94 Tabel 19 Hasil analisis hirarki strategi prioritas
Tujuan Bobot penilaian
Penciptaan iklim yang kondusif 0.3052
Pengembangan sarana dan sarana pendukung 0.3050
Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif 0.2788
Peningkatan kualitas kelembagaan 0.1110
7.2. Strategi Peningkatan Dayasaing
Untuk meningkatkan dayasaing minyak pala berdasarkan skenario diatas upaya yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah:
1 Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Penciptaan iklim yang kondusif dilakukan dalam bentuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara ekonomi, sehat dalam
persaingan, dan non-diskriminatif bagi kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha, sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha dan biaya
usaha maupun meningkatkan rata-rata skala usaha, mutu layanan
perijinanpendirian usaha, dan partisipasi stakeholders dalam pengembangan kebijakan usaha.
Menurut Saragih 2004, dukungan kebijakan pemerintah yang kondusif bagi pengembangan komoditi antara lain melalui 1 kebijakan dalam
makroekonomi moneter dan fiskal, 2 kebijakan dalam pengembangan industri, 3 kebijakan dalam perdagangan dan kerjasama luar negeri 4 kebijakan dalam
pengembangan infrastruktur 5 kebijakan dalam pengembangan kelembagaan dan 6 kebijakan dalam pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis komoditi.
Besarnya potensi ekonomi sumberdaya minyak pala yang dimlilki Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daya tarik bagi para investor untuk
menanamkan modalnya. Namun demikian daya tarik tersebut kontradiktif dengan kondisi permasalahan mendasar yang perlu menjadi perhatian utama yang
ditunjukkan oleh belum optimalnya jaminan keamanan dan kepastian regulasi yang ditawarkan bagi investor dalam menanamkan investasi di Kabupaten
Sukabumi. Upaya Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan realisasi investasi
95 ditempuh melalui kebijakan penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi
pengembangan sektor unggulan daerah yang diarahkan pada perbaikan dan perubahan pengelolaan sistem perijinan yang telah dilaksanakan. Sasaran yang
ingin dic apai: 1 Meningkatnya kepercayaan masyarakat khususnya kalangan dunia usaha dan perbankan terhadap pelayanan perijinan yang ditawarkan oleh
Pemerintah Daerah; 2 Meningkatnya realisasi investasi yang ditanamkan di daerah; 3 Meningkatnya Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB yang
ditanamkan di daerah; 4 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja lokal yang dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha; dan 5 Terwujudnya pemanfaatan Hak
Guna Usaha HGU sesuai dengan peruntukannya.
2 Pengembangan sarana dan prasarana pendukung usaha
Pengembangan sarana dan prasarana pendukung usaha bertujuan untuk mempermudah, memperlancar dan memperluas akses pelaku usaha minyak pala
kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan
efisiensi. Semakin tersebar dan bermutu sarana prasarana yang dikembangkan akan meningkatkan akses pelaku usaha terhadap pasar dan sumber daya produktif,
seperti sumber daya manusia, modal, pasar, teknologi, dan informasi dan membangun infrastruktur pendukung pengembangan kelembagaan semakin
lengkap dan berkualitas. Keterkaitan usaha produksi minyak pala dengan praktek distribusi yang ada
saat ini sangat menentukan keberlanjutan usahanya. Sentra produksi minyak pala di Propinsi Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi dan Bogor berada di daerah
yang sulit dengan akses transportasi yang kurang, sebagian besar jalan rusak. Hal ini berakibat isolasi lokasi produksi dan penyebaran informasinya semakin
terbatas. Oleh karena itu, penyediaan sarana distribusi melalui pembangunan distibution center
dan kerjasama antar instansi dan swasta untuk mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang telah ada. Distribution center juga berperan sebagai
pusat informasi pasar dan mengakomodasi pelaku usaha di daerah terisolir terhadap kebijakan pemerintah yang berlaku maupun menyampaikan rencana
pengembangan sebagai masukkan arah kebijakan yang dibuat.
96
3 Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif pelaku
usaha minyak pala
Pengembangan kewirausahaan dan kompetitif dilakukan dengan mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan para pelaku usaha minyak
pala sehingga memiliki orientasi usaha yang mengarah pada pencapaian keuntungan dan pembentukan nilai tambah yang optimal. Kelompok usaha atau
petani yang belum memiliki orientasi bisnis cenderung tidak memperoleh nilai tambah, meskipun memiliki pendapatan positif atau tidak rugi. Dengan orientasi
bisnis dan komitmen yang kuat untuk membangun sistem agribisnis yang melibatkan setiap pelaku usaha, baik petani maupun pedagang, maka pendapatan
petanipelaku usaha sebagai tujuan peningkatan dayasaing dapat terlaksana. Keberanian berusaha penyulingan minyak pala dengan mengoptimalkan
potensi bahan baku yang ada dan keterbatasan permodalan sudah menjadi modal dasar dalam pengembangan kewirausahaan usaha mikro penyulingan minyak pala.
