Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

(1)

GAMBARAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

KUN FATINDAH FEBRIANI WAHDAH

041301004

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Genap,2008/2009


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2009

Kun Fatindah F.W. NIM 041301004


(3)

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Kun Fatindah F.W. dan Desvi Yanti Mukhtar

ABSTRAK

Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan(Guilford dalam Munandar, 2004). Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik pada anak didik tidak hanya dibutuhkan ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) tetapi juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada fakultas Psikologi. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menjadi pusat pengembangan ilmu Psikologi di Sumatera serta misinya, menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan pengambilam sample menggunakan teknik stratified propotional random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966, Kreativitas Verbal dari Munandar (1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh peneliti. Skala sikap kreatif yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan teori ciri-ciri afektif/bersikap kreatif menurut Guilford (dalam Munandar, 1992). Jumlah aitem skala sebanyak 58 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,93 dan menggunakan validitas isi dan validitas tampang pada skala.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara mayoritas tinggi yaitu kategori tinggi sebanyak 59 orang (59%), kategori sedang sebanyak 24 orang (24%) dan kategori rendah sebanyak 17 orang (17%). Sementara hasil tambahan yang diperoleh melalui uji T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kreativitas subjek ditinjau dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan


(4)

KATA PENGANTAR

Terima kasih yang tidak terkira peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas semua karunia dan keindahan yang telah diberikan-Nya, umur yang panjang, kesehatan, waktu dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kepada orangtua saya Yuyung Faturahman dan Indah Gayatri yang selalu mendoakan. H. Madsupi (kakek) dan Hj. Minanti (nenek) tersayang yang telah membesarkan, membimbing, memberikan dukungan dan selalu mendoakan saya.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing yang menjadi tempat bertanya dan berdiskusi, menyediakan waktu untuk mendampingi penelitian seminar pendidikan ini, dan selalu memberikan masukan serta bantuan yang tiada terkira di tengah kesibukan yang begitu padat.

3. Ibu Eka Ervika M.Si, selaku dosen pembimbing akademik, yang bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing saya .


(5)

4. Ibu Filia Dina Anggaraeni, S.Sos; Ibu Sri Supriyantini, M.Si, Psikolog; Ibu Rr. Lita Hadiati, S.Psi, Psi; yang begitu bersemangat memberikan masukan dari awal progress seminar bagian pendidikan dilaksanakan sampai penyelesaian skripsi berlangsung.

5. Ibu Etti Rahmawati, M.Si yang selalu membantu menyelesaikan kebingungan peneliti mengenai metode penelitian, terimakasih ibu atas bantuan menemukan formula penskoringan tes kreativitas saya.

6. Adik saya tersayang Ami dan Upi. Mudah-mudahan kakak bisa memberikan yang terbaik buat kalian berdua. Kak Tri, kak Turi, kak Evi, AA dan kak Eca yang selalu memberikan masukan dan memberikan semangat saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada Charles, Nisa, Fia, K’vi, Farah dan Indi, terimakasih untuk hari-hari yang telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan.

8. Kepada semua orang-orang yang telah berjasa dalam hidup saya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu saya akan sangat bersedia untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di lain waktu.

Medan, Juni 2009

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Grafik ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II Landasan Teori... 13

A. Kreativitas ... 13

1. Definisi Kreativitas ... 13

2. Ciri-Ciri Kreativitas ... 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas... 24

B. Mahasiswa ... 28

1. Definisi Mahasiswa... 28

2. Mahasiswa Psikologi... 29

C. Kreativitas Mahasiswa Psikologi ... 31


(7)

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 35

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

1. Populasi dan Sampel ... 36

2. Teknik Pengambilan Sampel... 36

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 37

D. Alat ukur yang digunakan ... 38

1. Tes Kreativitas Figural Tipe B... 38

2. Tes Kreativitas Verbal dari Munandar... 43

3. Skala Sikap Kreatif ... 49

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 53

1. Tes Kreativitas ... 53

2. Skala Sikap Kreatif ... 54

a. Validitas ... 54

b. Daya Beda Aitem ... 55

c. Reliabilitas... 55

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 57

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 60

1. Tahap Persiapan ... 60

2. Tahap Pelaksanaan ... 62

3. Tahap Pengolahan Data... 63

H. Metode Analisis Data ... 63


(8)

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 64

B. Hasil Penelitian... 65

1. Gambaran umum kreativitas verbal pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 65

2. Gambaran umum kreativitas figural pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 68

3. Gambaran umum sikap kreatif pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 70

Gambaran sikap kreatif dilihat dari ciri-ciri sikap kreatif.... 72

4. Hasil Tambahan Penelitian ... 77

C. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

1. Saran Metodologis ... 87

2. Saran Praktis ... 87


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera

Utara...38

Tabel 2. Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara... 38

Tabel 3. Keterangan Pilihan Berdasarkan Tabulasi Respon. ... 41

Tabel 4. Keterangan Nilai Bonus Originality... 42

Tabel 5. Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas ... 43

Tabel 6. Penilaian Skala Sikap Kreatif ... 51

Tabel 7. Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Uji Coba ... 52

Tabel 8. Blue Print Distribusi Aitem Skala sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Uji Coba Setelah Uji Coba... 57

Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Penelitian ... 59

Tabel 10. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 64

Tabel 11. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum Kreativitas Verbal ... 65

Tabel 12. Kategorisasi Norma Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 66

Tabel 13. Kategorisasi Norma Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Skortes .. 57


(10)

Tabel 14. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum

Kreativitas Figural... 68 Tabel 15. Kategorisasi Norma Kreativitas Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 68 Tabel 16. Kategorisasi Norma Kreativitas Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Skortes .. 69 Tabel 17. Gambaran Mean, Nilai Minimun dan Nilai Maksimum

Sikap Kreatif Mean Empirik dan Mean Hipotetik ... 70 Tabel 18. Kategorisasi Norma Sikap Kreatif Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 71 Tabel 19. Kategorisasi Skor Sikap Kreatif Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara... 71 Tabel 20. Gambaran Sikap Kreatif Dilihat Dari Ciri-Ciri

Sikap Kreatif ... 72 Tabel 21. Kategorisasi Sikap Kreatif Ditinjau Dari Ciri-Ciri

Sikap Kreatif ... 74 Tabel 22. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum

Kreativitas Berdasarkan Transformasi Data ... 75 Tabel 23. Kategorisasi Norma Kreativitas Pada Mahasiswa

Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 76 Tabel 24. Kategorisasi Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Sumatera Utara... 76 Tabel 25. Kreativitas Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 77


(11)

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kategorisasi Kreativitas Verbal ... 67 Grafik 2. Kategorisasi Kreativitas Figural ... 69 Grafik 3. Kategorisasi Sikap Kreatif... 72 Grafik 4. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Ciri-Ciri Sikap Kreatif.... 73 Grafik 5. Kategorisasi Kreativitas... 77


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Data Uji Coba dan Data Penelitian... Lampiran B. Reliabilitas Uji Coba dan Penelitian ... Lampiran C. Hasil Uji Normalitas ... Lampiran D. Hasil Frekuensi SPSS ... Lampiran E. Hasil Deskriptif SPSS ... Lampiran F Hasil Crosstabs SPSS... Lampiran G. Hasil Explore SPSS ... Lampiran H. Hasil Uji T-Test...


