Perancangan Rumah Susun di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Belawan

(1)

SKRIPSI

OLEH

BAGUS IMAM RUSDHY

110406035

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Di Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Oleh

BAGUS IMAM RUSDHY

110406035

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) BELAWAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015


(4)

Nomor Pokok : 110406035 Program Studi : Arsitektur

Tanggal Lulus : Agustus 2015

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001 Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T., M.T. IAI

NIP.197308281999031002

Kordinator Skripsi,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001


(5)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T., M.T. IAI Anggota Komisi Penguji : 1. Benny O.Y. Marpaung,ST,MT,PhD


(6)

Nama : Bagus Imam Rusdhy

NIM : 11 0406 035

Judul Proyek Tugas Akhir : Perancangan Rumah Susun Di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Belawan

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan: N

o. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator RTA-4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus

Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Agustus 2015 Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, MT __________________________

Koordinator Tugas Akhir

Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T., M.T. IAI __________________________


(7)

penyusunan Laporan Perancangan Arsitektur 6 ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dsn dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan – landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar – gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, Saya sebagai penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

a. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Muhammad Rusli, Ibu Widhy Priyati, Abang Singgih Rusdhy Susetyo, SH, dan Kakak Ratry Karmila Ningtyas, S.Si atas segala doa, semangat, dan perhatian yang tiada hentinya kepada saya.

b. Bapak Acmad Delianur Naution S.T. M.T. sebagai Dosen Pembimbing atas bimbingan, dukungan, semangat, dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir

c. Bapak Hajar Suwantoro ,ST, MT dan Ibu Benny O.Y. Marpaung,ST,MT,PhD selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik.

d. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Jurusan Teknik Arsitektur.

e. Bapak Lurah Kelurahan Belawan II berserta staf yang telah memberikan izin serta memberikan kemudahan dalam pengumpulan data–data.

f. Seluruh Staf Pengajar Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama proses asistensi


(8)

maupun teman-teman stambuk 2011 profesi yang belum mengambil Studio Perancanngan Arsitektur 6, seta teman-teman di lingkungan Fakultas Teknik atas dukungan, pendapat, dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana yang dimaksud.

Akhir kata, Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi Saya sendiri khususnya dan bagi semua orang Khususnya di dilingkungan Departemen Arsitektur USU pada Umumnya.

Medan, Agustus 2015 Hormat penulis

Bagus Imam Rusdhy NIM. 110406035


(9)

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 2

1.4 Batasan Proyek ... 3

1.5 Kerangka Berfikir ... 4

1.6 Sistem Penulisan Laporan ... 5

STUDI LITERATUR ... 6

2.1 Pengertian Transit Oriented Development ... 6

2.1.1 Belawan Sebagai Pengembangan Kawasan Transit di Sumatera Utara 12 2.2 Studi banding Masterplan Transit Oriented Development ... 14

2.2.1 San Fransisco Municipal Railway (MUNI) ... 14

2.2.2 DownTown Plano ... 18

2.3 Pengertian Rumah Susun ... 19

2.3.1 Sarana dan Prasarana Rumah Susun ... 21

2.3.2 Pengelolaan Rumah Susun ... 23

2.4 Studi Banding Rumah Susun ... 24

2.4.1 Rumah Susun Juminahan, Jogjakarta ... 24

2.4.2 Nagakin Capsule Tower ... 29

ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN ... 37

3.1 Deskripsi Umum Proyek TOD ... 37

3.2 Konsep Perancangan Masterplan TOD ... 39

3.3 Analisa Rumah Susun ... 40

3.3.1 Analisa Lokasi ... 40


(10)

3.4.3 Konsep Vegetasi ... 49

3.4.4 Konsep Sanitasi ... 53

3.4.5 Konsep Sistem Listrik... 55

3.4.6 Konsep struktur ... 57

GAMBAR PERANCANGAN RUMAH SUSUN ... 58

4.1 Siteplan ... 58

4.2 Denah ... 59

4.3 Tampak ... 64

4.4 Potongan ... 68

4.5 Rencana Pondasi ... 70

4.6 Rencana Pembalokan ... 71

4.7 Exterior ... 73

4.8 Interior ... 75

KESIMPULAN ... 77


(11)

Tabel 3.2 Analisa kebutuhan ruang………. 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka berfikir………... 4

Gambar 2.1 Stuktur TOD……… 7

Gambar 2.2 struktur TOD menurut neighborhood……… 12

Gambar 2.3 Municipal rail in San Fransisco………. 14

Gambar 2.4 Peta jalur sepeda dan jalur pejalan kaki di San Fransisco………. 15

Gambar 2.5 municipal rail in San Fransisco……….. 16

Gambar 2.6 Gedung-gedung parkir yang telah disediakan……….. 17

Gambar 2.7 Downtown Plano sebelum TOD……… 18

Gambar 2.8 Downtown Plano setelah TOD………….………. 19

Gambar 2.9 Rumah susun Juminahan, Yogyakarta………..……… 25

Gambar 2.10 Physical control Rumah Susun……… 26

Gambar 2.11 Saluran Pembuangan ……….. 26

Gambar 2.12 Penumpang Material atap……… 27

Gambar 2.13 Jaringan Plumbing……… 27

Gambar 2.14 Layout denah dalam 1 lantai……… 28

Gambar 2.15 Layout denah per rumah……….. 28

Gambar 2.16 Potongan bangunan……….. 29

Gambar 2.17 Nagasakin capsule tower………. 30

Gambar 2.18 Physical control……… 30

Gambar 2.19 Jaringan Plumbing………. 31

Gambar 2.20 Unit kapsul……… 31

Gambar 2.21 Layout per lantai……… 32

Gambar 2.22 Layout per lantai 2……… 33

Gambar 2.23 Layout per unit kapsul……….. 34

Gambar 2.24 layout kamar mandi tiap unit……… 35

Gambar 2.25 Elevasi ke dalam unit ……….. 35

Gambar 2.26 Potongan bangunan………. 36

Gambar 3.1 Analisa Wilayah kel belawan II……… 38


(12)

Gambar 3.7 pohon mangga……… 50

Gambar 3.8 Pohon rambutan……… 50

Gambar 3.9 Daun sirih………. 51

Gambar 3.10 konsep rooftop……… 51

Gambar 3.11 skematik rencana sanitasi……… 53

Gambar 3.12 skematik rencana listrik……….. 55

Gambar 3.13 Aksonometri sistem struktur………. 57

Gambar 4.1 Siteplan……… 58

Gambar 4.2 Groundplan………. 59

Gambar 4.3 Denah lantai 2………. 60

Gambar 4.4 Denah lantai 3-5……… 61

Gambar 4.5 Rooftop……… 62

Gambar 4.6 Denah Hunian……… 63

Gambar 4.7 Tampak Depan……… 64

Gambar 4.8 Tampak Samping Kanan……… 65

Gambar 4.9 Tampak Sampimg Kiri……… 66

Gambar 4.10 Tampak Belakang……… 67

Gambar 4.11 Potongan A-A……….. 68

Gambar 4.12 Potongan B-B……… 69

Gambar 4.13 Rencana Pondasi……….. 70

Gambar 4.14 Rencana Pembalokan Lantai 1……… 71

Gambar 4.15 Rencana Pembalokan Lantai 2-5………. 71

Gambar 4.18 Exterior 1………. 73

Gambar 4.19 Eksterior 2……… 73

Gambar 4.20 Interior 1………. 75


(13)

yang sesuai untuk meletakkan rumah susun tersebut adalah kawasan dengan konsep transit oriented development. Permasalahan yang terdapat pada projek ini adalah keterbatasan lahan dan daya beli masyarakat. Permasalahan ini harus dipecahkan dalam rumah susun hunian padat.

Di kawasan belawan yang menjadi permasalahan utama adalah banyaknya rumah kumuh yang harus ditampung. Sehingga salah satu kriteria untuk mendesain rumah susun ini adalah kapasitas. Jadi seoptimal mungkin dalam lahan yang terbatas mendesain dengan dengan kapasitas yang optimal. Site terletak di tengah daripada kawasan transit oriented development masterplan yang sudah ditetapkan. Ini membuat rumah susun harus terhubung dengan bangunan lain yang berada pada kawasan transit oriented development belawan. Sehingga terlahirlah sebuah desain rumah susun dengan luas perlantai 3800 m2, jumlah lantai 5 lantai, jumlah kamar 264 unit hunian, 132 tipe 21 dan 132 tipe 36. Rumah susun juga terhubung dengan skycross yang menghubungkan antara rumah susun dengan taman atau pusat masterplan transit oriented development Belawan

Permasalahan rumah susun mengenai keterbatasan lahan sudah dipecahkan dengan rumah susun yang mampu menampung 792 jiwa dengan luas lahan 8000 m2. Maka desain rumah susun yang ditujukan di daerah yang memiliki keterbatasan lahan telah tercapai.

Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk rumah susun berintensitas lebih tinggi. Karena keterbatasan luas perancangan dalam projek ini sehingga memang perlu dipikirkan dalam studi yang lebih lanjut dengan intensitas yang lebih tinggi atau jumlah lantai yang lebih banyak.


(14)

concept of transit oriented development. The problem of this project is limited land and purchasing power from society. This problem must be solved in a dense residential flats.

In the area of Belawan the main problem is the number of slum houses that must to be accommodated. So that one of the criteria for the design of flats is capacity. So as optimal as possible in a limited land design with optimal capacity. Site located in the middle rather than regional transit oriented development masterplan that has been set. This makes the flats must be connected with other buildings that are in the area of transit oriented development Belawan. So sring upa design flats with an area of 3800 m2 in a floor, with 5 floors, with a 264 residential units, 132 unit type 21 and 132 unit type 36. Flats house is also connected with skycross linking flats with park or transit oriented development masterplan center Belawan.

Problems Belawan flats on land limitations have been solved with flats which can accommodate 792 inhabitants with a total area of 8000 m2. Then the design of flats aimed at areas that have limited land has been reached.

Further studies need to be done for flats higher intensity. Due to limitations in the design of the project area so that it should be considered in further studies with a higher intensity or the amount of floor more.


(15)

yang sesuai untuk meletakkan rumah susun tersebut adalah kawasan dengan konsep transit oriented development. Permasalahan yang terdapat pada projek ini adalah keterbatasan lahan dan daya beli masyarakat. Permasalahan ini harus dipecahkan dalam rumah susun hunian padat.

Di kawasan belawan yang menjadi permasalahan utama adalah banyaknya rumah kumuh yang harus ditampung. Sehingga salah satu kriteria untuk mendesain rumah susun ini adalah kapasitas. Jadi seoptimal mungkin dalam lahan yang terbatas mendesain dengan dengan kapasitas yang optimal. Site terletak di tengah daripada kawasan transit oriented development masterplan yang sudah ditetapkan. Ini membuat rumah susun harus terhubung dengan bangunan lain yang berada pada kawasan transit oriented development belawan. Sehingga terlahirlah sebuah desain rumah susun dengan luas perlantai 3800 m2, jumlah lantai 5 lantai, jumlah kamar 264 unit hunian, 132 tipe 21 dan 132 tipe 36. Rumah susun juga terhubung dengan skycross yang menghubungkan antara rumah susun dengan taman atau pusat masterplan transit oriented development Belawan

Permasalahan rumah susun mengenai keterbatasan lahan sudah dipecahkan dengan rumah susun yang mampu menampung 792 jiwa dengan luas lahan 8000 m2. Maka desain rumah susun yang ditujukan di daerah yang memiliki keterbatasan lahan telah tercapai.

Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk rumah susun berintensitas lebih tinggi. Karena keterbatasan luas perancangan dalam projek ini sehingga memang perlu dipikirkan dalam studi yang lebih lanjut dengan intensitas yang lebih tinggi atau jumlah lantai yang lebih banyak.


(16)

concept of transit oriented development. The problem of this project is limited land and purchasing power from society. This problem must be solved in a dense residential flats.

In the area of Belawan the main problem is the number of slum houses that must to be accommodated. So that one of the criteria for the design of flats is capacity. So as optimal as possible in a limited land design with optimal capacity. Site located in the middle rather than regional transit oriented development masterplan that has been set. This makes the flats must be connected with other buildings that are in the area of transit oriented development Belawan. So sring upa design flats with an area of 3800 m2 in a floor, with 5 floors, with a 264 residential units, 132 unit type 21 and 132 unit type 36. Flats house is also connected with skycross linking flats with park or transit oriented development masterplan center Belawan.

Problems Belawan flats on land limitations have been solved with flats which can accommodate 792 inhabitants with a total area of 8000 m2. Then the design of flats aimed at areas that have limited land has been reached.

Further studies need to be done for flats higher intensity. Due to limitations in the design of the project area so that it should be considered in further studies with a higher intensity or the amount of floor more.


(17)

(18)

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang terjadi ada saat ini dikebanyakan Kota – kota besar adalah kemacetan, tidak hanya berhenti disitu akibat dari kemacetan yang terjadi banyak sekali masalah baru yang timbul dari permasalahan tersebut.

Dalam konteks ini kawasan kecamatan belawan yang terletak di Kota Medan, dimana kawasan ini memiliki permasalahan yang cukup banyak seperti, permukiman kumuh, kemacetan, kawasan yang tidak tertata secara teratur, tingginya jumlah pengangguran, tidak aktifnya masyarakat dalam menggunakan transportasi umum dan lain – lain.

Oleh karena itu kawasan yang kami ambil ini akan kami terapkan

konsep‟Transit Oriented Developement‟. Dimana konsep ini merupakan

pengembangan kota dengan basis transportasi umum sebagai moda transportasi utama dan juga lahan yang diperuntukan untuk kawasan ini merupakan lahan

campuran atau „Mix used‟ antara hunian sebagai tempat tinggal, komersil sebagai

penggerak ekonomi masyarakat dan juga transportasi umum serta fasilitas – fasilitas penunjangnya.

Hal ini tentunya akan sangat baik untuk sebuah konsep pengembangan kota dimana orang dapat mengakses semua tempat hanya dengan berjalan dengan radius maksimal 800 meter atau sepuluh menit berjalan kaki dan langsung dapat menaiki transportasi umum seperti, kereta api, bus, angkutan kota dan lain – lain. Dan pada intinya yang harus ada disetiap kawasan ini antara lain :

a) Bangunan Mix Used.

b) Hunian dengan kepadatan tinggi.

c) Moda transportasi umum ( stasiun, terminal, pelabuhan dan lain- lain ). d) Fsilitas penunjang (pedestrian, jalur sepeda, sky cross, rumah sakit dan lain


(19)

Fungsi Urban TOD Neighborhood TOD

Publik 5% - 15% 10% - 15%

Pusat/perkantoran 30% - 70% 10% - 45%

Permukiman 20% - 60% 50% - 80%

Pada tugas akhir ini penulis difokuskan untuk mendesain suatu permukiman. Untuk menata kawasan kumuh, yang paling harus diperhatikan adalah perumahan dan pengendalian alih fungsi, memperbaiki kondisi lingkungan, pemugaran kondisi bangunan, pemeliharaan lingkungan, dan peremajaan terutama pada sekitaran rel ketera api.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam projek Studio Perancangan Arsitektur 6 ini adalah merancang fungsi rumah susun di kawasan transit oriented development.

1.3. Rumusan Masalah

Dari rumusan rumusan yang ada, masalah yang akan dihadapi adalah sebagai berikut :

a) Pemukiman yang padat dan keterbatasan lahan dalam mendesain rumah susun.

b) Site rumah susun yang terletak di tengah kawasan transit oriented development belawan membuat rumah susun harus terhubung dengan bangunan lain yang ada di kawasan transit oriented development.


(20)

menjadikan pemukiman kumuh yang saat ini terjadi di lokasi tapak menjadi pemukiman yang lebih nyaman dan teraturdan terintegerasi dengan bangunan sekitarnya. Hubungan antara ruang – ruang bersama dan unit – unit hunian yang merupakan zona privat akan di berikan area penzoningan yang baik sehingga akan memudahkan penghuni rumah susun dan tetap terjaga privasinnya sebagai hunian. Menyediakan jalur baik pejalan kaki, sepeda, motor maupun mobil. Begitu juga dengan penyediaan drainase, tempat sampah, sistem listrik, dan MCK yang sesuai dengan syarat – syarat keamanan dan kesehatan.

Pembangunan Rumah Susun akan menyediakan sarana pendukung bagi penghuni diantaranya ruang bersama, pertokoan, mushola sebagai rumah ibadah, tempat olahraga, serta ruang terbuka hijau.


(21)

Latar Belakang

 Kawasan pemukiman kumuh yang berada di pinggiran rel kereta api Belawan yang harus dialokasikan ke tempat yang lebih baik

 Salah satu syarat TOD (Transit Oriented Development) yang baik adalah memiliki pemukiman yang nyaman bagi warga sekitar

Maksud dan Tujuan

 Menciptakan pemukiman yang nyaman bagi warga.

 Membantu warga yang dulunya tinggal di pemukiman kumuh (illegal) pinggiran rel kereta api Belawan agar dapat memiliki rumah yang legal

 Meningkatkan Kualitas hidup warga setempat.

Perumusan Masalah

 Rumah susun yang menciptakan keadaan nyaman bagi warga  Rumah susun yang

berkesinambungan dengan lingkungan sekitar

 Masalah kendaraan yang menjadi pusat perhatian TOD (Transit Oriented Development)

Pengumpulan Data

 Survei Lapangan  Survei Literatur

Analisa Konsep Perancangan

Hasil Perancangan


(22)

sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan

Berisikan latar belakang kasus proyek berupa factor-faktor yang mempengaruhi dan alasan perlunya didirikan bangunan tersebut, maksud dan tujuan, perumusan masalah, dan batasan proyek.

