Pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal santri di Pondok Pesantren modern Islam Assaaam, Surakarta Solo

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI

PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM

ASSALAAM, SURAKARTA SOLO

Pengajuan Skripsi

Disusun Oleh :

Hermadi Fajar Arifin

106070002246

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM

ASSALAAM, SURAKARTA SOLO SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

HERMADI FAJAR ARIFIN NIM: 106070002246

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Pembimbing II

Natris Indriyani, M.Si NIP: 150 411 200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Desember 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 12 Desember 2012

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan Bidang Akademik/ Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001

Anggota,

Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si

NIP. 19620724 198903 2 001

Mulia Sari Dewi, M.Psi Natris Indriyani, M.S NIP.197805022008012026 NIP: 150 411 200


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : HERMADI FAJAR ARIFIN

NIM : 106070002246

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN

DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 12 Desember 2011

Yang menyatakan

HERMADI FAJAR ARIFIN NIM : 106070002246


(5)

v

MOTTO

Motto:

Berlomba-lombalah kam

u

dalam berb

u

a

t

kebaikan

(Al-Baqoroh 148)

“Barang siapa menuntut ilmu maka Allah akan

permudahkan jalannya menuju syurga (HR Bukhori)”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini k

Skripsi ini k

Skripsi ini k

Skripsi ini ku persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang kusayangi,

sayangi,

sayangi,

sayangi,

terutama untuk

terutama untuk

terutama untuk

terutama untuk Bapakk

Bapakk

Bapakk

Bapakku H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin, , , , Ibuk

Ibuk

Ibuk

Ibuku

u

u

u Hj.

Hj.

Hj.

Hj. Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin,,,,

dan

dan

dan

dan Kakak

Kakak

Kakak

Kakak----kakakk

kakakk

kakakk

kakakku Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah yang tak henti

yang tak henti

yang tak henti

yang tak

henti----hentinya

hentinya

hentinya

hentinya selalu memberikan

selalu memberikan

selalu memberikan

selalu memberikan doa,

doa,

doa,

doa, dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga, , , ,

dan nasihat

dan nasihat


(7)

vii ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) 12 Desember 2011

C) Hermadi Fajar Arifin

D) Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta Solo.

E) 123 halaman+ lampiran

F) Komunikasi interpersonal pada era modern ini sangat penting untuk diteliti karena berkaitan pada interaksi sosial individu pada lingkungan. Komunikasi personal individu harus lebih dilatih dan diperbaiki. Dalam mengadakan komunikasi harus lebih nyata dan aktif. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila penerima pesan berespon atau memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diharapkan dari pemberi pesan. Remaja harus dapat mengemukakan gagasan, ide, pikiran, sikap yang dimilikinya terhadap orang lain agar dirinya tetap eksis dan diterima dalam lingkungan sosialnya.

Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya. Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara aspek-aspek komunikasi interpersonal terhadap kepercayaan diri remaja di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Solo. Populasi dari penelitiaan ini adalah siswa-siswi atau santriwan dan santriwati kelas 2 dan 3 Aliyah dan SMA di Pondok Pesantren Moder Islam Assalaam surakarta solo yang berjumlah 375 orang. Dari populasi tersebut sebanyak 100 orang terpilih sebagai sampel penelitian yang terdiri dari 50 santriwan dan 50 santriwati. Penelitian ini menggunakan teknik analisis multipel regresi. Penelitian ini menganalisis kepercayaan diri sampel didasari dari teori Lidenfield (1997) dan komunikasi interpersonal didasari dari teori Devito (1995), kedua konstrak psikologi ini diukur menggunakan skala Likert. Kedua konstrak ini menggnakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan teknik analisis multiple regresi/regresi berganda.

Hasil dari peneitian ini adalah secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern islam Assalaam, secara minor hasil penelitian ini menyebutkan bahwa variabel kepercayaan diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komunikasi interpersonal dan semua aspek-aspek komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif


(8)

viii

dan kesamaan) semua mendapatkan hasil yang signifikan. Dalam penelitian ini diujikan juga variabel sosiodemografis jenis kelamin dimana hasil dari perhitungan adalah variabel variabel jenis kelamin hanya variabel empati dan keterbukaan saja yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan yang lain (keterbukaan, dukungan dan sikap positif) tidak.

Saran Secara teoritis dari penelitian ini diharapkan agar dalam penelitian selanjutnya dapat menggali lagi variable-variabel lain yang turut berhubungan dengan komunikasi interpersonal seperti daya ekspresi, manajemen interaksi dan orientasi kepada orang lain, maupun penelitian yang lebih mendalam seperti meneliti kualitas kepercayaan diri


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhi rabbil 'alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kemudahan kepada peneliti maka skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO.” Shalawat serta salam tak lupa pula dipanjatkan kepada Nabi Rasulullah Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu sebagai berikut :

1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Pembantu Dekan Bidang Akademik terima kasih telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan, Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan terima kasih telah memberikan bimbingan selama pembuatan skripsi ini, dan Bambang Suryadi, Ph. D, Pembantu Dekan Bidang Keuangan.

3. Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Natris Indriyani, M.Si yang telah menjadi pembimbing yang baik dalam penyelesaian skripsi, memberikan arahan, kesabaran dalam menjawab berbagai pertanyaan, dan waktu yang diberikan dalam proses pembuatan skripsi. Terima kasih atas kesediaan membaca skripsi dan memberikan umpan balik yang bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi peneliti.

4. Ucapan terima kasih peneliti berikan kepada penguji I, Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi dan penguji II sekaligus sebagai pembimbing I Ibu Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menguji, memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun bagi peneliti dalam menyempurnakan skripsi ini.


(10)

x

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu bagi peneliti. Serta terimakasih kepada para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum serta seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi atas bantuannya.

6. Bapak, ibu dan kakak-ku tercinta, terima kasih atas doa yang tiada henti, selalu memberikan dukungan, semangat, waktu, tenaga, dan nasihat agar selalu tegar dan sabar dalam menjalani hidup. Terima kasih juga untuk mas Arifin Nugroho, kak Nuri Izzah dan Syifa fauziah yang selalu memberikan semangat, doa dan nasehat agar bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat tercinta, Adiyo, Dwi, Iswahyudi, Lukman, sky, Rajib, dan Denil terima kasih karena telah menjadi sahabat seperjuangan dalam menjalankan

kehidupan-kehidupan selama diperkuliahan kalian sahabat-sahabat inspirasiku. Untuk Adiyo terima kasih atas informasinya, bantuan dan suport sehingga aku dapat

menyelesaikan skirpsi ini dengan sangat mudah. Untuk Adam, Ikbal, Obi, Ade, Dimas, Eja dan Haikal terima kasih atas segala kebaikan, kesabaran, kebersamaan, dan ketulusan kalian selama ini, menjadi tempat untuk berbagi, baik suka maupun duka, kenangan bersama kalian tak akan terlupakan, dan mohon maaf kalo ada salah ya.

8. Untuk seluruh teman-teman angkatan 2006, khususnya kelas C, terimakasih sudah memberikan kebahagiaan bersama dan memberikan kesan yang indah selama perkuliahan.

9. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, 12 Desember 2011 Peneliti


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PENGESAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pembatasan Masalah ... 8

1.3. Perumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

1.6. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Definisi Komunikasi ... 15


(12)

2.1.1. Karakteristik Komunikasi... 19

2.1.2. Fungsi Komunikasi ... 19

2.1.3 Konteks Komunikasi ... 20

2.2. Definisi Komunikasi Interpersonal... 21

2.2.1. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 22

2.2.2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal... 23

2.2.3. Hambatan Komunikasi Interpersonal... 26

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 27

2.2.3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal... 29

2.3. Percaya Diri ... 31

2.3.1. Devinisi Percaya Diri ... 32

2.3.2. Teori Percaya Diri ... 33

2.3.3. Ciri-Ciri Percaya Diri ... 41

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 44

2.4. Remaja ... 46

2.4.1. Devinisi dan Ciri-Ciri Umum Masa Remaja ... 46

2.5. Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam ... 51

2.5.1. Sejarah Berdiri Pondok... 51

2.5.2. Visi, Misi dan Tujuan ... 53

2.5.3. Sistem Pendidikan ... 55

2.5.4. Kegiatan Harian Santri ... 57


(13)

2.6. Keterkaitan Antara Kepercayaan Diri dengan

Komunikasi Interpersonal ... 60

2.7. Hipotesis ... 62

BAB III METODE PENELITIAN ... 65

3.1. Pendekatan dan Metode Peneitian ... 65

3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 65

3.1.2. Metode Penelitian ... 66

3.2. Variabel Penelitian, Definisi konseptual dan definisi Operasional ... 66

3.2.1. Variabel Penelitian ... 66

3.2.2. Definisi konseptual Variabel... 67

3.2.3. Definisi operasional Variabel... 68

3.3. Populasi dan Sampel ... 69

3.3.1. Populasi ... 69

3.3.2. Sampel ... 69

3.3.3. Teknik pengambilan sampel dan Karakteristik sampel... 70

3.4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 70

3.4.1. Metode Pengumpulan Data………. 70

3.4.2. Alat Ukur Yang Digunakan.……… 71

3.4.3. Instrumen Pengumpulan Data ……… 72


(14)

3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 83

3.6. Prosedur Penelitian ... 85

BAB IV ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Responden ... 87

4.2. Analisis Deskriptif... 89

4.2.1. Kategori Skor Kepercayaan Diri... 90

4.2.2. Kategori Skor Komunikasi Interpersonal ... 91

4.3. Uji Hipotesis Penelitian ... 92

4.4. Uji Regresi ... 92

4.5 Pengujian Proposi Varian untuk masing – masing Independent Variabel... 113

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Diskusi ... 123

5.3 Saran ... 130

5.1.1.Saran teoriti ... 131

5.1.2.Saran praktis ... 132

DAFTAR PUSTAKA ...


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Bagi Skala Komunikasi Interpersonal dan

Kepercayaan Diri ... 72

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri... 74

Tabel 3.3 Blue Print Hasil Try Out Skala Kepercayaan Diri ... 75

Tabel 3.4 Blue Print Field Tes Skala Kepercayaan Diri ... 77

Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal... 79

Tabel 3.6 Blue Print Hasil Try Out Skala Komunikasi Interpersonal ... 80

Tabel 3.7 Blue Print Field Tes Skala Komunikasi Interpersonal ... 82

Tabel 4.1 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 87

Tabel 4.2 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Skala Kepercayaan Diri dan Komunikasi Interpersonal ... 89

Tabel 4.4 Distribusi Skor Kepercayaan Diri ... 90

Tabel 4.5 Distribusi Skor Komunikasi Interpersonal... 91

Tabel 4.6 Tabel Anova Komunikasi Interpersonal ... 92

Tabel 4.7 R Square Model Sumary Komunikasi Interpersonal ... 93

Tabel 4.8 Koefisien regresi Komunikasi Interpersonal ... 94

Tabel 4.9 Tabel Anova Keterbukaan ... 95

Tabel 4.10 R Square Model Sumary Keterbukaan ... 96

Tabel 4.11 Koefisien regresi Keterbukaan ... 97

Tabel 4.12 Tabel Anova Empati ... 99


(16)

Tabel 4.14 Koefisien regresi Empati... 101

Tabel 4.15 Tabel Anova Dukungan ... 103

Tabel 4.16 R Square Model Sumary Dukungan ... 104

Tabel 4.17 Koefisien regresi Dukungan... 105

Tabel 4.18 Tabel Anova Sikap Positif ... 106

Tabel 4.19 R Square Model Sumary Sikap Positif ... 107

Tabel 4.20 Koefisien regresi Sikap Positif ... 108

Tabel 4.21 Tabel Anova Kesamaan ... 110

Tabel 4.22 R Square Model Sumary Kesamaan ... 111

Tabel 4.23 Koefisien regresi Kesamaan... 112

Tabel 4.24 Perhitungan Proporsi Varians Keterbukaan ... 114

Tabel 4.25 Perhitungan Proporsi Varians Empati ... 115

Tabel 4.26 Perhitungan Proporsi Varians Dukungan... 117

Tabel 4.27 Perhitungan Proporsi Varians Sikap Positif... 118

Tabel 4.28 Perhitungan Proporsi Varians Kesamaan... 119

Tabel 5.1 Koefisien Regresi ... 121

Tabel 5.2 Group Statistik Kesamaan ... 126


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya.

Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri), dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami dirinya sediri (Iswidharmanjaya dan Agun, 2004).

Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri. Thursan (2002:6) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan individu


(18)

2 terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki dan dengan keyakinan tersebut membuat individu yang bersangkutan mampu dan bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi tersebut individu akan melihat keadaan dirinya, kemudian bagaimana individu lain melihat dirinya, dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bangga atau kecewa dengan keadaan diri sendiri. Menurut Walgito (1998:68) untuk membantu individu yang kurang percaya diri dapat dilakukan dengan kebiasaan untuk menanamkan sikap percaya diri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suasana atau kondisi demokratis, yaitu individu dilatih berpikir mandiri dan diberi suasana yang aman, sehingga individu tidak takut berbuat kesalahan. Dengan adanya suasana demokratis, individu akan dapat melakukan evaluasi diri dan belajar dari pengalaman. Selanjutnya dinyatakan oleh Coleman (1998:68) bahwa melalui evaluasi diri, remaja dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang menjadi kepercayaan diri.

Goyahnya percaya diri umumnya bersumber pada anggapan tertentu tentang dirinya yang menyebabkan kurangnya keberanian untuk bertindak maupun kurangnya panghargaan terhadap kehebatan-kehebatan diri. Kepercayaan diri dikaitkan dengan kemampuan atau keberanian individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang bukan hanya membawa resiko fisik tetapi juga resiko-resiko psikologis. Individu


(19)

3 dapat dikatakan tidak memiliki rasa percaya diri jika individu tersebut tidak berani untuk berbicara atau tampil di depan umum, malu mengungkapkan ide-idenya dalam suatu rapat, yang semua ini menurut para remaja yang tidak memiliki kepercayaan diri cukup mengundang resiko dan tidak berani untuk mengambil resiko-resiko tersebut.