(14)

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Kun Fatindah F.W. dan Desvi Yanti Mukhtar

ABSTRAK

Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan(Guilford dalam Munandar, 2004). Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik pada anak didik tidak hanya dibutuhkan ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) tetapi juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada fakultas Psikologi. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menjadi pusat pengembangan ilmu Psikologi di Sumatera serta misinya, menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan pengambilam sample menggunakan teknik stratified propotional random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966, Kreativitas Verbal dari Munandar (1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh peneliti. Skala sikap kreatif yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan teori ciri-ciri afektif/bersikap kreatif menurut Guilford (dalam Munandar, 1992). Jumlah aitem skala sebanyak 58 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,93 dan menggunakan validitas isi dan validitas tampang pada skala.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara mayoritas tinggi yaitu kategori tinggi sebanyak 59 orang (59%), kategori sedang sebanyak 24 orang (24%) dan kategori rendah sebanyak 17 orang (17%). Sementara hasil tambahan yang diperoleh melalui uji T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kreativitas subjek ditinjau dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang, membuat individu dihadapkan pada beberapa tuntutan untuk dapat menghadapi tantangan zaman. Tuntutan-tuntutan tersebut berupa kemampuan menyesuaikan diri, bergerak dengan cepat serta mampu untuk mencari alternatif baru dalam proses pemecahan masalah, sehingga dalam mengantisipasi perkembangan tersebut individu harus memiliki kemampuan dan kreativitas terhadap tantangan yang baru.

Guilford (dalam Munandar, 2004) menyatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Pernyataan tersebut didukung oleh Munandar (2004) yang memaparkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.

Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental manusia yang dipandang sebagai sutau proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret maupun abstrak, baik verbal maupun non verbal (Hurlock, 1993). Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir, sehingga antara


(16)

penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan (Ayan, 2002).

Devito (dalam Munandar, 1992) menyatakan kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif dan potensi ini dapat dikembangkan, yang diperlukan adalah bagaimana cara mengembangkan kreativitas tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyatan Munandar (1992) bahwa kreativitas dapat dimiliki oleh siapa saja dan di mana saja. Tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial-ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Tetapi meskipun setiap orang mempunyai bakat kreatif, jika tidak dipupuk kreativitas tersebut tidak akan berkembang, sebaliknya pada orang yang dianggap memiliki bakat kreatif yang terbatas, kreativitas dapat ditingkatkan.

Pentingnya kreativitas untuk dikembangkan dan ditingkatkan pada individu menurut Guiford (dalam Munandar, 1999) adalah membuat individu lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan. Individu dapat mewujudkan dirinya dengan berkreasi, dengan bersibuk diri secara kreatif juga dapat memberikan kepuasan bagi individu serta kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik pada anak didik tidak hanya dibutuhkan ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) tetapi juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Guilford (dalam Munandar, 1999) menambahkan ciri-ciri


(17)

utama yang membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originilitas dalam bepikir dan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Non-aptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Aptitude dan non-aptitude traits diharapkan bisa berjalan bersamaan sehingga kreativitas dapat terwujud dengan baik.

Terwujudnya kreativitas juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1) faktor internal individu, faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya sikap terbuka terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu, evaluasi internal dimana kemampuan individu dalam menilai produk hasil ciptaan seseorang yang ditentukan oleh dirinya sendiri, dan kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. (2) faktor eksternal (lingkungan) yaitu lingkungan yang memberikan dukungan dan kebebasan bagi individu. Lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Lingkungan lembaga pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan suatu produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik. Timbul dan berkembangnya kreativitas menjadi suatu kreasi juga merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh


(18)

masyarakat tempat individu tinggal. Lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan kreativitas adalah lingkungan yang menghargai kreativitas. Pada lingkungan yang menghargai kreativitas akan muncul interaksi antara individu-individu yang berarti dan saling menghormati (Rogers dalam Munandar, 2004).

Lembaga pendidikan menjadi salah satu sarana utama pendidikan dalam meningkatkan kreativitas. Hal-hal yang ditingkatkan adalah pengetahuan, ingatan dan kemampuan berpikir logis atau penalaran yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada berdasarkan informasi yang tersedia (Supriadi, 2001). Pendidikan juga mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Seperti yang tercantum pada Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 (dalam Suparlan, 2004) bahwa :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Salah satu tempat dimana pendidikan diberikan selain sekolah, khususnya secara formal adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan sebagai salah satu wadah pendidikan yang memegang peranan penting dan diharapkan mampu menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya (Sidjabat, 2008).


(19)

Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi (Takwin, 2008). Menurut Winkel (1997) mahasiswa berada pada rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun.

Proses belajar di Perguruan Tinggi berbeda dengan proses belajar di lingkungan sekolah terutama sekolah menengah. Dilihat dari seluruh sistem, banyak perbedaan antara perguruan tinggi dan sekolah serta lingkungan kampus berbeda dengan lingkungan sekolah. Dalam kegiatan akademik, perlakuan terhadap mahasiswa berbeda dengan yang diterima siswa. Cara dosen memberikan kuliah kepada mahasiswa umumnya tidak sama dengan cara guru menjelaskan pelajaran bagi siswa. Perbedaan yang mencolok tersebut membawa kesulitan sebagian mahasiswa dalam peralihan dari kebiasaan belajar di sekolah kepada tuntutan belajar di perguruan tinggi (Ginting, 2003).