Bab 2 Studi Literatur

Berisikan tinjauan umum dan tinjauan khusus tentang proyek yang akan dilaksanakan seperti beberapa teori yang dapat membantu dalam proses perencanaan maupun perancangan, lokasi tapak, kondisi tapak, potensi yang ada dalam dam sekitar tapak, ketentuan yang berlaku di wilayak tapak, serta studi banding proyek sejenis.

Bab 3 Analisa dan Konsep

Analisa berisikan tinjauan analisis tentang pengguna, aktifitas, kebutuhan ruang, standar ruang, program ruang, dan organisasi ruang. Juga analisis keadaan lingkungan tentang lokasi, kondisi tanah, potensi lahan, sirkulasi, pencapaian, prientasi dan pandangan, dan lain lain.

Konsep berisikan tentang konsep dasar dan lanjutan tentang tapak, konsep bangunan yang direncanakan sebagai keluaran untuk mengerjakan hasil perancangan nantinya.

Bab 4 Gambar Perancangan

Berisi gambar-gambar kerja hasil perancangan yang merupakan jawaban dari proyek tersebut.

Bab 5 Kesimpulan


(23)

(24)

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Pengertian Transit Oriented Development

Cathorpe (1993) dalam bukunya “The Next American Metropolis” mendefisikan TOD sebagai berikut: “A mixed use community within an average 2000 foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TOD mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bycicle, foot

or car”

Pengembangan TOD harus berupa bangunan mix-used atau bangunan yang memiliki banyak fungsi. Stasiun kereta, terminal bus, halte bus, atau titik transportasi kota lainnya menjadi pusat kegiatan dengan taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketika semakin menjauhi titik transportasi kota yang ada. Pengembangan Transit Oriented Development memiliki radius optimal 400 sampai 800 meter dari tempat transit transportasi kota (stasiun kereta, terminal bus, halte bus,dan lain-lain) menjadi satu pusat kegiatan yang menarik. Dengan memanfaatkan transportasi umum, masyarakat akan diarahkan untuk berjalan kaki atau menggunakan sepeda, sehingga penerapan konsep TOD akan sangat berpengaruh pada pedestrian pejalan kaki dan tersedianya lahan parkir kendaraan khususnya parkir sepeda. Berjalan kaki/menggunakan sepeda mengelilingi kawasan dapat mengurangi intensitas dari kendaraan pribadi, ketika kendaraan pribadi berkurang akan mengurangi kemacetan dan penggunaan bahan bakar, sehingga akan berdampak pada pengurangan polusi dari kendaraan di sekitar kawasan dan menciptakan situasi yang ramah lingkungan.

Ada 7 prinsip TOD yaitu:

a) Mengorganisasi pertumbuhan pada level regional menjadi lebih kompak dan mendukung fungsi transit

b) Menempatkan fungsi komersial, permukiman, pekerjaan, dan fungsi umum dalam jangauan berjalan kaki dari fungsi transit


(25)

c) Menciptakan jaringan jalan yang ramah terhadap pejalan kaki yang secara langsung menghubungkan destinasi.

d) Menyediakan campuran jenis, segmen dan tipe permukiman

e) Melestarikan ekologi, dan menciptakan ruang terbuka berkualitas tinggi f) Menjadikan ruang publik sebagai fokus dari orentasi bangunan

g) Mendorong adanya pembangunan yang bersifat

Struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut:

a) Fungsi publik (public uses)

Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi pelayanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.

b) Pusat area komersial (core commercial area)

Adanya pusat area komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik transit dan pentahapan pengembangan. Fasilitas yang ada pada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis, dan hiburan. c) Area permukiman (residential area)

Area permukiman termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan pejlan kaki dari area pusat komersial dan titik transit.


(26)

Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe permukiman , termasuk single-family housing, townhouse, condominium, dan apartment.

d) Area sekunder (secondary area)

Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. Jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transitdan area komersial dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yag lebih rendah dengan fungsi single-family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan itensitas rendah, dan area parkir.

e) Fungsi-fungsi lain

Fungsi-fungsi yang secara ekstensif bergantung pada kendaraan bermotor, truk, atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder

Area Gambar Lokasi Karakter Fasilitas

Public uses Berada

pada pusat area TOD

Ukuran dan pilihan bergantung pada jenis TOD.

Fungsi pendukung lingkungan. Titik fokal dengan visibilitas -Taman kota -Plaza Fasilitas umum: perpusta kaan, kantor polisi, pemada


(27)

tinggi. Dekat dengan taman dan plaza m kebakar an, kantor pemerin tah dll. Core commercial area

Area yang paling dekat dengan fungsi transit.

Ukuran dan lokasi sesuai pasar, keterdekata n dengan transit, dan pentahapan pengemban gan. Dilengkapi oleh ruang hijau. Retail, perkanto ran, superma rket, restorn, servis, hiburan, industri ringan. Residential area Berada pada lokasi diluar core commercial area. Jangkauan 10 menit berjalan kaki.

Menyediaka n beragam tipe hunian, harga, maupun densitas. Single family housing, townhou se/Soho apartme nt.


(28)

Secondary area

Berada diluar area TOD.

Jangkauan 20 menit berjala kaki diseberang arteri. Auto oriented. Kepadatan lebih rendah. Memiliki banyak jalan menuju area transit. Sekolah umum Single family housing Fungsi-fungsi lain Berada diluar area TOD.

Dekat atau jauh dari jalan tol berdasarkan jenis fungsinya. Daerah dekat transit. Mendukung fungsi transit. Rural residenti al, industria l uses, travel. Commer cial. Comple xes.


(29)

TOD dapat dikembangkan baik pada daerah metropolitan maupun pada daerah yang belum berkembang dan sedang mengalami urbanisasi selama lokasi tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan.

Tipologi TOD berbeda-beda berdasarkan lokasi penerapannya dan berdasarkan jenis pengembangannya.

1. Urban TOD

Urban TOD merpakan TOD dengan skala pelayanan kota berada pada jalur sirkulasi utama kota seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik ligh rail maupun heavy rail.Urban TOD harus dikembangkan bersama fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi, blok perkantoran, dan hunian dengan densitas menengah tinggi. Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersendiri sesuai dengan karakter lingkungannya. Pola pengembangan dengan urban TOD ini cocok untuk kawasan perkantoran, hunian, komersial yang memiliki densitas tinggi karena memungkinkan akses langsung ke titik transit tanpa harus melakukan pergantian moda lain. Urban TOD dan Urban TOD lain berada dalam radius ½ - 1 mil untuk memenuhi persyaratan area transit.

2. Neighborhood TOD

Neighorboor TOD merupakan TOD yang berlokasi pada jalur bus feeder dengan jarak jangkauan 10 menit menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit. Neighboorhod TOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail, dan rekreasi. Hunian dan pertokoan lokal harus disesuaikan konteks lingkungan dan tingkat pelayanan transit. Konsep ini juga membantu pengembangan hunian bagi masyarakat menengah ke bawah, dengan dimungkinkannya percampuran variasi hunian. Neighorboor TOD ini dirancang dengan fasilitas publik dan ruang terbuka hijau serta memberi kemudahan akses bagi pengguna moda pergerakan.

Untuk kasus proyek yang berada di kawasa Belawan II ini merupakan pengembangan Neighborhood TOD dan perancangan berpusat pada zona TOD (Transit Oriented Development), sehingga judul dari rancangan master plan


(30)

proyek ini adalah Revitalisasi Kawasan Kumuh Berbasis Konsep Transit Oriented Development (TOD). Zona TOD merupakan area yang diperuntukkan untuk menampung beberapa moda transportasi dengan tujuan untuk keberlanjutan kawasan Belawan II. Zona TOD akan memberi pengaruh pada peningkatan kualitas zona yang lain yaitu meliputi zona komersial dan residential.

2.1.1 Belawan Sebagai Pengembangan Kawasan Transit di Sumatera Utara

Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.

Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air besih dan Kawasan Industri Medan (KIM).

Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Primer dan Pusat Sekunder. Pusat


(31)

Sekunder harus terintegrasi dengan Pusat Primer. Pengembangan struktur ruang Kota Medan terkait Belawan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

a) Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain:

 Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara.

 Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara dengan wilayah lainnya;

 Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional, nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional;

b) Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara diarahkan sebagai pengembangan:

 Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.

 Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology, pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.


