelford, Schmitt, dan Buss (2005) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi beberapa dimensi preferensi pemilihan pasangan. Untuk mengidentifikasi dimensi umum dalam preferensi pemilihan pasangan pada pasangan jangka panjang, mereka menggunakan database peringkat preferensi yang telah diberikan kepada beberapa ribu partisipan dari berbagai budaya. Mereka mengidentifikasi ada empat dimensi yaitu :

1. Love vs Status Resource

Munculnya dimensi “love vs status resource” menunjukkan bahwa orang secara psikologis kecenderungan memilih pasangan dengan dasar cinta dan adanya rasa saling mencintai dan mencari seseorang dengan status dan sumber daya yang baik.


(28)

2. Dependeble/Stabel vs Good Looks/Health

Munculnya dimensi “dependable/stabel vs good looks/health” menunjukkan bahwa seseorang secara psikologis memilih pasangan hidup berdasarkan penampilan fisik, kesehatan, dan kepribadian yang stabil.

3. Education/Intelligence vs Desire for Home/Children

Munculnya dimensi “education/intelligence vs desire for home/children” menunjukkan bahwa seseorang cenderung melihat faktor pendidikan dan keinginan memiliki rumah dan anak dalam memilih pasangan. Semakin seseorang berkompetensi, maka semakin besar individu tersebut mempunyai daya tarik.

4. Socialbility vs Similar Religion

Munculnya dimensi “socialbility vs similar religion” menunjukkan bahwa seseorang cenderung memilih pasangan yang mudah bergaul dan lebih memilih seseorang yang memiliki agama yang sama. Seseorang cenderung lebih memilih individu yang memiliki banyak kesamaan dengannya dalam hal agama maupun latar belakang yang sama.

C. Pengukuran Preferensi Pemilihan Pasangan

Pengukuran preferensi pemilihan pasangan pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang diperkenalkan oleh Buss (1985). Buss telah meneliti berbagai penelitian terkait preferensi pemilihan pasangan. Pada bagian pertama alat ukur adalah data biografi. Pada bagian data biografi ini partisipan penelitian diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bersifat sebagai informasi umum seperti, usia, jenis kelamin, dan status pernikahan.


(29)

Pada bagian kedua dari alat ukur Buss (1985) adalah bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan. bagian ini terdiri dari 18 karakteristik preferensi pemilihan pasangan. partisipan merespon dengan 5 jawaban yang mempunyai skor bergerak dari nol (0) sampai (4).

Pada bagian ketiga atau bagian terakhir alat ukur subjek diminta untuk merangking 13 karakteristik preferensi pemilihan pasangan.

D. Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi. Secara umum, orang yang namanya terdaftar belajar di perguruan tinggi. Pengertian mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

E. Dewasa Awal

Dilihat dari perkembangan usia mahasiswa, dapat dikatakan bahwa mereka sudah memikirkan tentang pasangan hidup. Hurlock (1999) pada dewasa awal tugas perkembangan dalam mencari pasangan hidup sudah ada. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, dan saat itu juga perubahan-perubahan fisik dan psikologis mulai mengalami penurunan berkurangnya kemampuan reproduktif. Dilihat dari rentang usia dewasa awal menurut Hurlock (1999), maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal.


(30)

Hurlock (1999) membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain:

a. Sudah memulai untuk bekerja

b. Mencari dan memilih pasangan

c. Memulai untuk membina keluarga

d. Dapat mengasuh anak

e. Mengelola rumah tangga

f. Dapat mengambil tanggung jawab sebagai warga negara

g. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

Santrock (2002) mengatakan masa dewasa muda adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Dewasa awal sudah memikirkan tentang pernikahan. Untuk itu dalam hal memilih pasangan, dewasa awal sudah matang untuk membuat keputusan kriterita yang cocok untuk dirinya.

F. Suku Karo

Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Masyarakat karo persebarannya dapat dikatakan luas. Daerah suku Karo antara lain, Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Suku Karo sangat banyak dipengaruhi oleh lingkungan alam, suku Karo termasuk suku pedalaman dan melintas agraris. Suku Karo sendiri memiliki lima marga yaitu, Karo-Karo, Ginting, Tarigan, dan Perangin-angin (Tarigan, 2009). Apabila masyarakat ingin menjalani tradisi suku Karo,


(31)

harus mengacu pada tradisi yang ada di kabupaten Karo. Daerah suku Karo identik dengan “Taneh Karo” hal ini dikarenakan suku Karo masih menjalani kebudayaan Karo secara ketat dan menjadi standar/ideal untuk ditiru (Koentjaraningrat, 1984). Sebagai masyarakat yang terisolir di pedalaman dataran tinggi, ternyata adanya sebuah komunitas yang membentuk sebuah budaya yang menjadi patron bagi masyarakat Karo (Tarigan, 2009).

Pada suku Karo sistem kekerabatan dan perkawinan begitu menentukan keberlangsungan tatanan adat-istiadat serta struktur sosialnya secara harmonis. Mereka berupaya menjaga perkawinan ideal dalam tradisi Karo, yakni si pemuda atau gadis wajib menikahi impal-nya (seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya) sebagai pasangan idealnya (Tarigan, 2009).

Suku Karo mempertahankan anggota keluarga satu suku, suku Karo sendiri khususnya orangtua dan keluarga masih memegang peranan yang besar dalam penentuan pasangan hidup seseorang. Di dalam masyarakat Karo itu sendiri, perkawinan terjadi bukan hanya antara kedua individu yang akan menikah, tetapi juga perkawinan antar dua keluarga, di sinilah berkembang suatu ikatan kekeluargaan dan keluarga inti. Makna perkawinan yang sakral membuat perkawinan pada suku Karo secara filosofi mengadakan pesta yang dibuat oleh orang tua kedua mempelai. Kedua calon mempelai tidak dibebani tanggung jawab untuk mengadakan pesta, namun yang bertanggung jawab adalah kedua orang tua dari calon mempelai, terutama orang tua pihak laki-laki (Tarigan, 2009).