Individu yang gagal meraih kesuksesan dalam hidup hanya karena individu tersebut salah dalam memandang diri sendiri dan kegagalan dalam komunikasi antar pribadi. Ada individu lain dapat sukses dengan masalah yang sama atau bahkan lebih rumit. Kesuksesan yang diraih oleh individu yang berprestasi sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh penghargaan terhadap diri sendiri. Kenyataannya tidak semua individu memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Penilaian atau dimensi evaluative yang menyeluruh dari diri inilah yang disebut sebagai rasa percaya diri oleh Santrock (2003:336)

Jalaluddin Rahmat (2001:104) mengatakan bahwa “bila orang merasa rendah

diri, maka akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasan kepada orang-orang yang dihormatinya dan tidak mampu berbicara di depan umum, atau ragu-ragu menuliskan pemikirannya dalam media massa. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, dalam diskusi akan lebih banyak diam, dalam berpidato akan berbicara terpatah-patah. (Jalaluddin Rahmat, 2001:109) Jika ditelaah lebih lanjut, orang mengalami kecemasan komunikasi akan sangat terganggu


(20)

4 dan peka dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perasaan terancam bahwa dirinya akan dinilai atau ditanggapi dengan negative, membuat komunikasinya menjadi terhambat.

Individu adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Individu membutuhkan kehadiran individu lain untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu individu dikenal sebagai makhluk social. Berawal dari dalam kandungan kemudian lahir hingga menuju tahap akhir kehidupan, individu membutuhkan individu lain untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa komunikasi individu tidak dapat mengadakan hubungan sosialisasinya dengan individu lainnya. Sebagian besar komunikasi antar manusia dilakukan melalui komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.

Komunikasi interpersonal yang baik akan menunjang di dalam proses perkembangan sosialisasi. Komunikasi merupakan proses yang penting dalam fenomena social. Sebagai contoh dalam kehidupan sekolah. Setiap anak yang telah lulus dari pendidikan dan melanjut kejenjang pendidikan yang lebih tinggi harus dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan barunya baik terhadap teman, guru-guru maupun lingkungan sekolah barunya. Interaksi social yang lebih luas dapat dicapai apabila seorang remaja dapat melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dapat dikatakan dengan baik dan lancar apabila pesan yang disampaikan antar individu dapat dimengerti sesuai dengan isi pesan yang diberikan serta mendapat umpan balik langsung dari individu yang menerima.


(21)

5 Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Menurut hasil penelitian mengatakan bahwa 75% dari seluruh waktu seseorang digunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itulah komunikasi interpersonal tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jika seseorang menutup dirinya dalam melakukan komunikasi maka komunikasi interpersonal yang dilakukannya akan mengalami hambatan. Manusia dapat berkomunikasi secara bermakna jika bisa saling mengenal diri sendiri, dan itu dapat terjadi jika komunikan dan komuikator dalam melakukan komunikasi interpersonal saling membuka diri.

Tapi fenomena yang ada sekarang tentang munculnya media cetak dan siar menggiatkan kegiatan jurnalistik. Orang-orang justru tidak perlu lagi mendatangi suatu sumber untuk memperoleh informasi, tapi informasi akan datang sendiri lewat jurnalis yang bekerja di media massa. Hal ini pun akhirnya berpengaruh dalam fenomena komunikasi. Awalnya, manusia lebih banyak melakukan komunikasi antar personal (tatap muka). Namun seiring dengan lajunya perkembangan, media elektronik dan masa menjadi lebih popular jika dibandingkan dengan komunikasi tatap muka, misalnya pada saat seorang komunikator harus menyampaikan pesan kepada orang banyak maka kegiatan tatap muka saja tidak cukup. Dalam hal ini, manusia akhirnya membutuhkan media.

Ada juga fenomena tentang anak-anak atau remaja yang suka dengan permainan game (playstation) sering menjadi masalah bagi seorang anak dalam pergaulannya. Mereka yang sering bermain game atau playstation kurang dapat


(22)

6 bergaul atau berinteraksi dengan teman-temannya, hal ini yang sering dikeluhkan oleh orang tua terutama ibu dalam mendidik anaknya. Dikarenakan keseringan dalam bermain game playstation, seorang anak dapat menghabiskan waktunya hanya untuk bermain dengan game tersebut tetapi lupa dalam bermain dengan teman-temannya atau bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya, karena hal ini maka komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik.

Dipondok pesantren sendiri, kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam komunikasi interpersonal. Dimana ketika para remaja masuk ke dala suasana pondok, berarti dia berada jauh dari keluarga dan saudara-saudaranya. Teman, guru dan ustadz pembimbinglah yang akan menjadi keluarga dan saudara-saudaranya ketika sedang berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Maka dari itu dia sendiri yang menentukan hidupnya ketika di dala pondok pesantren, dan ketika dia ingin berinteraksi dengan teman-temannya dibutuhkan kemahiran dalam berkomunikasi.

Menurut fenomena diatas, remaja juga sebenarnya sangat membutuhkan sebuah komunikasi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari, baik itu untuk bergaul atau berinteraksi dengan teman-temannya ataupun juga berfungsi memperoleh sebuah informasi yang ia butuhkan. Kesemuanya itu membutuhkan yang namanya komunikasi interpersonal. Tidak dipungkiri lagi bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah, masa remaja juga dapat dikatakan sebagai masa pubertas atau adolesen. Perkembangan di usia remaja menuju dewasa merupakan masa


(23)

7 perkembangan manusia yang paling menarik dibandingkan dengan masa perkembangan diusia balita maupun perkembangan manusia dewasa.

Masa remaja merupakan suatu periode yang unik karena merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja sebagai bagian dari masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan dirinya, mampu berpendapat, mempunyai harga diri yang tinggi, tidak mudah putus asa, mempunyai pandangan yang positif tentang dirinya. Anak harus dapat menyesuaikan dirinya dalam lingkungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebayanya serta berusaha bertingkah laku social yang bertanggung jawab agar dapat masuk ke dalam lingkungan yang baru secara menyenangkan. Secara fisik remaja dapat dikatakan telah dewasa, namun secara psikitis terutama perkembangan emosionalnya masih labil, apabila perubahan-perubahan fisik dan psikis dapat diterima dengan baik. Hal tersebut dapat memberikan penguatan positif terhadap dirinya dan juga dapat membentuk kepercayaan diri. Sebaliknya apabila perubahan itu tidak sesuai dengan keadaan yang diidealkan, remaja akan mengalami penolakan terhadap dirinya, sehingga akan menghambat hubungan social. Remaja jenis terkhir ini dikategorikan memiliki rasa percaya diri yang rendah atau negative.

Dari uraian di atas, dapat diasumsikan betapa pentingnya membentuk kepercayaan diri dan meningkatkan rasa percaya diri pada remaja sehingga dengan kepercayaan diri tersebut, remaja lebih mudah untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungan sosialnya.


(24)

8 Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi

Interpersonal Santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta Solo

1.1Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada hubungan percaya diri dengan hambatan komunikasi interpersonal pada remaja dengan definisi konseptual sebagai berikut:

1. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan dan kepuasan diri baik lahir maupun batin. Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri lahir memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita mampu akan diri kita (Lidenfield 1997). Kepercayaan diri adalah suatu perasaan yang dimiliki individu mengenai kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya tanpa memperbandingkan kemampuan dan kelebihan dirinya dengan kemampuan orang lain, yang diperoleh dari skor tanggapan responden terhadap instrument berdasarkan atas dua factor rasa percaya diri batin dan percaya diri lahir.


(25)

9 2. Komunikasi interpersonal dalam hal ini adalah adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek umpan balik langsung (Devito, 1995). Indicator yang digunakan untuk mengukur variable ini adalah skala komunikasi interpersonal Joseph Devito (1997:259), seperti: keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan atau kesamaan.