(32)

2.2 Studi banding Masterplan Transit Oriented Development 2.2.1 San Fransisco Municipal Railway (MUNI)

Karakteristik Sistem Transit

San Francisco Municipal Railway (MUNI) membawa 682.000 pengendara setiap hari selama San Francisco pada pelatih troli, bus diesel, kendaraan light rail, trem dan kabel mobil. MUNI beroperasi 79 jalur bus, lima jalur kereta ringan (MUNI Metro), tiga jalur kabel mobil dan jalur trem bersejarah. Dari rute-rute ini, 54 bus dan semua rel ringan / jalur trem menghubungkan ke pusat kota. Jam layanan pada kebanyakan bus dan jalur rel ringan 05:00-01:00; 12 jalur bus berjalan 24 jam. MUNI juga link penumpang untuk sistem transportasi regional, seperti Caltrain (kereta api komuter ke San Mateo dan Santa Clara County), BART (kereta api berat untuk Alameda, Contra Costa dan San Mateo County), SamTrans (layanan bus ke San Mateo County), Golden gerbang Transit (layanan bus ke Marin dan Sonoma county), dan Bay Area feri (pelayanan kepada Marin, Sonoma, dan Alameda county).

Kerangka Perencanaan Area Stasiun

Studi kasus Third Street Light Rail Project berfokus pada revitalisasi inti komersial lingkungan melalui strategi angkutan-mendukung. The Third Street Light Rail Project akan menghubungkan lingkungan tenggara Kota dengan distrik keuangan dan Chinatown.

Gambar 2.3 Municipal rail in San Fransisco


(33)

The Point Bayview Hunters pernah diidentifikasi sebagai rumah berkembang ke kota-kota Afrika-Amerika, masyarakat kelas pekerja, banyak dari mereka mencari nafkah di Hunters Point Naval Shipyard terdekat selama 40-an, 50-an dan 60-an. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bayview Hunters Point telah menyaksikan penutupan galangan kapal dan penarikan investasi, dan telah secara konsisten memiliki tingkat pengangguran dan kriminalitas yang melebihi rata-rata seluruh kota. Populasi perumahan jatuh dari tinggi sekitar 50.000 pada tahun 1950 menjadi sekitar 27.500 pada tahun 1990.

Selain itu, lingkungan fisik terputus dari sisa San Francisco dengan kawasan industri di utara dan barat, dan dua jalan raya. Dengan itu dalam pikiran, kota telah menempatkan penekanan kuat pada menghubungkan kembali Bayview Hunters Point ekonomi dan transit sistem City.

Perencanaan proyek Third Street Light Rail menyatukan dua proses perencanaan paralel: transit dan perencanaan pembangunan ekonomi. Dalam perencanaan perjalanan, koridor diidentifikasi pada tahun 1989 sebagai salah satu dari empat kota untuk menerima bagian dari proyeksi $ 300 juta untuk dibesarkan oleh ukuran ikatan pemilih-disetujui untuk investasi guideway tetap baru. MUNI

Gambar 2.4 Peta jalur sepeda dan jalur pejalan kaki di San Fransisco


(34)

kemudian menyelesaikan studi sistem-tingkat pada tahun 1993 yang direkomendasikan jalur rel cahaya di tengah median Third Street. Pengembangan proyek dan pekerjaan pembersihan lingkungan dimulai pada musim gugur 1996. Penyelesaian Pernyataan Dampak Lingkungan Laporan / Dampak Lingkungan (EIR / EIS) dijadwalkan untuk musim gugur tahun 1998, dan penyelesaian rekayasa pendahuluan untuk Desember 1998.

Dalam perencanaan pembangunan masyarakat, Komisi Perencanaan San Francisco menyetujui Rencana Lokasi untuk lingkungan Hunters Titik Bayview pada tahun 1995. Rencana itu untuk menyelesaikan konflik antara kawasan industri dan perumahan, revitalisasi inti komersial menurun, menjaga keterjangkauan perumahan, dan meningkatkan lapangan kerja lokal. Masyarakat sangat mendukung melestarikan kepadatan dan karakter daerah satu keluarga yang ada perumahan, sambil mempertahankan kepadatan perumahan yang ada di sepanjang inti komersial. Namun, anggota masyarakat takut bahwa perubahan yang diusulkan tidak akan dibuat tanpa intervensi lebih jauh, dan mendorong Badan Redevelopment San Francisco (SFRA) bantuan. Dengan undangan tokoh masyarakat, para SFRA memulai proses survei Bayview Hunters Point, mendokumentasikan kondisi blighting, dan mengembangkan Konsep Rencana Pembangunan Kembali berbasis masyarakat.

Gambar 2.5 municipal rail in San Fransisco


(35)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Area Stasiun  Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Di tingkat regional, pasar real estate di San Francisco Bay Area kuat, dengan real rekor komersial nyata dan harga perumahan dan tingkat

kekosongan yang sangat rendah. Pertumbuhan pekerjaan di seluruh wilayah, khususnya di Silicon Valley, telah memicu peningkatan permintaan untuk konstruksi baru dan nilai properti dipercepat. Seperti banyak kabupaten di California, San Francisco memiliki kehilangan pekerjaan bersih di tahun periode 1990 – 1995, namun pertumbuhan pekerjaan telah diproyeksikan untuk tahun periode 1995 - 2000.

 Tata Guna Lahan yang Mendukung dan Ketetapan Pemerintah

San Francisco adalah padat, kota urban dengan persentase yang tinggi dari perjalanan kerja angkutan (hampir sepertiga dari semua perjalanan kerja). Dengan demikian, City belum mengadopsi berorientasi angkutan kebijakan penggunaan lahan formal. Mereka, bagaimanapun, melakukan sebuah studi penggunaan lahan seluruh kota yang komprehensif yang bisa mengarah pada penerapan kebijakan formal di masa mendatang.

Kode zonasi San Francisco cenderung untuk mendukung angkutan menyeluruh penekanan pada mixed-use dan pengembangan intens.

Gambar 2.6 Gedung-gedung parkir yang telah disediakan


(36)

2.2.2 DownTown Plano

Kota Plano mengembangkan kawasan TOD selama setahun penuh. Ketika

Downtown Plano Station dibuka pada tahun 2003, Plano sudah menginvestasikan $ 800.000 dalam perbaikan umum pada kawasan stasiun dan mengetuk berbagai mekanisme keuangan termasuk publik-swasta, perbankan tanah, pembiayaan kenaikan pajak, dan zona pemberdayaan untuk membangun Eastside Village.

Plano mampu secara komprehensif merencanakan kebangkitan pusat kota yang bersejarah, yang dipusatkan hanya satu blok dari stasiun transit.

Pengembangnya adalah Robert Shaw dari RTKL, Inc membantu mengubah sebagian besar saluran kosong di pusat kota sebagai penarik, desa mixed-use yang diakses langsung dari stasiun DART.

Fitur Eastside Village (Tahap I) di Downtown Plano:  Total pembangunan sebesar $ 17.700.000

 Densitas tinggi, mixed-use, pengembangan 3,6 hektar dari 245.000 meter persegi

 234 apartemen

 15.000 meter persegi ruang ritel di lantai dasar

 Lantai 3 dan 4 bangunan membungkus tiga sisi struktur parkir 5 lantai. TOD di pusat kota Plano telah secara dramatis direvitalisasi. Sebuah pusat kota yang tenang dan kosong setelah pukul 5:00, pusat kota Plano sekarang

Gambar 2.7 Downtown Plano sebelum TOD


(37)

menawarkan perbelanjaan berlimpah, makanan, hiburan, warga kota, dan trotoar yang sibuk.

Saat ini, dengan penambahan Eastside Village (Tahap II) dan pembangunan baru, pusat kota Plano sekarang memiliki fitur :

500 unit perumahan dan 40.000 meter persegi ruang ritel dan komersial dalam dua proyeknya

Tambahan pembangunan swasta 500.000 meter persegi sedang dibangun, yang akan menambah 450 apartemen perkotaan dan 40.000 meter persegi non pembangunan perumahan ke pusat kota yang padat seluas 80 hektar Sebuah kebangkitan arsitektur pusat kota yang bersejarah dan seni publik.

2.3 Pengertian Rumah Susun

Pengertian atau istilah rumah susun, kondominium merupakan istilah yang dikenal dalam sistem hukum negara Italia. Kondominium terdiri atas dua suku kata con yang berarti bersama-sama dan dominum berarti pemilikan (Arie Sukanti, (a), 1994;15). Di negara Inggris dan Amerika menggunakan istilah Joint Property sedangkan negara Singapura dan Australia mempergunakan istilah Strata Title. Banyaknya istilah yang digunakan kalangan masyarakat di Indonesia seperti Viii apartemen, flat, kondominium, rumah susun (rusun) pada dasarnya sama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun istilah

Gambar 2.8 Downtown Plano setelah TOD


(38)

tersebut jelas tersirat yaitu Rumah Susun (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985).

Adapun definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 Rumah

Susun adalah “Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bagian bersama, benda

bersama dan tanah bersama”.

Masih dalam penjelasannya dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 yang dimaksud dengan rumah susun sederhana sewa yang juga disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimanfaatkan dengan tata laksana sewa dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan cara hidup.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah :

 Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.

 Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan.


(39)

 Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi-bagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan yang masingmasing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama dan tanah bersama

 Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Rumah susun harus memenuhi syarat-syarat minimum seperti rumah biasa yakni dapat menjadi tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi, dan memberikan suasana harmonis.

Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kampung kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No. 4/1988).

2.3.1 Sarana dan Prasarana Rumah Susun

Andi Hamzah (2000 : 28-35) menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun adalah :

 Persyaratan teknis untuk ruangan Semua ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup.

 Persyaratan untuk struktur, komponen dan bahan-bahan bangunan

 Harus memenuhi persayaratan konstruksi dan standar yang berlaku yaitu harus


(40)

 tahan dengan beban mati, bergerak, gempa, hujan, angin, hujan dan lain-lain.

 Kelengkapan rumah susun terdiri dari :

Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air, saluran pembuangan sampah, jaringan telepon/alat komunikasi, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm, pintu kedap asap, generator listrik dan lainlain.

 Satuan rumah susun

- Mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya.

- Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tidur, mandi, buang hajat, mencuci, menjemur, memasak, makan, menerima tamu dan lain-lain.  Bagian bersama dan benda bersama

- Bagian bersama berupa ruang umum, ruang tunggu, lift, atau selasar harus memenuhi syarat sehingga dapat memberi kemudahan bagi penghuni.

- Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi dan kualitas dan kapasitas yang memenuhi syarat sehingga dapat menjamin keamanan dan kenikmatan bagi penghuni.

 Lokasi rumah susun

- Harus sesuai peruntukan dan keserasian dangan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah

- Harus memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuang air hujan dan limbah.

- Harus mudah mencapai angkutan.

- Harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik.  Kepadatan dan tata letak bangunan


(41)

Harus mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya.  Prasarana lingkungan

Harus dilengkapi dengan prasarana jalan, tempat parkir, jaringan telepon, tempat pembuangan sampah.

 Fasilitas lingkungan

Harus dilengkapi dengan ruang atau bangunan untuk berkumpul, tempat bermain

anak-anak, dan kontak sosial, ruang untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk kesehatan, pendidikan dan peribadatan dan lain-lain.

2.3.2 Pengelolaan Rumah Susun

Pengelolaan rumah susun adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi rumah susun yang meliputi kebijakan penataan pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian rumah susun.

Dalam melaksanakan pengelolaan rumah susun diperlukan perencanaan yang matang guna terselenggaranya pengelolaan yang baik. Menurut Friedman (1974: 5) perencanaan adalah cara berpikir mengatasi masalah sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan dapat diterima oleh masyarakat , dalam hal ini perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat baik secara langsung atau tidak langsung. Menurut conyers & Hills (1994) dalam Arsyad (1999:19) perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihanpilhan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan rumah susun dibentuk unit pengelola teknis (UPT), (Koeswahyono, 2004:89) Pada umumnya semua unit pengelola tersebut memilki hak dan kewajiban yang telah ditentukan sesuai dalam Pasal 66 Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun.


(42)

Secara umum model organisasi unit pengelola lokasi dibedakan dalam 2 (dua) model sebagai berikut :

 Model swakelola yaitu pengelola operasional merupakan bagian dari organisasi pemilik atau yang mewakili pemilik rumah susun, yaitu unit pelaksana teknis (UPT) atau badan usaha milik negara/daerah (BUMN/BUMD) atau perhimpunan penghuni/pemilik rumah susun atau perusahaan swasta pengembang rumah susun.

 Model kerjasama operasional yaitu pengelolaan operasional merupakan pihak ketiga, terdiri dari konsultan properti, koperasi dan perhimpunan penguni, yang bermitra dengan pemilik/yang mewakili pemilik/pemegang hak pengelolaan asset rumah susun untuk melaksanakan tugas pengelolaan operasional rumah susun dalam jangka waktu yang ditentukan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Struktur organisasi unit pengelola lokasi atau unit pelaksana teknis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lingkup pengelolaanya atau setidak-tidaknya mempunyai bidang-bidang yang mengelola administrasi dan keuangan, teknis serta persewaan, pemasaran dan pembinaan penghuni yang masingmasing dipimpin oleh seorang asisten manajer. Untuk lebih jelas tentang susunan organisasi dapat dilihat dalam gambar 2.4. dibawah ini;

2.4 Studi Banding Rumah Susun

2.4.1 Rumah Susun Juminahan, Jogjakarta

Rusun ini terdiri dari dua blok bangunan berlantai 5, jumlah kamar 68, dan rata-rata luas kamar 24 m2, rusun ini dikelola oleh Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta. TIap kamar memiliki ruang tamu, dapur, kamar mandi. Sasaran rusun ini harus penduduk Yogyakarta yang dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga, memiliki pekerjaan tetap baik formal maupun informal, berpenghasilan rendah dengan pendapatan 1 kali UMP sampai 2 kali UMP, sudah berkeluarga dengan maksimal anggota keluarga 5 orang, dan belum memiliki tempat tinggal. Dari segi tipologi bangunan, maka rusun ini digolongkan sebagai Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa).


(43)

Adapun Rusunawa itu sendiri adalah rusun yang status kepemilikannya bersifat sewa karena target penghuninya adalah masyarakat yang tingkat ekonominya belum mampu untuk membeli. Disini harus dibedakan dengan mereka yang bermaksud menyewa sehubungan dengan tujuan bertempat tinggalnya sementara, bukan karena tidak mampu.

Tarif rusun ini bervariasi, Rp. 150.000,00, Rp. 155.000,00, Rp.165.000,00, Rp.175.000,00, sampai Rp.185.000,00 tiap bulannnya.

 Physical Control

- Kontrol terhadap Iklim (Bentuk Shading). Pada bangunan ini pencahayaan di sinag hari tidak optimal, yaitu cenderung berlebihan. Tapi pada bagian-bagian sirkulasi tidak memerlukan cahaya buatan di siang hari. Hal ini dikarenakankeadaan di ruang sirkulasi terbuka dan tidak ada elemen-elemen yang menghalangi masuknya cahaya matahari.

Gambar 2.9 Rumah susun Juminahan, Yogyakarta


(44)

- Tidak terdapat Bau didalam unit hunian dan sirkulasi didalam lot rumah yang ada di lantai2 sampai lantai 5 karena berhubungan langsung dengan udara terbuka. Tetapi pada lantai dasar tepatnya diarea parkir tercium bau yang sangat menyengat, karena pada lantai dasar terdapat saluran air pembuangan yang mampet dan bau dari septitank.

- Jarak antar tangga 18 meter.

- Material atap dari baja ringan dan penutup atapnya berupa genteng metal tidak berpasir, sehigga di siang hari suhu lantai teratas terasa panas, dan apabila hujan terdengar suara berisik dari hujan.

Gambar 2.10 Physical control Rumah Susun


(45)

- Jaringan Plumbing untuk air kotor dan BAB disalurkan dari setiap ruang sewa secara vertical melalui shaft air kotor yang menjasi satu dengan kolom,

 Functional Frame

- Pola Bangunan single loaded

- Layout denah dalam satu lantai

Gambar 2.12 Material atap


(46)

- Layout denah per rumah

- Potongan Bangunan

Bangunan menyesuaikan kontur sungai, jarak antar lantai 3m, tidak berplafon, utilitas, sehingga jaringan utilitas terekspos.

Gambar 2.14 Layout denah dalam 1 lantai


(47)

2.4.2 Nagakin Capsule Tower

Untuk contoh kasus rumah susun yang lebih elit dan modern, Nagakin Capsule Tower adalah salah satu contohnya. Bangunan ini terletak di Shimbashi, Tokyo. Terdiri dari dua tower yang berhubungan. Memiliki 13 lantai dengan luas total 3.091,23 m2. Rumah susun ini tersusun dari 140 modul kapsul fabrikasi yang masing-masing berukuran 2.3 m x 3.8 m x 2.1 m.

Nagakin Capsule tower ini tergolong apartemen mix-used sederhana atau disebut juga rumah susun menengah (sekarang difungsikan juga sebagai hostel dimana apartemen ini bisa disewa per malam). Didalamnya terdapat meja kerja, bangku, tempat tidur, dan kamar mandi yang semuanya diatur seminimalis mungkin.

Didalam rumah susun ini juga terdapat lift yang dapat digunakan oleh pengguna rumah susun ini. Dalam pembuatannya, kapsul-kapsul yang berfungsi sebagai unit-unit rusun dibuat di pabrik dan tinggal memasang pada kernagkanya dilokasi. Kapsul-kapsul ini menempel tegak lurus pada core utama bangunan. Selain itu dinding-dinding kapsul dapat di buka dan dihubungkan dengan kapsul disebelahnya untuk mendapatkan ruang yang lebih besar.