(32)

F.1. Sifat-Sifat Masyarakat Karo

Menurut Bangun (2006) adapun sifat-sifat masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut :

A. Percaya Diri

Masyarakat Karo pada umumnya percaya akan kekuatannya sendiri. Berkaitan dengan sikap percaya dirinya, masyarakat Karo bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak jarang masyarakat Karo dengan kekuatannya sendiri mencapai banyak karir karena usahanya. B. Tidak Serakah

Masyarakat Karo mendambakan hidup yang sejahtera, namun mereka tidak melaluinya dengan berperilaku serakah atau tamak. Masyarakat Karo gigih dalam mempertahankan haknya, mereka tidak serakah jika itu bukan haknya.

C. Sopan

Masyarakat Karo memliki sikap yang sopan. Mereka berbicara dengan nada suara yang lembut dan cenderung tidak keras. Masyarakat Karo juga tidak memonopoli, bagi masyarakat Karo sikap sopan santun merupakan satu modal pokok dalam kehidupan bermasyarakat

D. Mudah Menyesuaikan Diri

Masyarakat Karo mudah menyesuaikan diri di tempat baru mereka berdomisili. Masyarakat Karo memiliki tenggang rasa sehingga dalam bergaul, masyarakat Karo pada umumnya disenangi.


(33)

G. Preferensi pemilihan pasangan Mahasiswa Karo Universitas Sumatera Utara

Preferensi pemilihan pasangan adalah kecenderungan individu memilih seseorang untuk dinikahi yang memiliki kesamaan di beberapa aspek (Buss, 1985). Lykken dan Tellegen (1993) juga mengatakan bahwa preferensi pemilihan pasangan merupakan proses memilih siapa yang akan menjadi teman hidup, orang yang akan memberikan setengah kontribusinya dalam gen untuk melahirkan dan menjadi orang tua bagi anak-anak mereka. Dalam dimensinya preferensi pemilihan pasangan memiliki empat dimensi, yaitu love vs status resource yang mana secara psikologis seseorang akan memilih pasangan atas dasar cinta dan sumber daya yang baik, dependeble/stabel vs good looks/health yang mana secara psikologis seseorang memilih pasangan yang memiliki emosi stabil dan berpenampilan menarik dan sehat, education/intelligence vs desire for home/children yang mana seseorang akan memilih pasangan dari faktor pendidikan dan mempunyai keinginan memiliki rumah dan anak, dan socialbility vs similar religioun yang mana secara psikologis seseorang memilih pasangan yang mudah bergaul dan dari latar belakang agama yang sama (Shackelford, Schmitt, dan Buss, 2005).

Bagi orang Karo secara turun-temurun perkawinan ideal dalam tradisi Karo, yakni laki-laki atau perempuan wajib menikahi impal-nya sebagai pasangan idealnya (Manalu, 2013). Untuk itu pada saat anak-anak Karo masih kecil, mereka sering dibawa oleh orang tuanya untuk mengikuti kegiatan adat atau pesta adat


(34)

anak Karo tertanam nilai-nilai moral budaya karo dan cenderung akan memilih pasangan dari latar budaya yang sama (Meliala, 2007). Begitu juga ada beberapa dimensi hasil dari penelitian Shackelford, Schmitt, dan Buss pada tahun 2005, mengatakan bahwa dalam hal memilih pasangan, hal yang diperlukan adalah mempunyai cinta dan status sosial yang baik, fisik yang menarik, pendidikan, dan latar belakang agama dan budaya yang sama. Beberapa hal tersebut akan selalu menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan.

Preferensi pemilihan pasangan ini jika dikaitkan pada mahasiswa Karo, maka terlihat adanya pertimbangan seperti budaya yang tidak terlalu penting dalam memilih pasangan. Menurut DeGenova (2008) pasangan akan lebih merasa puas dan mendapatkan kehidupan pernikahan yang baik apabila pasangannya dapat membagi harapan yang sama mengenai peran gender dan apabila dapat saling bertoleransi mengenai kebiasaan–kebiasaan dari pasangan. Oleh karena itu, perilaku dan karakter menjadi lebih penting Hal ini dapat diindikasikan karena mahasiswa Karo sudah memiliki interaksi antar budaya dan mengadaptasi nilai-nilai yang bagi mereka baik untuk dilakukan. Bagi mereka selain budaya, kepribadian menjadi hal yang utama, sehingga komposisi budaya menjadi hal yang tidak begitu penting lagi.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang gambaran preferensi pemilihan pasangan pada suku Karo ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa suku Karo.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel itu sendiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2004).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa suku Karo.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Preferensi pemilihan pasangan

Kecenderungan individu untuk memilih seseorang untuk dinikahi yang memiliki kesamaan di beberapa aspek. Alat ukur yang digunakan diperkenalkan oleh Buss pada tahun 1985. Alat ukur ini terdiri dari tiga bagian, yaitu data biografi, bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan, dan tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan. Individu yang memiliki skor tinggi pada skala preferensi pemilihan pasangan menunjukkan preferensi pemilihan pasangan yang tinggi yang berarti bahwa subjek mementingkan budaya dalam preferensi pemilihan


(36)

pasangan dan mencari pasangan dari latar belakang budaya atau suku yang sama. Individu yang memiliki skor rendah pada skala preferensi pemilihan pasangan menunjukkan preferensi pemilihan pasangan yang rendah yang berarti bahwa subjek tidak mementingkan budaya dalam preferensi pemilihan pasangan dan tidak mewajibkan pasangannya berasal dari latar belakang budaya atau suku yang sama. Kemudian individu yang menjawab rangking terkecil pada bagian ketiga alat ukur menunjukkan karakteristik preferensi pemilihan pasangan yang disukai dilihat dari hasil mean karakteristik preferensi pemilihan pasangan.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Karo di Universitas Sumatera Utara.

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mhasiswa suku Karo yang berdomisili di Sumatera Utara yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Mahasiswa Suku Karo Asli (kedua orang tua bersuku Karo)

b) Berkuliah di Universitas Sumatera Utara


(37)

2. Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 132 orang mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah aksidental dengan cara siapa saja yang secara kebetulan atau tidak disengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2004). Teknik pengambilan sampel ini akan dilakukan terhadap mahasiswa suku Karo di Universitas Sumatera Utara.

