KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil

Kabupaten Pasuruan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Maslihah Nim : 08.220.394.

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Maslihah NIM : 08220394

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB ”JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Sugeng Winarno, S.sos, MA Nurudin, M.si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Maslihah

NIM : 08220394 Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu Tanggal : 28 Juli 2012 Tempat : Ruang 605

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi M, Si

Dewan Penguji :

1. Novin Farid Styo Wibowo, M.Si Penguji I ( ) 2. Tutik Sulistyowati, M.Si Penguji II ( )

3. Sugeng Winarno, S.Sos, M.A Penguji III ( ) 4. Nurudin, M.Si Penguji IV ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Maslihah

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 14 Oktober 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220394

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)

Adalah bukan karya tulis ilmiah atau skripsi orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benanya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 14 Juli 2012 Yang menyatakan


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI 1. Nama : Maslihah

2. NIM : 08220394

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Komunikasi Interpersonal Orang Arab “Jamaah” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)

5. Pembimbing : 1. Sugeng Winarno, S.sos, MA 2. Nurudin, M.si

6. Kronologi Bimbingan

Tanggal

Paraf Pembimbing

Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

29-02-2012 Acc Judul

13-04-2012 Seminar Proposal

04-05-2012 Acc. Proposal

04-05-2012 Acc. BAB I

27-05-2012 Acc. BAB II

14-06-2012 Acc. BAB III

16-06-2012 Acc. BAB IV

16-06-2012 Acc. Seluruh Naskah

Malang, 16 Juli 2012 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan. Serta kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, atas rasa cinta penulis terhadapa Beliau sehingga skripsi ini mengangkat penelitian yang berkaitan dengan Ahlul Bait (keluarga Nabi).

Skripsi ini mengangkat berjudul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH” (Studi pada Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Kabupaten Pasuruan)”. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini bisa memberikan pengetahuan dan informasi bagi pembaca, khususnya bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian mengenai orang Arab. Sebab tidak semua orang mengetahui bahwa orang Arab yang ada di Indonesia bisa di klasifikasikan melalui latar belakang silsilahnya. Seperti halnya orang Arab Jamaah yang merupakan orang Arab keturunan dari Nabi Muhammad SAW menurut kepercayaannya. penelitian ini memberikan gambaran bukan sekedar interaksi mengenai orang Arab Jamaah, namun juga bagaimana sistem pesantren mewarnai keberagaman dalam penelitian.

Skripsi ini disusun sebagai sebuah karya ilimiah yang digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang. Selanjutnya penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas segala


(7)

bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Dr. Wahyudi Winaryo M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Nurudin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi serta Dosen Pembibing II, ditengah kesibukannya yang padat masih memberikan keluangan waktunya untuk memberi masukan dalam membimbing penulis 3. Sugeng Winarno, S.Sos, M.A selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Novin Farid Styo Wibowo, M.Si dan Ibu Tutik Sulistyowati, M.Si, selaku dosen penguji yang memberikan kritikan serta sarannya dalam penyempurnaan skripsi ini

5. Santri Putri Pesantren Darullughah Wadda’wah, yang membantu terselesainya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Olah karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Malang, 1 September 2012 Penulis


(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pencipta: Allah SWT, Terima Kasih atas setiap hembusan Nafas yang Engkau berikan, serta Kekuatan dan kesehatan selama penggarapan penelitian ini, bimbinglah hamba agar selalu dijalanMu.

Panutan Hidup: Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi pencerah dunia dari ajaran Agama Islam serta ilmu bermanfaat. semuga segala ilmu yang Beliau berikan bisa menjadi tuntunan dalam Hidup ini.

My Beloved Little Family Ayahanda H. M. Atim, dengan ketelatenan slalu menuruti apa yang anakmu inginkan,, ☺ serta slalu mengajarkan kedisiplinan waktu, walau slalu tidak nurut :p dan Ibunda Hj. Nur chasanah, tanpa kenal lelah selalu menemani dan menuruti kemanapun anakmu pergi, hingga selama proses penelitian skripsi ini, engkau slalu menemaniku ☺☺

Soudara tersayangku (Neng Ida, Rahayu dan Mamat), Terima Kasih buat ‘segalanya’, kalian seperti saudara kandung sendiri bagiku ;’)

Dosen-dosen Ikom UMM: Pak Sugeng, Pak Nurudin, serta dosen-dosen yang lain, terima kasih atas ilmu-nya, insya Allah menjadi ilmu yg Bermanfaat. Amien.

My Best Friend’s: Yani, Mila, Citra, Desy (mbg’e :p), Gita. makasih teman terkasihku, yang menemani sepanjaaang hari-hariku. Tanpa kalian tak ada keindahan dan warna dalam persahabatan (^_^)

Buat Ponakan-ponakan sekaligus temen Mainku: Syafa, yang slalu bingung manggil tantenya, kadang tante, mbak, ato kakak (walau dari paksaan tantenya :p) makasih kecil, yang menjadi hiburan karena keendelannya dan si mungil bin cerewet Shofia, jgn kapok-kapok di usilin tantenya yag ☺

‘Pembantu’2 Hidupku =D : Ai (arvan) makasieh atas nasehat-nasehatnya, walau selalu terabaikan, :p insya Allah akan selalu berusaha menjadi seorang yang diharapkan ^^ kakakku (Sutris) yang membantu banyak dalam segalanya :) Abangku (ismail) tanpa lelah selalu membantu selama ini dalam perkuliahan.

All of My Friend’s: Lentera n Rumah Geje Art (ketika ada pertanyaan tentang seni,, jawabannya adalah kalian ^^ kalian keindahan) Sefa 10-11, IMM Renaissance FISIP, Ikom 08 terkhusus kelas F. Dan Buat semuanya terima kasih ;)))

semuanyaaaa maksieh dan maaf teman tak bisa disebutin satu-satu ;)

Terima Kasih telah Menjadi sahabat Kehidupanku,,, aku tumbuh dan mengenal arti hidup dari Kalian semuaaa…….