3. Remaja pada penelitian ini dibatasi pada remaja usia 16-18, berada pada masa pendidikan sekolah menengah atas (SMA) baik laki-laki dan perempuan yang berdomisili atau tinggal di pondok pesantren modern islam assalaam.

4. Jenis kelamin, menurut Matsumoto & Juang (2008) didefinisikan secara biologis berdasarkan perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Peneliti membatasi variabel ini pada jenis kelamin partisipan. Jenis Kelamin pada penelitian ini didapat dengan menanyakan kepada partisipan.

5. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Usia yang dimaksud di sini yaitu usia biologis yang dapat diukur berdasarkan kematangan


(26)

10 biologis seseorang (merujuk pada Kapardis, 2003). Usia pada penelitian ini didapat dengan menanyakan pada partisipan.

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

2. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

3. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

4. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

5. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

6. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

7. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap keterbukaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.


(27)

11 8. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

9. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

10. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

11. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri

terhadap komunikasi interpersonal pada santri pondok pesantren Islam Assalaam Solo.

1.3Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji:

1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.


(28)

12 2. Pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

3. Pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

4. Pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

5. Pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

6. Pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

7. Pengaruh jenis kelamin diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

8. Pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

9. Pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

10. Pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.

11. Pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern Islam Assalaam Solo.


(29)

13 Manfaat penelitian ini yaitu;

· Secara teoritis: penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi. Terutama yang berkaitan dengan psikologi sosial dan psikologi perkembangan tentang hubungan keperayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja.

· Secara praktis: penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kepercayaan diri santri-santri agar dapat melakukan komunikasi interpersonal yang lebih baik lagi, khususnya bagi santri-santri PPMI Assalaam.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari proposal seminar skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Dalam bab ini mengemukakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI

Dalam Bab ini berisi tentang teori kepercayaan diri, komunikasi interpersonal, remaja dan kerangka berpikir.


(30)

14 Bab III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, variabel penelitian, subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian, teknik analisis data yang terdiri dari reliabilitas dan validitas alat ukur.

Bab IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian.

Bab V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, diskusi, dan saran.


(31)

15

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi komunikasi

Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi. Kata komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin “communication” yang

terbentuk dari dua akar kata: ”com” (bahasa latin “cum”), berarti “dengan” atau

“bersama dengan”. Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersatu dengan)

atau “union together with” (bersama dengan). Ungkapan ini lazim disebut dalam satu

kata saja, yakni “communion”, yang berarti “saya” tidak sekedar “bersama-sama

dengan” orang lain (bersama dalam satu kesatuan—bersatu dalam kesamaan).

Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. (Onong effendy,2006)

Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lainkepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat


(32)

16 komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Onong effendy,2006)

Beberapa definisi dari Komunikasi juga dapat diartikan sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.

2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.

3. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung melalui media. (Onong effendy,2006).

4. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain.

5. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.


(33)

17 6. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang didsampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan weafer II 1992, Alo Liliweri, 2003)

7. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.

Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi (Johnson 1981 dalam supratiknya 1995:30).

Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. (supratiknya 1995:30).


(34)

18 Dari beberapa definisi di atas, kita dapat mengatakan bahwa komunikasi sebagai suatu aktivitas manusia selalu melibatkan:

1. Sumber komunikasi

2. Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non verbal

3. Media atau saluran sebagai sarana atau tempat pesan serta rangkaian pesan dialihkan.

4. Cara, alat, atau metode untuk memindahkan pesan.

5. Penerima atau sasaran yang menerima komunikasi.

6. Tujuan dan maksud komunikasi.

7. Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima.

8. Situasi komunikasi.

9. Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi dan proses transaksi.

10.Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi.

11.Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi.


(35)

19 2.1.1 Karakteristik Komunikasi

Setiap komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi antar personal, dari komunikasi antar personal itulah kemudian berkembang menjadi komunikasi kelompok, organisasi, public dan komunikasi massa. Secara umum komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi merupakan proses simbolis

2. Komunikasi merupakan proses social (isasi)

3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau dua arah

4. Komunikasi bersifat koorientasi

5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasive

6. Komunikasi mendorong interpretasi individu

7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran makna

8. Komunikasi terjadi dalam konteks

2.1.2 Fungsi komunikasi


(36)

20 1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui

penerima.

2. Sumber meyebarluaskan informasi dalam rangka mrndidik penerima.

3. Sumber memberikaninstruksi agar dilaksanakan penerima.

4. Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasive untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.

5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambimemengaruhi penerima.

2.1.3 Konteks komunikasi

Beberapa konteks komunikasi adalah:

1. Komunikasi interpersonal

2. Komunikasi kelompok

3. Komunikasi orgaisasi

4. Komunikasi public


(37)

21 Dalam hal ini sesuai dengan permasalahan yang sesuai dengan tema yang akan banyak dibahas adalah komunikasi interpersonal, atau pembahasan akan lebih difokuskan kepada komunikasi interpersonal.

2.2 Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Devito (1995), adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek umpan balik langsung.

Sedangkan Carell mengatakan komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar individu untuk bertukar informasi dan pengertian, komunikasi interpersonal adalah suatu seni praktis dan efektivitas seseorang sebagai seorang teman, pasangan, teman kerja, dan lain-lain. Dan interaksi dalam situasi interpersonal mengkuti norama sosial dan budaya masyarakat

Senada dengan itu, menurut Deddy (2004) komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Berdasarkan pengertian komunikasi intepersonal diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi intrpersonal adalah pengiriman pesan dari komunikator kepada


(38)

22 komunikan dengan efek dan umpan balik langsung untuk mengetahui apakah pesan yang dikirimkan itu berdampak positif atau negatif baik secara verbal maupun non verbal.

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

2.2.1 Tujuan Komunikasi Intersonal

Menurut Davito (1995), tujuan komunikasi interpersonal diantaranya :

1. Mempelajari; untuk mendapatkan pengetahuan diri dan orang lain serta untuk memperoleh keahlian,


(39)

23 3. Mempengaruhi; untuk mengendalikan dan mengarahkan. Dalam berkomunikasi kita berusaha untuk mengubah sikap dan prilaku orang lain serta berusaha mengajak orang lain melakukan sesuatu.

4. Memainkan; untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan hati. Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri.

5. Membantu; untuk menolong, melayani kebutuhan orang lain dan untuk menghibur diri sendiri dan orang lain.

2.2.2 Aspek-aspek komunikasi interpersonal

De vito (1997) menjelaskan lima aspek yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal mempunyai tiga aspek yaitu: keinginan untuk terbuka dan berinteraksi dengan orang lain, keinginan untuk berintteraksi secara jujur terhadap stimulus yang dating dan mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang akan dilontarkan individu adalah miliknya dan tanggung jawabnya.

2. Empati

Menurut Pearson(1983) empati adalah kemampuan mempersepsikan dunia dari sudut pandang orang lain. Keuntungan yang didapat dari empati yaitu,


(40)

24 pemahaman yang lebih besar kepada orang lain, pemahaman yang lebih besar terhadap diri sendiri dan hubungan interpersonal yang semakin dalam.

Sedang Freud mengartikan empati sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi si pendengar (Jalaludin Rakhmat, 1998)

Dengan demikian, empati merupakan usaha si pendengar dalam memahami yang dirasakan orang lain dengan mencoba membayangkan dirinya pada kejadian yang menimpa orang tersebut, namun tidak berarti ikut terlibat secara emosional atau larut dalam perasaan orang itu sehingga tidak lagi mampu memberikan penilaian yang objektif. Empati tampil apabila ada hubungan akrab dan saling percaya antara orang-orang yang terlibat dalam suatu komunikasi.

