strategi Pondok pesantren attaqwa putra Bekasi dalam penerapan komunikasi berbahasa Arab dan Inggris pada Santri

(1)

PADA SANTRI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ABDUL FATAH 107053002646

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

PADA SANTRI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ABDUL FATAH 107053002646

Di Bawah Bimbingan

Rubiyanah, MA NIP :19730822 199803 2 001

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(3)

PUTRA BEKASI DALAM MENERAPKAN KOMUNIKASI BERBAHASA ARAB DAN INGGRIS PADA SANTRI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Hari Kamis, Tanggal 29 September 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 29 September 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Cecep Castrawijaya, MA H. Mulkanasir, BA, S. Pd. MM NIP. 19670818 199803 1 002 NIP. 19550101 198302 1 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Hj. Jundah Sulaiman, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 19620303 199203 2 001 NIP. 19670818 199803 1 002

Pembimbing

Rubiyanah, MA NIP. 197308220199803 2 001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyratan memperoleh gelar strata satu (S-1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 16 September 2011


(5)

i

Berbahasa Arab Dan Inggris pada Santri

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dan dakwah, yang berada ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian para santri sebagai kader penerus dakwah diharapkan memiliki bekal dan kemampuan berbahasa internasional khususnya Arab dan Inggris. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang membantu santri untuk mandiri melalui prinsip keteladanan, motivasi dan bimbingan, sehingga mampu menguasai ilmu berbahasa yaitu berbahasa Arab dan Inggris. Pesatnya perkembangan dunia pendidikan saat ini dan dalam rangka memasuki era globalisasi banyak tentang dan pertanyaan yang harus dijawab oleh pondok pesantren, jika pada era 70-an, pondok pesantren selalu identik dengan keterbelakangan teknologi, selalu menghindari dari ilmu-ilmu yang didatangkan dari barat, sarungan, kampungan, tidak mandiri dan lain-lainnya, maka pada millennium ke-II ini pondok pesantren dituntut untuk bisa menghasilkan alumni-alumni yang berpengetahuan dan mengerti teknologi.

Perumusan masalah yang peneliti ambil adalah bagaimana Strategi Pondok Pesantren Attaqwa dalam Menerapkan komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris kepada para santri dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana faktor pendukung dan penghambat Pondok Pesantren Attaqwa dalam menerapkan komunikasi berbahasa Arab dan Inggris kepada santri-santrinya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana strategi Pondok Pesantren Attaqwa dalam menerapkan komunikasi berbahasa Arab dan Inggris kepada Santri-santrinya dan untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat Pondok Pesantren Attaqwa dalam menerapkan komunikasi berbahasa arab dan inggris kepada santri-santrinya.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif terhadap penulisan ini, dan guna mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, maka penulis menggunakan langkah-langkah dalam mengumpulkan data-data seperti mencari data yang bersangkut paut dengan pembahasan penulis di perpustakaan yang telah disediakan oleh UIN jakarta, lalu penulispun menggunakan metode obsepasi langsung kepondok pesantren attaqwa guna melengkapi data yang penulis butuhkan, dan yang bersangkut paut dengan judul penulis, disamping itu juga penulis menggunakan metode wawancara dengan beberapa pengasuh pondok pesantren attaqwa serta penulis mencantumkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Dari hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menyimpulkan langkah strategi yang di lakukan pondok pesantren attaqwa dalam menerapkan komunikasi berbahasa arab dan inggris terhadap santri, adalah Membentuk struktur organisasi kepengurusan yang menangani bidang bahasa, Membuat program hari bahasa Arab dan hari bahasa Inggris, Mendirikan sarana dan prasarana untuk program bahasa, Memberikan kosa kata setiap hari. Langkah strategi yang dilakukan pondok pesantren attaqwa merupakan langkah awal guna mencapai tujuan pondok pesantren attaqwa, yakni menciptakan para santri yang handal dalam berkomunikasi berbahasa Arab atau pun Inggris. Setiap langkah-langkah yang dilakukan pondok pesantren attaqwa memiliki implementasi yang berbeda-beda, seperti penerapan strategi dalam menerapkan komukasi berbahasa arab dan inggris yakni melalui program arabic day dan english day guna menguasai dan membiasakan diri dalam berkomunikasi bahasa arab dan inggris.


(6)

ii

Bismillahhirrahmanirrahim

Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada hambanya sampai detik ini dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati

perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Stretegi

Pondok Pesantren Attaqwa Putra Dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris pada Santri”.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada : 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.


(7)

iii

4. Ibu Rubiyanah, MA selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing hingga terselesaikan skripsi ini. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Keluarga besar pondok pesantren Attaqwa yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, khususnya untuk divisi bahasa.

7. Teristimewa orang tua penulis, Ayahanda H. Mahfuzd tercinta dan Ibunda Hj. Nadratul Uyun tersayang yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putranya, terima kasih untuk semuanya

8. Keluarga besarku yang tercinta yang telah memberiakan motivasi dan pengorbanan baik moril maupun materil demi keberhasilan studiku. Serta kakaku Abdul Basit, Neneng Istianah, Kamaluddin, Ahmad Kosasi, Muhammad Hanif Fikri, dan adikku muammar, azka, dan keponakanku yang lucu-lucu lulu dan hadist.

9. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk referensi buku-bukunya.

10.Teman-teman MD A dan B angkatan 2007 Terima kasih yaa buat dukungannya.


(8)

iv

12.Teman-teman KKN 98 @Lebak, Banten 2010 semoga tali silaturahmi kita tidak terputus.

13.Para sahabat penulis Woro, Suhendri, Bisri, Abi, Feri, Afif, Bukori, Pam-Pam, Arif, Ayat, Zaki, Betet, Rizki, Onet, Fahmi, Rizal, Reza, semoga apa yang temen-temen cita-citakan dapat tercapai.

14.Teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan penulisan skripsi ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan dan dapat di sampaikan langsung maupun tidak langsung. Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini ini menjadi tambahan khozanah pengetahuan bagi siapapun yang membacanya.

Ciputat, 12 September 2011


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Strategi ... 12

1. Pengertian Strategi ... 12

2. Tahap-tahap Strategi ... 15

3. Proses Strategi ... 19

4. Prinsip-prinsip untuk Menyukseskan Strategi ... 24

B. Komunikasi ... 25

1. Pengertian Komunikasi ... 25

2. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 30

C. Pondok Pesantren ... 34

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 34


(10)

vi

AT-TAQWA PUTRA UJUNG HARAPAN BAHAGIA BEKASI

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ... 42

B. Visi Misi Dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ... 46

1. Visi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ... 46

2. Misi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ... 51

3. Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ... 52

4. Keadaan Santri ... 53

5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra .... 56

BAB IV : ANALISIS STRATEGI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA DALAM MENERAPKAN KOMUNIKASI BERBAHASA ARAB DAN INGGRIS A. Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris ... 58

1. Strategi Jangka Panjang ... 59

2. Strategi Jangka Pendek ... 60

B. Implementasi Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris 62 C. Analisis SWOT Pondok Pesantren At-Taqwa dalam menerapkan Berbahasa Arab dan Inggris kepada Santri-santrinya ... 68


(11)

vii

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan menekankan pentingnya moral sebagai pedoman hidup bermasyarakat bahkan berbangsa dan bernegara.

Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya merupakan sistem pendidikan tertua saat ini yang dianggap sebagai produk budaya Indonesia. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan-penyelenggaraan semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian dikembangkan dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi santri, yang kemudian disebut dengan pesantren.1

Kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi sebagai lembaga penyiar agama dan lembaga sosial

keagamaan. Sejarah berdirinya pesantren seringkali di awali dengan “perang nilai” antara pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat sekitar, dan di akhiri dengan kemenangan pesantren. Sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat dan kemudian menjadi panutan di masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral.