(48)

Bangunan ini dirancang oleh Kisho Kurokawa dengan desain bertemakan Arsitektur Metabolisme.

 Physical Control

- Bangunan ini memiliki pencahayaan yang baik walaupun masing-masing unitnya berukuran kecil. Hal ini dikarenakan setiap unit kapsul mendapat paparan langsung matahari.

- Jaringan Plumbing pada bangunan ini (shaft) diletakkan di dalam core, begitu juga dengan lift yang dikelilingi tangga.

Gambar 2.17 Nagasakin capsule tower


(49)

- Unit-unit kapsul adalah material pabrikasi dengan usia penggunaan sampai 25 tahun. Namun kapsul-kapsul tersebut tidak terawat dan belum diperbaharui hingga 10 tahun lebih dari ketentuan sebenarnya. Hal ini memungkinkan bangunan sangat rentan terhadap kondisi alam seperti gempa, yang sering terjadi di Jepang. Tidak terawatnya bangunan ini juga disebabkan sulitnya mendapatkan kapsul serupa sekarang ini.

 Functional Frame

Gambar 2.19 Jaringan Plumbing


(50)

- Pola Bangunan (Multi Loaded) - Layout per lantai bangunan

Setiap Denah per lantai memiliki layout yang berbeda. Konsep ini terinspirasi dari puzzle jepang. Bagian bawah bangunan difungsikan sebagai ruang public seperti toko dan kantor-kantor. Pada bangunan ini juga terdapat 1 lantai basement.


(51)

(52)

- Layout per unit kapsul


(53)

- Layout Kamar Mandi tiap unit kapsul

- Elevasi ke dalam ruangan unit-unit kapsul Gambar 2.24 layout kamar mandi tiap unit


(54)

- Potongan Bangunan


(55)

BAB III

ANALISA DAN KONSEP

PERANCANGAN


(56)

BAB III

ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN

3.1 Deskripsi Umum Proyek TOD

Letak geografis daerah adalah sebagai berikut :

 Lokasi : Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan

 Nama Kawasan : Kawasan Kumuh Kelurahan Belawan II  Tipe Kawasan : Kawasan Kumuh

 Luas Kawasan : 198,97 Ha  Luas Wilayah : 26,25 km²

 Letak Geografis : 03°47′LU98°42′BT  Batas Wilayah :

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahari Sebelah Utara berbatasan Kelurahan Belawan I

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bagan Deli Sebelah Barat berbatasan Kelurahan Belawan I

 Iklim : Suhu udara berkisar antara 27º - 29ºC dengan kelembaban sekitar 50 - 80 % dan kecepatan angin antara 7 - 14 knot/jam.


(57)

Lokasi site

 Lokasi : Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan  Luas Area : ± 15 Ha

 Kasus Proyek : Kawasan Kumuh Kelurahan Belawan II  Status Proyek : Fiktif

 Kontur Lahan : Relatif Datar

 Jenis Kawasan : Daerah Pesisir Pelabuhan

Gambar 2.3 Wilayah kel belawan II Gambar 3.1 Wilayah kel belawan II


(58)

3.2 Konsep Perancangan Masterplan TOD

Gambar diatas adalah gambar siteplan yang menunjukkan peletakan massa bangunan seluruh fungsi yang terdapat pada proyek transit oriented belawan. Untuk analisa an konsep yang lebih jelas mengenai masterplan transit oriented development Belawan dapat melihat pada buku

“Masterplan TOD Belawan”


(59)

3.3 Analisa Rumah Susun 3.3.1 Analisa Lokasi

Bagian yang dilingkari pada gambar diatas adalah letak rumah susun yang terdapat pada kawasan transit oriented belawan. Namum pada proyek kali ini penulis hanya fokus pada bangunan rumah susun yang di lingkari oleh lingkarang nomor 2 dari kiri.

 Di bagian depan rumah susun adalah stasiun kereta api belawan

 Di bagian kanan rumah susun adalah sekolah dan open space yang juga merupakan proyek masterplan TOD.

 Di bagian kiri rumah susun adalah rumah susun yang lain  Dibelakang rumah susun adalah pemukiman warga.


(60)

3.3.2 Analisa Besaran Ruang

PUBLIK

No. Fungsi Jenis

Ruang Kapasitas (orang) Jumlah Ruangan Dimensi (m2/orang)

Luas Total

(m2) Sumber

1 Hall Lobby 60 1 0.8 48 CCE

2 Kantor Pengelola

R. Kepala 1 1 2.4 2.4 DA

R.

Pegawai 4 1 2.4 9.6 DA

R.

Informasi 4 1 - 9.6

3 Toilet 6 2 1.5 18 DA

Total 87.6

PRIVAT

No. Fungsi Jenis

Ruang Kapasitas

Jumlah Ruangan

Dimensi (m2)

Luas Total

(m2) Sumber

4 Unit HunianTipe 21 R. Keluarga/ R. Makan

4 1 3x3 = 9 9 DA

Kamar

Tidur 2 1 3x3 = 9 9 DA

Dapur 4 1 2x2 = 4 4 DA

Toilet 1 1 1.5x2 = 3 3 DA

R. Jemur - 1 1.5x1 =

1.5 1.5 Ass.

Total 27.5

Jumlah unit 254

Total Luas 6954

5

Unit HunianTipe

36

R. Tamu/

R. Duduk 6 1 3x2 = 6 6 DA

Kamar Tidur Utama

2 1 3x3 = 9 9 DA

Kamar Tidur Anak

2 1 3x3 = 9 9 DA

Dapur/R.

Makan 4 1 2x3 = 6 6 DA


(61)

R. Jemur - 1 1.5x1 =

1.5 1.5 Ass.

Total 34.5

Jumlah unit 254

Total Luas 8763

FASILITAS PENUNJANG

No. Fungsi Jenis

Ruang Kapasitas

Jumlah Ruangan

Dimensi (m2)

Luas Total

(m2) Sumber 6 Perkumpulan

Ruang

Bersama 24 24 64 1536

Balai

Pertemuan 175 1 1.2 / orang 210

7 Ibadah Musholla 32 1 - 64

8 Olahraga Basket 10 1 52.8 528 DA

9 Toilet

Umum 4 3 20 60

Total 2398

OPERASIONAL

No. Fungsi Jenis

Ruang Kapasitas

Jumlah Ruangan

Dimensi (m2)

Luas Total

(m2) Sumber

10 R. ME

R. Genset 1 1 20 20 SBT

R. Pompa 1 1 20 20 SBT

R. Trafo, panel,

shaft

1 1 40 40 SBT

R.PABX 1 1 40 40 SBT

11 Kantor 4 1 1.8 7.2 NAD

12 R. Istirahat 2 4 2x2 = 4 16

13 R. Panel 2 2 5 10 Ass.

14 TPS - 2 5 10 Surv.

15 R. Engineering 5 1 22.5 22.5 Ass.

16 R. Workshop - 1 3x3 = 9 9

Total 244.7

TOTAL SELURUH LUASAN RUMAH SUSUN

18447.3m2


(62)

3.3.3 Analisa Kebutuhan Ruang N

O.

FUNGSI AKTIVITAS PENGGU NA

KEBUTUHA N RUANG

1 Area parkir Parkir Penghuni

Area Parkir Hall/lobby dan Retail Ruang Bersama dan Balai Pertemuan R. Olahraga (tenis meja) Hall/lobby Datang Fasilit as Umu m

R. Bersama Berkumpul/Menga dakan Acara Balai pertemuan Mengadakan pertemuan/rapat Lap. Olahraga (tenis meja) Berolahraga Mushalla Shalat

Klinik, Apotik Berobat/Membeli Obat

Perpustakaan Membaca

Retail Warung Makan

Warung Sembako Membeli Keperluan Unit Hunia n Tipe-21

Kamar Tidur Istirahat/Tidur R. Keluarga/R.

Makan

Berkumpul dengan keluarga/ Makan K.Mandi/WC Mandi/Buang air Area Jemur Menjemur Unit Hunia n Tipe-36 R. Tamu/R. Duduk Berkumpul dengan keluarga KamarTidurUt ama Istirahat/Tidur KamarTidurA nak Istirahat/Tidur Dapur/R. Makan Memasak/ Makan Toilet Mandi/Buang air R. Jemur Mencuci/menjemur


(63)

Mushalla

Klinik

Perpustakaa n

Unit Hunian Tipe-21

Unit Hunian Tipe-36

2 Kanto r

R. Kepala Mengurus Administrasi

Pegawai R. Pegawai Mengurus


(64)

Administrasi

Kantor

K.