D. Alat Ukur yang Digunakan.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala psikologis atau dengan metode skala.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan skala, yaitu alat ukur yang dikembangkan oleh Buss (1985) yang terdiri dari tiga bagian, yaitu data biografi, bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan dan tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan dengan merangking. Pada bagian pertama partisipan diminta untuk mengisi data biologis dan data diri terkait status pernikahan, pada bagian kedua peneliti memodifikasi alat ukur, sehingga pada bagian kedua ini terdiri dari 21 karakteristik umum dan 9 ciri atau sifat masyarakat Karo dalam preferensi pemilihan pasangan.


(38)

Penambahan aitem ini berdasarkan kebiasaan msayarakat Karo dan sifat-sifat menyangkut dengan masyarakat Karo, wawancara dengan mahasiswa Karo, dan survey. Bagian kedua dari alat ukur ini menggunakan penskalaan model skala

likert. Selain menambah aitem, peneliti melakukan modifikasi alat ukur berdasarkan sikap responden yaitu dengan memberi empat alternatif jawaban, yaitu: STS (Sangat Tidak Sesuai) TS (Tidak Sesuai), Netral (N), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Sedangkan bagian ketiga partisipan diminta untuk memberikan peringkat terhadap tiga belas karakteristik yang diinginkan dalam memilih pasangan hidup. Kelebihan dari alat ukur ini adalah alat ukur ini dapat digunakan secara universal karena penelitian yang dilakukan Buss (1985) dalam penggunaan alat ukur ini dilakukan di 37 negara.

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes ini (Azwar, 2000).

1. Validitas

Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu atau tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang diinginkan dengan tepat (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar


(39)

mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi ini dilakukan melalui pendapat profesional (profesional judgement).

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Sistem kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan menyeleksi aitem yang mengukur hal sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan di atas 0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki daya beda aitem di bawah 0,3 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah dan akan digugurkan (Azwar, 2000).

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana alat ukur menghasilkan hasil yang sama apabila diukur berulang kali. Dengan kata lain, dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2000). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi


(40)

antar aitem atau antar bagian. Alat ukur penelitian ini memiliki koefisien konsistensi 0,914.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan uji coba alat ukur Buss (1985) pada 80 mahasiswa Karo di USU. Uji coba yang dilakukan guna melihat kualitas dari aitem alat ukur tersebut. Pengelolaan hasil data uji coba alat ukur dari 80 mahasiswa Karo di USU terjadi sebanyak satu kali pembersihan. Berdasarkan hasil estimasi putaran pertama terhadap data hasil uji coba, maka diperoleh koefisien alpha keseluruhan aitem sebesar 0,905, sedangkan daya beda aitem yang telah ditentukan sebelumnya adalah 0,3 ditemukan lima aitem yang tidak memenuhi batasan tersebut sehingga kelima aitem tersebut dinyatakan gugur. Setelah itu dilakukan putaran estimasi yang kedua. Pada putaran ini diperoleh koefisien alpha keseluruhan aitem berubah menjadi 0,914 dan tidak ditemukan aitem yang tidak memenuhi batasan yang sudah ditentukan. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Skala Preferensi pemilihan pasangan Setelah Uji Coba

Keterangan: Penebalan menunjukkan aitem yang gugur.

No. Judul Aitem

1 Preferensi pemilihan pasangan

1,2,3,4,5,6,7 ,8,9,10,11,1 2,13,14,15,1 6,17,18,19,2 0,21,22,23,2 4,25,26,27,2 8,29,30,31,3 2,33,34,35


(41)

Kelima aitem yang gugur adalah aitem satu, enam, sebelas, tiga puluh dua, dan tiga puluh empat. Setelah kelima tersebut dibuang, maka diperoleh koefisien alpha keseluruhan aitem smenjadi 0,914 dengan indeks daya beda aitem bergerak dari 0,326 sampai 0,645 sehingga jumlah aitem yang dapat digunakan sebanyak 30 aitem. Aitem pada bagian ketiga yaitu 13 karakteristik tidak ada sistem penguguran dikarenakan peneliti hanya melihat karakteristik yang disukai dan tidak disukai berdasarkan mean dari masing-masing aitem. Berikut hasil preferensi pemilihan pasangan dengan merangking setelah uji coba.

Tabel 2. Preferensi Pemilihan Pasangan dengan merangking Setelah Uji Coba

Aitem Mean Std

Baik dan Pengertian 3,15 2,18 Orang yang religius 4,52 2,95 Kepribadian yang mengasikkan 5,52 2,98 Kreatif dan Artistik 7,10 3,46 Baik dalam mengurus rumah 8,85 3,36

Cerdas 6,46 2,74

Pendapatan uang yang baik 7,33 3,48 Ingin memiliki anak-anak 8,82 3,42 Santai 10,38 2,73 Keturunan yang baik 7,77 3,56 Sarjana/lulusan perguruan tinggi 8,33 3,28 Fisik yang menarik 7,75 3,69

Sehat 4,97 3,61

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti menggunakan skala sikap terhadap pereferensi pemilihan pasangan yang diadaptasi oleh peneliti dengan bantuan professional


(42)

judgement. Alat ukur yang diperkanalkan oleh Buss (1985) ini terdiri dari tiga bagian, yaitu data biografi, bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan dengan jumlah aitem tiga puluh lima dan tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan. Skala diprint pada kertas berukuran A4 dan berbentuk booklet dan kuesioner online.

Kelebihan dari alat ukur ini adalah alat ukur ini dapat digunakan secara universal karena penelitian yang dilakukan Buss (1985) dalam penggunaan alat ukur ini dilakukan di 37 negara.

Setelah alat ukur disusun, maka alat ukur diberikan kepada 80 mahasiswa Karo di USU pada bulan Juni 2015. Setalah kuesioner terkumpul dan data online terkumpul, maka peneliti menguji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 17 for windows. Selanjutnya peneliti melakukan revisi alat ukur, sehingga jumlah aitem alat ukur menjadi 30 dan 13 karakteristik preferensi pemilihan pasangan dengan rangking. Setelah itu alat ukur digunakan untuk mengambil data penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah revisi selesai, maka peneliti melakukan pengambilan data dengan jumlah sampel sebanyak 132 orang mahasiswa Karo di USU dengan cara menyebarkan skala kepada mahasiswa Karo di USU dengan menemuinya secara langsung atau melalui rekan-rekan mahasiswa lainnya dan menyebarkannya melalui kuesioner online.