1

H. M. Sulthon Masyhud dan M Khusnurdilo, Manajemen pondok pesantren (Jakarta: Ghali Indonesia, 1992), h. 31


(13)

Tidak berlebih jika dikatakan bahwa pesantren merupakan salah satu elemen penting dalam peta perkembangan Islam di Indonesia. Pesantren tidak hanya menjadi benteng peradaban Islam melainkan juga menjadi medium pengembangan Islam.2

Pada masa penjajahan misalnya, pesantren tampil dalam bentuk penantangan yang gigih terhadap penetrasi kolonial di Indonesia. Namun dalam perkembangannya pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berusia tua, terkadang disanjung dan ditempatkan pada posisi yang tinggi, tetapi pada saat yang sama ia terus menerus dikritik dan peranan yang dibebankan di pundaknya selalu dipertanyakan.3

Pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan dan dakwah, yang berada di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian para santri sebagai kader penerus dakwah diharapkan memiliki bekal dan kemampuan berbahasa internasional khususnya Arab dan Inggris.

Perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dalam catatan Departemen Agama, pondok pesantren pada tahun 1977 adalah 4.945 buah dengan santri sebanyak 677.384 orang santri, pada tahun 1981 jumlah tersebut semakin meningkat menjadi 5.661 pondok pesantren dengan jumlah santri sebanyak 938.397 santri.4

Pondok pesantren selain sebagai lembaga pengkajian hukum (syariah) Islam, juga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan akhlak

2

Fatah Syakur , kemandirian pesantren stadi kelembagan dan proses pendidikannya,

(semarang: jurnal penelitian wali songo ISSN 0852-7172, 1999), edisi 3, h, 43.

3 Syaipullah Ma’shum, (ed), Dinamila pesantren: tela’ah kritis keberadaan pesantren

saat ini, (Jakarta: Yayasan Islam AlHamidiah, & Yayasan Syaipudin zuhri, 1998), cet. Ke-1. H. 1.

4


(14)

yakni pendidikan yang universal bukan hanya diajarkan bagaimana berrubudiyah pada Allah semata, melainkan juga diajarkan tatacara bermasyarakat dan urusan keseharian terhadap sesama (Hablum minallah, Hablum minanas).

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang membantu santri untuk mandiri melalui prinsip keteladanan, motivasi dan bimbingan, sehingga mampu menguasai ilmu berbahasa yaitu berbahasa Arab dan Inggris.

Pondok pesantren juga merupakan lembaga pendidikan yang telah berakar dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia. Lembaga pendidikan ini banyak dikunjungi santri berbagai etnis dengan membawa bahasa masing-masing sehingga bahasa di pesantren menjadi lebih banyak dan memiliki fungsi tertentu. Keanekaragaman penggunaan bahasa jelas nampak saat santri berkomunikasi baik lisan maupun tulisan di lingkungan pesantren, di luar pesantren, dan di lingkungan rumah atau di kampung mereka sendiri. Bahasa-bahasa tersebut mereka gunakan saat berinteraksi dengan lawan bicara dengan memperhatikan situasi dan kondisi tertentu.

Para santri di pesantren menggunakan bahasa lisan saat berinteraksi dengan teman, guru, dan masyarakat. Bahasa lisan tersebut mereka gunakan di dalam, dan di luar kelas serta pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan pesantren. Sedangkan bahasa tulisan dapat terlihat saat mereka melakukan kegiatan tulis-menulis misalnya majalah dinding, lomba mengarang, artikel, puisi, mengirim surat dan pengumuman-pengumuman.


(15)

Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi, pikiran, alat untuk berinteraksi, alat untuk mengekspresikan diri, dan alat untuk menampung kebudayaan.

Pesatnya perkembangan dunia pendidikan saat ini dan dalam rangka memasuki era globalisasi banyak tentang dan pertanyaan yang harus dijawab oleh pondok pesantren, jika pada era 70-an, pondok pesantren selalu identik dengan keterbelakangan teknologi, selalu menghindari dari ilmu-ilmu yang didatangkan dari barat, sarungan, kampungan, tidak mandiri dan lain-lainnya, maka pada millennium ke-II ini pondok pesantren dituntut untuk bisa menghasilkan alumni-alumni yang berpengetahuan dan mengerti teknologi, mau mempelajari ilmu-ilmu dari barat sebagai kajian keilmuan, berwawasan luas dan dapat mandiri.

Pondok pesantren dituntut pula untuk terus menyelesaikan dari dengan kondisi zaman yang semakin maju serta tuntutan masyarakat yang terus meningkat, sehingga kehadiran pondok pesantren tetap di minati.

Pondok pesantren At-Taqwa berusaha menjawab tentang dan pertanyaan di atas dengan melakukan inovasi-inovasi dan terobosan baru baik dari kurikulum dan pengondisian lingkungan yang edukatif dalam rangka meningkatkan potensi santrinya.


(16)

Saat ini santri pondok pesantren At-Taqwa putra sangat banyak, para Alumninya tersebar di universitas-universitas baik di dalam negeri seperti UIN, LIPIA, UNISMA, UNJ, STAIA. Dan di luar negeri seperti di makkah, Al-Azhar Kairo Mesir, Yaman, Sudan dan lain-lain.

Untuk mencapai prestasi yang tinggi pondok pesantren At-Taqwa memiliki strategi yang di terapkan dalam metode pembelajaran dan mengkondisikan lingkungan sedemikian rupa sehingga dapat menanamkan berbahasa Arab dan Inggris. Oleh karena itulah Pendidikan bahasa Arab dan Inggris berlangsung secara kontinu, tekun, penuh kesadaran dan ketelitian.

Melihat pentingnya peran strategi bagi sebuah lembaga pendidikan agar mampu mencetak para alumninya menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan berguna di masyarakat, maka penulis tertarik untuk mengkaji pondok pesantren At-Taqwa putra Bekasi yang beralamat di desa ujung harapan Bekasi. Penulis mengangkat judul skripsi ini Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi Dalam menerapkan komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris Pada Santri.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi kajian ini tentang penerapan komunikasi berbahasa Arab dan Inggris terhadap santri di pondok pesantren At-taqwa putra bekasi.


(17)

Maksud dari penerapan berbahasa Arab dan Inggris dalam hal ini adalah penerapan berkomunikasi berbahasa Arab dan Inggris yang dilakukan oleh para santri putra dalam kehidupan sehari-hari sebagai disiplin pondok pesantren.

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi kajian ini Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Dalam menerapkan komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris Pada Santri, adapun perumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Dalam menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris kepada para santri dalam kehidupan sehari-hari ?

b. Bagaimana Implementasi Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris kepada Santri-Santrinya, serta Analisis SWOT ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah penulis bertujuan dari penelitian ini :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Dalam menerapkan komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris kepada Santri-Santrinya ?


(18)

b. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Pondok Pesantren dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris kepada Santri-Santrinya, serta Analisis SWOT ?

2. Manfaat penelitian

Sebagaimana rumusan dan tujuan perumusan masalah di atas, maka penulis mengharapkan manfaat dari penulisan ini adalah :

a. Dari segi teoritis : Dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang Strategi Komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris

b. Dari praktisi : Dapat memberikan sumbang saran kepada praktisi bidang kelembagaan agama khususnya Pondok Pesantren At-Taqwa c. Dari segi akademis : Dapat dijadikan bahan referensi dan

meningkatkan wawasan akademis khususnya bagi mahasiswa manajemen dakwah.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif analisis. Sedangkan di dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui :

1. Observasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara penulis melakukan pengamatan dan pencatatan langsung di pondok pesantren At-Taqwa dalam rangka mencocokan data yang diperoleh.