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR BAGAN, DAFTAR TABEL dan DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

D.1 Manfaat Akademis ... 8

D.2 Manfaat Praktis ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

E.1 Konsep Komunikasi Interpersonal ... 8

E.1.1 Sifat Utama Komunikasi Interpersonal ... 9

E.1.2 Hubungan Interpersonal ... 12

E.2 Interaksionisme Simbiolis ... 13

E.2.1 Definisi Interaksionisme Simbolik ... 13


(10)

F. Definisi Konseptual ... 21

F.1 Komunikasi Interpersonal ... 21

F.2 Orang Arab Jamaah ... 22

G. Metode Penelitian ... 23

G.1 Metode ... 23

G.2 Fokus Penelitian ... 23

G.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

G.4 Subyek Penelitian ... 24

G.5 Teknik Pengumpulan Data ... 25

G.6 Teknik Analisis Data ... 26

G.7 Teknik Keabsahan Data ... 28

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Pesantren Darullughah Wadda’wah ... 30

A.1 Profil Pesantren ... 30

A.1.1 Sejarah Pesantren ... 30

A.1.2 Visi Misi Pesantren ... 32

A.2 Lembaga Pendidikan Pesantren ... 33

A.2.1 Diniyyah ... 33

A.2.2 Program Pendidikan Mu’adalah (Kurikulum Nasional/ Depag) ... 34

A.3 Lembaga Pengembangan Bakat dan Keahlian (Kursus- kursus) ... 42


(11)

A.4 Panti Asuhan / Darul Aitam ... 43

A.5 Lembaga Penyiaran (Stasiun SIP TV) ... 44

A.6 Lembaga Tahfidhul Qur’an ... 44

A.7 Lembaga Kesenian ... 45

A.8 Ikatan Alumni Darullughah Wadda’wah “Al Hasaniyyah” ... 45

B. Orang Arab Jamaah ... 46

B.1 Asal Usul Orang Arab Jamaah ... 46

B.2 Orang Arab Jamaah dalam Pesantren Darulullughah wadda’wah ... 47

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Informan ... 48

B.Pengalaman Komunikasi dalam Menerima Identitas Diri sebagai Jamaah ... 52

C. Komunikasi Interpersonal Orang Arab Jamaah dalam Pesantren .... 55

C.1 Komunikasi Interpersonal dengan Latar Budaya Berbeda ... 56

C.2 Komunikasi Interpersonal Berdasarkan Silsilah ... 58

C.2.1 Dengan Sesama Jamaah ... 58

C.2.2 Dengan Masyayih (Orang Arab keturunan Sahabat Nabi) 60 C.2.3 Dengan Akhwal (Keturunan Asli Pribumi) ... 62

C.3 Komunikasi Interpersonal dengan Habib (Pengasuh Pesantren) 66 D. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal Jamaah dalam Pesantren ... 75


(12)

D.1 Aturan Pesantren Mengenai Perbedaan Kamar ... 77 D.2 Media ... 79 D.3 Bahasa ... 81 E. Faktor yang Menimbulkan Eksklusivisme Komunikasi Orang Arab

Jamaah ... 84

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR BAGAN, DAFTAR TABEL dan DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Bagan

Komponen dalam analisis data (interactive model) ... 27

Daftar Tabel Tabel 1:

Jumlah Siswa MI Dalwa ... 35 Tabel 2:

Data dan Jumlah Guru MI Dalwa ... 36 Tabel 3:

Jumlah Siswa MTS Dalwa ... 37 Tabel 4:

Data dan Jumlah Guru MTS Dalwa ... 37 Tabel 5:

Jumlah Siswa MA Dalwa ... 38 Tabel 6:

Data dan Jumlah Guru MA Dalwa ... 38 Tabel 7:

Jumlah Mahasiswa Dalwa ... 40

Tabel 8:

Data dan Jumlah Dosen Dalwa ... 41 Tabel 9:

Data Informan Jamaah ... 48

Daftar Lampiran

Lampiran I: Hasil Wawancara


(14)

Daftar Pustaka

Buku :

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Book.

Hanafi, Abdullah. 1984. Memahami Komunikasi Antar Manusia. Surabaya : Usaha Nasional.

Hasan Bahafdullah, Madjid. 2010. Dari Nabi Nuh As Sampai Orang Hadhramaut di Indonesia. Jakarta : Bania Publishing.

Huky, Wila. 1986. Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional.

Liliweri, Alo. 2001. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi, Ed.9. Jakarta : Salemba Humanika.

Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

______________ . 2004. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

______________ . 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKis.

Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Santoso, Slamet. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.


(15)

Sutaryo, 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

Internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/Patrilineal

http://www.pp-dalwa.org/?prm=profil&id=40

Pondok Pesantren Al -Hikmah 2, dalam http://alhikmahdua.net/pondok-pesantren-darullughah-waddawah-pasuruan/ diakses 27 Juni 2012

Jurnal

Masmuh, Abdullah. 2009. Model Bauran Komunikasi Antar Pribadi antara etnis China dan Jawa. Laporan Penelitian Dasar Keilmuan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sejak dilahirkan, sudah menjadi homo sociologicus (makhluk sosiologis), atau yang akrab didengar sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang hidup bersama dengan orang-orang lainnya di dalam masyarakat.1 Terjalinnya hubungan yang terjadi pada manusia diawali karena adanya interaksi sosial. Soerjono Soekanto mengungkapkan interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial.2 Hal utama sebagai penghubung dalam berinteraksi adalah komunikasi.

Wila Huky mengatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dalam interaksi sosial, karena tanpa adanya sebuah komunikasi, manusia tidak dapat saling memberi reaksi satu sama lainnya.3 Dari sini bisa dilihat betapa pentingnya komunikasi pada sebuah interaksi sosial, tidak akan tercipta sebuah interaksi tanpa adanya komunikasi yang mengawalinya.

