Pengumpulan Data Tahap Plan

9 yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman Taylor dan Bogdan 2007. Metode ini dilakukan dengan beberapa pakar produksi yaitu, supervisor produksi, leader pengemasan, QC, dan stoker WIP terkait dengan faktor penyebab besarnya WIP produk. Hasil dari kegiatan tersebut menyimpulkan bahwa ada tujuh 7 point penyebab yang berpengaruh besar munculnya WIP pada produk chicken nugget A, yaitu jumlah sekop dan desain tidak sesuai, produk tidak tersusun setelah pengisian, perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan, decoding kemasan setelah produk keluar IQF, produk thawing saat keluar IQF , jumlah timbangan terbatas saat daya tahan alat habis, dan video jet rusak. Dari 7 point penyebab tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tahap pengemasan adalah tahap yang paling menentukan besar kecilnya WIP produk selama proses produksi. Selanjutnya, dari ketujuh point faktor penyebab tersebut disusun dalam bentuk check list sebagai alat bantu untuk mengamati frekuensi kejadiannya selama proses produksi. Berikut adalah deskripsi masing-masing faktor penyebab WIP produk chicken nugget A. Jumlah sekop dan desain tidak sesuai Jumlah sekop tidak sesuai adalah alat bantu yang tersedia untuk pengisian produk dalam kemasan sangat sedikit, tidak dapat memenuhi kebutuhan semua petugas. Selain itu, desain alat bantu yang ada kurang efektif terlihat pada saat pengisian produk dengan sekop yang tersedia, sebagian besar crumb yang sudah terlepas dari produk jadi ikut terkemas. Produk tidak tersusun setelah pengisian Produk tidak tersusun setelah pengisian adalah kondisi dimana produk tumpahberantakan setelah petugas melakukan pengisian produk dalam kemasan karena untuk memberikan produk ketahap pengemasan selanjutnya penimbangan, banyak petugas melakukannya dengan cara dilempar. Selain itu, pengisian produk yang terlalu banyak menyebabkan produk tumpah. Perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan Kondisi dimana petugas diantara bagian timbang dan merekatkan kemasan produk dalam satu meja pengemasan terkadang ada dan tidak, belum ada aturan penetapan tugas kerja. Decoding kemasan setelah produk keluar IQF Kegiatan pemberian kode produksi pada kemasan produk plastik atau karton oleh petugas operator dilakukan setelah produk keluar dari mesin IQF. IQF Individual Quick Frozen merupakan mesin pembeku produk dalam waktu singkat ± 1 jam. Produk thawing saat keluar IQF Produk thawing setelah keluar IQF adalah produk dengan suhu diatas standar yang telah ditetapkan perusahaan dengan kondisi produk lembektidak beku. 10 Jumlah timbangan terbatas saat daya tahan alat habis Kondisi dimana timbangan yang saat digunakan petugas selama pengemasan mati karena daya tahan alat habis menyebabkan pengemasan produk terhambat dengan jumlah timbangan yang sedikit tersebut. Video jet rusak Video jet rusak adalah kondisi dimana mesin untuk membuat kode produksi pada kemasan plastik tidak dapat digunakan, penyebabnya dapat dikarenakan tekanan udara pada mesin turun dan tinta pada mesin macet. Check list check sheet merupakan suatu formulir, dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Fungsi check list antara lain Kwalasetia 2002: 1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi. 2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang terjadi. 3. Menyusun data secara otomatis. 4. Memisahkan antara opini dan fakta. Hasil pengamatan frekuensi kejadian dari tujuh point faktor penyebab WIP produk chicken nugget A ukuran 250 g selama 1 bulan proses produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan untuk data persentase jumlah WIP produk selama pengamatan frekuensi kejadian dapat dilihat pada Gambar 4 dengan data jumlah produksi dan penggunaan jumlah meja pengemasan yang berbeda-beda di masing-masing shift kerja Lampiran 3. Gambar 4 Persentase jumlah WIP produk selama pengamatan frekuensi kejadian = waktu pengemasan dilakukan 2 kali lebih lama dari waktu produksi produk Hasil rata-rata jumlah persentase WIP produk dalam 7 kali shift kerja dalam jangka waktu pengamatan 1 bulan tanpa memperhitungkan jumlah karyawan yang bekerja selama pengemasan dalam satu shift kerja cukup besar dengan persentase rata-rata keseluruhan adalah 41.11 dari total produksi Lampiran 3. Hasil tersebut jauh dari harapan pihak produksi dimana pihak produksi menginginkan WIP produk selama proses produksi tidak pernah ada. 36.67 49.75 22.49 56.57 32.25 48.92 0.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Shift malam Shift siang Shift pagi Shift malam Shift pagi Shift pagi Shift malam WI P Produk Shift Kerja 11