(19)

2. Wawancara

Yaitu metode penumpulan data dengan cara penulis melakukan wawancara Tanya jawab dengan lisan dan langsung bertatap muka agar di peroleh data yang lebih akurat dengan pedoman wawancara kepada H. Asep Sopyan Hariri, Lc, M. Pd. I. Selaku penanggung jawab bahasa di pondok pesantren At-Taqwa.

3. Dokumentasi

Yaitu dengan cara mengumpulkan arsip, buku-buku, struktur organisasi, foto, dan informasi yang berkaitan dengan objek pembahasan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang menyangkut judul yang sama dengan yang akan penulis teliti, maksud mengkaji ini adalah agar dapat diketahui apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang manajemen pondok pesantren At-Taqwa. Judul tersebut adalah karya dari Abdul Basit jurusan pengembangan masyarakat Islam fakultas dakwah dan komunikasi dengan

judul skripsi “MANAJEMEN PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRI


(20)

pendidikan pondok pesantren At-Taqwa putri, metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren At-Taqwa putri.

Penulis juga menemukan skripsi yang ditulis oleh Maskur Kadir

jurusan manajemen dakwah yang berjudul “MANAJEMEN PONDOK PESANTREN MIFTAHUDDIN OE-EKONOMI TIMUR DALAM KEGIATAN DAKWAH DAN SOSIAL MASYARAKAT”. Skripsi ini membahas tentang Manajemen pondok pesantren dalam melakukan kegiatan dakwah dan sosial kepada masyarakat.

Penulis juga menemukan skripsi yang dibuat oleh Martini Astri Dewi yang berjudul “MANAJEMEN PONDOK PESANTREN AL-IKWANIAH SAAT

DAN SETELAH KRISIS EKONOMI”. Skripsi ini membahas tentang manajemen pondok pesantren Al-Ikhwaniyah dalam menghadapi saat krisis ekonomi.

Penulis menemukan juga skripsi yang dibuat oleh Syaipul Alawi yang

berjudul “MANAJEMEN STRATEGI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA

PUTRA BEKASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SANTRI”. Skripsi ini membahas tentang strategi pondok pesantren At-Taqwa putra Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri.

Berbeda halnya dengan skripsi di atas, bahwa penelitian yang akan saya lakukan pada pondok pesantren At-Taqwa adalah bertujuan menganalisis strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Dalam menerapkan komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris Terhadap Santri.


(21)

Demikian tinjauan pustaka ini saya lakukan, di mana perbedaan pokok bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi terdahulu, terlebih pada pokok penelitiannya, bahwa pada penelitian terdahulunya menjelaskan tentang Bagaimana manajemen pendidikan pondok pesantren At-Taqwa putri, dan membahas tentang Manajemen pondok pesantren dalam melakukan kegiatan dakwah dan sosial kepada masyarakat. membahas tentang manajemen pondok pesantren Al-Ikhwaniyah dalam menghadapi saat krisis ekonomi, dan juga membahas tentang strategi pondok pesantren At-Taqwa putra Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri, sedangkan pada penelitian ini penulis akan menganalisis tentang Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Dalam menerapkan komunikasi Berbahasa Arab Dan Inggris Terhadap Santri.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bahasan peneliti dalam bab ini adalah latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis

Pada bab ini dijelaskan tentang Pengertian Strategi, Bentuk dan Macam Strategi, Langkah-Langkah Strategi, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi, pengertian komunikasi,


(22)

proses komunikasi, pengertian strategi komunikasi, tujuan sentral dalam strategi komunikasi, langkah-langkah strategi komunikasi, fungsi strategi komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, pengertian pondok pesantren, tujuan dan fungsi pesantren. Pengertian bahasa, fungsi bahasa, Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa.

BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren At-Taqwa putra.

Pada bab ini dijelaskan tentang sejarah berdirinya pondok pesantren At-Taqwa putra, visi, misi, dan tujuan pondok pesantren At-Taqwa.

BAB IV : Analisis Penelitian

Bab empat ini menjelaskan tenteng Analisa Strategi pondok pesantren At-Taqwa putra bekasi dalam menerapkan komunikasi berbahasa Arab dan inggris pada santri, dan analisisnya.

BAB V : Penutup

Penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini, yang membuat kesimpulan dan saran – saran.


(23)

12

TENTANG STRATEGI PONDOK PESANTREN

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

“Kata strategi bersal dari bahasa yunani , yaitu stratogos” yang

berarti militer Ag yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, starategis diartikan Generalship atau suatu yang dilakukan para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.1 Sehingga tidak mengherankan jika pada awal perkembangannya istilah strategi digunakan dan popular dilingkungan militer.

Strategi berarti suatu yang dikerjakan oleh para jendral. Oleh karena iu pengertian yang paling umum dan tua tentang istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket dictionary “strategi

adalah seni perang, khususnya perencanaan gerak pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.

Dalam Kamus Istilah Manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal, waktu dan ukuran.2

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, manajemen strategi sebuah konsep

pengentar, (Jakarta : lembaga penerbitan pakultas ekonomi, UI 1999), h.8

2

Panitia Istilah manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta : Balai Aksara, 1983), Cet. Ke-2, h. 245


(24)

Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi

diartikan sebagai “kiat cara dan teknik utama yang dirancang secara

sistematik dalam melaksakan pungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melakukan kegiatan tertentu.4

Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan

organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata “program” dalam definisi

tersebut menyangkut suatu peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam perumusan strategi organisasi. Strategi dapat juga didefinisikan sebagai pola tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Definisi ini mengandung arti bahwa setiap organisasi mempunyai strategi walaupun tidak pernah secara eksplisit dirumuskan strategi menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya dengan tantangan dan resiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan.5

Strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

3

Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan

dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta : gadjah mada universitas press, 2000), cet

ke-1, h. 147

4

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka, 1997), h. 199

5


(25)

Secara umum, strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, penetapan strategi harus didahului oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan lain sebagainya.

Menurut Chaldler yang dikutip sopriyono, strategi adalah penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang diperlukan.6

Sementara menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama dalam berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan menganalikasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan sebagai sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.7

Strategi juga dapat dibedakan dari dua aspek penting yakni bentuk dan isi strategi. Segi bentuk memperhatikan strategi sebagai suatu rencana. Sebagai rencana maka strategi dirumuskan sebelum kegiatan di laksanakan dan berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan.

6

Supriyono, Manajemen Strategik dan Kebijasanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h.9

7


(26)

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi adalah proses rencana yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi berisikan sasaran dan program jangka panjang yang dirumuskan berdasarkan keunggulan dan kelemahan perusahaan atau organisasi guna menghadapi peluang dan ancaman dari luar.

Karena strategi adalah sebagai suatu alat untuk mencapai suatu tujuan perusahaan atau organisasi, strategi memiliki beberapa sifat:

a. Menyatu (unified), yaitu menytukan seluruh bagian –bagian dalam perusahaan

b. Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan

c. Integral (integrated), yaitu strategi akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan. 8

2. Tahap-Tahap Strategi

a. Analisis lingkungan

Analisis lingkngan merupakan proses awal dalam manajemen. Tahapan ini berintikan pada analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan ekternal. Aktivitas analisis ini kerap digabung dalam suatu kesatuan aktivitas yang lebih dikenal sebagai analisis SWOT (Strengths, weaknesses, opertunities, and threats), hasil analisis SWOT akan menujukan kualitas kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian

8

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengntar Proses Berfikir Strategic,


(27)

memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan atau modipikasi sumber daya organisasi.9

Berikut di jelaskan tentang analisis SWOT :

1) Strength (kekuatan) adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh lembaga. Dengan adanya kekuatan ini suatu lembaga dapat memahami dan mengetahui cara tepat dalam menyusun rencana global

2) Weaknes (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki sebuah lembaga. Dengan mengetahui kelemahan, lembaga yang diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan tersebut tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.

