0.18 Penetapan Kadar Senyawa Asiatikosida

Berdasarkan posisi daun yang memberikan nilai korelasi yang tinggi secara konsisten antara N, P, dan K daun terhadap produksi bobot kering daun dan bobot senyawa asiatikosida diperoleh pada daun ke-1 Tabel 9. Oleh karena itu bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K sebagai bahan untuk analisis hara N, P, atau K daun yang terbaik dilakukan pada posisi daun ke-1. Secara umum melihat konsistensi dan keeratan korelasi antar status hara N, P atau K daun dengan produksi terna kering dan bobot senyawa bioaktif asiatikosida serta pertimbangan efisiensi aplikasinya, maka jaringan tanaman yang terbaik untuk dijadikan bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K adalah daun pada posisi ke-1 umur 5 BST. Untuk selanjutnya daun posisi ke-1 umur 5 bulan dijadikan daun sampel untuk tanaman pegagan. SIMPULAN 1. Konsentrasi hara N, P, dan K daun pegagan semakin menurun dengan bertambahnya umur dan kenaikan status hara N, P, dan K berkorelasi positif dengan produksi terna bobot kering daun maupun senyawa bioaktif asiatikosida. 2. Waktu panen yang tepat untuk tanaman pegagan yang ditanam di dataran tinggi untuk mendapatkan produksi terna maupun senyawa bioaktif asiatikosida yang tinggi adalah umur 5 bulan. 3. Kandungan senyawa bioaktif asiatikosida pada daun tua umur 6 bulan 1.92 lebih tinggi dari pada daun muda umur 3 bulan 1.05 . 4. Sampel daun yang tepat sebagai bahan diagnosis status hara dalam penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K bagi tanaman pegagan adalah posisi daun ke-1 umur 5 bulan untuk analisis hara N, P dan K. UJI KALIBRASI HARA N, P, K MENGGUNAKAN ANALISA JARINGAN DAUN PADA TANAMAN PEGAGAN ABSTRAK Uji kalibrasi dilakukan untuk menentukan hubungan antara nilai analisis hara N, P, K jaringan daun dengan respon produksi tanaman pegagan di lapangan. Selanjutnya interpretasi data dilakukan dengan menggunakan model regresi guna melihat pola respon produksi tanaman terhadap pemupukkan. Percobaan dilakukan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO, dari Januari sampai Desember 2009, pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang tepat untuk menentukan status hara N, P, K pada jaringan daun tanaman pegagan. Selanjutnya dengan menggunakan metode Cate dan Nelson, data analisis hara pada jaringan daun pegagan dapat diinterpretasikan apakah status hara N, P, K tersebut tergolong rendah atau tinggi, serta batas titik kritisnya. Hanya yang berstatus rendah yang respon terhadap pemupukan, sehingga perlu ditambahkan pupuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi terbaik antara konsentrasi hara N, P, K daun sampel pegagan dengan hasil adalah kuadratik. Batas kritis hara N, P, dan K daun pegagan untuk produksi berat kering terna terletak pada titik 2.72 N; 0.22 P; dan 3.27 K. Untuk produksi asiatikosida titik kritisnya terletak pada 2.78 N; 0.22 P; dan 2.97 K. Berdasarkan model regresi kuadratik dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan terna kering maksimum yakni 2.57 g Ntan, 0.72 g P 2 O 5 tan dan 2.69 g K 2 Otan. Konsentrasi hara N, P dan K daun sampelnya yakni 4.33 N ; 0.32 P ; dan 4.96 K. Rekomendasi dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan asiatikosida maksimum yakni 2.04 g Ntan, 0.42 g P 2 O 5 tan dan 2.93 g K 2 Otan. Konsentrasi hara N, P dan K daun sampelnya 3.58 N; 0.39 P; dan 4.84 K. Kata kunci: Uji kalibrasi , batas kritis, konsentrasi hara daun, rekomendasi pupuk CALLIBRATION TEST OF N, P, K NUTRIENTS USING LEAF’S TISSUE ANALYSIS ON ASIATIC PENNYWORT ABSTRACT Calibration test was done to determine the relationship between N, P, K nutrient analysis of leaf’s tissue with asiatic pennywort’s production response on field. Data interpretation was done using regression model to see response pattern of plant production to fertilization. The research was conducted