Tugas perguruan tinggi bukan hanya menyampaikan pengetahuan (to inform) kepada mahasiswa untuk dihafalkan dan dilestarikan. Perguruan tinggi juga bertujuan untuk membentuk mahasiswa menjadi pribadi dan komunitas yang mampu berpikir kritis, memahami dirinya, mengembangkan potensi dirinya, sehingga kompeten dalam memecahkan masalah kehidupan yang sedang dihadapi dan di dalam tugas-tugas masa depan (Sidjabat, 2008)

Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada fakultas Psikologi. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menjadi pusat pengembangan ilmu Psikologi di Sumatera serta misinya,


(20)

menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Saputro (2008) mengatakan beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa antara lain : (1) terbelenggu dengan aktifitas rutin, (2) takut berbuat salah dan ditertawakan, (3) rasa malas yang berlebihan atas sesuatu yang akan dikerjakan, dan (4) kuliah hanya mementingkan nilai saja dari pada skill. Salah satu dari beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa di atas juga dapat kita lihat pada mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Toni (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

“Kreativitas mahasiswa Psikologi menurut saya kurang kak…ya…memang saya nggak bisa menggeneralisasikan semua mahasiswa psikologi di sini tapi yang saya lihat si…seperti itu… contoh kecilnya aja kak, setiap ada acara nggak semua mahasiswanya itu ikut berpartisipasi… di ancam dulu baru pada ikut berpartisipasi… terus hampir semua anak-anak disini punya gang-gang tersendiri, rasa kekeluargaannya masih kurang gimana mau berkumpul bersama-sama membuat sesuatu hal yang baru buat kampus ini…”

(Komunikasi Personal, Medan, 22 Mei 2008)

Terlihat dari komunikasi personal di atas bahwa kreativitas pada mahasiswa psikologi masih kurang. Salah satu hal yang dapat menghambat


(21)

dikerjakan. Dari komunikasi personal didapatkan mahasiswa Psikologi USU kurang ikut berperan serta dalam setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kampus Psikologi USU. Perlu ada ancaman atau punishment dari dosen sebagai pendidik kepada mahasiswa agar mahasiswa tersebut ikut berperan serta.

Dengan kurikulumnya yang diantaranya mencakup kemampuan mengasah dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, kemampuan mengasah dalam biopsikomoral, kemampuan melakukan penelitian dalam bidang psikologi. Contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi. Dalam mewujudkan keseluruhannya diperlukan cara berpikir yang kreatif baik dari segi kemampuan kreativitas figural maupun kemampuan kreativitas verbal yang nantinya akan berguna dalam perkembangan bangsa ini (Supratiknya, 2003). Peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Vivi (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

”...kakak kan tahu kalau disini kita tiap hari selalu persentasi hampir semua mata kuliah selalu ada persentasinya. Awal-awalnya saya sangat tidak terbiasa dengan hal seperti itu, apalagi saya termasuk orang yang pemalu, apa lagi harus berbicara di depan umum. Tapi sebenarnya psikologi itukan selalu identik dengan dapat berkomunikasi dengan baik. Ya...jadi memang diperlukan lah kemampuan verbalnya... ”.

(Komunkasi Personal, Medan 22 Mei 2008)

Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa sebagian besar materi perkuliahan erat kaitannya dengan kreativitas verbal. Kreativitas verbal sangat berguna dalam setiap penyampaian materi perkuliahan yang kesehariannya diisi dengan presentasi, diskusi antar mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa


(22)

dengan dosen, praktik wawancara dengan sesama mahasiswa psikologi maupun individu di luar program studi psikologi. Kreativitas verbal berperan amat penting dalam menjaga kualitas diri dalam berinteraksi dengan lawan bicara. Kelancaran, kecepatan, dan kecakapan mahasiswa dalam memilih bahasa dan kata-kata yang bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun memiliki makna yang sama sehingga orang yang mendengarkan pun dapat memahami dan mengerti secara jelas.

Mahasiswa Psikologi juga tidak hanya dituntut dapat memiliki kreativitas verbal saja tetapi kreativitas figural juga sangat dibutuhkan. Dapat terlihat dari enam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa psikologi kreativitas figural juga harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi. Mahasiswa psikologi dituntut untuk dapat berpikir kritis, mampu membuat suatu hal yang inovatif dan kreatif. Peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Andri (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

”...memang kita sebagai mahasiswa psikologi harus bisa berkomunikasi dengan baik, apalagi kita pekerjaannya yang selalu berinteraksi dengan orang. Makanya ada matakuliah komunikasi. Tapi jangan salah kenapa kita ada matakuliah kewiraswastaan? Karena selain kita dituntut untuk dapat berkomunkasi dengan baik kita juga harus bisa memiliki kemampuan inovatif. Bagaimana kita menggunakan strategi, cara ataupun membuat suatu hal itu menjadi menarik sehingga orang dapat tertarik dengan kita...”

(Komunikasi Personal, Medan, 22 Mei 2008)

Dari hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa psikologi USU mayoritas dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi sebenarnya tidak hanya berkomunikasi dengan baik saja melainkan harus dapat membuat sesuatu hal yang


(23)

kreatif dan inovatif ketika akan berhadapan dengan klien. Misalnya, ketika sedang melakukan wawancara tidak hanya dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan baik saja tetapi juga dituntut untuk dapat berpikir kritis, kreatif dalam mengungkapkan suatu gagasan atau pertanyaan dan yang paling penting adalah inovatif, bagaimana caranya membuat suasana wawancara menjadi nyaman, sehingga klien merasa tertarik dan terbangun sebuah rapport serta trust yang baik.

Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa diketahui terdapat fenomena di fakultas Psikologi USU, yang berhubungan dengan masalah kreativitas. Terlihat bahwa sebagai mahasiswa psikologi USU diharapkan untuk memiliki kreativitas yang tinggi, tidak hanya dari segi kreativitas verbal tetapi dari segi kreativitas figural juga sangat diperlukan. Dari pemaparan di atas peneliti ingin melihat gambaran kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deksriptif. Alat ukur yang digunakan untuk menggambarkan kreativitas adalah Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966 dan kreativitas verbal dalam penletian ini adalah tes kreativitas dari Munandar (1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh peneliti. Adapun populasi penelitian ini adalah mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif kuliah dan tidak sedang PKA. Untuk mendapatkan skor kreativitas digunakan teknik analisa statistik deskriptif dengan dengan menggunakan program SPSS 16,0 for Windows


(24)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kreativitas mahasiswa khususnya pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Peneletian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kreativitas yang ada pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang psikologi pendidikan mengenai kreativitas khususnya pada mahasiswa sehingga diharapakan dapat memperkaya teori-teori yang sudah ada sebelumnya.

b. Penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi tambahan bagi penelitian penelitian sejenis dalam bidang Psikologi Pendidikan.


(25)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa psikologi serta para pendidik mengenai kondisi kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para staf pendidikan maupun para pendidik (pengajar) mengenai kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi sehingga dapat menciptakan suatu kondisi belajar mengajar yang lebih efektif dalam mengembangkan kreatifitas mahasiswa psikologi.