(43)

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah skala preferensi pemilihan pasangan terkumpul seluruhnya. Kemudian data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17.

H. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini untuk mendapatkan gambaran skor preferensi pemilihan pasangan digunakan statistik deskriptif. Data yang akan diolah yaitu skor minimum, skor maksimum, mean, standar deviasi. Untuk mendapatkan gambaran preferensi pemilihan pasangan dengan merangking diolah dengan melihat perolehan mean terkecil untuk pemilihan yang paling karakteristikl yang disukai dan mean terbesar untuk kriteria pemilihan yang karakteristik yang tidak disukai.


(44)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang gambaran umum dari subjek penelitian yang akan dianalisis serta pembahasan hasil analisis dari penelitian yang sudah dilakukan.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian dalam Data Biografi

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang bersuku Karo sebanyak 132 orang. Peneliti akan menguraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, dan agama, dan status pernikahan.

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Umur

Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (N) Persentase

18 8 6,1%

19 16 12,1%

20 36 27,3%

21 32 24,2%

22 31 23,5%

23 6 4,5%

25 3 2,3%


(45)

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa umur subjek yang berusia 18 tahun sebanyak 8 orang (6,1%), yang berusia 19 tahun sebanyak 16 orang (12,1%), yang berusia 20 tahun sebanyak 36 orang (27,3%), 21 tahun sebanyak 32 orang (24,2%), yang berusia 22 tahun sebanyak 31 orang (23,5%), yang berusia 23 tahun sebanyak 6 orang (4,5%), yang berusia 25 tahun sebanyak 3 orang (2,3%).

b. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase

Laki-laki 54 40,9 %

Perempuan 78 59,1%

Total 132 100 %

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 54 orang (40,9%), dan subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 78 orang (59,1%).

c. Gambaran Subjek Berdasarkan Agama

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Agama Agama Frekuensi (N) Persentase

Katolik 13 9,8%

Protestan 106 80,3%

Islam 13 9,8%

Total 132 100%

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui bahwa subjek penelitian yang beragama Katolik sebanyak 13 orang (9,8%), yang beragama Protestan sebanyak 106 orang (80,3%), dan yang beragama Islam sebanyak 13 orang (9,8%).


(46)

d. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Penikahan

Status Pernikahan Frekuensi (N) Persentase

Tidak Berpacaran 54 40,9%

Berpacaran 75 56,8%

Bertunangan 3 2,3%

Total 132 100%

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa subjek penelitian yang tidak berpacaran sebanyak 54 orang (40,9%), yang berpacaran sebanyak 75 orang (56,8%), dan yang bertunangan sebanyak 3 orang (2,3%).

2. Hasil Utama Penelitian Pada Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo USU

a. Gambaran Umum Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo USU

Gambaran Preferensi pemilihan pasangan mahasiswa bersuku Karo di Universitas Sumatera Utara dapat dilihat dari skor mean, standar deviasi serta nilai minimum dan maksimum dari skor skala preferensi pemilihan pasangan. Berikut ini merupakan tabel yang memuat nilai empirik dan nilai hipotetik pada subjek penelitian.


(47)

Tabel 7. Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean dan Standar Deviasi Preferensi Pemilihan Pasangan

Dari tabel 7 dapat kita ketahui perbandingan antara mean empirik dengan mean

hipotetik, maka diperoleh mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa preferensi pemilihan pasangan subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata preferensi pemilihan pasangan berdasarkan tolak ukur skala.

Selanjutnya, subjek penelitian akan dikelompokkan berdasarkan kategori preferensi pemilihan pasangan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan nilai hipotetik yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor preferensi pemilihan pasangan seperti pada tabel 7 berikut:

Tabel 8. Kategori Norma Nilai Preferensi Pemilihan Pasangan Variabel Rentang Nilai Kategorisasi

Preferensi pemilihan pasangan

X < (µ-1,0ϭ) Rendah (µ-1,0ϭ) Sedang Tinggi Keterangan:

µ = Mean hipotetik skala preferensi pemilihan pasangan ϭ = Standar deviasi

Berdasarkan kategorisasi norma dan skor mean dan standar deviasi yang ada, maka diperoleh penggolongan preferensi pemilihan pasangan Variabel

Rentang Nilai Nilai Empirik Nilai Hipotetik

Min Maks Mean SD Mean SD

Preferensi pemilihan pasangan


(48)

serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang ada pada tabel 8 berikut:

Tabel 9. Penggolongan Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara

Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase Preferensi

pemilihan pasangan

X< 40 Rendah 0 0 %

40 X < 80 Sedang 71 53,8%

80 X Tinggi 61 46,2%

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa Karo di USU memiliki tingkat preferensi pemilihan pasangan yang tergolong sedang yaitu sebanyak 71 orang (53,8%), sedangkan yang tergolong tinggi sebanyak 61 orang (46,2%) dan tidak ada yang termasuk dalam kategori preferensi pemilihan pasangan yang rendah.