3) Opprtunity (peluang) adalah situasi yang menguntungkan lembaga. Dengan mengetahui peluang lembaga diharapkan dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan tujuan utama.

4) Threath (ancaman) adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan lembaga. Ancaman ini perlu diketahui lembaga dengan baik. Dengan mengetahui ancaman lembaga diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.10

Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan ekternal suatu lembaga adalah mengidentifikasi peliang yang harus segera

9

Ismail Yusanto & M Karebet, manajemen strategis perspektif syariah, (jakarta: Khairul Bayan, 2003), h.11

10


(28)

mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama lembaga menentukan beberapa kendala dan ancaman yang perlu diantisipasi.11

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan analisis lingkungan ekternal maupun internal, maka suatu lembaga akan mengetahui aspeek mana yang berpengaruh terhadap kemampuan lembaganya. Sehingga lembaga tersebut dapat mengidentifikasi peluang-peluang yang ada, dengan begitu kelemahan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan yang dapat mengokohkan lembaga.

b. Perumusan Strategi

Perumusan strategi ini di dalamnya termasuk mengembangkan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

Menurut David Aaker, sebagai mana dikutip oleh kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi yaitu :

1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstrim. 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.

3) Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat didalam organisasi.

4) Strategi menyiapkan keluwasan yang tepat pada bisnis dan organisasi strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang.

11

Amirullah & Sri Budi Cantika, manajemen strategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002) cet. Ke-1 h.127


(29)

5) Strategi secara keorganisasian dipandang layak dan wajar.

Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi memiliki peran besar dalam suatu lembaga. Dengan memiliki tujuan, maka lembaga dapat merefleksikan target yang akan dicapai. Strategi yang dirumuskan hendaknya harus melihat kearah depan terhadap suatu lembaga agar suatu lembaga dapat mencapai tujuannya.

c. Implementasi Strategi

Di dalamnya termasuk menciptakan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan, karena implementasi berarti memobilisasikan manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya implementasi strategi.

d. Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi terdiri atas penentukan cakupan besaran keberhasilan (kualitatif dan kuantitatif) dalam mencapai strategi organisasi. Selama implementasi berlangsung, kemajuan secara berkala atau pada tahap-tahap penting untuk menilai apakah organisasi bergerak kearah sasaranya harus diperiksa, apakah strategi itu diimplemtasikan seperti yang direncanakan dan apakah strategi tersebut mencapai hasil yang diharapkan.


(30)

Secara umum pengendalian strategi terdiri dari 3 langkah, yaitu:

a. Pengukur kinerja (Mesure The Performen) yaitu perbandingan antara standar dengan pelaksanaan

b. Perbandingan prestasi dengan standar (Compare The Performance Match The Standard) yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telahdiukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya. c. Mengambil tindakan korektif (The Corrective Action), yaitu tindakan

manajerial yang diambil para manajer ketika prestasi rendah dibawah standar atau target yang telah ditetapkan.12

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian strategi dibutuhkan untuk mengukur hasil kerja terhadap strategi yang di rumuskan. Dengan mengukur hasil kerja yang telah dicapai, maka suatu lembaga akan mengetahui posisi lembaganya. Sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat diminimalisir.

3. Proses Strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michel bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa kemudi, bergerak berputus dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara, tanpa adanya tujuan tertentu. 13

12

Amirullah & Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002) cet. Ke-1,h.183

13


(31)

Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan : a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya, adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman ekternal, menetapkan suatu obyektifitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.14 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.

Teknik perumusan strategi yang penting dapat didukung menjadi kerangka kerja diantaranya :

1) Tahap input (masukan)

Dalam tahap ini peroses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukanya untuk merumuskan strategi.

2) Tahap pencocokan

Proses yang dilakukan adalah mempokuskan pada menghasilkan strategi alternative yang layak dengan mendukung faktor-faktor eksternal dan internal.15

3) Tahap pemutusan

Menggunakan suatu macam teknik, diperoleh input sasaran dalam mengepaluasi strategi alternative yang telah diidentifikasi dalam tahap

14

Ibid, h.15

15


(32)

kedua.16 Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dan tujuan artinya peran perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar baik interen maupun eksteren.

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan adanya dalam mendukung starategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan m,emanfaatkan sisteminformasi yang termasuk.17 Implementasi sering disebut tahapan tindakan, karena implementasi berarti mobilisasi manusia yang ada dalam sebuah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan, kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya implementasi strategi.

c. Evaluasi Strategi

Menerapkan dari tahap akhir strategi ada tiga macan aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi.

1) Menuju faktor-faktot ekternal (berupa peluang dan ancaman) dan fakto-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan starategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubaha yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan begitu pula dalam faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektip atau efektivitas

16

Ibid, h.198

17


(33)

implementasi yang beruk akan berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi ( membanding hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian yang dinyatakan. Keriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibutuhkan, krteria yang meramalkan hasil lebih dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi 3) Mengambil tindakan kreatif untuk memastikan bahwa prestasi diluar

rencana.18 Dalam mengambil tindakan kreatif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah akan ditinggalkan, bahkan strategi baru harus dirumuskan, FredR. David mengatakan dalam bukunya

manajemen strategi konsep bahwa “tindakan kreatif diperlukan jika

tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan atau pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan kreatif dilakukan”.19

Segala kegiatan kreatif harus konsisten secara internal dan tanggung jawab secara sosial, evaluasi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberasilan dimasa depan, evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang konpleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan. Pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang akan dicapai. Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaraan yang

18

Ibid, h.5-6

19


(34)

dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tujuan dan nilai-nilai merangsang kreativitas.

Kotler menjelaskan langkah-langkah strategi usaha adalah sebagai berikut :

1) Mengolah Perbedaan

Strategi ini mencakup perbedaan inovatif dari pesaing. Apa yang pembeli harapkan dari produsen disebut paket jasa primer (primary service package), sedangkan penambahan jasa disebut (secondry service package). Jasa sekunder inilah yang disebut perbedaan inovatif. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan penawaran, penyampaian maupun citranya, terutama melalui simbol dan merek. 2) Mengolah Kualitas Jasa

Salah satu cara utama mendeferensiasikan perusahaan jasa adalah memberikan jasa berkualitas lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya, membantu pelanggan mendapatkan jasa dengan cepat, sopan dan peduli dalam pelayanan, fasilitas fisik, peralatan dan media yang prima.

3) Mengolah Produktivitas

Langkah-langkah produktivitas adalah : perusahaan harus mengelola produktivitas pekerjaannya dengan membuat pegawainya bekerja lebih terampil, meningkatkan kualitas jasa dengan lepas


(35)

kualitas tertentu, mengindustrikan jasa-jasa, menemukan solusi produk baru, merancang jasa yang lebih efektif, memberikan insentif pada pelanggan untuk menggantikan tenaga perusahaan dengan tenaga mereka sendiri atau menggunakan teknologi untuk menghemat waktu dan biaya.20

4. Prinsip-Prinsip Untuk Menyukseskan Strategi

Kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang mereka tetapkan dapat berhasil dengan baik, bukan saja dalam tatanan konseptual saja, tetapi dapat dilaksanakan. Untuk itu Hattaen memberikan beberapa petunjuk mengenai cara pembuatan strategi sehingga bisa berhasil, diantaranya yaitu:

a. Setiap strategi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila banyak strategi yang dibuat, maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lainnya. b. Strategi harulah konsisten dengan lingkungannya. Ikutilah arus

perkembangan yang bergerak dimasyarekat (jangan melawan arus) dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

c. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memenag setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi kedalam lubang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya dapat dikontrol.