Manusia dalam melakukan komunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dirinya juga untuk kepentingan orang lain. Komunikasi memang merupakan mekanisme penyebab adanya hubungan antar manusia di dalam masyarakat, dengan menggunakan lambang-lambang

      

1 Sutaryo, Sosiologi Komunikasi. (Yogyakarta : Arti Bumi Intaran, 2005), p. 41.

2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Rajawali Pers, 2006), p. 55

3 Wila Huky, Pengantar Sosiologi. (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), p. 159

1   


(17)

yang mengandung makna.4 Sifat komunikasi yang dilakukan baik bersifat komunikasi verbal maupun non verbal.

Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan antar manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya adalah komunikasi interpersonal, yang dilakukan secara langsung (tatap muka) ataupun tidak langsung, ketika terjadinya komunikasi secara langsung tatap muka, terdapat beberapa hal yang bisa mempengaruhi komunikasi interpersonal tersebut, hal ini tidak terlepas dari latar budaya ataupun status sosial masing-masing individu dalam melakukan komunikasi.

Dikatakan oleh Abdullah Hanafi bahwa orang-orang yang berbeda kelas sosialnya akan berbeda pula cara berkomunikasinya. Dan orang-orang yang berbeda budaya akan berbeda pula berkomunikasinya. Maka sistem sosial budaya ikut menentukan cara orang memilih kata-kata, tujuan-tujuan komunikasi, pemilihan orang yang diajak berkomunikasi, saluran yang mereka pergunakan, bentuk pesannya dan sebagainya.5

Dari uraian tersebut maka bisa dikatakan bahwa komunikasi yang tengah terjadi di masyarakat, dapat dipengaruhi oleh adanya faktor sosial atau faktor budaya yang tengah di bawa oleh masing-masing individu dalam melakukan komunikasi, sehingga ketika terjadinya proses komunikasi interpersonal dengan individu yang berbeda, baik status sosial ataupun budaya yang dibawanya.

      

4

Sutaryo, op.cit., p. 41.

5

Abdullah Hanafi, Memahami Komunikasi Antar Manusia. (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), p. 185-186.

2   


(18)

Kebudayaan merupakan gejala kemanusiaan, dimana mengandung arti tidak mungkin terdapat kebudayaan tanpa manusia atau tidak mungkin manusia yang tidak mempunyai kebudayaan. Kebudayaan dengan manusia tidak bisa dipisahkan satu dengan lain. Karena manusia menciptakan kebiasaan, norma, serta nilai yang menjadi isi kebudayaan. Manusia juga memilih segala sesuatu yang telah ditentukan oleh kebudayaan. Kebudayaan akan ikut serta menciptakan manusia, dimana kebudayaan yang dibuat manusia, menyebabkan manusia tunduk kebudayaan tersebut.6

Maka kebudayaan dan manusia saling berkaitan dan mempengaruhi, yang kemudian menciptakan adanya keberagaman suku, etnis atau bermacam jenis kelompok yang terbedakan dari masing-masing budayanya. Salah satu kecenderungan yang nampak dengan adanya faktor budaya ini adalah etnik dengan asal usul yang bukan berasal dari budaya Indonesia, sehingga etnik tersebut dengan latar budaya yang dibawanya akan terlihat berbeda di masyarakat kita, etnik yang dimaksut seperti etnik Arab di Indonesia.

Prof. Deddy Mulyana memberi sedikit gambaran mengenai etnis Arab, dimana orang arab kecenderungan mempunyai watak yang keras, secara umumnya lebih mengedepankan egonya yang tinggi, namun disisi lain orang arab cenderung lebih mengepentingkan keluarga mereka, dan sangat hormat kepada tamunya. Orang arab memiliki fanatisme yang tinggi terhadap

      

6

Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial. (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), p. 49

3   


(19)

kesukuan kelompoknya. Mereka juga dikenal bangga dengan budaya mereka dan tidak mudah larut dengan budaya lain.7

Dari sini bisa dilihat bahwa Etnik Arab sangat memegang kebudayaan yang dibawanya walaupun sudah menetap lama di Indonesia. salah satunya seperti adanya norma budaya tertentu yang di pegang teguh oleh komunitas budayanya, Istilah norma budaya menurut Prof. Deddy Mulyana merupakan seperangkat nilai yang menetapkan cara-cara tertentu yang dianggap layak untuk mencapai suatu tujuan dalam kehidupan, yang harus dianut suatu komunitas atau etnik tertentu, selanjutnya nilai merujuk kepada kepercayaan yang relatif bertahan lama akan suatu benda, tindakan, peristiwa, fenomena berdasarkan kriteria tertentu.8

Perihal norma budaya etnis Arab ini, mereka mempunyai sistem kekerabatan patrilineal, dimana suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan atau menarik garis keturunan dari pihak ayah9. Mereka mempercayai bahwa keturunan mereka berujung pada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang muliakan bagi kaum beragama Islam. Sehingga bagi etnis Arab ini, keturunan mereka harus meneruskan keturunan dengan sistem patrilinear. Untuk kaum wanita etnis Arab ini tidak boleh menikah dengan seorang dari masyarakat biasa, atau seseorang yang tidak mempunyai silsilah keturunan dengan Nabi, sebab ketika hal ini dilakukan maka wanita tersebut akan terputus silsilah keluarga atau nasabnya dengan golongan etnis Arab ini.       

7

Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010), p.99-104

8

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), p.43-44

9

http://id.wikipedia.org/wiki/Patrilineal diakses 27 Mei 2012

4   


(20)

Namun kondisi berbeda dengan pihak pria dari golongan mereka, yang bisa menikahi wanita dari suku atau golongan manapun, karena dengan begitu silsilah keluarga dari orang Arab ini akan terus dilanjutkan pada keturunannya.

Namun tidak semua etnis Arab menganut norma budaya tersebut, dan hanya sebagian komunitas saja yang menganutnya. Orang Arab yang di maksud yaitu mereka yang mempunyai asal usul keturunan dari Hadramaut Yaman, dan mereka percaya bahwa asal usul keturunan mereka di Hadramaut berujung pada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya golongan orang Arab ini juga mempunyai pengklasifikasian mengenai keturunan komunitas mereka, yaitu mereka mengklasifikasikan dengan sebutan “fam” atau juga “bangsa”, namun kalau di Indonesia biasa di istilahkan dengan sebutan “marga”.