3. Dukungan

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang mana terdapat sikap saling mendukung dan terdapat tiga hal yang menunjang sikap saling mendukung. Yang pertama adalah deskriptif, dimana suasana

bersifatdeskriptif dan bukannya evaluative akan menciptakan adanya sikap mendukung. Kedua adalah spontanitas, dimana gaya yang spontan dan terbuka dalam mengutarakan pendapat dan pikiran biasanya akan bereaksi secara timbale balik pula. Ketiga adalah profesionalisme, dimana berpikiran


(41)

25 terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawan dan bersedia untuk berubah posisi jika keadaan mengharuskan. Dukungan ada kalanya terungkap secara verbal maupun non verbal. Dukungan non verbal tidaklah mempunyai nilai negative melainkan dapat menambah makna dari

komunikasi interpersonal tersebut.

4. Sikap positif

Kualitas kepositifan dalam komunikasi interpersonal mempunyai tiga spek, yaitu:

a. Komunikasi interpersonal akan berhasil apabila terdapat sikap yang positif terhadap diri sendiri

b. Komunikasi interpersonal akan terpelihara dengan baik apabila suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan sehingga membuat orang lain merasa lebih baik dan mempunyai keberanian untuk melakukan hal yang sama dan dan lebih berpartisipasi pada setiap kesempatan

c. Suatu perasaan positif dalam komunikasi interpersonal sangat bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama


(42)

26 Komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang turut mengambil bagia dalam komunikasi tersebut dalam suasana kesamaan dan didukung sikap yang sama, artinya ada pengakuan bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga sehingga individu dapat menerima dan menghargai lawan bicaranya.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran informasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka melalui

saluran-saluran yang memungkinkan dapat memberikan isi pesan dan hubungan pesan serta terdapat umpan balik secara langsung yang meliputi keterbukaan,

empati, dukungan kepositifan dan kesamaan.

2.2.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang berjalan dengan lancar tentu saja diharapkan oleh para perilaku komunikasi, namun pada kenyataannya ada hambatan-hambatan dalam komunikasi.

Menurut Hafied (2003), mengatakan bahwa rintangan komunikasi adalah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima.


(43)

27 Adapun hambatan komunikasi tersebut diantaranya:

1. Hambatan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomuniksi mengalami gangguan, sehingga informasi yang diberikan melalui saluran mengalami kerusakan.

2. Hambatan tematik, adalah gangguan komunikasi yang disebabkan kesalahan pada bahasa yang digunakan.

3. Hambatan psikologis, terjadi karena adanya gangguan komunikasi yang disebabkan persoalan-persoalan dalan diri individu, misalnya rasa curiga penerima kepada sumber.

4. Hambatan fisik, adalah rintangan yang disebabkan kondisi biografis, misalnya tidak adanya sarana komunikasi seperti telepon, pos, dan lain-lain.

5. Hambatan status, adalah rintangan yang disebabkan jarak social diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara atasan dengan bawahan.

6. Hambatan kerangka berpikir, adalah rintangan yang disebabkan perbedaan persepsi antara komunikator dan halayak terhadap pesan yang digunakan dalam komunikasi, misalnya latar belakang pendidikan.

7. Hambatan budaya, ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan norma, kebiasaan, nilai yang di anut oleh pihak yang terlibat dalam komunikasi.


(44)

28 Pearson 1983 mengemukakan tiga faktor komunikasi efektif, yaitu membuka diri, asertif, mendengar aktif dan empati. Kedua factor pertama menunjukkan kepercayaan diri, sedangkan kedua factor berikutnya menunjukkan perhatian dalam komunikasi.

1. Membuka diri

Menjalin hubungan akrab dengan orang lain diperlukan kesediaan untuk membuka diri, dalam arti bersedia menjelaskan atau memberikan informasi kepada orang lain mengenai dirinya agar lebih mudah mengenalnya. Menurut pearson (1983) ada tiga unsure dalam mengemukakan diri sendiri kepada orang lain, yaitu bersedia membuka diri dengan sengaja dan member informasi yang tepat mengenai dirinya. Informasi bisa berupa hobi, tujuan hidup dan cita-cita

Ada tiga keuntungan dalam membuka diri, yaitu: 10 dapat membangun pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar,2) dapat membangun pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain, 3) dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh artidengan orang lain (pearson, 1983).

2. Asertif

Perilaku asertif dalam komunikasi mencakup kemampuan mengemukakan perasaan, pikiran, keyakinan pribadi secara jujur dan langsung tanpa


(45)

29 menimbulkan dampak merugikan atau meremehkan hak orang lain. Menurut Pearson (1983) dengan berperilaku asertif seseorang dapat mengemukakan dirinya, mempertahankan pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya tanpa rasa takut melanggar hak orang lain.

Perilaku asertif mempunyai hubungan positif dengan konsep diri yang positif, kecakapan komunikasi dan hubungan interpersonal yang memuaskan. Perilaku asertif juga mempunyai hubungan negative dengan amarah dan kecemasan (Pearson, 1983)

3. Mendengar aktif

Mendengar aktif merupakan mendengar dengan segenap indera yang dimiliki, baik dengan verbal maupun non verbal. Mendengar aktif bukan Cuma mendengar ucapan seseorang tetapi juga mencoba mengetahui pesan yang tersirat sehinggadapat menggali informasi yang lebih dalam apabila ada hal yang tidak jelas. Menurut Pearson (1983) mendengar aktif adalah mendengar dengan tujuan untuk memperoleh informasi, petunjuk, data, memahami orang lain, menyelesaikan masalah danmenunjukkan dukungan bagi orang lain. Seorang pendengar aktif mampu mendengar informasi dengan baik, berusaha memahami dan memberikan umpan balik yang tepat.


(46)

30 2.2.5 Karakteristik keterampilan komunikasi interpersonal.

Berdasarkan pendekatan pragmatis (Devito, 1994) karakteristik keterampilan komunikasi interpersonal adalah:

1. Kepercayaan diri (confidence).

Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diiri sosial, selalu nyaman bersama orang lain dan situasi komunikasi pada umumnya. Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri, bersikap santai, tidak gugup, tidak kaku, fleksibel dan terkendali.

2. Kebersatuan (immediacy)

Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar. Secara non verbal individu mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yang patut, kedekatan fisik yang menunjukkan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yang terbuka.

3. Manajemen interaksi (interaction management)

Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. Manajemen interaksi ditunjukkan melalui gerakan mata, ekspresi vocal, serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai. Dalam


(47)

31 manajemen interaksi juga perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan verbal dan non verbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat.

4. Daya pengungkapan ( expressiveness)

Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi antar pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal keterlibatan dan ini mencakup misalnya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi orang lain dan memberikan umpan balik yang relevan dan patut.

5. Orientasi kepada orang lain (other orientation)

Orientasi mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama percakapan. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut lawan bicara dan mengahrgai perbedaan pandangan dari lawan bicara. Orientasi kepada lawan bicara dapat berupa menghargai perbedaan pandangan lawan bicara, empati, serta memberikan umpan balik yang cepat dan pantas.