(26)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang sekolah alam, sikap, orang tua, dan peranan orang tua dalam pendidikan anak.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas

Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi tetapi juga dengan kreativitas. Individu sebagai pribadi, maupun sebagai elompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk cara-cara baru, atau mengubah cara lama secara kreatif, agar kita dapat bertahan dan tidak tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara. Individu yang kreatif menghasilkan ide-ide baru dalam meningkatkan daya saing di era globalisasi, dinamis, fleksibel, komunikatif dan aspiratif. Individu yang kreatif biasanya tidak dapat diam, selalu menginginkan perubahan-perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, mampu merubah bentuk suatu ancaman menjadi tantangan dan dari tantangan menjadi peluang. Daya kreativitas dapat membangkitkan semangat, dan percaya diri untuk menghadapi masa depang yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Munandat, 1999).

1. Pengertian kreativitas

Munandar (2004) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Selain itu,


(28)

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Mulyadi (2004) seorang psikolog perkembangan anak mengatakan, kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

Kreativitas menurut Rhodes (dalam Munandar, 1999) dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P’s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan product dimana kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinisikan


(29)

kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press merupakan kreativitas yang menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan.


(30)

2. Ciri-ciri kreativitas

Ada beberapa ciri-ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu yang kreatif. Guilford (dalam Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri kognitf (aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam bepikir dan elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Kedua jenis ciri-ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku kreatif dapat terwujud.

Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri afektif (non-aptitude) menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan lebih lanjut

a. Ciri-ciri Kognitf

Kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif (divergen) dan memiliki lima ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

1) Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan, mengemukakan banyaknya cara untuk melakukan berbagai


(31)

hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.

Mulyadi (2004) membagi kelancaran dalam berpikir ke dalam empat bagian meliputi :

a. World Fluency, merupakan kemampuan untuk menuliskan atau mengucapkan atau memikirkan sebanyak mungkin kata-kata.

b. Associational Fluency, merupakan kemampuan untuk menemukan sebanyak mungkin sinonim kata dalam waktu tertentu.

c.Expressional Fluency, merupakan kemampuan membuat kalimat sebanyak mungkin yang disusun dengan cepat dan memenuhi syarat tata bahasa.

d. Ideational Fluency, merupakan kemampuan untuk menemukan berbagai ide mengenai benda tertentu dengan sifat tertentu. Dalam waktu yang terbatas.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam bentuk mengajukan banyak pertanyaaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.


(32)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda, memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain, dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok., jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya, mampu mengubah arah berpikir secara spontan. 3) Kemampuan berpikir orisinal (originality)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan dan mebuat kombinasi-kombinasi yang sifatnya baru dan


(33)

unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesain yang baru, memberikan warna-warna yang tegas dan berbeda dengan keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.

4) Kemampuan menilai (evaluation)

Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisa masalah atau penyesalan secara kritis dengan selalu menanyakan ”Mengapa?”, mempunyai alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan, merancang suatu rencana kerja dari


(34)

gagasan-gagasan yang tercetus, pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

5) Kemampuan memperinci (elaboration)

Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci., mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

b. Ciri-ciri afektif

Ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Kreativitas yang berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang.


(35)

Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu: 1) Rasa ingin tahu.

Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya, memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu, misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian.

2) Bersifat imajinatif/fantasi

Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan. Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain, membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah


(36)

dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3) Merasa tertantang oleh kemajemukan

Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan, adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

4) Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan) Berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya, berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain,


(37)

tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.

5) Sifat menghargai

Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku anak didik yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan orang lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta teman-teman, menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab, tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup, menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan, senang dengan penghargaan terhadap dirinya. Dari penjelasan di atas jelas bahwa kreativitas individu dapat terwujud tidak hanya dibutuhkan dari ciri kognitif saja tetapi juga di dukung dengan ciri afektif yang saling berhubungan dan mempengaruhi sama sekali dalam mewujudkan kreativitas pada individu. Ciri kognitf yang meliputi kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes(flexibelity), orisinalitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration), sedangkan ciri afektif meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan dan berani mengambil risiko.


(38)

Keativitas pada penelitian akan diungkap melalui tes kreativitas figural tipe B subtes III dari Paul Torrance dan tes kreativitas verbal dari Munandar (1999), dimana kedua alat tes tersebut digunakan untuk mengungkap aspek kognitif dari kreativitas. Aspek afektif pada kreativitas diungkap dengan menggunakan skala sikap kreatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers ( dalam Munandar, 1999) adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan

2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian


(39)

individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya


(40)

toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. 2. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.


(41)

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal dan eksternal individu


(42)

saja yang dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga dapat menyebabkan munculnya perbedaan kreativitas.

B. Mahasiswa

1. Pengertian mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Sedangkan menurut Winkel (1997), masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV dan periode umur 21/22 tahun sampai 24/25 tahun yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII. Pada rentang umur yang pertama (18/19 tahun-20/21 tahun) pada umumnya tampak ciri-ciri perkembangan seperti stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat, pandangan yang lebih realitas tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya, kemampuan untuk menghadapi segala macam permasalahan secara lebih matang. Pada rentang umur yang kedua (21/22-24/25 tahun) pada umumnya tampak ciri-ciri seperti usaha memantapkan diri dalam keahlian yang telah dipilih dan memutar balikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah. Seperti kesulitan ekonomi, kesulitan mendapat kepastian tentang bidang pekerjaan kelak, ketegangan atau stres karena belum berhasil memecahkan berbagai persoalan mendesak secara memuaskan.


(43)

Winkel (1997) mengatakan tugas perkembangan yang dihadapi mahasiswa pada dasarnya adalah mahasiswa di semester awal harus menyesuaikan diri dengan pola kehidupan di kampus dan di luar kampus, baik yang menyangkut hal-hal akademik maupun non-akademik, mahasiswa di semester tinggi harus memantapkan diri dalam mengejar cita-cita dibidang studi akademik, dipekerjaan dan dibidang kehidupan. Beraneka kesulitan yang tinbul dapat di bagi atas 2 kelompok, yaitu kesulitan akademik dan non-akademik. Meskipun kedua kelompok kesulitan itu berpengaruh satu terhadap yang lain. Kesulitan dibidang akademik misalnya; kurang menguasai cara belajar mandiri, kurang mampu mengatur waktu yang baik, salah pilih program studi, hubungan dengan dosen renggang atau jauh. Sedangkan kesulitan di bidang non-akademik misalnya; kesulitan menanggung biaya pendidikan, kekurangan dalam fasilitas belajar, asupan makanan yang kurang bergizi, ketegangan dalam bergaul dengan tema, rasa bosan dll.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu yang berada pada rentang umur 18-25 tahun yang sedang belajar diperguruan tinggi.

2. Mahasiswa psikologi

Brewer (dalam Supratiknya, 2003) mengatakan tujuan dasar dari pendidikan psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar anak didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan tujuh tujuan umum, meliputi: 1) pengetahuan yang luas, 2) ketrampilan berpikir,


(44)

3) ketrampilan berbahasa, 4) ketrampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) ketrampilan interpersonal, sejarah psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.

Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005) ada enam kompetensi utama dalam psikolgi yaitu :

a. Penguasaan teori-teori Psikologi

Pengusaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum psikologi, hasil-hasil empiris dsb.

b. Penguasaan metode penelitian dasar

Penguasaan metode penelitian dasar, ketrampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisa baik dalam membentuk metode kuantitatif maupun kualitatif. c. Pengukuran assesment

Menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian.

d. Kemampuan membangun hubungan interpersonal

Membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki ketrampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.

e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan

Tidak membedakan dan memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok.


(45)

f. Kemampuan Soft Skill

Berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan, tulisan, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa psikologi adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk menguasai teori-teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill.

C. Kreativitas Mahasiswa Psikologi

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental yang dimiliki oleh individu yang dipandang sebagai sutau proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret maupun abstrak baik verbal maupun non verbal

Seorang individu dikatakan kreatif tidak hanya dapat dilihat dari aspek kognitifnya saja tetapi harus dibarengi dengan aspek afektifnya sehingga dapat terwujud suatu kreativitas yang baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dapat berkembang dengan baik yaitu faktor internal


(46)

individu dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, diantaranya keterbukaan terhadap pengalaman, evaluasi internal dan kemampuan untuk bermain serta mengadakan eksplorasi. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari keluarga dan lembaga pendidikan. Lingkungan yang memberikan kebebasan individu untuk berkreasi serta mengemukakan pendapat dapat memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan kreativitas dengan baik. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membentuk suatu individu yang memiliki kerativitas yang baik. Selain sekolah perguruan tinggi juga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mampu menciptakan suatu individu-individu atau tenaga-tenaga yang ahli dan kreatif. Mahasiswa-mahasiswa tersebut dapat menjawab suatu permasalahan atau pun tantangan yang ada dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya.

Demikian juga dengan mahasiswa psikologi yang diharapakan dapat memiliki kemampuan untuk menguasai teori-teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal memiliki ras etis atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill .

Kreativitas pada mahasiswa psikologi sangat diperlukan. Misalnya ketika mereka dihadapkan dengan suatu masalah mereka ditantang untuk menjawab dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dan berhubungan dengan psikologis. Selain itu mahasiswa psikologi juga diharapkan memiliki kemampuan kreativitas verbal dan figural dengan baik. Kreativitas verbal ini sangat diperlukan oleh mahasiswa psikologi


(47)

ditinjau dari kompetensi utama yang harus dimiliki mahasiswa psikologi adalah kemampuan soft skill dimana mahasiswa psikologi dituntut harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan. Selain kreativitas verbal, kreativitas figural juga harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi. Dimana mahasiswa psikologi dituntut untuk dapat berpikir kritis, mampu membuat suatu hal yang inovatif dan kreatif. Terlihat bahwa kreativitas sangat diperlukan sebagai mahasiswa psikologi USU dan diharapkan mahasiswa psikologi USU dapat memiliki kreativitas yang tinggi, tidak hanya dari segi kreativitas verbal tetapi dari segi kreativitas figural juga sangat diperlukan.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penelitian ini hanya bertujuan untuk melihat gambaran atau mendeskripsikan kreativitas mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara yang ditunjukkan melalui mean. Menurut Hadi (2000) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karekteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.

Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif. Data deskriptif biasanya didapat melalui survei angket/kuesioner, wawancara atau observasi (Hasan, 2003).


(49)

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang hendak diteliti dalam rancangan penelitian ini adalah kreativitas pada mahasiswa.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan. Peneliti menganggap kreativitas merupakan kemampuan yang sudah ada dimiliki oleh tiap-tiap individu tetapi dalam kapasitas yang berbeda-beda dan tergantung pada bagaimana individu tersebut mengembangkan kreativitasnya.

Kreativitas di dalam rancangan penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kreativitas pada mahasiswa diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966 dan kreativitas verbal dalam penletian ini adalah tes kreativitas dari Munandar(1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh penulis. Pada penelitian ini aspek kognitif diartikan sebagai kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Figural Form B subtes IIIdan Tes Kreativitas Verbal dari Munandar, sedangkan aspek non-kognitf diartikan sebagai sikap kreatif yang diukur dengan skala sikap kreatif yang disusun oleh penulis dengan menggunakan ciri-ciri sikap kreatif dari


(50)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian yang hendak diukur (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Mengingat keterbatasan untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yang dikenal dengan nama sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang masih aktif kuliah atau tidak sedang PKA.

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwati, 1994). Dengan kata lain sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 2000).


(51)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling. Menurut Hadi (2000) proporsional stratified random sampling dilakukan jika populasi terdiri dari beberapa sub-populasi (kelompok-kelompok) yang mempunyai susunan bertingkat dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi dan tiap-tiap sub-populasi akan diwakili dalam penelitian setelah dilakukan secara random.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Peneliti tidak mengambil seluruh mahasiswa Psikologi USU untuk dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 100 orang. Banyaknya subjek dalam setiap angkatan (sub-kelompok) harus diketahui dahulu berapa jumlahnya, kemudian menentukan jumlah sampel dari setiap lapisan kelompok dengan cara mengkalikan jumlah sampel yang akan dijadikan peneletian dengan jumlah sampel subjek (perempuan/laki-laki) setiap kelompok/lapisan dibagi dengan jumlah populasi (Sugiono, 2007)

Pengambilan sampel dilakukan secara random sederhana dengan undian, yaitu mengundi nama-nama subjek dalam populasi setiap angkatan. Cara ini diawali dengan membuat daftar lengkap atau nama atau nomor subjek yang memenuhi karakteristik sebagai populasi. Nama atau nomor tersebut kemudian diundi untuk mengambil sampel sebanyak yang diperlukan.


(52)

Tabel 1.

Jumlah Mahasiswa Psikologi USU JENIS

KELAMIN

ANGKATAN

2004 2005 2006 2007 2008 N Perempuan 36 101 103 100 108 448

Laki-laki 11 9 8 16 16 60

Jumlah 47 110 111 116 124 508

(Sumber data Pendidikan Psikologi USU, 2009)

Tabel 2.

Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi USU JENIS

KELAMIN

ANGKATAN

2004 2005 2006 2007 2008 N

Perempuan 7 20 20 20 21 88

Laki-laki 2 2 2 3 3 12

Jumlah 9 22 22 23 24 100

D. Alat Ukur yang digunakan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Tes Kreativitas Figural Tipe B

Tes Kreativitas Figural tipe B ini merupakan bagian dari The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Mulanya tes ini bernama Minnesota Test of Creative Thinking (MTCT). Dalam manual dikemukakan bahwa TTCT dapat digunakan untuk mengukur potensi kreatif pada anak, remaja, dan dewasa (Prakosa, 1995). TTCT dimaksudkan untuk mengukur potensi-potensi kreativitas yang ada pada diri individu. TTCT terdiri dari dua tes verbal (Verbal Form A dan Verbal Form B) dan dua tes Figural (Figural Form A dan Figural Form B).


(53)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) tipe B. Tes kreativitas Figural Form B ini terdiri dari tiga subtes yaitu :

1. Subtes I : Membuat gambar (Picture Construction), pada subtes I faktor yang dapat terungkap adalah faktor keaslian (originality) dan memperinci (elaboration).

2. Subtes II : Melengkapi gambar (Picture Completion), pada subtes II faktor yang dapat terungkap adalah faktor kelancaran (fluency), keluwesan (flexibelity), dan keaslian (originality) 3. Subtes III : Lingkaran (Circle) pada subtes III faktor yang dapat

terungkap adalah faktor kelancaran (fluency), keluwesan (flexibelity), keaslian (originality), dan elaboration (Torrance dalam Mukhtar, 2000)

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan ketiga subtes tetapi hanya satu subtes saja yaitu menggunakan tes Figural Form B subtes III (Circle). Hal ini dilakukan karena pada subtes ini banyak faktor yang dapat terungkap tentang kreativitas selain itu untuk menghemat waktu dan biaya serta mengingat proses penilaiannya yang sangat rumit. Tes ini menggunakan waktu selama 30 menit, yang masing-masing tiap subtesnya dibatasi waktu 10 menit.

a. Prosedur penyelenggaraan

Prosedur pelaksanaan administrasi tes kreativitas Figural Form B ini pada tahap pertama subjek diberikan tes kreativitas Figural Form B subtes III dimana subjek diminta untuk membuat sebanyak-banyaknya


(54)

gambar dari lingkaran-lingkaran yang ada. Subtes ini dilakukan dalam waktu 10 menit. Ketika subtes III dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan petunjuk-petunjuk pengerjaannya sampai subjek benar-benar mengerti. Tanda mulai baru diberikan oleh peneliti setelah petunjuk pengerjaannya telah selesai diberikan dan subjek mengerti dalam mengerjakannya, dan tanda berakhir akan diberikan setelah subjek mengerjakannya sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu 10 menit.

b. Prosedur penilaian

Penilaian tes kreativitas figural ini disesuaikan dengan pedoman yang diberikan oleh Torrance (dalam Mukhtar, 2000) seperti yang akan diuraikan secara singkat berikut ini:

Penilaian subtes III lingkaran

Sebelum peneliti memberikan skor pada subtes lingkaran, penting untuk memeriksa secara berulang relevansi gambar yang dibuat dengan stimulus gambar yang berupa lingkaran. Suatu respon yang relevan didefinisikan sebagai suatu yang berisi lingkaran (elemen stimulus tes), sebagai bagian integral dari gambar yang dibuat. Subtes lingkaran dimaksudkan untuk \mengungkap faktor kelancaran, faktor keluwesan, faktor keaslian dan faktor elaborasi. Pedoman penilaian masing-masing aspek kreativitas antara lain adalah:


(55)

Penilaian aspek fluency diberikan pada kuantitas gambar yang relevan yang dapat dihasilkan individu dalam waktu 10 menit, bukan berdasarkan pada kualitas gambar. Secara sederhana respon tidak mendapat nilai bila hanya merupakan pengulangan yang tidak relevan. Penilaian berdasarkan jumlah respon yang diberikan, dikurangi jumlah respon-respon yang sama dan respon-respon yang tidak relevan.

b. Keluwesan (Flexibility)

Skor keluwesan diperoleh dengan cara menjumlahkan kategori respons yang dapat dihasilkan oleh subjek dengan menghitung jumlah respon dalam kategori-kategori yang berbeda.

c. Keaslian (Originality)

Penilaian didasarkan atau tabulasi respon-respon seluruh subjek penelitian.

Tabel 3.

Keterangan Penilaian Bedasarkan Tabulasi Respon

Respon (%) Nilai

>10% 0

5% - 9% 1

2% - 4% 2

<2% 3

Selain itu, terdapat bonus yang diberikan untuk skor keaslian berdasarkan kombinasi-kombinasi lingkaran yang diberikan untuk


(56)

membuat suatu gambar. Kriteria yang digunakan oleh Torrance untuk menentukan bonus skor keaslian adalah :

Tabel 4.

Keterangan Nilai Bonus Originality

Banyak Lingkaran Nilai

2 2 3-4 5 5-10 10 11-15 15

>15 25

d. Perincian (Elaboration)

Skor perincian didasarkan pada penambahan detail yang diberikan pada ide stimulus gambar termasuk didalamnya warna, shading, dan dekorasi. Skor 1 diberikan untuk setiap tambahan dari ide-ide dasar.

Skor kreativitas subyek adalah jumlah total skor mentah dari keempat faktor kreativitas yaitu kelancaran, keluwesan, elaborasi, dan keaslian. Hal ini dapat dilambangkan dengan rumus : 

XR = F1 + F2 + O + E

Keterangan :


(57)

F1 = Skor faktor fluency (kelancaran) F2 = Skor faktor flexibility (keluwesan) O = Skor faktor originality (orisinalitas) E = Skor faktor elaboration (elaborasi)

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:

Tabel 5.

Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas

Rentang Nilai Kategorisasi

X < ( - 1,0 ) ( - 1,0 ) ≤ X < ( + 1,0 )

( + 1,0 ) ≤ X

Rendah Sedang Tinggi

2. Tes kreativitas Verbal dari Munandar

Selain tes kreativitas Figural Form B juga peneliti menggunakan tes kreativitas verbal dari Munandar. Konstruksi tes kreativitas verbal berlandaskan model terstruktur intelek dari Guilford sebagai kerangka berpikir. Tes ini terdiri dari atas 6 subtes, yaitu : (1) permulaan kata (word beginning), 2 menyusun kata anagram, (3) membentuk kalimat tiga kata (three word sentences), (4) sifat-sifat yang sama (thing categories), (5) penggunaan tidak biasa (unusual uses), (6) apa akibatnya (consequences). Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif yang dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir tetapi lebih kepada ke dimensi verbal. (Munandar, 2004).


(58)

Metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat tes kreativitas verbal (TKV) dari Munandar (1999). Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai tes kreativitas Verbal (Munandar, 1999), yang meliputi :

1. Permulaan kata (Word Beginning), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran kata dengan kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

Contoh : Sa

2. Menyusun kata anagram, mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari suatu kata yang diberikan sebagai rangsangan (dalam kepustakaan tes ini juga disebut anagram). Tes ini mengukur kelancaran kata, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.