Golongan orang Arab ini oleh orang Indonesia dipanggil dengan panggilan “Jamaah”, asal mulanya disebabkan orang Arab ini cenderung untuk selalu berkumpul pada situasi tertentu, seperti halnya orang yang berjamaah.10

Dengan adanya salah satu norma budaya tersebut dimasyarakat, maka bisa berdampak pada komunikasi yang terjadi di antara mereka, terutama mengenai komunikasi interpersonalnya, sebab masyarakat yang mempercayainya bisa menimbulkan kesenjangan komunikasi dengan adanya perbedaan strata, sistem sosial, nilai serta norma budaya yang di bawa oleh individu dari etnis Arab ini.

      

10

Hasil Wawancara Pra Survey.

5   


(21)

Komunikasi memang mekanisme penghubung interaksi antar manusia, namun lingkungan juga menciptakan sistem komunikasi yang berbeda dan ini bisa mempengaruhi sistem komunikasi yang terjadi ketika mereka berinteraksi, selain itu faktor lingkungan tempat terjadinya komunikasi juga merupakan satu hal yang penting yang bisa menciptakan sistem komunikasi berbeda, salah satunya seperti lingkungan di dalam pesantren. Lingkungan pesantren adalah salah satu lingkungan yang memang dibedakan atau sedikit berbeda dengan lingkungan di luar pesantren, sebab seseorang yang berada di dalam pesantren akan terbatasi geraknya tidak seperti halnya lingkungan di luar pesantren pada umumnya.

Dengan adanya realita sosial yang terjadi pada sistem komunikasi di lingkungan pesantren tersebut, serta dengan adanya norma budaya yang dianut oleh sebagian orang Arab, maka ditemukan sebuah fenomena menarik pada sebuah Pesantren di pasuruan, tepatnya di desa Raci kecamatan Bangil Pasuruan Jawa Timur, pesantren tersebut mempunyai banyak santri dari keturunan orang Arab Jamaah, yaitu dari jumlah keseluruhan 980 santri putri, 250 santri diantaranya adalah dari orang Jamaah. Terlebih pemilik dari pesantren tersebut juga dipimpin oleh orang Arab keturunan Jamaah, sehingga pesantren tersebut juga di kenal dengan sebutan pesantren Jamaah, pesantren tersebut adalah “Darullughah Wadda’wah”.

Akan menjadi hal yang menarik untuk dikaji mengenai bagaimana bentuk komunikasi interpersonal orang Jamaah tersebut dengan orang-orang disekitarnya dalam pesantren ketika berinteraksi, yaitu dengan Akhwal

6   


(22)

yang merupakan sebutan bagi orang pribudi, dengan Masyayih sebutan untuk orang keturunan sahabat Nabi, ataupun dengan Habib pengurus pesantren yang sama-sama seorang Jamaah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dengan latar budaya serta sistem kepercayaan yang di anut oleh orang Arab Jamaah, maka hal ini akan mempengaruhi komunikasi interpersonalnya dan hubungan yang terbentuk di antara mereka. Dari sini peneliti mengambil judul, “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG ARAB “JAMAAH”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan sebelumnya, maka permasalahan yang di ambil dan dirumuskan dalam penelitian ini adalah

- Bagaimana komunikasi interpersonal orang Arab “Jamaah” ketika berinteraksi di Pesantren Darullughah wadda’wah Raci Kecamatan Bangil Pasuruan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan dan mengetahui gambaran yang terbentuk pada komunikasi interpersonal orang arab “Jamaah” ketika berada pada lingkungan Pesantren Darullughah Wada’wah Raci Bangil kabupaten Pasuruan.

7   


(23)

D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya, yang tertarik pada penelitian komunikasi interpersonal, serta penelitian mengenai orang Arab di Indonesia, sehingga dapat memberikan wawasan serta referensi bagi peneliti lain ketika melakukan penelitian sejenis yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal etnis Arab dengan sistem kepercayaan dan budayanya. Hasil penelitian juga di harapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran mengenai fenomena-fenomena interaksi pada orang Arab.

D.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharap mampu memberikan gambaran mengenai komunikasi interpersonal etnis Arab yang mempunyai silsilah golongan-golongan atau marga-marga yang melekat pada nama-nama mereka.  

E. Tinjauan Pustaka

E.1 Konsep Komunikasi Interpersonal

Fakta dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Nuluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan Tuhan akan kepuasan), dan control

8   


(24)

(kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya. Manusia saling berinteraksi untuk mengadakan kerjasama (cooperation) demi tercapainya tujuan tertentu. Salah satu aktivitas sebagai implementasi dari interaksi antarmanusia itu adalah komunikasi interpersonal.11

E.1.1 Sifat Utama Komunikasi Interpersonal

a. Komunikasi Interpersonal sebagai Proses Dinamis

Komunikasi interpersonal dikatakan sebagai proses dinamis dikarenakan setiap peristiwa komunikasi di liputi oleh tindakan aktif dari para pelaku komunikasi disaat komunikasi berlangsung. aktifitas tersebut ditandai dengan berbagai perilaku yang bersinambung, dari aksi serta reaksi, ada respon timbal balik.

Sebagai contoh, Tuhan memberikan kepada setiap orang kemampuan bercakap-cakap dalam kegiatan komunikasi berkomunikasi tatap muka. Tuhan juga memberi kemampuan lain bagi manusia seperti kemampuan indrawi sehingga pada saat bercakap-cakap manusia bisa saling memandang, mendengarkan, memikirkan sesuatu, serta menggerakkan badan.

Komunikasi selalu menggambarkan keberadaan setiap manusia yang memiliki “kehidupan bersama” dalam sebuah lingkup sosial.       