(49)

3. Hasil Utama Pada Bagian Ketiga 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan dengan Merangking

Tabel 10. Gambaran Hasil 13 Karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara Secara

Berurutan

Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa mean yang terendah menjadi karakteristik yang disukai yang mana subjek penelitian memilih karakteristik yang paling disukai dengan rangking terkecil. Tabel di atas menunjukkan ada beberapa karakteristik yang menunjukkan mean terkecil. Karakteristik tersebut yaitu baik dan pengertian dengan mean (3,55), kedua karakteristik orang yang religius dengan mean (4,74), dan karakteristik sehat dengan mean (5,28). Sedangkan ada beberapa karakteristik yang memiliki mean terbesar yang mana menjadi karakteristik yang tidak disukai. Karakteristik tersebut yaitu karakteristik baik dalam mengurus rumah dengan mean (8,47), karakteristik kedua yaitu ingin memiliki anak-anak dengan mean (8,86), dan karakteristik ketiga yaitu santai dengan mean (9,68). Dari kedua karakteristrik yang paling disukai dan yang

Variabel Mean Std

Baik dan Pengertian 3,55 2,80

Orang yang Religius 4,74 3,34

Sehat 5,28 3,85

Kepribadian yang Mengasikkan 5,62 3,17

Cerdas 6,65 2,90

Kreatif & Artistik 7,11 3,43 Pendapatan Uang yang Baik 7,26 3,27

Keturunan yang Baik 7,28 3,51

Sarjana/Lulusan Perguruan Tinggi 7,90 3,64

Fisik yang Menarik 7,94 3,74

Baik dalam Mengurus Rumah 8,47 3,38

Ingin Memiliki Anak 8,86 3,19


(50)

paling tidak disukai yaitu Baik dan Pengertian menjadi paling karakteristik yang disukai dan Santai menjadi yang paling karakteristik yang tidak disukai.


(51)

4. Hasil Tambahan

Penelitian ini juga menghasilkan beberapa hasil tambahan penelitian, yaitu gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo berdasarkan jenis kelamin, umur, dan status pernikahan.

a. Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, gambaran preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11. Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin N Min Max Mean

Sikap terhadap Pemilihan Pasangan

Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki 54 50 120 79,18 0 29 25 Perempuan 78 41 113 77,93 0 39 39

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki dengan mean 79,18 dengan kategori sedang berjumlah 29 orang dan kategori tinggi berjumlah 25 orang. Sedangkan perempuan memiliki mean

77,93 pada preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo dengan kategori sedang 39 dan kategori tinggi 39 orang.

b. Gambaran Preferensi pemilihan pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Umur Berdasarkan umur, gambaran sikap terhadap prferensi pemilihan pasangan dapat dilihat pada tabel berikut:


(52)

Tabel 12. Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Umur

Umur N Min Max Mean

Sikap terhadap Pemilihan Pasangan

Rendah Sedang Tinggi

18 8 75 95 85,62 0 2 6

I9 16 57 92 78,4 0 7 9

20 36 41 113 80.55 0 13 23

21 32 50 117 82,15 0 13 19

22 31 55 120 75,45 0 19 12

23 6 67 118 90,83 0 2 4

25 3 58 89 79 0 1 2

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa sikap terhadap pemilihan pasangan berdasarkan umur yaitu, umur 18 tahun yang berada pada kategori sedang sebanyak 2 orang, kategori tinggi sebanyak 6 orang. Umur 19 tahun berada pada kategori sedang sebanyak 7 orang dan kategori tinggi 9 orang. Umur 20 tahun, yang berada pada kategori sedang sebanyak 13 orang dan kategori tinggi sebanyak 23 orang. Umur 21 tahun, yang berada pada kategori sedang sebanyak 13 orang dan kategori tinggi sebanyak 19 orang. Umur 22 tahun, yang berada pada kategori sedang sebanyak 19 orang dan kategori tinggi sebanyak 12 orang. Umur 23 tahun, yang berada pada kategori sedang sebanyak 2 orang dan berada pada kategori tinggi sebanyak 4 orang. Umur 25 tahun, yang berada pada ketegori sedang sebanyak 1 orang dan berada pada kategori tinggi sebanyak 2 orang. Pada bagian ini mean tertinggi berada pada umur 23 tahun. Hal ini menunjukkan mahasiswa Karo yang berumur 23 tahun lebih memiliki


(53)

sikap positif terhadap preferensi pemilihan pasangan dibanding umur yang lainnya

c. Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan Berdasarkan Agama

Tabel 13. Gambaran Preferensi pemilihan pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Agama

Agama N Min Max Mean

Sikap terhadap Pemilihan Pasangan

Rendah Sedang Tinggi

Katolik 13 75 95 76,92 0 6 7

Protestan 10

6 57 92 80,99 0 48 58

Islam 13 41 113 71,08 0 8 5

Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa, preferensi pemilihan pasangan berdasarkan agama yaitu, Agama Katolik yang berada pada kategori sedang sebanyak 6 orang dan pada kategori tinggi sebanyak 7 orang. Agama Protestan yang berada pada kategori sedang sebanyak 48 orang dan pada kategori tinggi sebanyak 58 orang. Agama Islam yang berada pada kategori sedang sebanyak 8 orang dan pada kategori tinggi sebanyak 5 orang. Pada bagian ini agama Islam lebih memiliki preferensi pemilihan pasangan yang sedang yang berarti netral.

d. Gambaran Preferensi pemilihan pasangan Berdasarkan Status Pernikahan.

Tabel 14. Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Status Pernikahan

Status

Pernikahan N Min Max Mean

Sikap terhadap Pemilihan Pasangan

Rendah Sedang Tinggi

Tidak Berpcrn 54 50 118 80,03 0 22 32 Berpacaran 75 43 120 79,97 0 33 42


(54)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, status pernikahan bertunangan memiliki mean tertinggi untuk preferensi pemilihan pasangan yaitu 90, dengan kategori sedang sebanyak 1 orang dan kategori tinggi sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan bertunangan memiliki sikap lebih positif terhadap preferensi pemilihan pasangan.

e. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan dengan MerangkingBerdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 15. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo dengan Merangking Berdasarkan Jenis

Kelamin

Berdasarkan tabel 15, diketahui bahwa 13 karakteristik terhadap preferensi pemilihan pasangan pada laki-laki mean yang terendah menjadi karakteristik yang disukai yang mana subjek penelitian memilih karakteristik yang paling disukai dengan rangking terkecil. Tabel di atas menunjukkan baik dan pengertian memperoleh mean terkecil yaitu 3,55. Sedangkan santai memperoleh mean

tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) yaitu 9,77. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan diketahui bahwa mean yang terendah (karakteristik yang

Aitem Laki-Laki Perempuan

Baik dan Pengertian 3,55 3,70 Orang yang religius 5,28 4,34 Kepribadian yang mengasikkan 5,62 5,37 Kreatif dan Artistik 7,26 6,92 Baik dalam mengurus rumah 7,28 9,17