Contoh : Proklamasi

3. Membentuk kalimat tiga kata (Three Word Sentences)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda, menurut kehendak subjek. Contoh: A-l-g


(59)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.

Contoh : Merah dan cair

5. Penggunaan tidak biasa (Unusual Uses), mengungkapkan fleksibilitas dan orisinalitas.

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statistis, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Apa akibatnya (Consequences), mengungkap kelancaran kata dan elaborasi.

Pada subtes ini, subjek diminta untuk memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan sebagai rangsangan. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan, andaikan hal itu terjadi di sini, pengaruh apa saja yang akan ditimbulkannya. Tes ini merupakan ukuran kelancaran dalam


(60)

memberi gagasan digabung dengan elaborasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan berbagai macam implikasi.

Contoh : Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes dibuat cukup longgar agar tersedia kesempatan bagi subjek untuk dapat menyatakan ide-ide mereka (Munandar, dalam Rismiati & Mukandari, 2004). Jumlah waktu untuk mengerjakan tes kreativitas Verbal ini adalah 60 menit.

b. Prosedur penilaian

1. Penilaian subtes permulaan kata (word beginning).

Setiap kata mendapat skor 1, jika memenuhi persyaratan yaitu kata tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya, sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak perlu sempurna. Dasar pertimbangannya adalah subtes ini tidak merupakan tes bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas, misalnya: ditulis “sayur”. Ini betul dan mendapat skor 1, oleh karena itu penggunaan susunan huruf “sa” yang diberikan adalah benar akan tetapi jika ditulis “sampo” yang seharusnya “shampo”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan huruf “sa” yang diberikan tidak tepat. Nama orang tidak dibenarkan tetapi nama negara, kota, gunung di benarkan.


(61)

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem tes. Tidak dibenarkan menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul dua kali seperti huruf “a” dalam kata kreativitas. Singkatan tidak dibenarkan, seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari misalnya TV. Bahasa asing / daerah tidak di benarkan, kecuali jadi bahasa/di terima sebagai bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata (three word sentences)

Urutan huruf-huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh diubah. Jadi tidak selalu harus berurut seperti yang diberikan. Tiga kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya tetapi tidak mendapatkan skor. Dapat menggunakan kata nama orang. Susunan kata kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali menyangkut huruf pertama dari kata, karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat-sifat yang sama (thing categories)

Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat yang disebut pada masing-masing aitem, yaitu:

a. Bulat dan keras, maksud pernyataan ini adalah bulat gepeng (bundar), misalnya: uang logam, atau bulat sepenuhnya, misalnya:


(62)

bola. Yang dapat diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.

b. Putih dan dapat dimakan. Maksudnya kata yang luas, meliputi makan/minuman, misalnya; susu, bahan yang matang, telah dimasak maupun yang perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung. c. Panas dan berguna maksudnya semua benda yang kegunaannya

adalah akibat dari “kepanasannnya”/kehangatannya. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari berfungsinya tapi tidak merupakan sumber kegunannya, maka jawaban seperti itu tidak dapat diskor. Benda atau zat yang mempunyai efek panas walaupun suhu benda/zat tersebut tidak harus tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak-serai, obat-gosok, param balsam.

5. Macam-macam kegunaannya

Untuk apa benda itu dipergunakan atau dibuat dan tidak perlu dibahas. Jadi semua jawaban yang menunjukkan pada penggunaan yang lazim atau bisa, tidak mendapat skor. Demkian pula jawaban-jawaban yang menunjukkan pada kegunaan yang kurang lebih sama, karena tes ini mengukur “fleksibilitas” dalam pemikiran. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan dan tidak perlu dipakai keseluruhannya misalnya; surat kabar boleh dikoyak-koyak untuk dijadikan bahan prakarya. Untuk menemukan skor originalitas dipakai suatu tabel yang


(63)

telah dibuat oleh Munandar berdasarkan hasil penelitian terhadap 267 responden.

6. Apa akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran dalam memberikan gagasan/elaborasi. Seperti jawaban yang menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan mendapat satu skor. Kecuali setiap elaborasi atau perincian yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati orang lain? Dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mengetahui pikiran-pikiran jahatnya, sehing menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi.

Skor tinggi pada total dari masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal tinggi dan sebaliknya.

3. Skala sikap kreatif

Skala sikap kreatif digunakan untuk mengukur sikap kreatif dari individu. Dengan pertimbangan bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga sikap kreatif. Pertimbangan penggunaan skala dalam pengukuran kreativitas adalah sebagai berikut (Hadi, 2000):


(64)

b. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya cenderung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Sikap kreatif menggunakan ciri-ciri afektif dari Guilford (dalam Munandar, 1992), yaitu :

1. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu hal.

2. Bersifat imajinatif/fantasi yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan.

3. Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4. Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan) yaitu berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain.

5. Sifat menghargai yaitu kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Sikap kreatif adalah karakteristik yang bersifat non-kognitif yang diukur dengan skala psikologis. Bentuk skala yang digunakan adalah skala


(1)

68 21 tahun Perempuan 100 Tinggi 69 21 tahun Perempuan 104 Tinggi 70 21 tahun Perempuan 90 Sedang 71 21 tahun Perempuan 87 Rendah 72 21 tahun Perempuan 104 Tinggi 73 21 tahun Perempuan 96 Sedang 74 21 tahun Perempuan 99 Tinggi 75 21 tahun Perempuan 101 Tinggi 76 21 tahun Perempuan 98 Tinggi 77 21 tahun Perempuan 95 Sedang 78 21 tahun Perempuan 104 Tinggi 79 21 tahun Perempuan 100 Tinggi 80 21 tahun Perempuan 98 Tinggi 81 21 tahun Perempuan 99 Tinggi 82 21 tahun Perempuan 76 Rendah 83 21 tahun Perempuan 104 Tinggi 84 21 tahun Perempuan 96 Sedang 85 21 tahun Laki-laki 97 Tinggi 86 21 tahun Perempuan 92 Sedang 87 22 tahun Perempuan 103 Tinggi 88 22 tahun Perempuan 101 Tinggi 89 22 tahun Perempuan 92 Sedang 90 22 tahun Perempuan 100 Tinggi 91 22 tahun Perempuan 98 Tinggi 92 22 tahun Perempuan 101 Tinggi 93 22 tahun Perempuan 80 Rendah 94 22 tahun Perempuan 99 Tinggi 95 22 tahun Laki-laki 102 Tinggi 96 23 tahun Perempuan 93 Sedang 97 23 tahun Laki-laki 93 Sedang 98 23 tahun Perempuan 105 Tinggi 99 23 tahun Perempuan 88 Rendah 100 23 tahun Perempuan 100 Tinggi