20

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan


(36)

d. Strategi yang efektif hendaknya mempokuskan dan menyatukan semua sember daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lainnya. e. Strategi hendaklah memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatan dan tidak pada titik-titik yang justru pada kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan persaingan dan membuat langkh-langkah yang tepat untuk menepati posisi kompetitif yang lebih kuat.

f. Sumber daya adalah suatu yang kritis. Mengingat strategi adalah suatu yang mungkin, maka harus membuat sesuatu yang layak dan dapat dilakanakan.

g. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi diatas kegagalan.

h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, terutama dari para ksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.21

B. Definisi Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara historis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu perkataan Communicare mempunyai arti “berpartisipasi atau

memberitahukan”.22

Pendapat lain mengatakan istilah komunikasi berasal

21

Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: Yrama Widya, 2007) cet. Ke-1 h. 76-77

22

Astid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta 1974), hal. 1.


(37)

dari bahasa Latin, Communicatio yang berasal dari kata communis artinya:

“sama” dalam arti sama makna mengenai suatu hal.23 Jadi dapat dikatakan bahwa pengertian komunikasi adalah pemberitahuan di pihak yang memberitahu (komunikator) kepada pihak yang diberitahu (komunikan) tentang suatu hal. Ditinjau dari sudut etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa inggris, communication yang berarti: hubungan, pemberitahuan.24

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan

(message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communikator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama (communicate).

Sasa Djuarsa Senjaja dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan, komunikasi adalah “suatu proses pembentukan,

penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.25

Definisi komunikasi menurut Harold Dwight Lasswell, bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa? (who says what in which channel to whom with what effect?).

23

Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 4.

24

Johan Surjadi dan S. Koentjoro, Kamus Lengkap Populer, (Jakarta: Indah, 1868), hal. 67.

25

Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), cet. Ke-4, hal. 8


(38)

Adapun pengertian selain di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, diantaranya Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shanon dan Weaver mengartikan komunikasi mencakup sebagai prosedur sebagai prosedur melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.26

Begitupun yang menekankan pada unsur penyampaian atau pengoperan, bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.27

Menurut Onong Uchjana Effendi, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yakni untuk:

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)

c. Mengubah prilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change the society)

Komunikasi juga dapat dilakukan dengan berbagai metode, istilah

metode atau dalam bahasa inggris “method” berasal dari bahasa Yunani

methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana pasti, mapan dan logis. Agar

26

Aubery Fisher, Teori-teori komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hal. 10.

27

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet ke-3, hal. 25


(39)

komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.

a. Proses Komunikasi

Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut:

1) Source (sumber)

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.28

2) Communicator (penyampaian pesan)

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti: surat kabar, televisi, film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus di perhatikan oleh seseorang komunikator adalah: a) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya

b) Keterampilan berkomunikasi c) Mempunyai pengetahuan yang luas d) Sikap

e) Memiliki daya tarik 29

28

Widjadja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 11

29


(40)

3) Message (pesan)

Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan dapat bersifat informatif memberi keterangan-keterangan yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Persuasif bujukan, yakni membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberi berupa sesuatu berupa pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe keledai). 4) Channel (saluran)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu :

a) Saluran formal atau bersifat resmi

b) Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi 5) Communican (penerima pesan)

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni personal, kelompok dan massa.

6) Effect (Hasil)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, seseorang atau tidak dengan yang kita inginkan.


(41)

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi personal

Bentuk komunikasi kelompok ada dua yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi interpersonal.30

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atai kita tidak. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam kontek-kontek lainnya, dengan kata lain komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.31

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menagkap reaksi secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.32

Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication), dan

30

Efendy Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 11

31

Don F. Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy, Komunikasi Organisasi,

Strategi Meningkatkan kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Rosdakarya 2001), cet. Ke-3, hal.

72-73

32


(42)

komunikasi kelompok kecil (small group communication). Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, hal mana anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain. Mengenai batas jumlah anggota tidak secara tegas disebutkan.33

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri komunikasi diadic adalah:

a) Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat. b) Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan

secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.34

Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar pribadi adalah:

a) Mengenal diri sendiri dan orang lain. b) Mengetahui dunia luar.

c) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. d) Mengubah sikap dan prilaku

33

Nurudin, Sistem komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2005), cet. Ke-2, hal. 31-32

34

Don F. Failes, R Wayne Pace, editor Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi, Strategi


(43)

e) Bermain dan mencari hiburan. f) Membantu orang lain.

2) Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.35 Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah:

a) Bila proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.

b) Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima.

c) Pesan yang disampaikan terencana dipersiapkan dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan ceramah. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.36

3) Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi (organization communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan

35

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hal. 7

36

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2005), cet. Ke-2, hal. 33


(44)

berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.37

Komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisai tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lain dan fungsi suatu lingkungan.38

Komunikasi organisasi cenderung menekan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational boundary), fokusnya adalah menerima, menafsirkan dan bertindakberdasarkan informasi dalam suatu konteks. Tekanannya adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka. Komunikasi organisasi dipandang dari suatu perspektif interpretatif (subjektif) adalah proses

37

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hal. 75

38

Don F. Faules, R. Wayne Pace, Editor Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi,


(45)

penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi, ia adalah

organisasi. Komunikasi organisasi adalah “prilaku pengorganisasian”

yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.39

C. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren dan santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti : Guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa India Shastri dari akar kata sastra, yang berarti buku-buku suci, buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.40 Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata yang dirangkai menjadi satu, menjadi kata pondok dan pesantren, sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai asal-usul tentang pondok pesantren yaitu, ada yang mengatakan dari bahasa India (Hindu) dan ada pula yang mengatakan berasal dari Arab. Mastuhu juga mendevinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari.41

Adapun yang mengatakan bahwasanya pesantren dari India adalah Soegarda Poerbakawatja yang menjelaskan bahwa adanya persamaan dalam penyerahan tanah oleh Negara bagi kepentingan agama yang

39

Ibid, hal. 33

40

Muhammad Riduan Lubis, pemikiran suekarnotentang islam, (Jakarta : C.V. mas Agung, 1992), h.23

41


(46)

terdapat pada agama Hindu. Adanya persamaan ditemukan sistem pendidikan Hindu dengan pesantren, yaitu guru tidak mendapatkan gaji, letak pesantren diluar kota dan seluruh sistem pendidikan bersifat agama.42

Menurut Karel A. steenbring istilah pondok pesantren mungkin

berasal dari bahasa Arab, Funduq yang berarti “Pesanggrahan atau penginapan bagi orang-orang yang bepergian.43

Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier istilah pondok

barangkali berasal dari pengertian “Asrama-asrama para santri yang

disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu” atau

barangkali berasal dari kata Arab, Funduq, yang berarti “Hotel atau

Asrama”.44

Istilah pondok dalam kamus bahasa Indonesia adalah “Rumah untuk sementara waktu, seperti didirikan diladang, dihutan, dikatakan pondok adalah rumah rumah yang kurang baik biasanya berdinding bilik atau dikatakan pondok adalah madrasah dan asrama tempat ngaji, belajar agama Islam.45 Berarti astilah pesantren dalam kamus bahasa Indonesia

adalah “Asrama dan Tempat murid-murid atau para santri belajar mengaji46

Sedangkan menurut Manfred Ziemekbpesantren adalah gabungan

kata “Sant (Manusia Baik)” dihubungkan dengan suku kata “Tra (Suka

42

Karel. A. Steenbrink, pesantren madrasah sekolah, (Jakarta : LP3ES, 1986), cet. Ke-1, h. 21.

43

Ibid, h. 22.