Cerdas 6,65 6,64

Pendapatan uang yang baik 7,94 6,60 Ingin memiliki anak-anak 8,86 8,97

Santai 9,86 9,61

Keturunan yang baik 8,47 7,32 Sarjana/lulusan perguruan tinggi 7,90 7,70

Fisik yang menarik 7,11 8,73


(55)

disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 3,70 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 9,61.

f. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan dengan Merangking berdasarkan Umur

Tabel 16. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo dengan Merangking Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa, 13 karakteristik terhadap preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo pada umur 18 tahun mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 2,62 dan

mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah ingin memiliki anak-anak dengan mean 11,12. Pada umur 19 tahun mean terendah (karakteristik yang

Aitem/Umurr 18 19 20 21 22 23 25

Baik dan Pengertian

2,62 4,53 3,44 3,43 3,74 3,50 2,33

Orang yang religius

6,12 3,93 4,25 5,34 4,80 4,83 5,00

Kepribadian yang mengasikkan

5,50 5,60 6,16 4,84 5,87 4,50 8,33

Kreatif dan Artistik

5,75 7,66 6,86 6,93 7,83 5,00 8,33

Baik dalam mengurus rumah

7,00 8,73 9,27 7,71 8,45 9,33 9,66

Cerdas 5,25 6,73 6,72 7,37 6,19 6,83 6,33

Pendapatan uang yang baik

8,62 7,06 7,16 7,81 7,00 6,16 6,33

Ingin memiliki anak-anak

11,12 9,86 9,36 8,43 6,96 9,33 11,66

Santai 8,37 10,20 9,27 9,75 9,90 10,0 0

11,33

Keturunan yang baik

8,0 6,26 8,13 7,65 8,03 8,66 4,00

Sarjana/lulusan perguruan tinggi

8,75 7,33 6,86 8,43 8,41 8,33 9,66

Fisik yang menarik

7,37 8,06 7,72 8,06 8,06 9,66 4,33


(56)

disukai) adalah orang yang religius dengan mean 3,93 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 10,20. Pada umur 20 tahun mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 3,44 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah ingin memiliki anak-anak dengan mean 9,36 . Pada umur 21 tahun mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 3,43 dan

mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 9,75. Pada umur 22 tahun mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 3,74 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 9,90. Pada umur 23 tahun mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 10,00. Pada umur 25 tahun mean

terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean

2,33 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah ingin memiliki anak-anak dengan mean 11,66.


(57)

g. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan dengan Merangking berdasarkan Agama

Tabel 17. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo dengan Merangking Berdasarkan Agama

Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa 13 karakteristik terhadap preferensi pemilihan pasangan dengan merangking pada mahasiswa Karo yang beragama katolik memiliki mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 5,61 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai dengan mean 9,46. Beragama Protestean memiliki mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 3,16 dan

mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah santai. Beragama Islam memiliki mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian dengan mean 5,25 dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah

Aitem/Agama Katolik Kristen Islam

Baik dan Pengertian 5,61 3,16 5,25

Orang yang religius 6,64 4,52 5,50

Kepribadian yang mengasikkan

6,69 5,58 5,41

Kreatif dan Artistik 7,76 6,99 7,58

Baik dalam mengurus rumah

7,84 8,48 9,25

Cerdas 6,84 6,48 7,83

Pendapatan uang yang baik

7,92 7,28 6,50

Ingin memiliki anak-anak

7,76 8,91 9,08

Santai 9,46 9,85 8,83

Keturunan yang baik 6,46 8,04 6,41

Sarjana/lulusan perguruan tinggi

6,38 8,21 6,08

Fisik yang menarik 6,23 8,01 7,91


(58)

h. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan dengan Merangking berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 18. Gambaran 13 karakteristik terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa, mean terendah (karakteristik yang disukai) adalah baik dan pengertian, dan mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) pada status pernikahan tidak berpacaran dan berpacaran adalah santai dengan masing-masing mean 10,01 dan 9,53. Sedangkan status pernikahan bertunangan memiliki mean tertinggi (karakteristik yang tidak disukai) adalah ingin memiliki anak-anak.

Aitem/Agama Tidak

Berpacaran

Berpacaran Bertunangan

Baik dan Pengertian 3,00 4,01 2,00

Orang yang religius 4,94 4,56 5,66

Kepribadian yang mengasikkan

4,53 6,44 4,66

Kreatif dan Artistik 6,77 7,33 7,33

Baik dalam mengurus rumah

8,88 8,21 7,66

Cerdas 6,69 6,61 8,66

Pendapatan uang yang baik

7,38 7,28 6,66

Ingin memiliki anak-anak

9,37 8,34 10,33

Santai 10,01 9,53 7,33

Keturunan yang baik 8,07 7,42 9,66

Sarjana/lulusan perguruan tinggi

8,18 7,72 7,33

Fisik yang menarik 7,92 7,92 7,66


(59)

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo. Hasil utama pada penelitian ini dari 132 mahasiswa Karo, diantaranya 71 orang berada di kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Karo memiliki preferensi pemilihan pasangan yang sedang, yang mana memilih pasangan dari suku yang sama bukan menjadi hal yang utama. Mahasiswa Karo tidak terlalu mengaplikasikan nilai-nilai budaya Karo dalam preferensi pemilihan pasangan. Pada adat suku Karo sendiri adanya perkawinan ideal yaitu baik laki-laki dan perempuan wajib menikahi impalnya (Tarigan,2009). Hal ini juga yang membuat generasi muda Karo tidak bebas memilih jodohnya, dikarenakan orang tua Karo biasanya memilihkan jodoh kepada anaknya yang masih memiliki kekerabatan atau satu suku (Koentjaranigrat, 1985). Suku Karo juga mempertahankan budaya untuk menjaga tatanan adat istiadat yang harmonis. Namun hal ini tidak terlihat lagi dalam diri mahasiswa Karo. Mereka lebih mementingkan karakter pribadi dibandingkan budaya Karo itu sendiri, preferensi pemilihan pasangan yang sedang ini juga menunjukkan bahwa perkawinan ideal bukan lagi menikah dengan impal.