11

Suranto Aw. Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011), p. 54

9   


(25)

Sebab lingkup sosial itu terbentuk karena adanya hubungan sosial-budaya antarmanusia yang diejawantahkan melalui bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok atau komunikasi massa. Itulah dinamika komunikasi interpersonal.

b. Komunikasi Interpersonal Berwujud Perilaku Simbolis

Komunikasi interpersonal berwujud perilaku simbolis dikarenakan pesan-pesan komunikasi dinyatakan dalam simbol-simbol verbal ataupun nonverbal yang mewakili gagasan tertentu. Proses menghasilkan kode-kode simbolis yang biasa dilakukan manusia dengan dinamakan encoding yang berwujud perilaku. Setiap perilaku manusia yang ditampilkan secara sadar ataupun tidak sadar selalu berkaitan dengan fungsi simbol, yaitu memindahkan dan menukar simbol agar dapat diberi makna bersama.

Perilaku simbolis merupakan satu unsur yang penting dalam komunikasi apalagi kalau komunikasi yang terjadi diantara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan. Dikarenakan setiap kebudayaan mengajarkan kepada para anggotanya prinsip, bentuk, jenis dan fungsi simbol maka dapat diduga seberapa jauh efektifitas komunikasi diantara pelaku komunikasi baik komunikator maupun komunikan yang berbeda kebudayaan.

10   


(26)

c. Komunikasi Interpersonal Menghasilkan Tanggapan dari Penerima

Manusia dapat mengirim simbol-simbol verbal dan non verbal namun harus terdapat pula manusia yang bersedia menerima simbol-simbol tersebut, jika tidak terdapat penerima maka komunikasi interpersonal tersebut tidak berhasil. Sebagaimana proses komunikasi yang dimulai dari penerjemahan simbol, encoding, maka peran penerima pun akan menerjemahkan pesan itu kedalam kode tertentu yang prosesnya disebut decoding. maka decoding menunjukkan suatu dampak komunikasi interpersonal yaitu menghasilkan tanggapan.

Komunikasi dengan dilatar belakangi budaya yang berbeda juga demikian, harus bersumber dari seorang komunikator dari kebudayaan tertentu dan pesan simbolis itu diterima oleh komunikan dari kebudayaan lain.

d. Komunikasi Interpersonal Bersifat Kompleks

Komunikasi interpersonal bersifat komplek karena proses komunikasi dipengaruhi oleh banyak variable. Contohnya setiap perilaku komunikator dan komunikan dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, psikologis, sosiologis dan antropologis. Demikian pula faktor-faktor lain yang menentukan pemilihan media, penyusunan pesan, mengemilinasi hambatan, serta faktor konteks yang merupakan situasi lahir dan batin tempat terselenggaranya komunikasi.

11   


(27)

Pada sebuah komunikasi dengan latar budaya berbeda keadaan kompleksitas semakin tinggi mengingat jumlah perbedaan faktor-faktor pembentuk budaya lebih banyak dan lebih bervariasi. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa komunikasi dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik. Hubungan pertama menunjukkan kebudayaan menentukan perilaku komunikasi, dan kedua tanpa komunikasi maka setiap kebudayaan menjadi tak berarti. Karena seluruh proses kebudayaan, pengalihan norma dan nilai budaya hanya dapat dilakukan melalui kebudayaan yang menghasilkan suatu pewarisan nilai, perluasan, pemahaman atas nilai oleh para anggota kebudayaan.12

E.1.2 Hubungan Interpersonal

Secara kodrati, manusia hidup sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Sebagai makhluk individu, artinya bahwa setiap manusia pada hakikatnya mempunyai keunikan yang membedakan dengan orang lain. Setiap orang memiliki kedudukan dan peran yang berbeda. Sebagai makhluk sosial, sejak dilahirkan manusia tidak bisa hidup sendirian, dan merupakan bagian dari sistem sosial di masyarakat, yang saling berinteraksi sebagai sesama anggota masyarakat. Dan menjalin hubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling membutuhkan.

      

12

Alo Liliweri. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), p. 6-8

12   


(28)

Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah hubungan dengan yang lain, sehingga akan terjalin sebuah ikatan perasaan yang bersifat timbale balik dalam sebuah pola hubungan yang dinamakan pola hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.13

Pola-pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan terhadap komunikasi interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan yang terjadi diantara mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Akan tetapi, bagaimana komunikasi itu dilakukan. Bila berkembang sikap curiga antar masing-masing individu, makin sering mereka melakukan komunikasi, makin jauh pula jarak yang terjadi pada mereka. 14

E.2. Interaksionisme Simbiolis

E.2.1 Definisi Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolis didenifisikan sebagai “cara kita menginterprestasikan dan memberi makna pada lingkungan di sekitar kita melalui cara kita berinteraksi dengan orang lain”. Teori ini       

13

Suranto Aw. op.cit., p. 27

14

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2012), p. 127

13   


(29)

berfokus pada cara orang berinteraksi melalui symbol yang berupa gerak tubuh, peraturan, dan peran.

Perspektif simbolis interaksionisme mendasarkan pandangannya pada asumsi bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang komplek untuk memberi makna terhadap dunia. Karenanya makna muncul melalui interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pertama yang mempengaruhi pembentukan makna adalah keluarga. Keluarga adalah kelompok sosial terkecil individu mengembangkan konsep diri identitas melalui interksi sosial tersebut.

Berdasarkan premis tersebut, maka cara terbaik untuk memahami seseorang adalah dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya, yakni dimana ia tinggal dan dengan siapa ia berinteraksi.