2.3.Percaya diri

Kepercayaan diri sering disebut-sebut debagai kunci utama penentu keberhasilan seseorang. Orang yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan mudah


(48)

32 menyesuaikan diri dalam lingkungan manapun. Orang yang pandai secara intelegensi belum tentu memiliki rasa percaya diri yang baik, terkadang kepandaiannya belum tentu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Terkadang kita bisa melihat orang yang penuh percaya diri dari pembawaan dirinya, langkahnya pasti, berjalan tegap, tidak mudah canggung, mudah bergaul dengan siapa pun bahkan dengan lingkungan baru sekalipun, sebaliknya orang yang tidak percaya diri akan menutup diri dan menarik diri dari lingkungan dan kelompok sosialnya.

2.3.1. Definisi Percaya Diri

Definisi menurut kamus psikologi istilah kepercayaan diri adalah percaya akan kemampuan diri sendiri, menyadari kemampuan yang dimiliki, serta memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk, 1990).

Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Angelis (1997), yang menyatakan bahwa kepercayaan diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri yang berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala hal yang diinginkan dan dibuthkan dalam hidup ini.

Sedangkan Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (Eksplorasi segala kemampuan dalam diri), dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri (Sari, 2006)


(49)

33 Rogers menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan penilaian-penilaian tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kepercayaan diri juga merupakan keyakinan individu untuk melakuakan tindakan yang dianggap benar (Koswara, 1998).

Jacinta F. Rini (2003), berpandanganbahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapi.

Maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah penilaian seseorang akan kesanggupan dan keterampilan yang dimilikinya yang menimbulkan ketegasan atau keyakinan untuk bertindak dalam area fungsi yang lebih luas.

2.3.2 Teori Kepercayaan Diri

Teori kepercayaan diri menurut Lidenfield (1997) kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemapuan dan kepuasan diri baik lahir maupun batin. Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri lahir memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita mampu akan diri kita.


(50)

34 Jenis kepercayaan diri

Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 4) menyatakan ada dua jenis kepercayaan diri yaitu :

1. Kepecayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberikan kepada individu perasaan dan anggapan bahwa individu dalam keadaan baik.

2. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa individu yakin akan dirinya.

Percaya Diri Batin

Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 47) menjelaskan ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat. Keempat ciri itu adalah :

a. Mencintai diri sendiri

Orang yang percaya diri mencintai diri mereka, dan cinta diri ini bukan merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Orang yang percaya diri peduli akan dirinya karena perilaku dan gaya hidupnya adalah untuk memelihara diri. Dengan unsur percaya diri batin individu akan :

· Menghargai kebutuhan jasmani dan rohani serta menempatkan diri sejajar dengan kebutuhan orang lain.


(51)

35 · Mempunyai alasan yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya, dan tidak akan menyiksa diri mereka sendiri dengan rasa bersalah setiap kali meminta atau memperoleh sesuatu yang mereka butuhkan.

· Secara terbuka menunjukkan keinginan untuk dipuji, ditentramkan dan mendapat hadiah secara wajar, dan tidak akan mencoba memanfaatkan orang lain untuk memenuhi permintaan itu secara langsung.

· Merasa senang bila diperhatikan orang lain dan mampu untuk mendapatkannya.

· Bangga akan sifat-sifat yang baik dan memusatkan diri untuk memafaatkan sebaik mungkin, mereka tidak mau membuang-buang waktu, tenaga atau uang untuk memikirkan kekurangan-kekurangan mereka sendiri.

· Tidak secara sengaja melakukan hal-hal yang akan merusak kemungkinan untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan, atau yang memperpendek hidupnya.

b. Memahami diri

Orang yang percaya diri batin juga sadar diri. Mereka tidak terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka. Individu yang memiliki pemahaman diri yang baik, mereka akan :


(52)

36 · Menyadari kekuatan mereka sehingga akan mampu mengembangkan

kemampuannya secara penuh.

· Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka sehingga kecil kemungkinan mereka membiarkan diri mengalami kegagalan berulang kali.

· Tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas diri sendiri, merekapun jauh lebih mampu dan puas menjadi seorang “pribadi” dan tidak

begitu saja mengikuti “khalayak ramai”.

· Mempunyai pengertian yang sehat mengenai nilai-nilai yang mereka anut, sehingga tidak akan terus menerus resah memikirkan apakah yang mereka lakukan atau yang tidak dilakukan secara moral dapat dibenarkan.

· Cenderung mempunyai teman-teman yang tepat karena mereka tahu apa yang mereka butukan dari persahabatan itu.

· Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain atau tidak selalu melonjak untuk membela diri, bila dikritik orang lain.

· Mau dan sedia mendapat bantuan dan pelajaran karena mereka bukan orang yang serba tahu.


(53)

37 c. Memiliki tujuan yang jelas

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, karena mereka mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan. Dengan unsur ini yang memperkuat rasa kepercayaan diri, individu akan :

· Terbiasa menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, mereka tidak selalu harus bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatannya.

· Mempunyai lebih banyak energi dan semangat karena mereka bermotivasi tinggi.

· Lebih tekun karena menyadari bahwa langkah-langkah yang kecil dan kadang-kadang membosankan sekalipun mempunyai tujuan.

· Belajar menilai diri sendiri karena mereka bisa memantau kemajuannya dilihat dari tujuan yang mereka tentukan sendiri.

· Mudah membuat keputusan karena mereka tahu betul apa yang mereka inginkan.

d. Mampu berfikir positif

Orang yang mempunyai kepercayaan diri biasanya hidupnya menyenangkan. Salah satunya ialah karena mereka biasa melihat kehidupannya dari sisi positif dan


(54)

38 mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Dengan kekuatan batin yang penting ini, individu akan :

· Tumbuh dengan harapan bahwa hidup ini membahagiakan.

· Memandang orang lain dari satu sisi positifnya, kecuali kalau ada alasan khusus untuk berhati-hati.

· Percaya bahwa setiap masalah dapat diselesaikan.

· Tidak menyia-nyiakan tenaga untuk mengkhawatirkan kemungkinan hasil yang negatif.

· Percaya bahwa masa depan akan sebaik (atau mungkin lebih baik) masa lalu. · Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat fustasi karena mereka

suka pada pertumbuhan dan perkembangan.

· Bersedia menghabiskan waktu dan energi untuk belajar dan melakukan tugasnya, karena mereka percaya bahwa pada akhirnya tujuan mereka akan tercapai.

Percaya diri lahir

Menurut Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 7-11) menjelaskan bahwa untuk memberi kesan percaya diri pada dunia luar, individu perlu mengembangkan ketrampilan empat bidang yaitu :


(55)

39 a. Mampu beromunikasi dengan baik

Dengan memiliki dasar yang baik di bidang ketrampilan berkomunikasi, individu akan dapat :

· Mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian.

· Dapat berkomunikasi dengan orang dari segala usia dan segala jenis latar belakang.

· Tahu kapan dan bagaimana berganti pokok pembicaraan dari percakapan biasa ke yang lebih mendalam.

· Berbicara secara fasih dan menggunakan nalar. · Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.

· membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain.

b. Memiliki ketegasan

Sikap tegas akan menambah rasa percaya diri karena individu akan dapat :

· Menyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terus terang. · Membela hak mereka dan hak orang lain.


(56)

40 · Memberi dan menerima pujian secara bebas dan penuh kepekaan.