Mandi/WC

R. Informasi Memberi Informasi Toilet Buang Air

3 R. ME R. Genset  Mengatur sistem

mekanikal dan elektrikal pada bangunan  Merawat dan

memperbaiki mesin-mesin

Karyawan

R. ME dan TPS

Kantor, R. Engineering, R. Istirahat dan R. Panel

R. Workshop R. Pompa R. Trafo, panel, shaft R.PABX Bekerja

R. Istirahat Beristirahat R. Panel Mengatur listrik

TPS Membuang sampah

R. Engineering Kantor engineer R. Workshop Memperbaiki alat


(65)

3.4 Konsep Rumah Susun 3.4.1 Konsep Penzoningan

LEGENDA :

: Private : Semi Privat : Publik

: Mekanikal Elektrikal : Parkir Area

Dari hasil analisa di bab sebelumnya, akhirnya dikemaslah konsep rancangan tapak untuk proyek rumah susun seperti yang berikut ini.


(66)

Penzoningan pada tapak dibagi menjadi 5 zona yaitu zona private, semi private, publik, mekanikal mlektrikal dan parkir area. Penempatan zona-aona ini berdasarkan fungsi dan pemanfaatan letak tapak.

Zona publik berada di tengah tapak. Zona parkir area berada di sisi utara dan selatan tapak. Zona mekanikal elektrikal berada di timur tapak. Zona semi privat berada di barat tapak. Sedangkan zona pubik sendiri berada di atas atau level 2 bangunan. Yang letaknya di atas zona mekanikal elektrikal, zona semi privat dan zona pubik.

3.4.2 Konsep Entrance dan Sirkulasi

LEGENDA :

: Enterance Pejalan Kaki dan Sepeda : Enterance Mobil

: Enterance Motor


(67)

: Sirkulasi Pejalan Kaki : Sirkulasi Sepeda : Sirkulasi Mobil

: Sirkulasi Motor

Pencapaian pengunjung, penghuni maupun pengelola yang berjalan kaki maupun bersepeda dapat dicapai melalui jalan ___ dan jalan ___ yang berada di sisi barat dan sisi timur tapak. Pencapaian pengunjung, penghuni maupun pengelola yang berkendara menggunakan sepeda motor dapat dicapai melalui jalan ___ yang berada di sisi utara tapak. Sedangkan pencapaian pengunjung, penghjuni maupun pengelola yang berkendara menggunakan mobil dapat di capai melalui jalan ___ yang berada di sisi selatan tapak.


(68)

3.4.3 Konsep Vegetasi

Vegetasi akan ditanam di sekitar bangunan baik sebagai penunjuk arah, batas maupun sebagai peneduh di sekitaran tapak.

LEGENDA :

: Pohon Mangga dan Rambutan (peneduh) : Tanaman Merambat (pembatas)

Vegetasi yang direncanakan pada rumah susun ini akan menggunakan tanaman produktif yang hasilnya dapat bermanfaat dan dinikmati oleh penguin rumah susun. Untuk Vegetasi yang difungsikan sebagai peneduh, digunakan phon yang tinggi seperti pohon mangga. Pohon mangga dipilih karena perawatannya yang cenderung mudah namun memiliki masa panen yang cukup teratur sepanjang tahun. Sehingga hasil panen dapat dinikmati oleh penghuni rumah susun. Pohon mangga juga berfungsi sebagai penunjuk arah pada tapak. Pohon


(69)

Rambutan juga menjadi alternatif untuk vegetasi peneduh. Fisiknya yang tinggi sangat cocok untuk tanaman peneduh. Sama seperti pohon mangga, pohon rambutan juga cenderung mudah di rawat dan memiliki masa panen yang cukup teratur sepanjang tahun.

Sebagai pembatas tapak pada bagian pagar rumah susun diberi tanaman merambat berupa tanaman sirih. Tanaman sirih cenderung mudah dirawat dan memiliki banyak khasiat seperti pertolongan pertama pada mimisan, mencegah gigi berlubang karena daun sirih mengandung antiseptic dan banyak manfaat lainnya. Daun sirih juga sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumput melayu yang merupakan suku mayoritas yang ada di daerah kelurahan belawan II ini.

Gambar 3.7 pohon mangga


(70)

LEGENDA

: Daerah Hidroponik pada Rooftop

Pada bagian paling atas bagunan atau rooftop juga direncanakan untuk membuat sebuah roofgarden. Roofgarden dikonsepkan menanam berbagai macam tanaman seperti buah dan sayur dalam bentuk hidroponik. Hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa mengggunakan tanahdengan

Tabel 3.9 Daun sirih


(71)

menekan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Tanaman yang dapat ditanam dengan teknik hidroponik antara lain adalah : Paprika, Tomat, Timun, Melon, terong dan daun salada.


(72)

3.4.4 Konsep Sanitasi


(73)

Penggunaan air yang berasal dari Perrusahaan Daerah Air Minum (PDAM) secara menyeluruh bukanlah hal yang bijak dikarenakan banyak sumber air lain yang dapat digunakan untuk sebahagian keperluan air pada rumah susun. Pemanfaatan air hujan agar dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan sanitasi seperti menyiram tanaman (Urban Farming).

Perhitungan Air Hujan Yang dapat digunakan :

a) Curah Hujan/bulan menurut BMKG tahun 2014 Kota Medan 201-300mm. Rata-rata 250,5 mm atau 0.2504 m

b) Luas area blok rumah susun untuk menampung air hujan 3072 m2 c) Berdasarkan data tersebut, rumah susun dapat menampung 769

m3/bulan atau 25.6 m3/hari atau 25600 L/hari

d) Kebutuhan air di kota kecil (penduduk 20.000-100.000) adalah 80-120 L/orang/hari. Diasumsikan kebutuhan air rata-rata 100L/hari. Penghuni rumah susun 732 orang. Maka total kebutuhan air rumah susun adalah 73200 L/hari.

e) Sehingga air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan air rumah susun. Air hujan hanya dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman dan untuk kebutuhan urban farming.


(74)

3.4.5 Konsep Sistem Listrik


(75)

Melihat terik panas matahari siang yang terjadi di belawan, menjadi sebuah potensi untuk menciptakan aliran listrik dari panas matahari. Aliran listrik dapat didapat melaluin panel surya yang dipasang di rooftop rumah susun.

a) Jumlah solar panel yang dipasang pada rumah susun adalah 80 unit. Dengan kapasitas 240 WP.

b) Berdasarkan perhitungan energy surya dari jam 7 pagi sampai 5 sore (10 jam) dan asumsi konvensi energy minimal 5 jam sehari.

c) Jadi energi listrik yang dapat dihasilkan oleh solar penel adalah 96000 watt/hari

d) Jumlah titik lampu 5 watt yang hidup selama 24 jam adalah 150 unit. Membutuhkan 18000 watt/hari

e) Jumlah titik lampu 5 watt yang hanya hidup panda malam hari sekitar 1250 unit termasuk didalamnya lampu hunian, lampu taman dan sebagainya. Membutuhkan 75000 watt/ hari.

f) Jadi solar panel mampu memenuhi kebutuhan listrik yang ada pada rumah susun.


(76)

3.4.6 Konsep struktur

Sistem Struktur yang dipakai pada Rumah Susun ini yaitu:  Pondasi : Tiang pancang, telapak beton  Rangka bangunan : Beton berulang

 Lantai : Plat beton

 Atap : Dak Beton

 Sistem Struktur : Rangka kaku Gambar 3.13 Aksonometri sistem struktur


(77)

BAB IV


(78)

BAB IV

GAMBAR PERANCANGAN RUMAH SUSUN

4.1 Siteplan

Gambar 4.1 yamg merupakan gambar siteplan diatas menjelaskan peletakan masa bangunan pada tapak. Legenda juga menjelaskan bagian-bagian pada siteplan. Seperti A pada tapak bagian kiri belakang tapak adalah bagian parker untuk becak dan gudang sebagai tempat penyimpanan barang milik penghuni rusun. B bagian parkir mobil yang diletakkanpada bagian kanan tapak. C merupakan massa bangunan rumah susun yang memiliki 5 lantai. D merupakan massa bangunan rumah susun yang memiliki 4 lantai. E merupakan lapangan yang menjadi ruang terbuka yang berfunsi untuk berolahraga maupun untuk menggadakan kegiatan yang lain. F merupakan parkir sepeda.


(79)

4.2 Denah

Gambar 4.2 yang merupakan gambar groundplan menjelaskan peletakan ruang lantai dasar yang berhubungan lansung dengan ruang luar. Pada lantai dasar terdapat ruang publik seperti bailai warga, toilet umum, mushola, kantor pengelola dan ruang tunggu. Ruang mekanikal elektrikal seperti ruang pompa, ruang genset ruang tangki air, ruang workshop, ruang PBAX ,dll. Retail yang menjual berbagai keperluan harian pengguni rusun juga terletak pada lantai dasar ini.


(80)

Gambar 4.3 yang merupakan gambar denah lantai 2 menjelaskan peletakan hunian t.21 dan t.36. pada bangian depan bangunan terdapat pujasera (pusat jajanan dan selera rakyat) dan toilet umum serta ruang loundri.