Asumsi pokok interaksionisme simbolis :

a) Individu dilahirkan tanpa punya konsep diri. Konsep diri di bentuk dan berkembang melalui komunikasi dan interaksi sosial.

b) Konsep diri terbentuk ketika seseorang bereaksi terhadap orang lain dan melalui persepsi atas perilaku tersebut.

c) Konsep diri, setelah mengalami perubahan, menjadi motif dasar dari tingkah laku.

d) Manusia adalah makhluk yang unik karena kemampuan menggunakan dan mengembangkan symbol untuk keperluan hidupnya. Binatang menggunakan symbol dalam taraf terbatas,

14   


(30)

sedangkan manusia selain menggunakan symbol, juga menciptakan dan mengembangkan symbol.

e) Manusia berinteraksi terhadap segala sesuatu tergantung bagaimana ia mendefinisikan sesuatu tersebut. Misalnya, bila kita sudah memandang si A sebagai pembohong, maka kita tidak akan percaya apa yang dikatakan si A walupun benar.

f) Makna merupakan kesepakatan bersama di lingkungan sosial sebagai hasil interaksi. Sebagai contoh, suatu produk media tersebut didistribusikan dan dikonsumsi. Maka dengan demikian, bisa jadi suatu produk media dianggap porno di suatu kelompok masyarakat dan tidak porno bagi kelompok masyarakat lain.15

Barbara Ballis Lal meringkaskan dasar-dasar pemikiran interksionisme simbolis :

a) Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka.

b) Kehidupan sosial terdiri dari proses-proses interaksi daripada susunan, sehingga terus berubah.

c) Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama

      

15

Muhammad Mufid. Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta : Kencana, 2009), p.149-151

15   


(31)

mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial.

d) Dunia terbentuk dari objek-objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditemukan secara sosial.

e) Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkandan diartikan.

f) Diri seseorang merupakan objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial, dikenalkan melalui interaksi social dengan orang lain.

George Herbert mead dianggap sebagai pendiri gerakan inetraksionisme simbolik. Tiga konsep utama teori Mead yaitu Pikiran, diri dan Masyarakat .

1. Masyarakat (society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif anggota-anggotanya. Kerjasama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang kita lakukan selanjutnya. Jadi, kerjasama terdiri dari “membaca” tindakan dan maksud orang lain serta menanggapinya dengan cara yang tepat.

Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. pemaknaan kita merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain. Mead juga menyebutkan gerak tubuh sebagai simbol yang signifikan. Disini, kata

16   


(32)

gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Masyarakat ada karena ada simbol-simbol yang signifikan. Secara harfiah kita dapat mendengar diri kita sendiri dan meresponnya seperti yang orang lain lakukan pada kita karena adanya kemampuan menyuarakan simbol.

Kegiatan saling memengaruhi antara merespon orang lain dan diri sendiri ini adalah sebuah konsep penting teori mead dan hal ini memberikan peralihan yang baik ke konsep keduanya

2. Diri. Memiliki diri karena dapat merespons diri sendiri sebagai objek. Kadang-kadang bereaksi dengan baik pada diri sendiri serta merasakan kebanggaan, kebahagiaan dan keberanian. Namun, terkadang merasa jijik pada diri sendiri. Cara utama dalam melihat diri sendiri adalah melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain dan inilah yang kemudian menjadikan memiliki konsep diri. Istilah lain dari konsep diri adalah refleksi umum orang lain (generalized other), semacam gabungan yang memandang diri sendiri. Refleksi umum orang lain merupakan keseluruhan persepsi diri dari orang lain melihat kita.

Diri memiliki dua sisi segi, masing-masing menjalankan fungsi yang penting. I adalah bagian diri yang menurut kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat di tebak. Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur dan tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap tindakan dimulai dengan sebuah dorongan

17   


(33)

dari I dan selanjutnya dikendalikan oleh Me. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan me memeberikan arah dan petunjuk. Mead menggunakan konsep me untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima secara sosial serta adptif dan konsep I untuk menjelaskan gerak hati yang kreatif dan tidak dapat ditebak.

Kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk merespons pada diri sendiri menjadikan berpikir adalah sesuatu yang mungkin.

3. Pikiran, Berpikir adalah konsep ketiga Mead atau disebut pikiran. Pikiran bukanlah sebuah benda, tetapi merupakan sebuah proses. Hal ini tidak lebih sekedar berinteraksi dengan diri sendiri. Kemampuan ini, berkembang sejalan dengan diri, sangat penting bagi kehidupan manusia karena merupakan bagian dari setiap tindakan manusia. Berpikir melibatkan keraguan (menunda tindakan yang jelas) ketika diri menafsirkan situasi. Disini, kita berpikir melalui situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya. Kita membayangkan beragam hasil dan memilih serta menguji alternative-alternatif yang mungkin ada.

Manusia menggunakan simbol-simbol yang berbeda untuk menamai objek. Kita selalu mengartikan sesuatu berhubungan dengan bagaimana kita bertindak dengan hal tersebut. Objek menjadi objek melalui proses pemikiran simbolis kita, ketika kita membayangkan tindakan yang baru atau yang berbeda terhadap sebuah objek, objek itu

18   


(34)

sendiri berubah karena kita melihatnya melalui sudut pandang yang berbeda. 16

E.2.2 Istilah Pokok Teori Interaksionisme Simbolik

1) Identities (identitas), yakni pemaknaan diri dalam suatu

pengambilan peran. Bagaimana kita memaknai diri kita itulah proses pembentukan identitas, yang kemudian disinergikan dengan lingkungan sosial.

2) Language (Bahasa), yakni suatu sistem simbol yang digunakan

bersama di antara anggota kelompok sosial. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dan representasi.

Karenanya bahasa memiliki empat komponen, yakni subyek, objek, symbol, dan referen yang berkorelas sebagai berikut :

Simbol

Referen

Subyek Objek

Simbol adalah rangkaian bunyi yang menunjuk sesuatu. Subjek adalah pengguna dari simbol. Objek adalah sesuatu yang di tunjuk       

16

Stephen W Littlejohn.. dan Kren A. Foss. Teori Komunikasi (Ed.9, Jakarta : Salemba Humanika), p.231-235.

19   


(35)

oleh symbol. Referen adalah penghubung dari symbol, subjek, dan objek.

3) looking glass self (cara melihat diri), yakni gambaran mental

sebagai hasil dari mengambil peran orang lain. Misalnya kita berbicara dengan atasan atau orang tua kita, maka kita juga harus bisa memosisikan diri kita pada posisi atasan atau orang tua kita tersebut. Sehingga, dengan demikian kita memperoleh gambaran tentang apa yang orang lain nilai tentang diri kita.