44

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiayi,

(Jakarta: LP3ES, 1982), cet. Ke-1, h. 18.

45

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Moderen, (Jakarta: Pustaka Amani), h.321

46


(47)

Menolong)”, sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan

manusia baik-baik.47

Kata pesantren berasal dari Pe-santri-an, yang berasal dari akar

kata “Santri” yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Kata santri berasal

dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa shastri dari akar kata sastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.48

Dari keterangan diatas dapat dirumuskan bahwa pengertian pesantren adalah tempat orang-orang atau pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan agama Islam.49 Secara garis besar pondok pesantren adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam.

Pesantren tetap berpegang pada prinsip awalnya, tidak mudah terpengaruh terhadap perjalanan arus budaya. Hal inilah yang menyebabkan pesantren tetap eksis didalam perjalanannya. Bahkan karena

menyadari arus yang deras itulah’ yang menyebabkan pihak luar justru melihat “keunikan” dari pesantren sebagai wilayah sosial yang netral, yang mempunyai kekuatan pesistensi terhadap arus globalisasi.50

47

Manfred Ziemek, pesantren dalam perubahan social, (Jakarta: P3M, 1986), cet. Ke-1, h. 99.

48

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Heave, 1994), h.99.

49

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991), jilid 1,h. 181

50


(48)

Pondok pesantren bukan hanya lembaga yang mengajarkan agama Islam, tetapi juga sebagai salah satu pilar penopang dunia pendidikan di Indonesia. Dari segi sejarah pondok pesantren tidak hanya memiliki makna keIslaman akan tetapi juga keaslian (indegeneos) bahasa Indonesia.51

2. Tujuan dan Fungsi Pesantren Tujuan pesantren

Tujuan pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan banyak tentang ilmu-ilmu agama yang bertujuan membantu manusia bertaqwa, mampu untuk hidup mandiri, ikhlas dalam melakukan suatu perbuatan berijtihad membela kebenaran Islam. Selain itu juga tujuan didirikannya pondok pesantren pada dasarnya ada dua hal :

a. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiayi yang bersangkutan serta mengamalkan dalam masyarakat.

b. Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi muballigh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.52

Fungsi Pesantren

Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, akan tetapi berfungsi sebagai lenbaga sosial dan penyiaran agama. Lembaga pendidikan pesantren menyelenggarakan pendidikan Formal seperti (Maderasah, Sekolah

51

Ali Anwar, Sebuah Kajian Singkat Tentang Trensformasi Peran Dan Otoritas, (Bekasi: Pahlawan Nasional), h. 5.

52

HM Arifin dan Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (PT. Raja Grafindo Perkasa: 1996), h.44


(49)

Umum, dan Perguruan Tinggi) dan pendidikan non formal yang secara khusus mengajarkan pelajaran agama yang sangat kuat yang dipengaruhi pemikiran-pemikiran Ulama, Fiqih, Hadist, Tafsir, Tauhud dan Thasawuf, Bahasa Arab, nahu,Syarof, Balaghoh, Tajwid, Mantik dan Akhlah.

Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya.

Sebagai lembaga penyiar agama, masjid pesantren juga berfungsi sebagai masjid umum, yaitu sebagai tempat belajar agama dan ibadah masyarakat umum. Masjid sering kali dipakai untuk penyelenggaraan majlis

ta’lim (pengajian) diskusi-diskusi keagamaan dan sebagainya, oleh masyarakat umum.

Sehubungan dengan fungsi pesantren tersebut, maka pesantren memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, dan menjadi rujukan moral bagi masyarakat umum, terutama pada kehidupan moral keagamaan.

Perkembangan kualitas pesantren disertai dengan berbagai pembenahan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikannya. Berbagai sekolah-sekolah formal mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi didirikan. Hal ini dimaksudkan untuk merespon tuntutan zaman. Sehingga, berbagai pesantren melakukan kompetisi dalam menyediakan lembaga-lembaga pendidikan untuk merespon kebutuhan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan


(50)

banyaknya lembaga-lembaga pendidikan pesantren yang memiliki perguruan tinggi dari tingkat diploma sampai pasca serjana.

Dalam perjalanannya hingga sekarang, sebagai lembaga sosial, pesantren telah menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun sekolah agama (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi). Selain itu pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah diniyah yang mengajarkan bidang-bidang ilmu agama saja. Pesantren juga telah mengembangkan fungsinya sebagai lembaga solidaritas sosial dengan menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim dan memberikan pelayanan yang sama kepada mereka, tanpa membedakan tingkat sosial mereka.

Dengan berbagai peran yang potensial diperankan oleh pondok pesantren maka pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitar, sekaligus menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi-fungsi ini akan tetap dipelihara manakala para kyai pesantren dapat menjaga independensialnya dari intervensi luar.

D. Pengertian Bahasa

Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.53

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa, memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara

53


(51)

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.54

Lain halnya menurut Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.55

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. Bahasa isyarat akan dibahas pada artikel lain di situs organisasi.

Dari penjelasan tentang pengertian bahasa diatas bias diambil sebuah kesimpulan bahwa Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer

54

Ambary, Abdullah. Intisari Tata Bahasa Indonesia. (Bandung: Djatnika 1986).

55

Syamsuddin, A.R. Sanggar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta 1986).


(52)

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :

1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. 2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia. 3. Alat untuk mengidentifikasi diri.56

Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :

1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.

Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.

2. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa Sunda, dialek bahasa Bali, dialek bahasa Jawa, dan lain sebagainya.

3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

4. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. 5. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan

informal (tidak baku).57

56

www.wismasastra.worspress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-menurut-para-ahli/

57


(53)

42

PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA UJUNG HARAPAN BAHAGIA BEKASI

A. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra

Pondok pesantren At-Taqwa putra terletak didesa ujung harapan bahagia, pondok pesantren At-Taqwa merupakan salah satu dari 93 lembaga pendidikan yang dikelolah oleh Yayasan At-Taqwa yang telah berdiri sejak tahun 1956 dengan nama Yayasan pembangunan pemeliharaan dan pertolonhan Islam yang disingkat menjadi yayasan P3 Islam.

Pendiri pondok pesantren At-Taqwa adalah bapak K.H. Noer Alie, putra dari seorang ayah yang bernama H. Anwar Bin H. Layu dan ibu beliau bernama Hj. Maimunah Binti Tarbin. K.H. Noer Alie dilahirkan didesa ujung malang (sekarang dikenal dengan ujung harapan) sebuah desa yang terpencil disebelah timur jakarta, dan sebelah barat dari kota bekasi pada tahun 1914. “ atas bantuan dari seorang dukun beranak dikampung asem, yang bernama

Maklimah”.1

Pada usia dua puluh tahun, tepatnya tahun 1934 sepeninggal gurunya (KH. Marjuki) orang tua beliau menginginkan agar anaknya melanjutkan

sekolah, mendalami ilmu agama dimakkah. “Noer Alie muda pun tidak

1

Alie Anwar, Kemandirian Ulama Pejuang, Biografi KH. Noer Alie, (Yayasan At-Taqwa), h. 7


(54)

menyia-nyiakan jerih payah orang tuanya, maka berangkatlah beliau kemakkah untuk menyambung generasi ulama dimasa mendatang, selama kurang lebih 6 tahun”.2

Sekembalinya KH. Noer Alie dari makkah, pada tahun 1940, beliau berusaha memajukan umat dari keterbelakanganyang mereka alami yang minimnya pendidikan yang mereka dapatkan, langkah awal yang beliaw tempuh adalah berusaha membangun Sekolah (Pondok Pesantren) karena tidak ada satupun sekolah yang berdiri didesa tersebut. Sebagainama diketahui bahwa bangsa tidak menginginkan bangsa Indonesia menjadi orang pintar dan pandai sehingga sangat mustahil mereka mau mendirikan sekolah untuk orang-orang Indonesia.

