sampai tercapainya integrasi. 2.
Memahami berbagai peran dalam masyarakat 3.
Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat BSNP,2006a:1.
B. Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar behavioristik classical conditioning dan teori fungsional struktural dari Talcot
Parsons. Teori behavioristik sangat menekankan pada perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Para pakar psikologi behavioristik berkeyakinan
bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran reward atau penguatan dari lingkungan. Belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respon. Ciri-ciri dari teori behavioristik adalah: mengutamakan unsur-unsur
atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, menekankan pembentukan reaksi atas respon, menekankan
pentingnya latihan. Adapun kelompok-kelompok yang termasuk dalam teori belajar behavioristik adalah teori belajar koneksionisme, classical
conditioning, systematic behavior theory, contiguous conditioning, dan operant conditioning
Sukmadinata, 2003 1. Teori Classical Conditioning
Pada dasarnya, classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut. Menurut Sudjana, teori belajar classical
conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar
terjadi respon. Dengan demikian, pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting dari pada pengontrolan respon.
2. Teori Fungsional Struktural Dari tinjauan sosiologi, penelitian ini menggunakan teori fungsiona
struktural. Menurut Parsons dalam Ritzer, 2004:121 suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
kebutuhan sistem. Untuk memenuhi kebutuhannya itu diperlukan empat fungsi penting, yaitu: adaptation A, goal attainment G, integration I, dan
latency L. Keempat fungsi itu dapat diperinci sebagai Adaptation, Goal
attainment , Integration dan iatency AGIL. Agar bertahan hidup sistem harus
menjalankan fungsi tersebut. 3.
Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situsional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. 4.
Pencapaian tujuan: Sistem harus mendefiniskan dan mencapai tujuan- tujuan umumnya.
5. Integrasi : Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsionalnya tersebut.
6. Latensi pemeliharaan pola : Sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Organisme behavioral adalah sistem tindakan yang menangani fungsi
adaptasi yang menyesuaikan dan mengubah dunia luar. Sistem kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem
dan memobilisasi sumber daya yang digunakan untuk mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengontrol bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Akhirnya, sistem kulural menjalankan fungsi latensi yang membekali aktor dengan norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka
untuk bertindak.
C. Kerangka Berfikir