3.2 Tahap Do

3.2.1 Analisis Data

Teknik analisis data menerapkan salah satu dari tujuh alat bantu seven tools. Salah satu alat bantu yang digunakan dalam analisis data pada pembahasan ini adalah diagram Pareto. Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian Kwalasetia 2002. Menurut Muhandri dan Kadarisman 2006, salah satu tujuan pembuatan diagram Pareto adalah menyatakan perbandingan masing- masing masalah terhadap keseluruhan. Selain itu, diagram pareto digunakan dalam menentukan jenis permasalahan yang paling dominan dan permasalahan yang memerlukan penanganan terlebih dahulu. Metode kerja yang digunakan dalam analisis ini adalah mengolah data hasil pengamatan frekuensi kejadian yang sebelumnya telah dikumpulkan dengan alat bantu check list. Pengolahan data frekuensi kejadian dapat dilihat pada Tabel 1 dan untuk diagram Pareto frekuensi kejadian faktor penyebab besarnya WIP produk chicken nugget A ukuran 250 g dapat dilihat pada Gambar 4. Pengolahan data dalam membuat diagram pareto menggunakan aplikasi Minitab 14. Minitab merupakan salah satu program aplikasi statistika yang banyak digunakan untuk mempermudah pengolahan data statistik. Keunggulan Minitab adalah dapat digunakan dalam pengolahan data statistika untuk tujuan sosial dan teknik. Tabel 1 menunjukkan pengolahan data frekuensi kejadian dari alat bantu check list sebagai data untuk membuat diagram Pareto yang diperlihatkan pada Gambar 5. Tabel 1 Pengolahan Data Frekuensi Kejadian No Faktor Penyebab Besarnya WIP Produk Jumlah Kumulatif 1 Jumlah sekop dan desain tidak sesuai 7 21.21 21.21 2 Produk tidak tersusun setelah pengisian 7 21.21 42.42 3 Perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan 7 21.21 63.63 4 Decoding kemasan setelah produk keluar IQF 7 21.21 84.84 5 Jumlah timbangan terbatas saat daya tahan alat habis 3 9.10 93.94 6 Produk thawing saat keluar IQF 2 6.06 100 7 Video jet rusak 0 0.00 100 Total 33 100 12 Gambar 5 Diagram Pareto frekuensi kejadian faktor penyebab besarnya WIP produk chicken nugget A 3.2.2 Kesimpulan Tentatif Berdasarkan interpretasi diagram Pareto yang ditunjukkan Gambar 5, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang paling dominan ada empat 4 point dengan total persentase 84.84 dari 7 point faktor penyebab. Keempat point tersebut adalah jumlah sekop dan desain tidak sesuai, produk tidak tersusun setelah pengisian, perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan, dan decoding kemasan setelah produk keluar IQF. Oleh karena itu, keempat faktor penyebab yang memiliki frekuensi kejadian paling dominan dibanding faktor penyebab lainnya harus mendapat penanganan terlebih dahulu untuk dilakukan proses perbaikan. Alternatif perbaikan yang dilakukan untuk menangani permasalahan yang ada disusun dalam suatu rencana kerja Action plan. Action plan dibuat dengan melihat penyebab munculnya masalah dan metode perbaikan yang tepat dengan situasi dan kondisi perusahaan. Action plan yang akan diterapkan untuk perbaikan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2. C o u n t P e r c e n t Def ect Count 21. 2 21.2 21. 2 21.2 9.1 6. 1 0. 0 Cum 21. 2 42.4 7 63. 6 84.8 93.9 100. 0 100. 0 7 7 7 3 2 Per cent Other 6 5 4 3 2 1 35 30 25 20 15 10 5 100 80 60 40 20 13 Tabel 2 Action plan Perbaikan No Permasalahan Penyebab Perbaikan Waktu Pelaksanaan 1 Jumlah sekop dan desain tidak sesuai. • jumlah sekop sedikit • desain sekop yang ada belum sesuai dengan kebutuhan. •mengajukan pembelian sekop yang mencukupi untuk proses pengemasan. • mengajukan desain baru sekop dengan memberi lubang- lubang disekitar sekop agar dapat digunakan dengan lebih efektif saat pengisian produk. 06 Juni 2013 2 Produk tidak tersusun setelah pengisian. • petugas yang posisinya jauh dari timbangan melempar produk setelah pengisian. • petugas saat pengisian produk terlalu banyak sehingga tumpah. Selain itu, jumlah produk yang terlalu banyak selama pengisian menyebabkan petugas timbang bekerja lebih lama saat menstandarisasi berat produk. • petugas yang posisinya jauh dari timbangan mengumpulkan hasilnya disekitar petugas yang didekat timbangan. • Saat pengisian produk petugas harus mengetahui jumlah batasan standar pengisian produk yang dikemas dengan cara melihat batasan ukuran kemasan produk yang telah ditimbang. 18 dan 20 Juni 2013 3 Perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan. • petugas pengemasan hanya fokus pada bagian pengisian produk sehingga di bagian merekatkan kemasan terjadi penumpukan produk. • menetapkan 1 petugas yang bekerja flexibel dalam merapikan kemasan dan menimbang produk saat akan terjadi penumpukan di salah satu bagian tersebut 18 dan 20 Juni 2013 4 Decoding kemasan setelah produk keluar IQF. • operator membuat kode produksi pada kemasan setelah produk keluar dari IQF yang menyebabkan produk tidak dapat langsung dikemas oleh petugas pengemasan. •operator harus sudah membuat kode produksi pada kemasan minimal 10 menit sebelum produk keluar IQF dengan membuat perhitungan perkiraan jumlah kemasan yang akan digunakan. 18 dan 20 Juni 2013