Pada awal tahun 1940 KH. Noer Alie menbuka pengajian yang hanya mempelajari kitab kuning, mengenai tempat belajar pada waktu itu tidaklah menjadi hal yang utama, yang penting masyarakat harus belajar pada saat itu, muridnya hanya baru dari kalangan masyarakat ujung malang saja, semakin lama murid yang belajar semakin banyak, masjid yang dipakai menjadi tempat belajar sudah tidak mampu lagi menampung jumlah murid yang ada maka KH. Noer Alie mulai mengenbangkan pengajiannya menjadi pesantren dengan cara membangun madrasah didepan masjid, kondisi itu sangat memperhatinkan, karena Negara masih dalam keadaan perangmerebut kemerdekaan, sehingga terpaksa aktivitas pendidikan dihentikan, sebab

2

Alie Anwar Marjuki, KH. Noer Alie, Singa Kerawang Bekasi Yang Sangat Ditakuti


(55)

banyak guru serta pemuda yang pergi meninggalkan kampong untuk mengikuti peperangan mengusir penjajah didaerah lain.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1950 aktivitas pendidikan mulai dirintis kembali oleh KH. Noer Alie mengajak para guru serta para kemuka masyarakat ujung malang dan sekitarnya berkumpul untuk bermusyawarah membentuk sebuah organisasi kecil dengan nama Panitia Pembangunan Pemeliharaan Dan Pertolongan Islam (disingkat menjadi P3 Islam), hal ini dilakukan KH. Noer Alie karena terdorong oleh rasa tanggung jawab Allah SWT, dan masa depan umat dan bangsa serta menyatukan usaha ummat dalam berbagai bidang khususnya bidang Dakwah, Pendidikan, serta penyuluhan terhadap ummat panitia ini diketuai oleh KH. Noer Alie.3

Selanjutnya agar mendapat pengakuan secara hukum, para pengurus P3 Islam mengajukan badan hukum pada notaries Eliza pondang dijakarta. Dengan demikian sejak tanggal 7 Agustus 1957 organisasi panitia pembangunan, pemeliharaan dan pertolongan Islam telah resmi menjadi sebuah yayasan. Berdasarkan nama yang tercantum dalam akte notaries nomor 11 yayasan ini bernama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan Pertolongan Islam Desa Ujung Malang Tengah, disingkat Yayasan P3 Islam Desa Ujung Malang Tengah.

Setelah resmi dibentuk Yayasan P3 Islam mulai mulai membangun sekolah-sekolah disekitar daerah ujung malang dengan mengumpulkan anak-anak dan pemuda untuk melanjutkan sekolah hingga tahun 1952 Yayasan P3

3M. Sa’dudin HM,

Catatan Ringkas Proses Berdiri dan Berkembangnya Yayasan

pembangunan, pemeliharaan dan pertolongan islam (yayasan P3 islam), (Ujung Malang: Bekasi),


(56)

Islam berhasilkan 6 (enam) buah madrasah Ibtidaiyyah (SRI : Sekolah rakyat Islam) diujung malang, membangun masjid jami At-Taqwa serta memberikan bantuan kepada pejuang kemerdekaan dengan memberikan sebagian hasil persawahannya.

“Untuk menampung para pelajar lanjutan madrasah ibtidaiyyah,

Yayasan P3 Islam juga membangun pondok pesantren dengan nama Perguruan Menengah Islam Pesantren Bahagia”.4 Ketua perguruan tersebut adalah KH. Noer Alie, tetapi dengan kesibukan beliau sebagai ketua masyumi OPO bekasi, maka sebagai direkturnya adalah KH. Abdurrahman.

Setelah organisasi masyumi dibubarkan pada tahun 1960, KH. Noer Alie mulai aktif kembali membangun kampungnya dalam bidang pendidikan, dikomplek masjid At-Taqwa, beliau membangun pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren At-Taqwa.

Ditengah-tengah aktivitas dipondok pesantren yang di bangun oleh yayasan P3 Islam, lokasi perguruan menengah Islam pesantren bahagia itu diperlukan oleh pemerintah untuk komando Distrik Militer (KODIM) 0507 bekasi, dengan demikian maka para santri yang belajar harus pindah kepesantren lain, diantara mereka banyak yang pindah kepesantren At-Taqwa yang dipimpin oleh KH. Noer Alie. Dengan bertambahnya santri yang tertampung dipondok pesantren At-Taqwa, makin berkembang pula sistem pendidikan pondok pesantren tersebut, sehingga pada tahun 1962pondok pesantren At-Taqwa merubah sistem pendidikannya dari sistem Non klasikal (tradisional) manjadi klasikal, yaitu dengan membangun sebuah madrasah

4


(57)

menengah At-Taqwa (MMA) putra, setingkat dengan tsanawiyah dan aliah dengan mata pelajaran 50% pengetahuan agama dan 50% lagi pengetahuan umum, tujuan dari perubahan tersebut adalah agar para lulusan madrasah ini dapat melanjutkan pendidikannya keberbagai perguruan tinggi baik agama maupun umum.

Pada tahun 1986, setelah 30 tahun Yayasan pembangunan, pemeliharaan, dan pertolongan Islam mengadakan regenerasi kepengurusan dan sekaligus mengadakan perubahan nama serta perbaikan anggaran dasar untuk menyesuaikannya dengan undang-undang No 8 tahun 1982, dengan demikian maka Yayasan P3 Islam berubah menjadi yayasan AT-TAQWA,

“perubahan tersebut disyahkan notaries Soedirja, SH pada tanggal17

Desember 1986 dengan nomor register 16.”5

B. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Ujungharapan Bahagia Bekasi

1. Visi

Berilmu Amaliyah beramal ilmiah dengan landasan Al-qur’an dan Sunnah rosul SAW yang diformulasikan dalam kalimat singkat, yaitu: a. Ikhlas, Adalah titik tolak kegiatan Insan muslim menuju keridhoan

Allah SWT tidak ada kegiatan Insan mukhlis yang tidak di dasari Ibadah kepada Allah SWT. Ikhlas diperintahkan Allah SWT. Dalam firmannya Qs.Al-baqarah : 139 yang berbunyi :

5

Sekretariat Yayasan At-Taqwa, Rekapitulasi Global Lembaga-lembaga dibawah


(58)

Artinya:

Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah,

Padahal dia adalah Rabb kami dan Rabb kamu: bagi kami amalan kami, bagi Kamu amalan kamu dan hanya kepada-nya mengikhlaskan hati. (Qs. 2: 139)

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa tanpa keikhlasan maka semua amal tidak diterima dan sia-sia Dihadapan Allah SWT . Kalau di ibaratkan amal sebagai tubuh atau jasad maka ikhlas adalah ruhnya. Jadi setiap amal yang ikhlas sama dengan tubuh yang tidak bernyawa, tidak mempunyai ruh atau sama dengan mayyit. Setiap orang melaksanakan sesuatu dengan ikhlas akan muncul dalam diri sifat amanah dalam kehidupannya. Orang amanah itu dalam bahasa Arab disebut sebagai Amin.6

b. Berdzikir, dalam makna yang luas yakni bahwa semua kegiatan adalah untuk berdzikir kepada Allah. Ibadah mahdoh berupa sholat, puasa, zakat, dan haji dilakukan untuk berdzikir kepada Allah . Demikian juga kegiatan lain selalu dihubungkan dengan mengingat Allah. Tidak ketinggalan pula

dzikir berupa do’a dan pembacaan Al-qur’an. Dengan berdzikir tersebut akan lahir insan-insan yang benar dalam segala tindakannya. Insan yang benar dalam bahasa Arab disebut sebagai orang yang shadik dan sidik.

