Analisis Regresi

D. Analisis Regresi

Analisis Regresi digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis regresi, dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal.

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov satu arah atau analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov pada variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 4.10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Komitmen

Motivasi Kerja Organisasi N

Normal Parameters a,b Mean

4.80666 3.95709 Most Extreme Differences

Std. Deviation

-.103 -.118 Kolmogorov-Smirnov Z

Negative

.845 .965 Asymp. Sig. (2-tailed)

.472 .310 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil analisis Kolomogorov-Smirnov dengan nilai Z untuk Y sebesar 0,965 dan untuk X sebesar 0,845. Asymp signifikan untuk variabel Y dan X, secara berturut-turut adalah 0,310 untuk Y dan 0,427 untuk X. Dari hasil tersebut nampak bahwa pada variabel Y dan X memiliki distribusi data yang normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji Hetero-skedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari

α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.

Motivasi Kerja Organisasi Spearman's rho * Motivasi Kerja Correlation Coefficient 1.000 .271

Sig. (2-tailed)

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

67 67 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). a Listwise N = 67

Hasil pengujian korelasi Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X dengan nilai residual adalah tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig = 0,27 >

0.05 sehingga dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokesdasitas dalam model regresi ini.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti bebas dari Autokorelasi. Jika Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti bebas dari Autokorelasi. Jika

1) Perumusan hipotesis :

a) Ho : ρ

1 = ρ 2 =... = ρp

0 Æ Non Autokorelasi (Faktor

pengganggu periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain).

b) Ha : ρ 1 = ρ 2 = ... = ρp ≠ 0 Æ Autokorelasi (Faktor pengganggu periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada

periode lain).

2) Kriteria pegujian :

a) Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi.

b) Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi.

c) Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

Gambar 4.1

Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.

Tabel 4.12

Model Summary b

Model

Std. Error of the R

Adjusted R

R Square

Square

Estimate Durbin-Watson

3.59468 1.915 a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja

1 .433 a .187

b. Dependent Variable: Komitmen Organisasi

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,915. Untuk N = 67 pada 2 variabel, Nilai dL pada tabel adalah 1,52755 dan nilai dU adalah 1,60144. Dengan menggunakan grafik di atas, dapat dihitung keberadaan DW sebagai berikut.

- Nilai dL adalah 1,57378 - Nilai dU adalah 1,63427

- Nilai 4 – dU adalah 2.36573 - Nilai 4 – dL adalah 2.42622

Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa nilai DW = 1,915 berada di antara nilai dU dan 4- dU atau 1,63427 < 1,915 < 2,36573 yang berarti nilai DW berada pada daerah penerimaan H O . Artinya, pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

2. Pembentukan Model Regresi Linier

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan sebagai berikut.

Ŷ = a + bX + e

Keterangan: Y : Komitmen Organisasi Pegawai

X : Motivasi Kerja

a : konstanta

b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh taksiran regresi sebagai berikut.

Tabel 4.13

Coefficients a

Model

Standardized

Unstandardized Coefficients

Coefficients

t Sig. 1 (Constant)

B Std. Error

Beta

.000 Motivasi Kerja

3.870 .000 a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dibuat model regresi sebagai berikut.

Ŷ = 35,729 + 0,356X + e

Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut.

(1) Konstanta sebesar 35,729 mengandung arti jika Motivasi Kerja (X) nilainya sama dengan 0, maka Komitmen Organisasi Pegawai (Y) nilainya sama dengan 35,729.

(2) Variabel Motivasi Kerja (X) memiliki koefisien regresi positif. Hal ini berarti jika skor Motivasi Kerja (X) naik sebesar satu satuan, maka Komitmen Organisasi Pegawai (Y) akan mengalami peningkatan sebesar nilai koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,356 kali atau sebesar 35,60 %.

(3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian, nilai e dinyatakan sama dengan 0.

3. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di atas dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t.

Berdasarkan output pada tabel 4.11 dapat diketahui nilai t hitung untuk X adalah sebesar 3,873 sedangkan t tabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan db = 67 – 2 = 65 untuk pengujian satu sisi adalah 1,671. Kriteria pengujian satu sisi adalah ’tolak Ho jika t hitung >t tabel ’.

Karena nilai t hitung (3,873) lebih besar daripada nilai t tabel (1,671) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 60, maka H O ditolak dan H A diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14

Model Summary

Change Statistics Model R R Square Adjusted

Std. Error

of the

F Change df1 df2 Change 1 .433 a .187 .175 3.59468

R Square

R Square

Sig. F

Estimate Change

76.828 1 65 .001 a Predictors: (Constant), Motivasi Kerja

Tabel 4.12 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk variabel Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Y) dan Motivasi Kerja (X) adalah 0,187. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar 18,70 % Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Y) dipengaruhi oleh Motivasi Kerja (X). Sedangkan sisanya sebesar 81,30 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karang Tumaritis dipengaruhi oleh Motivasi Kerja. Dengan kata lain, semakin baik Motivasi Kerja dilakukan, maka akan semakin baik pula Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karang Tumaritis. Sebaliknya, makin tidak baik Motivasi Kerja akan berakibat semakin tidak baiknya Komitmen Organisasi Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karang Tumaritis.