Pusat jajanan selera rakyat menyediakan tempat untuk warga rumah susun untuk mendapatkan berbagai makanan yang dijual oleh pemilik retail makanan. Retail makanan pada pujasera ini juga disediakan untuk penghuni rumah susun agar dapat berjualan dan dapat menambah penghasilan pribadi mereka. Pujasera juga dapat mengurangi jumlah pengangguran pada kelurahan belawan II karena sebagian penghuni rumah susun yang dapat berwirausaha sebagai penjual panganan di pujasera ini.

Toilet umum disediakan pada lantai ini karna terdapat pujasera yang sifatnya adalah umum atau public, sehingga dapat diakses oleh seluruh orang.


(81)

Gambar 4.4 Yang merupakan gambar denah lantai 3-5. Sama seperti di lantai 2. Lantai 3-5 hanya berisi hunian t.21 dan t.36 tanpa ada pujasera dan ruang londri. Di setiap ujung koridor terdapat balkon yang langsung mendapat udara segar dari luar.

Pada lantai 3 – 5 dimaksimalkan untuk hunian. Sehingga lantai dipenuhi oleh unit hunian t.21 dan t.36. terdapat 2 tangga sebagai transportasi vertikal di setiap tower. Jadi pada rumah susun tahap 1 belawan II ini terdapat 4 titik transportasi vertikal. Terdiri dari 4 tangga, dan 2 lift barang yang tidak beroperasi secara 24 jam. Lift barang hanya beroperasi jika ada keperluan khusus dari penghuni rumah susun, seperti menaikkan barang yang cukup berat ke lantai atas dan sebagainya.


(82)

Gambar 4.5 Yang merupakan gambar denah rooftop menjelaskan peletakan tangki air atas, susunan solar panel sebagai energi alternatif selai PLN. Dan juga roofgarden.

Tangki air atas diletakkan di atas agar dapat menghemat penggunaan listrik untuk mendistribusikan air bersih ke setiap unit hunian dan titik air yang memerlukan air bersih. Karna dengan meletakkan tangki air di atas, hanya memerlukan grafitasi untuk air dapat di distribusikan ke titik air yang berada di bawah.

Solar panel juga diletakkan di atas agar solar panel dapat disinari matahari secara maksimal. Agar energi yang didapat matahari juga maksimal.

Roof garden diletakkan diatas bangunan agar memaksimalkan ruang kosong di atas bangunan. Karena pada bagian ground harus di maksimalkan untuk keperluan parkir, retail dan yang lain-lainnya. Tanaman yang ditanam pada roofgarden menggunakan media hidroponik. Sehingga tanaman tidak memerlukan


(83)

tanah untuk dapat hidup. Tanaman ditanam di pot yang diambil dari pipa paralon yang disusun.

Gambar 4.6 Menjelaskan hunian secara detail. Peletakan ruang-ruang seperti kamar tidur utama, kamar tidur anak, dapur, ruang keluarga, dan dapur pada hunian.

Ruang-ruang di unit hunian pada rumah susun di letakkan seperti pada gambar ditas. Disusun agar sirkulasi pergerakan manusia di dalam dapat maksimal walaupun sebenarnya lahan yang tersedia sangatlah sempit.


(84)

4.3 Tampak

Gambar 4.7 Menunjukan tampak bagian depan bagunan rumah susun. Pada bagian ruang jemur hunian menjadi yang paling menonjol terlihat pada rumah susun diberikan kerawang berupa susunan bata yang disusun dengan celah agar angin dan matahari tetap dapat masuk. Kerawang juga diberikan untuk perlidungan fasad agar jemuran penghuni tidak memngganggu nilai estetika bangunan.

Bagian depan rumah susun berhadapan langsung dengan stasiun kereta api yang juga merupakan bagian dari masterplan proyek TOD belawan


(85)

Pada gambar 4.8 merupakan gambar tampak samping kanan. Berhadapan langsung ke hunian vertikal untuk warga menengah atas yang juga merupakan bagian dari proyek masterplan TOD Belawan. Pada bagian samping kanan rumah susun terdapat parkir mobil dan aula rumah susun.


(86)

Gambar 4.9 merupakan gambar tampak kiri. Berhadapan langsung dengan open space dan sekolah yang juga merupakan bagian dari proyek masterplan TOD Belawan. Pada bagian kiri rumah susun terdapat parkir sepeda motor dan akses keluar masuk sepeda motor.


(87)

Gambar 4.10 merupakan gambar tampak belakang rumah susun. Berhadapan langsung dengan rumah warga belawan II. Pada bagian belakang terdapat parkir untuk becak, gudang penyimpanan barang, dan tempat pembuangan sampah.


(88)

4.4 Potongan

Gambar 4.11 merupakan gambar potongan A - A yang memotong bangunan rumah susun secara memanjang. Pada gambar potongan A – A memperlihatkan ruang retail, balai warga, ground watertank dan ruang workshop yang ada di lantai dasar, dilantai 2 gambar potongan ini memperlihatkan unit hunian dan pujasera. Sedanglan pada lantai 3-5 gambar ini memperlihatkan hanya unit hunian saja.


(89)

Gambar 4.12 merupakan gambar potongan B – B yang memotong bangunan rumah susun secara memendek. Pada gambar potongan B – B memperlihatkan ruang retail, parkir mobil, dan parkir motor pada lantai dasar. Dilantai 2 sampai lantai 5 gambar ini hanya memotong unit hunian saja.


(90)

4.5 Rencana Pondasi

Gambar 4.13. yang merupakan gambar rencana pondasi. Menjelaskan peletakan pondasi bore pile yang digunakan pada rumah susun. Terdapat 4 dilatasi dalam bangunan ini. Dilatasi terletak pada siku bangunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.13


(91)

4.6 Rencana Pembalokan

Gambar 4.19 Denah Pembalokan lantai 2-5 Gambar 4.18 Denah Pembalokan lantai 1


(92)

Pada gambar 4.14 yang merupakan gambar pembalokan lantai 1 dan gambar 4.15 yang merupakan gambar pembalokan lantai 2-5 menunjukan balok yang digunakan pada rumah susun. Pada balok induk menggunakan balok dengan ukuran 30x60. Sedangkan pada balok anak menggunakan balok ukuran 15x30.


(93)

4.7 Exterior

Gambar 4.19 Eksterior 2


(94)

Pada gambar 4.18 dan gambar 4.19 menunjukkan gambar – gambar ruang luar yang ada di rumah susun seperti Pusat jajanan selera rakyat (Pujasera) yang berada di lantai 2 rumah susun, roofgarden yang berada di lantai paling atas rumah susun, parkir mobil, parkir motor, parkir sepeda, parkir becak dan gudang.


(95)

4.8 Interior

Gambar 4.21 Interior 2


(96)

Pada gambar 4.20 dan gambar 4.21 menunjukkan gambar-gambar ruang dalam rumah susun seperti ruang dalam hunian baik t.21 maupun t.36. gambaran kamar tidur utama, kamar tidur anak, dapur, dan ruang keluarga. Selain ruang dalam hunian, ruang dalam pada rumah susun juga diperlihatkan seperti ruang komunal yang terdapat pada setiap lantai pada rumah susun, pertokoan yang berada di lantai dasar, balai warga, serta koridor kamar hunian.


(97)

BAB V


(98)

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari projek studio perancanagan arsitektur 6 ini adalah telah terpecahkannya permasalahan yang ada pada rumah susun tahap 1 belawan 2 di kawasan transit oriented development. Seperti permasalahan mengenai keterbatasan lahan sudah dipecahkan dengan rumah susun yang mampu menampung 792 jiwa dalam 264 unit hunian dengan luas lahan rumah susun 8000 m2. Permasalahan rumah susun yang berada dalam kawasan transit oriented development juga sudah dipecahkan dengan skycross yang berada pada lantai 2 rumah susun yang menghubungkan rumah susun dengan taman atau pusat masterplan transit oriented development belawan.

Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk rumah susun berintensitas lebih tinggi. Karena keterbatasan luas perancangan dalam projek ini sehingga memang perlu dipikirkan dalam studi yang lebih lanjut dengan intensitas yang lebih tinggi atau jumlah lantai yang lebih banyak.


(99)

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, I, dkk, 2015 Buku Masterplan Transit Oriented Development Belawan,

Medan

Calthrope, P. 1993. The Next American Metropolis: Ecologi, Community and the American Dream New York, NY : Princeton Architechtural Press

Juwana, Jimmy S. (2005) Sistem Bangunan Tinggi, Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst, 1996, Data Arsitek 1 dan 2 (terjemahan), Penerbit Erlangga,

Jakarta

Yudohusodo, Siswono, dkk, 1991, Rumah untuk Seluruh Rakyat, Jakarta. Management lalu lintas/ 2012

(https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Transit_Oriented_Develo pment)

Rumah Susun/ 2012


(100)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)