Meskipun belum dapat menguasai pasar internasional dengan proporsi yang layak, inisiasi jaringan pemasaran yang sudah terbentuk dapat digunakan sebagai modal
awal untuk pengembangan pasar.
4 Peningkatan kualitas kelembagaan
Peningkatan kualitas kelembagaan dan organisasiasosiasi pelaku usaha minyak pala diperlukan agar lembaga dan asosiasi mampu tumbuh dan
berkembang secara sehat, berfungsi dengan baik, menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya. Subagyono, 2006 menyatakan ada empat sisi
kelembagaan yang diharapkan mampu memperbaiki posisi dayasaing yaitu pengembangan lembaga keuangan, pengembangan SDM, pengembangan lembaga
ekonomi petani dan pengembangan hasil penelitian dari lembaga penelitian Lebih jauh Subagyono, 2006 menyatakan Lembaga keuangan diharapkan
menyediakan sumber permodalan berbentuk kredit perbankan yang dapat dijangkau oleh petani, prosedurnya mudah, volume pendanaan mencukupi, suku
bunga kondusif dan sistem agunan pinjaman yang dapat dipenuhi petani. Dalam penyalurannya pihak perbankan dapat berbentuk pengintegrasian pola kredit pada
97 yang beresiko rugi pada sub sistem hulu dan sub sistem hilir yang
menguntungkan. Bagi usaha kecil di pedesaan yang tidak terjangkau perbankan dapat memanfaatkan lembaga keuangan mikro, koperasi simpan pinjam dan lain-
lain. Kelembagaan tersebut perlu terus dibina dan diperkuat kelembagaannya. Dalam rangka mempermudah akses kredit kepada usaha mikro, kecil dan
menengah, pemerintah memperkuat dengan pengucuran dana kepada dua lembaga penjamin kredit yaitu Asuransi Kredit Indonesia Askrindo dan Perusahaan
Umum Sarana Penyedia Usaha Perum SPU dengan memberikan tambahan modal kerja sebesar 1.4-1.5 triliun dengan demikian Askrindo dan SPU dapat
memberikan tingkat suku bunga yang jauh lebih rendah bagi UMKM. Dengan dana penjaminan 1,4 triliun dengan giring rasio 20 sehingga total dana
penjaminan bisa mencapai 28 triliun HAROSA 2007. Pengembangan SDM dilakukan dengan mengoptimalkan lembaga-lembaga
pelatihan baik milik pemerintah mapun swasta dan menggiatkan kembali fungsi- fungsi penyuluhan. Lembaga ekonomi petani dalam bentuk koperasi petani
didayagunakan kembali dengan melakukan pengelolaan secara profesional dan memiliki komitmen tinggi terhadap petani. Berkembangnya suatu usaha agribisnis
tergantung pada produktivitas yang dihasilkan lembaga penelitian. Untuk itu perlu adanya kebijakan pemerintah yang merangsang peneliti untuk menghasilkan
produk-produk penelitian yang berorientasi pada masalah aktual di lapangan. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah untuk penelitian maka diperlukan
keterlibatan penelitian oleh swasta, organisasi profesi, LSM dan lembaga lain. Dalam penguatan kelembagaan yang terpenting pembentukan jaringan
kelembagaan untuk memperlancar mekanisme kerja dan fasilitasi kemitraan serta arus informasi diantara lembaga-lembaga yang terkait. Peningkatan dayasaing
usaha minyak pala yang bersumber dari kapasitas lokal yang terkait peluang pasar, baik tingkat lokal, regional, nasional maupun ekspor internasional.
Pengembangan jaringan kelembagaan tersebut memberikan kontribusi positif pada peningkatas kapasitas lokal dalam sinkronisasi kebijakan pemerintah dalam
menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini kelembagaan yang terkait dengan upaya peningkatan
dayasaing minyak pala untuk meningkatkan pendapatan petani dan pengusaha,
98 yaitu: 1 lembaga produksi, 2 lembaga distribusi, 3 lembaga keuangan, 4
lembaga keswadayaan masyarakat, dan 5 lembaga advokasi kelembagaan pendukungpenyuluhan. Kelima kelembagaan tersebut perlu bersinergi untuk
mencapai kondisi yang kondusif dengan mengurangi kesenjangan masing-masing kelembagaannya, khususnya dengan pendekatan kegiatan ekonomi produktif.
7.3. Kebijakan Peningkatan Dayasaing Minyak Pala