· Memberi dan menerima kritik yang membangun.

c. Peduli pada penampilan diri

Ketrampilan ini akan mengajarkan akan pentingnya “tampil” sebagai orang

yang percaya diri. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk :

· Memilih gaya pakaian dan warna yang paling cocok kepribadian dan kondisi fisik.

· memilih pakaian yang cocok untuk berbagai peran peristiwa, dengan tetap mempertahankan gaya pribadinya.

· Mampu menciptakan penampilan pertama yang menarik.

· Menyadari dampak gaya hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai diri mereka, tidak terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.

d. Mampu mengendalikan perasaannya

Dalam hidup sehari-hari orang perlu mengendalikan perasaan. Individu perlu mengendalikan diri, mereka akan dapat :


(57)

41 · Lebih percaya diri karena tidak khawatir akan lepas kendali.

· Berani menghadapi tantangan dan resiko karena mereka bisa mengatasi rasa takut, khawatir dan frustasi.

· Menghadapi kesedihan dengan wajar karena mereka tidak takut kalau-kalau kesedihan itu akan membebani dan menekan mereka selamanya.

· Mengatasi konfrontasi secara efektif dan membela diri terhadap pelecehan, karena mereka bisa menyalurkan energi kemarahan mereka dengan cara yang kontruktif.

· Membiarkan dirinya bertindak spontan dan lepas kalau ingin santai, karena mereka tidak khawatir akan lepas kendali.

· Cara meningkatkan atau mengambangkan kepercayaan diri

2.3.3 Ciri-ciri Percaya Diri

Menurut Guilford ciri-ciri orang percaya diri dapat dinilai melaui 3 aspek, yaitu:

1. Individu merasa adekuat (yakin terhadap apa yang dilakukan)

2. Individu merasa diterima oleh kelompok


(58)

42 Lautser memaparkan beberapa ciri yang memiliki kepercayaan diri, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak mementingkan diri sendiri

b. Cukup toleran

c. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan

d. Bersikap optimis dan gembira.

Sedangkan Maslow menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri adalah orang yang memiliki kemerdekaan psikologis, yaitu:

a. Kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga

b. Berdasarkan keyakinan pada dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif

Oleh karena itu biasanya orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerja yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga tugas yang dibebankan selesai dengan tuntas (Isdhamajaya dan Agung, 2004)

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri adalah orang yang yakin akan seluruh kemampuan yang tersimpan dalam dirinya, memiliki keberanian untuk mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya serta tidak pernah merasa takut gagal.


(59)

43 Sedangkan orang-orang yang tidak percaya diri memiliki cirri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Amitya Kumara (1998), yaitu:

a. Malu menerima pujian

b. Takut mencintai dan dicintai

c. Takut kritikan

d. Menutup diri

e. Tidak peka terhadap lingkungan

f. Mudah menyalahkan diri sendiri

Iswidhamanjaya dan Agung (2004), juga menambhkan ciri-ciri orang yang tidak percaya diri adalah:

a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan diri

b. Kurang berprestasi dalam belajar

c. Merasa canggung

d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide

e. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan


(60)

44 g. Rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman

h. Apabila gagal cenderung menyalahkan orang lain

i. Suka mencari pengakuan dari orang lain

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepoercayaan diri seseorang adalah sebagai berikut:

a. Penampilan Fisik

Penampilan fisik menjadi salah satu faktor utama yang menunjang keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Tak bisa dipungkiri banyak orang yang tidak berhasil melakukan interaksi social dengan baik hanya karena ia merasa tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya. Menurut Buss, pembentukan kepercayaan diri seseorang diawali dengan pengenalan diri secara fisik, bagaimana seseorang menerima atau menolak gambaran dirinya yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa puas atau sebaliknya (Amitya Kumara, 1998).

Paul J. Centi (1993) menyatakan bahwa penempilan fisik membawa pengaruh fisik pada umumnya, mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi dari pada yang tidak. Orang yang berpenampilan menarik cenderung menghargai lebih tinggi daripada orang yang berpenampilan membosankan. Fisik merupakan bagian


(61)

45 yang paling atmpak dari kepribadian manusia dan menciptakan kesan awal bagi orang lain.

b. Status Sosial Ekonomi

Status social ekonomi juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Oaring yang memiliki status social ekonomi yang baik akan lebih mudah mendapatkan berbagai fasilitas yang ada dalam masyarakat, serta mudah mendapatkan penghargaan dari masyarakat, hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dengan status social ekonomi yang baik. Sebaliknya, orang dengan status social ekonomi yang kurang akan sulit mendapatkan berbagai fasilitas yang ada didalam masyarakat, hal ini membuatnya merasa rendah diri daripada orang-orang yang memiliki status sisoal ekonomi yang baik dan hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang.

c. Jenis Kelamin

Major dan Gender (dalam skripsi Muna Eka Sari, 2006), menyatakan bahwa tingkat kepercayaan diri wanita lebih rendah dibandingkan pria, hal ini disebabkan karena wanita mempunyai sumber-sumber kekuasaan yang lebih kecil dibandingkan pria.


(62)

46 d. Tingkat Pendidikan

Menurut Jersild (2002) ada hal penting dalam pendidikan pada remaja yaitu membantu remaja untuk memahami dirinya sendiri. Adanya pemahaman terhadap diri sendiri akan membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Keberhasilan dalam penyesuaian diri dilingkungan akan menambah kepercayaan diri individu, sebab individu tersebut tau bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku yang baik untuk dapat diterima lingkungannya.

e. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kepercayaan diri seseorang. Orang yang telah memiliki prestasi yang tinggi ataupun orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena yakin akan kemampuan dan potensi yang dimiliki.

2.4. Remaja

2.4.1. Definisi dan ciri-ciri umum masa remaja

Di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal

dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendannya adolescentia = Remaja),

yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Hurlock,1980,h:206). Namun dewasa ini istilah “adolesen,” atau remaja telah

digunakan secara luas untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum


(63)

47 serta perkembangan kognitif dan sosial. Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen. Istilah Adolesence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1980,h:206).

WHO sebagai organisasi kesehatan sedunia memberikan definisi tentang remaja. Terdapat tiga kriteria yang harus terdapat dalam diri seseorang remaja yaitu kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Untuk lebih lengkapnya definisi remaja menurut WHO (dikutip oleh Sarlito, 2005,h:9) adalah:

· Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

· Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

· Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Namun Sarlito Wirawan (2005,h:14-15) dalam buku psikologi remaja memberikan pedoman untuk menentukan batasan usia yaitu 11-24 tahun dan belum menikah. Dengan pertimbangan sebagai berikut:

· Usia 11 tahun pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder telah nampak (Kriteria fisik).


(64)

48 · Usia 11 tahun pada umumnya anak telah mulai baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

· Usia 11 tahun telah mulai adanya penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego Identitiy) tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, tercapainya puncak perkembangan kognitif, maupun tercapainya nilai-nilai moral (kriteria psikologis).

· Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu bagi mereka yang masih menggantungkan hidupnya pada orangtua karena harus bersekolah lebih tinggi. Terutama pada masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.

· Status perkawinan juga sangat menentukan. Seorang yang sudah menikah dalam usia berapapun diperlakukan sebagai orang dewasa sepenuhnya, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.

Berdasarkan pengertian dan pendapat para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa remaja adalah masa usia antara 11-24 tahun, di mana perkembangan seksual primer dan sekundernya telah nampak dan secara sosial, psikologis, kognitif telah mencapai kematangan serta belum menikah.