Mahasiswa Karo pada jaman ini lebih terbuka dalam memilih pasangan antar budaya.

Hasil utama berikutnya yaitu mahasiswa Karo merangking karakteristik preferensi pemilihan pasangan yang hasilnya dari 132 mahasiswa Karo lebih menyukai karakteristik baik dan pengetian dibandingkan karakteristik santai. Karakteristik baik dan pengertian merupakan karakter pribadi seseorang. Hal ini


(60)

menunjukkan bahwa mahasiswa Karo lebih memikirkan karakter pribadi seperti baik dan pengertian. Karakteristik ini dapat dikaitkan pada dimensi preferensi pemilihan pasangan menurut Shackelford, Schmitt, dan Buss (2005) yaitu love vs status resource yang mana secara psikologis seseorang akan memilih pasangan atas dasar cinta. Baik dan pengertian bagian dari perasaan cinta. Adanya kebaikan dan pengertian dapat menumbuhkan cinta didalamnya. Begitu juga karakteristik santai menjadi hal yang tidak disukai oleh mahasiswa Karo, dikarenakan pada umumnya sifat masyarakat Karo adalah pekerja keras. Menurut Bangun (2006) masyarakat Karo adalah masyarakat yang gigih dan pekerja keras. Jika dikatikan dengan sifat masyarakat Karo, maka karakteristik santai memang pantas untuk tidak disukai oleh mahasiswa Karo.

Hasil berikutnya adalah hasil tambahan mengenai mahasiswa Karo berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan. Berdasarkan jenis kelamin, mahasiswa Karo berjenis kelamin laki-laki memiliki mean lebih tinggi dibanding mahasiswa Karo yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan mahasiswa Karo yang berjenis kelamin laki-laki lebih memiliki preferensi pemilihan pasangan yang tinggi, yang berarti mahasiswa Karo yang berjenis kelamin laki-laki lebih memilih pasangan yang berasal dari suku yang sama dibanding mahasiswa Karo berjenis kelamin perempuan. Kemudian secara garis besar dilihat dari tabel 14 sampai tabel 17 berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan karakteristik ingin memiliki anak menjadi karakteristik yang umumnya tidak disukai oleh mahasiswa Karo di USU selain karakteristik santai. Hasil rangking berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan


(61)

status pernikahan mahasiswa Karo lebih cenderung memenuhi dimensi preferensi pasangan dari Shackelford, Schmitt, dan Buss (2005) yaitu love vs status resource, dependeble/stabel vs good looks/health, socialbility vs similar religion. Dimensi yang tidak memenuhi dalam preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo dari Shackelford, Schmitt, dan Buss (2005) adalah

education/intelligence vs desire for home/chlidren yang mana berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan mahasiswa Karo tidak menyukai karakteristik ingin memiliki anak sebagai preferensi pemilihan pasangan, begitu juga ranking pendidikan tidak menjadi karakteristik yang paling disukai. Penelitian ini memiliki kelemahan, yang mana peneliti tidak dapat secara mendalam mengetahui dasar-dasar mahasiswa Karo menjadikan karakteristik ingin memiliki anak sebagai karakteristik yang tidak disukai. Dengan kata lain, peneliti tidak mengetahui secara jelas penyebab dimensi education/intelligence vs desire for home/children tidak muncul pada mahasiswa Karo.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hasil dari penelitian yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijelaskan secara ringkas kesimpulan dari penelitian dan di bagian akhir akan dikemukakan saran yang diharapkan berguna bagi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil utama pada mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa mahasiswa Karo memiliki preferensi pemilihan pasangan yang berada pada kategori sedang sebanyak 71 orang yang berarti mereka tidak lagi mementingkan budaya dalam memilih pasangan. Bagi mereka latar budaya yang sama maupun tidak, bukan menjadi masalah lagi untuk dijadikan sebagai pasangan hidup. Berdasarkan hasil dari 13 karakteristik terhadap preferensi pemilihan pasangan dengan merangking, mahasiswa Karo memilih karakteristik disukai yaitu baik dan pengertian dikarenakan mahasiswa Karo lebih mementingkan cinta dan karakteristik yang tidak disukai yaitu santai dikarenakan santai bukan sifat dasar dari suku Karo.


(63)

2. Berdasarkan hasil penelitian tambahan preferensi pemilihan pasangan berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan mahasiswa Karo menunjukkan preferensi pemilihan pasangan pada kategori tinggi yang berarti pada hasil tambahan ini mahasiswa Karo menginginkan latar budaya yang sama sebagai pemilihan pasangan. Hasil penelitian tambahan 13 karakteristik terhadap preferensi pemilihan pasangan dengan merangking berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan mahasiswa Karo memilih karakteristik yang disukai yaitu baik dan pengertian dan karakteristik yang tidak disukai yaitu santai dan ingin memiliki anak. Jika dikaitkan dalam dimensi preferensi pemilihan pasangan, maka dimensi desire home/children tidak tampak pada mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu saran metodologis dan saran praktis sebagai berikut:

1. Saran Metodologis

a. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis data memakai metode deskriptif yang mana hasilnya hanya bersifat penggambaran secara umum dan kurang mendalam. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan meneliti tentang preferensi pemilihan pasangan dengan menghubungkan pada beberapa dimensi


(64)

preferensi pemilihan pasangan agar hasil yang didapat lebih mendalam dan penelitian tentang Suku Karo menjadi lebih kaya.

b. Untuk peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian yang sama, diharapkan saat memakai alat ukur Buss, lebih mencantumkan budaya karo dalam alat ukur sehingga lebih cocok mengenai masyarakat karo.

2. Saran Praktis

1. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada kita, bahwa generasi muda jaman sekarang, khususnya mahasiswa Karo di USU dalam preferensi pemilihan pasangan tidak lagi mementingkan budaya sebagai hal yang penting dalam memilih pasangan. Namun, cinta menjadi hal penting dalam preferensi pemilihan pasangan.