(2)

l. Hasil Kategorisasi Kreativitas Figural No

Subje

k Usia Jenis Kelamin Total

1 18 tahun Perempuan 27 Rendah 2 18 tahun Perempuan 33 Rendah 3 18 tahun Perempuan 66 Tinggi 4 18 tahun Perempuan 41 Sedang 5 18 tahun Laki-laki 24 Rendah 6 18 tahun Laki-laki 36 Rendah 7 18 tahun Perempuan 41 Sedang 8 18 tahun Perempuan 57 Tinggi 9 18 tahun Perempuan 42 Sedang 10 18 tahun Perempuan 43 Sedang 11 18 tahun Perempuan 45 Sedang 12 18 tahun Perempuan 48 Sedang 13 18 tahun Perempuan 55 Tinggi 14 18 tahun Perempuan 53 Tinggi 15 18 tahun Perempuan 55 Tinggi 16 19 tahun Perempuan 64 Tinggi 17 19 tahun Perempuan 32 Rendah 18 19 tahun Perempuan 52 Tinggi 19 19 tahun Perempuan 37 Rendah 20 19 tahun Laki-laki 37 Rendah 21 19 tahun Perempuan 37 Rendah 22 19 tahun Perempuan 61 Tinggi 23 19 tahun Perempuan 53 Tinggi 24 19 tahun Perempuan 34 Rendah 25 19 tahun Laki-laki 55 Tinggi 26 19 tahun Perempuan 56 Tinggi 27 19 tahun Perempuan 39 Sedang 28 19 tahun Laki-laki 59 Tinggi 29 19 tahun Perempuan 43 Sedang 30 19 tahun Perempuan 67 Tinggi 31 19 tahun Perempuan 78 Tinggi 32 19 tahun Perempuan 64 Tinggi 33 19 tahun Laki-laki 60 Tinggi 34 19 tahun Perempuan 41 Sedang 35 19 tahun Perempuan 45 Sedang 36 19 tahun Laki-laki 48 Sedang 37 19 tahun Perempuan 55 Tinggi


(3)

38 19 tahun Laki-laki 53 Tinggi 39 19 tahun Perempuan 55 Tinggi 40 19 tahun Perempuan 64 Tinggi 41 19 tahun Perempuan 32 Rendah 42 19 tahun Perempuan 52 Tinggi 43 19 tahun Perempuan 37 Rendah 44 19 tahun Perempuan 63 Tinggi 45 20 tahun Perempuan 31 Rendah 46 20 tahun Perempuan 48 Sedang 47 20 tahun Perempuan 63 Tinggi 48 20 tahun Perempuan 77 Tinggi 49 20 tahun Perempuan 46 Sedang 50 20 tahun Laki-laki 68 Tinggi 51 20 tahun Perempuan 55 Tinggi 52 20 tahun Perempuan 38 Sedang 53 20 tahun Perempuan 70 Tinggi 54 20 tahun Perempuan 36 Rendah 55 20 tahun Perempuan 41 Sedang 56 20 tahun Perempuan 57 Tinggi 57 20 tahun Perempuan 42 Sedang 58 20 tahun Perempuan 43 Sedang 59 20 tahun Perempuan 45 Sedang 60 20 tahun Perempuan 48 Sedang 61 20 tahun Perempuan 55 Tinggi 62 20 tahun Perempuan 53 Tinggi 63 20 tahun Perempuan 52 Tinggi 64 20 tahun Perempuan 54 Tinggi 65 20 tahun Perempuan 50 Tinggi 66 20 tahun Perempuan 57 Tinggi 67 21 tahun Perempuan 44 Sedang 68 21 tahun Perempuan 63 Tinggi 69 21 tahun Perempuan 56 Tinggi 70 21 tahun Perempuan 45 Sedang 71 21 tahun Perempuan 56 Tinggi 72 21 tahun Perempuan 38 Rendah 73 21 tahun Perempuan 81 Tinggi 74 21 tahun Perempuan 30 Rendah 75 21 tahun Perempuan 42 Sedang 76 21 tahun Perempuan 59 Tinggi 77 21 tahun Perempuan 47 Sedang 78 21 tahun Perempuan 42 Sedang


(4)

79 21 tahun Perempuan 54 Tinggi 80 21 tahun Perempuan 55 Tinggi 81 21 tahun Perempuan 50 Tinggi 82 21 tahun Perempuan 61 Tinggi 83 21 tahun Perempuan 62 Tinggi 84 21 tahun Perempuan 66 Tinggi 85 21 tahun Laki-laki 41 Sedang 86 21 tahun Perempuan 56 Tinggi 87 22 tahun Perempuan 46 Sedang 88 22 tahun Perempuan 31 Rendah 89 22 tahun Perempuan 50 Tinggi 90 22 tahun Perempuan 70 Tinggi 91 22 tahun Perempuan 57 Tinggi 92 22 tahun Perempuan 57 Tinggi 93 22 tahun Perempuan 35 Rendah 94 22 tahun Perempuan 62 Tinggi 95 22 tahun Laki-laki 38 Rendah 96 23 tahun Perempuan 65 Tinggi 97 23 tahun Laki-laki 60 Tinggi 98 23 tahun Perempuan 60 Tinggi 99 23 tahun Perempuan 39 Sedang

Explore

n. Jenis Kelamin

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

JK N Percent N Percent N Percent

1 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%

Kreativitas


(5)

Descriptives

JK Statistic Std. Error

Mean 321.42 4.897

Lower Bound 310.64 95% Confidence Interval for

Mean

Upper Bound 332.19

5% Trimmed Mean 321.96

Median 323.50

Variance 287.720

Std. Deviation 16.962

Minimum 288

Maximum 345

Range 57

Interquartile Range 26

Skewness -.699 .637

1

Kurtosis -.182 1.232

Mean 325.66 1.929

Lower Bound 321.83 95% Confidence Interval for

Mean

Upper Bound 329.49

5% Trimmed Mean 325.78

Median 325.50

Variance 327.354

Std. Deviation 18.093

Minimum 259

Maximum 369

Range 110

Interquartile Range 24

Skewness -.292 .257

Kreativitas

2

Kurtosis 1.415 .508


(6)

Group Statistics

JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

1 12 321.42 16.962 4.897

Kreativitas

2 88 325.66 18.093 1.929

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce Lower Upper

Equal variances

assumed .033 .855 -.767 98 .445 -4.242 5.530 -15.216 6.731 Penyesuaian

Diri

Equal variances