6

Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi, dan Garis besar Kerja Yayasan Attaqwa.


(59)

Berdzikir adalah aktivitas yang diperintahkan Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 103 yang berbunyi :

Artinya :

Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah di Waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila Kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). (Qs. 4: 103)

Sebagai hamba Allah yang muslim dan mu’min, harus senatiasa

barada dalam keadaan ingat kepada Allah dengan berdzikir, baik dzikir yang wajib ataupun dzikir yang sunnah, baik secara sendiri-sendiri ataupun jamaah, seperti sholat, puasa, ngaji, dan wiridan seperti membaca Al-Qur’an, takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih. Hal ini telah dilaksanakan

oleh Nabi Muhaabimmad SAW, para sahabat, Tabi’in dan Aulia shalihin

serta ulam pada umumnya, dan khususnya yang telah dicontohkan oleh pendiri At-Taqwa. Sehingga diharapkan akan selalu mendapatkan rahamat,

magfiroh dan ma’unah dari Allah SWT. Dzikir ini juga merupakan

ungkapan bahwa manusia makhluk yang sangat lemah, dan hanya Allah satu-satunya yang maha Besar, Maha Kuasa, dan Maha Pemurah, sehingga sewajarnya manusia selalu menggantungkan diri padanya dalam sagala hal. Dengan dzikir pada setiap saat dan pada setiap tempat dimana pun


(1)

(2)

HASIL WAWANCARA

Pewawancara : Abdul Fatah

Nama : H. Asep Sopyan Hariri, Lc, M. Pd. I.

Jabatan : Kurikulum

Tempat : Pondok Pesantren Attaqwa Putra Ujung Harapan

Hari dan tanggal : 10 juli 2011 s/d 22 juli 2011

1. Kapan pondok pesantren attaqwa berdiri ? Jawab :

Pondok pesantren Attaqwa berdiri pada tahun 1940 pondok pesantren didirikan oleh KH. Noer Alie putra dari seorang ayah yang bernama H. Anwar Bin H. Layu dan ibu beliau bernama Hj. Maimunah Binti Tarbin. karena kondisi masyarakat saat itu yang minim pendidikan.

2. Bagaimana sejarah berdiri pondok pesantren Attaqwa ? Jawab :

Pada awal tahun 1940 KH. Noer Alie menbuka pengajian yang hanya mempelajari kitab kuning, Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1950 aktivitas pendidikan mulai dirintis kembali oleh KH. Noer Alie mengajak para guru serta para kemuka masyarakat ujung malang dan sekitarnya berkumpul untuk bermusyawarah membentuk sebuah organisasi kecil dengan nama Panitia Pembangunan Pemeliharaan Dan Pertolongan Islam (disingkat menjadi P3 islam), Setelah organisasi masyumi


(3)

dibubarkan pada tahun 1960, KH. Noer Alie mulai aktif kembali membangun kampungnya dalam bidang pendidikan, dikomplek masjid Attaqwa, dan beliau membangun pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren Attaqwa.

3. Apa visi dan misi didirikannya pondok pesantren Attaqwa ? Jawab :

Emm… itu bias kamu lihat langsung di dokumentasi pondok pesantren Attaqwa, (sambil memberikan dokumentasi tersebut).

4. Latar belakang atau alasan apa diterapkannya komunikasi berbahasa arab dan inggris ?

Jawab :

Emm… Pondok Pesantren yang berbasis modern memiliki landasan untuk dapat menguasai bahasa Arab dan Inggris, oleh karena itu Pondok Pesantren Attaqwa mengimplementasikan proses tersebut dengan adanya disiplin berbahasa baik berbahasa Arab maupun Inggris dalam keseharian santri.

5. Apakah ada tuntutan zaman makanya diterapkan komunikasi berbahasa arab di pondok pesantren ini ?

Jawab :

Ya benar Semua yang dilakukan Pondok demi kemajuan Islam pada umumnya dan para santri pada khususnya untuk menghadapi zaman yang semakin maju ini.

6. Bagaimana strategi yang digunakan dalam menerapkan komunikasi berbahasa arab dan inggris ?


(4)

Jawab :

Ya…. Sebetulnya strategi atau cara untuk pelaksanaan pengajaran bahasa arab dan inggris ada 2 (dua) metode : yang pertama ada yang dari departemen agama dengan maksuk artinya secara teoritis kita bias itu secara di kelas, yang ke dua secara muhadasah atau secara diluar kelas yaitu diadakan kursus bahasa.

7. Pelaksanaan program sehari-harinya seperti apa? Jawab :

Pelaksanaan program sehari-haninya itu di hari senin dan hari selasa disitu ada yang namanya engglis day dan juga hari bahasa arab yaitu Arabic day itu di adakan satu minggu sekali.

8. Dampak positifnya seperti apa ? Jawab :

Dampak positif emm….. artinya yang jelas kedua bahasa itu banyak sekali dampak positifnya, secara bahasa pengantar mereka bsa dibantu dan yang musabaqoh bahasa mereka sudah siap di peraktekan. Sehingga kalau mereka di butuhkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan itu mereka sudah siap melaksanakan nya.

9. Apakah ada dampak negatifnya dalam penerapan itu sendiri ? Jawab :

Eee.. klo dampak negatifnya sebenarnya tidak ada dalam bahasa arab dan bahasa inggris tidak ada, maksudnya bagi santri yang sudah menguasai bahasa arab tidak diharuskan untuk bias bahasa inggris, kare terutama bagi santri yang lebih di


(5)

utamakan adalah bahasa arabnya yang menjadi bahasa pengantar dipondok pesantren ini.

10.Apakah ada peluang dalam kelanjutan pendidikan bagi santri yang menguasai dua baha tersebut ?

Jawab :

Jelas ada,,,, peluangnya sangat besar ada peluang biasiswa keluar negri, juga adapeluang kesuksesan di dalam negri seperti biasiswa yang kami siapkan untuk santri yang menguasai dua bahasa tersebut.

11.Apa yang menjadi faktor pendukung dalam penerapan bahasa tersebut ? Jawab :

Factor pendukungnya ya,,,,,, sebetulnya kita untuk bahasa arab hampir semua pendukungnya notabene bahasa arab, yang dimana pinpinan pondok pesantren ini mengatakan bahwa kedua bahasa yaitu bahasa arab dan inggris sudah harus dibuat metode terbaik di ajaran 2010 dan 2011

12.Apakan yang menjadikan factor penghambatnya ? Jawab :

Factor penghambatnya khusus dipondok pesantren attaqwa putra karena santri kita tidak semuanya mondok, banyak anak pribumi yang notabene nya dia tidak bisa bahasa arab atau tidak menggunakan bahasa dirumahnya, sehingga santri banyak yang terkontaminasai dengan anak pribumi.


(6)

13.Tujuan dalam penerapan bahasa tersebut seperti apa ? Jawab :

Ya,,,, sebenernya kita tahu bahwa bahasa arab dan inggris sudah menjadi bahasa yang biasa, maksudnya kita ingin menjadikan bahasa arab dan inggris ini menjadi bahasa yang biasa digunakan oleh santri, toh kita beranggapan bahasa inggris itu adalah bahasa yang luar biasa begitu juga bahasa arab.

14.Apakah ada ancaman bagi santri yang tidak menguasai dua bahasa tersebut ? Jawab :

Kalo ancaman sebenarnya tidak ada, akan tetapi sangat ironis sekali kalau santri tidak bisa bahasa arab, karena dipondok pesantren ini kedua bahasa tersebut sudah milik bersama, yang artinya bukan hanya menguasai bahasa arab saja melainkan santri juga harus bias berbahasa inggris yang dimana sudah menjadi bahasa internasional.