(65)

49 Dalam Desmita (2005,h:190) dikatakan, batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga yaitu:

· - 12-15 tahun = Masa remaja awal

· - 15-18 tahun = Masa remaja pertengahan · - 18-21 tahun = Masa remaja akhir

Petro Blos (1962, dalam Sarlito,2005,h:24-25) mengungkapkan dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu:

· Remaja awal

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang tejadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan

dimengerti orang dewasa. · Remaja Madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukai. Ada kecendrungan “Narcistic”,yaitu mencintai


(66)

50 sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, optimis dan pesimis dan sebagainya.

· Remaja Akhir.

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini:

1. Minat makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain. 5. Tumbuh“dinding” yang memisahkan diri pribadinya (Private self) dan

masyarakat umum (The public).

Carballo (1978 dalam Sarlito,2005,h: 15) mengungkapkan ada enam penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja, diantaranya yaitu:

1. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.

2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam kebudayaan tempatnya berada.


(67)

51 3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupan. 4. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.

5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

6. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitanya dengan lingkungan.

2.5 Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam

2.5.1 Sejarah Berdiri Pondok

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, biasa disingkat dengan PPMI Assalaam adalah lembaga pendidikan Islam swasta yang didirikan oleh Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakarta (MPI) yang didirikan oleh Bapak H. Abdullah Marzuki (alm) dan Ibu Hj. Siti Aminah Abdullah.

PPMI Assalaam berdiri pada tanggal 17 Syawal 1402 H bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1982 M, berlokasi di Jalan Yosodipuro No. 56 Punggawan Surakarta menempati tanah seluas 2.845 m, wakaf dari keluarga Bapak H. Abdullah Marzuki (alm) dan Ibu Hj. Siti Aminah Abdullah, pemilik percetakan PT. Tiga Serangkai Solo.


(68)

52 Sebelum PPMI Assalaam beridir kegiatan pedndidikan yang dilakukan adalah kegiatan Madrasah Diniyyah Awaliyah (MDA), kemudian atas tuntutan masyarakat YMPI mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan sistem asrama yang merupakan cikal bakal berdirinya Pondok Modern yang waktu itu diberi nama Pondok Pesantren Punggawan, meminjam nama desa dimana kegiatan pendidikan dipusatkan.

Pada tanggal 20 Juli 1985 nama Assalaam secara resmi digunakan, serta sekaligus menandai awal mula digunakannya kampus baru di desa Pabelan Kartasura Sukoharjo diatas areal tanah wakaf seluas 5,6 Ha dari keluarga Bapak H. Abdullah Marzuki (alm) dan Ibu Hj. Siti Aminah Abdullah.Bangunan yang terdapat pada saat itu terdiri dari ruang kelas, gedung olah raga (GOR), asrama santri, perumahan guru dan pengasuh, dapur dll. Bersamaan dengan itu pula didirikan Madrasah Aliyah (MA) sebagai kelanjutan dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalaam, serta sebagai jawaban dari tuntutan masyarakat terhadap PPMI Assalaam.

Pada tahun 1986/1987 didirikan Madrasah Takhasush sebuah kelas persiapan untuk calon santri yang akan melanjutkan ke MA Assalaam yang berasal dari SLTP umum diluar Assalaam. Pada tahun 1988/1989 didirikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Assalaam dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengikuti perkembangan pendidikan yang terjadi diluar Assalaam. Memasuki tahun pelajaran 2005/2006, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di idirikan. yang mengambil


(1)

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3112.831 1 3112.831 71.593 .000a

Residual 4260.966 98 43.479

1

Total 7373.798 99

Regression 3112.832 2 1556.416 35.431 .000b

Residual 4260.965 97 43.927

2

Total 7373.798 99

a. Predictors: (Constant), kepercayaan diri

b. Predictors: (Constant), kepercayaan diri, jenis kelamin c. Dependent Variable: sikap positif

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -3.819 6.395 -.597 .552

1

kepercayaan diri .689 .081 .650 8.461 .000

(Constant) -3.825 6.599 -.580 .563

kepercayaan diri .689 .083 .650 8.349 .000

2

jenis kelamin .006 1.337 .000 .005 .996

a. Dependent Variable: sikap positif

Ecluded Variables

b

Collinearity Statistics

Model Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance

1 jenis kelamin .000a .005 .996 .000 .984

a. Predictors in the Model: (Constant), kepercayaan diri b. Dependent Variable: sikap positif


(2)

HASIL UJI REGRESI KESAMAAN

COMPUTE kesamaan=(10 * FAC1_1) + 50. EXECUTE. DATASET ACTIVATE DataSet1.

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT kesamaan

/METHOD=ENTER kepercayaandiri /METHOD=ENTER jeniskelamin.

Regression

Notes

Output Created 16-Dec-2011 10:22:55

Comments

Data D:\wisuda yukkk januari 2012\hasil

hipotesis mayor.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

Input

N of Rows in Working Data File

101

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Missing Value Handling

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT kesamaan

/METHOD=ENTER kepercayaandiri /METHOD=ENTER jeniskelamin.

Processor Time 0:00:00.093

Elapsed Time 0:00:00.094

Resources


(3)

Notes

Output Created 16-Dec-2011 10:22:55

Comments

Data D:\wisuda yukkk januari 2012\hasil

hipotesis mayor.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

Input

N of Rows in Working Data File

101

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Missing Value Handling

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT kesamaan

/METHOD=ENTER kepercayaandiri /METHOD=ENTER jeniskelamin.

Processor Time 0:00:00.093

Elapsed Time 0:00:00.094

Memory Required 1788 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots

0 bytes


(4)

Variables Entered/Remoed

b

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 kepercayaan diria . Enter

2 jenis kelamina . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: kesamaan

Model Summar

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .671a .450 .445 5.43643

2 .716b .512 .502 5.14737

a. Predictors: (Constant), kepercayaan diri

b. Predictors: (Constant), kepercayaan diri, jenis kelamin

Model Summar

Change Statistics

Model

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .450 80.243 1 98 .000

2 .062 12.315 1 97 .001

Model Summary

Change Statistics

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1

.671a .450 .445 5.43643 .450 80.243 1 98 .000

2

.716b .512 .502 5.14737 .062 12.315 1 97 .001

a. Predictors: (Constant), kepercayaan diri


(5)

Model Summar

Change Statistics

Model

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .450 80.243 1 98 .000

2 .062 12.315 1 97 .001

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2371.564 1 2371.564 80.243 .000a

Residual 2896.362 98 29.555

1

Total 5267.927 99

Regression 2697.868 2 1348.934 50.912 .000b

Residual 2570.058 97 26.495

2

Total 5267.927 99

a. Predictors: (Constant), kepercayaan diri

b. Predictors: (Constant), kepercayaan diri, jenis kelamin c. Dependent Variable: kesamaan

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 3.024 5.272 .574 .568

1

kepercayaan diri .601 .067 .671 8.958 .000

(Constant) 7.102 5.125 1.386 .169

kepercayaan diri .572 .064 .639 8.932 .000

2

jenis kelamin -3.643 1.038 -.251 -3.509 .001

a. Dependent Variable: kesamaan

Ecluded Variables

b

Model

Collinearity Statistics


(6)

Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance

1 jenis kelamin -.251a -3.509 .001 -.336 .984

a. Predictors in the Model: (Constant), kepercayaan diri b. Dependent Variable: kesamaan