4) Meaning (makna), yakni tujuan dan atribut bagi sesuatu. Meaning

ditentukan oleh bagaimana kita merespon dan menggunakannya. 5) Mind (pikiran), yakni proses mental yang terdiri dari self, interaksi,

dan refleksi, berdasarkan simbol sosial yang didapat.

6) Role taking (bermain peran), yakni kemampuan untuk melihat diri

seseorang sebagai objek, sehingga diperoleh gambaran bagaimana dia melihat orang lain tersebut. Ketika kita bermain peran dengan memerankan lawan bicara misalnya, maka kita akan memperoleh gambaran seperti apa yang diharapkan oleh lawan bicara kita tersebut.

7) Self-concept (konsep diri), yakni gambaran yang kita punya tentang siapa dan bagaimana diri kita yang dibentuk sejak kecil melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri bukanlah sesuatu yang tetap. Misalnya jika seorang anak dicap sebagai orang yang bodoh oleh gurunya, maka begitulah konsep dirinya berkembang,

20   


(36)

kemudian apabila di kemudian hari guru dan teman-temannya mengatakan bahwa ia orang yang pintar, maka konsep dirinya pun akan berubah.

8) Self-fulfilling prophecy (harapan untuk pemenuhan diri), yakni

tendensi bagi ekspektasi untuk memunculkan respon bagi orang lain yang diantisipasi oleh kita, masing-masing dari kita member pengaruh bagi orang lain dalam hal bagaimana mereka melihat diri mereka.17

F. Definisi Konseptual

F.1 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal ataupun non verbal.18

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.19

Dari pemahaman atas prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam berbagai pengertian tersebut, dapatlah dikemukakan pengertian sederhana, bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi       

17

Muhammad Mufid. op.cit., p. 158-160

18

Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi suatu pengantar (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 2001), p.73

19

Suranto Aw. op.cit., p. 4

21   


(37)

antar pribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.20

Maka komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung dengan mendapatkan langsung feedback.

F.2 Orang Arab Jama’ah

Orang Arab Jama’ah merupakan orang arab yang mempunyai silsilah keturunan dengan Nabi Muhammad SAW dari cucunya Hasan dan Husein, yang berasal dari Hadhramaut Yaman. Orang arab jamaah mempunyai tingkatan-tingkatan silsilah atau golongan. Golongan orang arab ini aslinya dengan nama Ba’alwi atau Ba’alawi atau golongan Alawiyin (silsilah keturunan dari Nabi SAW), Biasanya juga orang Jama’ah dari Ba’alwi di Indonesia dipanggil sebagai Habib, Syarif buat lelaki dan Syarifah buat perempuan, serta Sayid dan Sayyidah.

      

20

Ibid., p. 5

22   


(38)

G. Metode Penelitian G.1 Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan menggali atau membangun suatu prosisi atau menjelaskan makna dibalik realita. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. (Nasution, 1988: 5).21 Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.22

Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah mengenai interaksi orang Arab dengan orang pribumi yang di dasarkan atas pola komunikasi interpersonalnya. Sehingga dengan menggunakan deskriptif kualitaf maka akan lebih jelas memaparkan seperti apa bagaiamana komunikasi interpersonal orang arab “Jamaah” tersebut.

G.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini difokuskan pada interaksi komunikasi interpersonal orang Arab Jamaah ketika berada dalam pesantren.

      

21

 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2008), p. 181. 

22

Ibid., p. 1

23   


(39)

G.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada 11 Juni 2012 sampai 6 Juli 2012. Selanjutnya lokasi penelitian dilakukan di Pesantren Dalullughah Wadda’wah Raci kecamatan Bangil kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dikarenakan selain lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti, namun juga dari tempat tersebut peneliti menemukan sebuah fenomena yang akan diteliti, serta keturunan orang Arab Jamaah banyak yang nyantri di pesantren tersebut.

G.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian/informan dalam metode ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sehingga informan dalam penelitian ini merupakan orang yang sesuai dengan kriterian yang akan diteliti, berikut kriterianya :

1. Orang Arab yang termasuk golongan Jamaah yang mengerti silsilah keturunannya (dari marga apa)

2. Orang Arab Jamaah yang sedang belajar atau menjadi santri di Pesantren Darullughah wadda’wah

Namun di dalam penelitian ini informan yang di fokuskan tidak terlalu mengkotak-kotakkan dari daerah mana informan berasal, seperti Jamaah dari suku Kalimantan atau Jamaah dari daerah Malang, namun sampel yang di ambil langsung dari Santri keturunan Jamaah tanpa dilatar

24   


(40)

belakangi oleh daerah atau budaya asal mereka di Indonesia, walau di Pesantren tersebut multikultur.

G.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pra Survey

Pra survey dilakukan dalam rangka pengumpulan data untuk mencari tahu silsilah orang Arab jamaah supaya tidak ada bias atau kesalahan dalam memaparkan orang arab Jamaah tersebut. Dan bisa di jadikan sebagai data yang valid. Pra survey dilakukan pada tanggal 24 Maret 2012.

b. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisika wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.23

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara ini merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permaslahan

      

23

Ibid., p. 72

25   


(41)

yang ditanyakan.24 Sehingga dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur akan mempermudah peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan serta mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pola komunikasi interpersonal di antara subyek yang di teliti.

c. Dokumentasi

       

Teknik yang terakhir adalah dokumentasi, dimana dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.25 Teknik ini juga sebagai kelengkapan dan kevalidan data sebagai pendukung data-data yang telah diperoleh dari teknik lainnya yang digunakan.

Peneliti melakukan pengumpulan data yang berbentuk tulisan, berupa gambaran biografi data dari instansi yang terkait, data-data yang sesuai dengan topik penelitian serta diperlukan untuk identitas diri individu yang menjadi obyek penelitian. Data yang berbentuk gambar berupa foto-foto subyek saat mereka berinteraksi serta lokasi penelitian.

G.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari berbagai sumber, sehingga peneliti perlu untuk melakukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

 

24

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta : LKis, 2008), p. 72-74.

