a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi; Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan suatu kegiatan
yang terpadu untuk dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi tenaga kerja Indonesia. Melalui pemberdayaan dan pendayagunaan ini
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat berpartisipasi secara optimal dalam Pembangunan Nasional, namun dengan tetap menjunjung nilai-nilai
kemanusiaannya. b.
mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
Pemerataan kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja dengan
memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Demikian pula pemerataan penempatan tenaga kerja perlu diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan daerah.
c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan d.
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
5. Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan
Agar dapat melaksanakan tujuan di bidang ketenagakerjaan tersebut, maka ditetapkan perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan sesuai
amanat Pasal 7 UU Ketenagakerjaan, yaitu: a
a. Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan dan
menyusun perencanaan tenaga kerja. b. Perencanaan tenaga kerja meliputi :
1. perencanaan tenaga kerja makro; dan
2. perencanaan tenaga kerja mikro.
c. Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada perencanaan tenaga kerja.
Berdasarkan Pasal 8 UU Ketenagakerjaan, perencanaan tenaga kerja disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain meliputi :
a. penduduk dan tenaga kerja;
b. kesempatan kerja;
c. pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja;
d. produktivitas tenaga kerja;
e. hubungan industrial;
f. kondisi lingkungan kerja;
g. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan
h. jaminan sosial tenaga kerja.
Informasi ketenagakerjaan yang dimaksud, diperoleh dari semua pihak yang terkait, baik instansi pemerintah maupun swasta
6. Perlindungan dalam Hukum Ketenagakerjaan
Pemberian perlindungan hukum bagi pekerja menurut Iman Soepomo meliputi lima bidang, yaitu:
a. Bidang pengerahanpenempatan tenaga kerja;
Perlindungan hukum yang dibutuhkan oleh pekerja sebelum menjalani hubungan kerja. Masa ini sering disebut dengan masa pra penempatan.
b. Bidang hubungan kerja;
Masa yang dibutuhkan oleh pekerja sejak mengadakan hubungan kerja, yang didasari dengan perjanjian kerja, baik dalam batas waktu tertentu maupun
tanpa batas waktu. c.
Bidang kesehatan kerja; Selama menjalani hubungan kerja yang merupakan hubungan hukum,
pekerja harus mendapat jaminan atas kesehatannya. d.
Bidang keamanan kerja Adanya perlindungan hukum bagi pekerja atas alat-alat kerja yang
dipergunakan oleh pekerja. Negara mewajibkan pengusaha untuk menyediakan keamanan ataupun alat keamanan kerja bagi pekerja.
e. Bidang jaminan sosial.
Jaminan sosial bagi tenaga kerja telah diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang biasa disingkat menjadi Jamsostek.
Dengan diundangkannya UU tersebut, maka pengusaha tertentu wajib mengikutsertakan pekerjanya dalam program Jamsostek.
7. Sifat dan Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan dalam Hukum