2. Pada masyarakat Karo, khususnya orang tua dapat diberitahukan informasi bahwa perkawinan dengan impal atau satu suku tidak lagi merupakan karakteristik yang utama dalam preferensi pemilihan pasangan. Oleh karena itu diharapkan untuk tidak lagi memaksakan anaknya untuk menikah dengan impalnya.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Bangun, Tridah. (2006). Sifat dan Tabiat Orang Karo. Yayasan Lau Simalem,

Jakarta, 2006).

Berry, John W., Ype H.Poortinga, H. Segall, Marshall & Dasen, Pierre R. (1999).

Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Buss, D.M (1985). Human Mate Selection.American Scientist, 73, 47-51. ________. (2011). Evolutionary Psychology: The New Science of The Mind (4th

ed). Needham Heights: Allyn & Bacon

DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationships, Marriages & Families. 7th Edition. USA: McGraw-Hill.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang

Masa Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

J.H Neumann. (1972). Sejarah Batak-Karo Sebuah Sumbangan. Jakarta: Bhratara Koentjoroningrat. (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia

Lykken, David T dkk (1993). Heritability of Interests: A Twin Study. Journal of Apllied Psychology, Vol 78, No 4, 649-661

Manalu, Merry T.S. (2013). Kebertahanan Perkawinan Ideal Menurut Suku Batak Karo Di Kelurahan Kwala Bekala Padang Bulan Medan. Skripsi sarjana. Bali: Fakultas Antropologi. UniversitasUdayana

Matsumoto, D. & L. Juang. 2008. Culture and Psychology. United States: Wadsworth

Meliala, Christian Ade Candra. (2007). Studi mengenai Schwartz’s values pada

mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Batak

Karo di Universitas “X” Medan. Jurnal Psikologi. Universitas Kristen Maranatha


(66)

Shackelford, Schmitt, & Buss (2005). Universal Dimenesions of Human Mate Preferences. Florida Atlantic University. Journal of Social Psychology.

Sugiyono (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta

Tarigan, H. G. (1988). Percikan Budaya Karo. Bandung: Yayasan Merga Silima Tarigan, S. (2009). Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.

Townsend, J.M., & Levy, G.D. (1990). Effects of Potential Partners Physical Attractiveness and Socioeconomic Status on Sexuality and Partner Selection Archives of Sexual Behavior, 19(2), 149-164. Retrieved from www.springerlink.com.


(67)

LAMPIRAN A


(68)

Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Sikap Terhadap Preferensi Pemilihan Pasangan Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

,905 ,909 35

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 86,9500 260,327 ,150 ,556 ,907

VAR00002 86,3375 257,416 ,365 ,618 ,903

VAR00003 86,6875 252,699 ,410 ,512 ,903

VAR00004 87,1750 247,209 ,439 ,700 ,903

VAR00005 86,9125 249,321 ,600 ,657 ,900

VAR00006 86,3250 259,792 ,170 ,642 ,906

VAR00007 87,1375 247,234 ,447 ,563 ,903

VAR00008 86,5875 254,980 ,359 ,645 ,904

VAR00009 86,3875 255,202 ,395 ,644 ,903

VAR00010 86,0250 257,847 ,386 ,531 ,903

VAR00011 86,8125 259,825 ,161 ,587 ,907

VAR00012 86,6750 253,893 ,312 ,511 ,905

VAR00013 86,1000 255,813 ,395 ,634 ,903

VAR00014 87,1125 246,278 ,604 ,796 ,900

VAR00015 87,2125 245,790 ,595 ,777 ,900

VAR00016 86,3000 252,922 ,467 ,612 ,902


(1)

Bagian Pertama Data Biografi

Nama/Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin : L/P*

Agama :


(2)

Bagian Kedua (Evaluasi)

Di bawah ini tersedia pernyataan tentang kriteria calon pasangan Anda. Anda diminta untuk menjawab pernyataan tersebut dengan membayangkan kriteria calon pasangan Anda yang Anda inginkan dan harapkan.

No. PERNYATAAN STS TS N S SS

1. Sifat Menyenangkan 2. Mudah bergaul

3. Latar Belakang adat yang sama 4. Kehalusan, Kerapian

5. Kesucian (tidak ada pengalaman sebelumnya dalam hubungan seksual) 6. Karakter yang kuat/teguh.

7. Emosi stabil dan matang

8.. Keinginan memiliki rumah dan memiliki anak-anak

9. Berpenampilan Menarik


(3)

11. Ambisi dan Kerajinan 12. Mengetahui Ertutur Karo 13. Saling tertarik-cinta 14. Kesehatan yang baik 15. Berpendidikan dan Cerdas 16. Melakukan pesta adat di jambur

17. Mengikuti tahapan adat pernikahan Karo 18. Menikah secara adat

19. Menikah dengan impal 20. Senang mengikuti adat Karo 21. Mengetahui bahasa Karo.

22. Memberi penutukur untuk mempelai perempuan

23. Mengetahui adat Karo dalam hal pernikahan


(4)

24. Tidak kasar 25. Suka menolong 26. Percaya diri 27. Tidak serakah 28. Sopan santun

29. Mudah menyesuaikan diri 30. Latar belakang suku yang sama


(5)

Bagian Ketiga

Urutkan Karakteristik calon pasangan Anda mulai dari angka 1 (satu) yang pertama paling disukai. Memberi angka 2 (dua) yang kedua paling disukai sampai dengan memberi angka 13 (tiga belas) yang ketigabelas paling disukai

Contoh Pengisian Skala:

2 Baik dan pengertian 4 Orang yang religius

1 Kepribadian yg mengasikkan 5 Kreatif dan Artistik

7 Baik dalam mengurus rumah 6 Cerdas

10 Pendapatan uang yang baik 8 Ingin memiliki anak-anak 11 Santai

9 Keturunan yang baik


(6)

13 Fisik yang Menarik

3 Sehat

Baik dan pengertian Orang yang religius

Kepribadian yg mengasikkan Kreatif dan Artistik

Baik dalam mengurus rumah Cerdas

Pendapatan uang yang baik Ingin memiliki anak-anak Santai

Keturunan yang baik

Sarjana/Lulusan perguruan tinggi Fisik yang Menarik