25

Sugiyono, op.cit., p. 82

26   


(42)

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26

Penelitian ini menggunakan analisis data mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles and Huberman (1984). Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interkatif dalam analisi data ditunjukkan pada gambar berikut :

Data Collection

Data Display

Conclusions : drawing/verifying Data

Reduction

Bagan 2 : Komponen dalam analisis data (interactive model)27

a. Data Collection (Pengumpulan Data) adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengumpulkan objek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

      

26

Ibid., p. 89

27

  Ibid., p. 91 

27   


(43)

b. Data Reduction (Reduksi Data) adalah berkaitan dengan proses pemilihan atau penyederhanaan, menstransformasikan data awal yng muncul dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian dilakukan pengumpulan data. Peneliti mengedit data dengan cara memilih data bagian mana yang dikode, data mana yang dipakai, data mana yang diringkas, data mana yang dimasukkan dalam suatu kategori dan lain sebagainya.

c. Data Display (Penyajian Data) adalah sekumpulan data yang

diorganisasikan sehingga dapat member deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Conclusions (Penarikan Kesimpulan) merupakan bagian yang sangat

penting dari kegiatan penelitian, kesimpulan tentang diversifikasi sampai terjadi kejenuhan data. Proses penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna, dari data yang ada sehingga dapat ditemukan tema, model hubungan atau proposisi.28

G.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan       

28

 Abdullah Masmuh,2009. Model Bauran Komunikasi Antar Pribadi antara etnis China dan

Jawa. Laporan Penelitian Dasar Keilmuan UnMuh, Malang. p. 30. 

28   


(44)

29   

       

berbagai cara, dan berbagai waktu.29 triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara triangulasi teknik dan sumber

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah orang arab Jamaah dan santri Akhwal.

 

29


(1)

G.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada 11 Juni 2012 sampai 6 Juli 2012. Selanjutnya lokasi penelitian dilakukan di Pesantren Dalullughah Wadda’wah Raci kecamatan Bangil kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dikarenakan selain lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti, namun juga dari tempat tersebut peneliti menemukan sebuah fenomena yang akan diteliti, serta keturunan orang Arab Jamaah banyak yang nyantri di pesantren tersebut.

G.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian/informan dalam metode ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sehingga informan dalam penelitian ini merupakan orang yang sesuai dengan kriterian yang akan diteliti, berikut kriterianya :

1. Orang Arab yang termasuk golongan Jamaah yang mengerti silsilah

keturunannya (dari marga apa)

2. Orang Arab Jamaah yang sedang belajar atau menjadi santri di

Pesantren Darullughah wadda’wah

Namun di dalam penelitian ini informan yang di fokuskan tidak terlalu mengkotak-kotakkan dari daerah mana informan berasal, seperti Jamaah dari suku Kalimantan atau Jamaah dari daerah Malang, namun sampel yang di ambil langsung dari Santri keturunan Jamaah tanpa dilatar


(2)

belakangi oleh daerah atau budaya asal mereka di Indonesia, walau di Pesantren tersebut multikultur.

G.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pra Survey

Pra survey dilakukan dalam rangka pengumpulan data untuk mencari tahu silsilah orang Arab jamaah supaya tidak ada bias atau kesalahan dalam memaparkan orang arab Jamaah tersebut. Dan bisa di jadikan sebagai data yang valid. Pra survey dilakukan pada tanggal 24 Maret 2012.

b. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisika wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.23

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara ini merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permaslahan

       23


(3)

yang ditanyakan.24 Sehingga dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur akan mempermudah peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan serta mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pola komunikasi interpersonal di antara subyek yang di teliti.

c. Dokumentasi

       

Teknik yang terakhir adalah dokumentasi, dimana dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.25 Teknik ini juga sebagai kelengkapan dan kevalidan data

sebagai pendukung data-data yang telah diperoleh dari teknik lainnya yang digunakan.

Peneliti melakukan pengumpulan data yang berbentuk tulisan, berupa gambaran biografi data dari instansi yang terkait, data-data yang sesuai dengan topik penelitian serta diperlukan untuk identitas diri individu yang menjadi obyek penelitian. Data yang berbentuk gambar berupa foto-foto subyek saat mereka berinteraksi serta lokasi penelitian.

G.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari berbagai sumber, sehingga peneliti perlu untuk melakukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

  24

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta : LKis, 2008), p. 72-74.

25


(4)

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26

Penelitian ini menggunakan analisis data mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles and Huberman (1984). Aktifitas dalam analisis data,

yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Model interkatif dalam analisi data ditunjukkan pada gambar berikut :

Data Collection

Data Display

Conclusions : drawing/verifying Data

Reduction

Bagan 2 : Komponen dalam analisis data (interactive model)27

a. Data Collection (Pengumpulan Data) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan objek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

       26

Ibid., p. 89

27


(5)

b. Data Reduction (Reduksi Data) adalah berkaitan dengan proses pemilihan atau penyederhanaan, menstransformasikan data awal yng muncul dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian dilakukan pengumpulan data. Peneliti mengedit data dengan cara memilih data bagian mana yang dikode, data mana yang dipakai, data mana yang diringkas, data mana yang dimasukkan dalam suatu kategori dan lain sebagainya.

c. Data Display (Penyajian Data) adalah sekumpulan data yang diorganisasikan sehingga dapat member deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Conclusions (Penarikan Kesimpulan) merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan penelitian, kesimpulan tentang diversifikasi sampai terjadi kejenuhan data. Proses penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna, dari data yang ada

sehingga dapat ditemukan tema, model hubungan atau proposisi.28

G.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan       

28

 Abdullah Masmuh,2009. Model Bauran Komunikasi Antar Pribadi antara etnis China dan Jawa. Laporan Penelitian Dasar Keilmuan UnMuh, Malang. p. 30. 


(6)

       

berbagai cara, dan berbagai waktu.29 triangulasi yang dilakukan dalam

penelitian ini dengan cara triangulasi teknik dan sumber

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah orang arab Jamaah dan santri Akhwal.

  29