4
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menyusun model pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan kota, untuk itu tujuan antaranya adalah:
1. Menganalisis kelembagaan eksisting pada pengelolaan persampahan Kota Bandung.
2. Menyusun skenario untuk mengembangkan kelembagaan pengelolaan persampahan kota berbasis partisipasi masyarakat.
3. Mengembangkan kelembagaan pengelolaan persampahan kota berbasis partisipasi masyarakat.
4. Membuat simulasi reduksi jumlah sampah dan strategi pencapaiannya.
1.3. Kerangka Pemikiran
Aspek kelembagaan dan partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam pengelolaan persampahan. Bila pengembangan pada kedua aspek ini
dilakukan tepat dan sinergis dengan aspek operasional pengelolaan sampah maka diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan persampahan kota. Pada
pengelolaan persampahan, lembaga yang menangani pengelolaan persampahan secara umum belum optimal, jika ditinjau dari komponen organisasi, peraturan,
pembiayaan dan sumberdaya manusia. Ketidakoptimalan tersebut perlu untuk dikuantifikasi dengan pengkajian assessment dan analisis. Hasil pengkajian dan
analisis ini merupakan masukan untuk pengembangan kelembagaan Patan Conservation and Development Program 1996.
Teknik operasional pengelolaan sampah terdiri dari penanganan sampah disumber, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan, dan
pembuangan akhir Tchobanoglous et.al. 1993. Penelitian akan dibatasi pada sumber sampah berupa rumah tangga. Pengumpulan sampah rumah tangga
dikelola oleh organisasi Rukun Tetangga dan Rukun Warga RTRW setempat, berupa pengambilan sampah dari setiap rumah. Sampah dari hasil pengumpulan
kemudian dibawa ke suatu tempat pembuangan sementara TPS yang merupakan milik organisasi pengelola sampah kota. Oleh organisasi pengelola sampah kota
5 tersebut, sampah selanjutnya diangkut untuk dibuang ke tempat pembuangan
akhir TPA sampah. Di TPA terdapat kegiatan pemanfaatan sampah oleh pemulung yang mengambil barang bekas yang masih bernilai dan produsen
kompos yang memanfaatkan sampah organik. Diluar sistem pengelolaan sampah terdapat lembaga swadaya masyarakat yang mempunyai kegiatan yang berkaitan
dengan masalah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian terhadap
masyarakat penghasil sampah, masyarakat pengelola sampah, dan masyarakat pemanfaat sampah, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat LSM,
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran berdasarkan kelompok pelaku yang terlibat dalam pengelolaan persampahan kota
diadopsi dari Tchobanoglous et.al. 1993
6 Pada Gambar 1, tampak bahwa terdapat lima kelompok besar pelaku
pengelolaan persampahan kota, yaitu masyarakat penghasil sampah, masyarakat pengelola sampah, pemerintah, dan masyarakat pemanfaat sampah serta
masyarakat pemerhati lingkungan. Masyarakat penghasil sampah terbagi menjadi dua, yaitu penghasil sampah domestik rumah tangga dan non domestik pasar,
pertokoan, industri rumah tangga. Sampah domestik dikelola oleh organisasi masyarakat, umumnya dari organisasi Rukun Tetangga RTRW, sedangkan
sampah non domestik dikelola langsung oleh Dinas atau Perusahaan Daerah. Sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir TPA. Masyarakat
pemanfaat sampah adalah mereka yang mengambil material yang masih bernilai dari sampah. Terdapat dua jenis material yaitu yang bersifat organik untuk
dijadikan kompos dan yang bersifat anorganik untuk didaur ulang. Material ini dapat diperoleh langsung dari sumber, dari RTRW, atau TPA.
Dilihat dari terkonsentrasinya para pemulung di TPA maka tampak bahwa kegiatan pengambilan material daur ulang hampir seluruhnya terjadi di TPA.
Keadaan ini secara tidak langsung merugikan karena seluruh sampah harus diangkut ke TPA sehingga membutuhkan biaya besar. Bahan organik sudah tidak
dalam kondisi segar untuk dikomposkan, dan material daur ulang relatif kotor dan sulit untuk dipilah karena sudah dalam kondisi tercampur.
Masyarakat pemanfaat sampah perlu ditingkatkan perannya dalam pengelolaan sampah, dengan cara mengintegrasikannya kedalam lembaga
pengelola sampah. Pengintegrasian lembaga berbasis masyarakat ini dapat dilakukan dengan beberapa skenario. Konsep pengembangan kelembagaan ini
diperoleh dengan bantuan para pakar melalui analisis prospektif. Para pakar yang terlibat meliputi pakar di bidang persampahan, pakar kelembagaan, wakil dari
pengelola persampahan kota dan wakil dari LSM.
1.4. Manfaat Penelitian