at KP Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO, from January to December 2009, on andisol soil at the height of 1500m above sea level. The research is aiming at getting the right regression model to determine N, P, K nutrient status on leaf’s tissue of asiatic pennywort. Using Cate and Nelson’s method, nutrient data analysis on asiatic pennywort leaf’s tissue can be interpreted whether the N, P, K nutrient status is classified as low or high, also its critical point limit. Only plants with low status give response to fertilization, so that it needs the addition of fertilizer. The results show that the best regression model between N, P, K nutrient concentration on asiatic pennywort leaf’s sample and result is quadratic. Critical nutrient points for N, P, K of asiatic pennywort’s leaf to produce dry weight lie on 2.72 N; 0.22 P; and 3.27 K. To produce asiaticoside on its critical point reposed at 2.78 N; 0.22 P; and 2.97 K. Based on quadratic regression model, fertilizer doses of N, P, K to produce maximum dry weight are 2.57 g Nplant, 0.72 g P 2 O 5 plant; and 2.69 g K 2 Oplant. N, P, K nutrient concentrations on sample leaf are 4.33 N; 0.32 P; and 4.96 K. The recommended fertilizer doses of N, P, K to produce maximum asiaticoside are 2.04 g Nplant, 0.42 g P 2 O 5 plant, and 2.93 g K 2 Oplant. Nutrient concentrations of N, P, K on sample leaf are 3.58 N; 0.39 P; and 4.84 K. Key words: Callibration test, crical level, nutrien status on leaf’s tissue, t he recommended fertilizer doses PENDAHULUAN Dalam budidaya tanaman biofarmaka, peranan pupuk sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman obat yang akan di panen. Efek farmakologis yang dikandung pegagan menjadi hilang atau menjadi buruk akibat pemupukan yang salah. Suplai N mempengaruhi pertumbuhan tanamn, penampilan, dan hasil tanaman. Penambahan suplai N diikuti oleh meningkatnya kandungan senyawa yang mengandung N seperti asam amino, protein dan vitamin B. Hara P dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan akar yang baik sehingga tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyerap unsur hara yang menunjang pertumbuhan lebih lanjut. Unsur K mengendalikan aktivitas lebih dari 50 macam enzim di dalam tubuh tanaman akan mempengaruhi proses metabolisme tanaman sehingga dapat dipastikan akan berpengaruh pada mutu tanaman dan hasil panen. Musyarofah 2006 dalam penelitian membuktikan bahwa pemupukan NPK dapat meningkatkan kandungan fitokimia. Pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dijelaskan dengan membahas fungsi unsur hara di dalam metabolisme tanaman. Unsur hara juga dapat memperbaiki atau menurunkan ketahanan tumbuhan terhadap hama dan penyakit. Ketahanan alami meningkat melalui perubahan dalam hal anatomi seperti penebalan dinding sel epidermis, terpacunya pembentukan lignin, perubahan fisiologis dan komposisi biokimia, seperti terpacunya sintesis substansi penghambat dan penolak gangguan. Selanjutnya dikatakan bahwa ketahanan alami dapat terbentuk melalui percepatan pembentukan tahanan mekanik mechanical barriers dan pecepatan proses metabolisme sekunder seperti sintesis toxin phytoalexins yang dapat membunuh organisme pengganggu Marschner 1990. Beberapa pendekatan agar pemberian pupuk diberikan secara tepat yaitu dengan analisis tanah, analisis tanaman, percobaan di rumah kaca green house atau pot, mengamati gejala defesiensi dan melakuan percobaan lapang Lozano 1990. Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Penelitian untuk menyusun rekomendasi pemupukan pegagan berdasar status hara tanah dan kebutuhan tanaman terhadap hara N, P dan K belum tersedia. Disisi lain kadar hara N, P dan K tanah sangat bervariasi antara satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya, bahkan pada jenis tanah yang sama juga mempunyai tingkat ketersediaan hara yang berbeda. Pemupukan yang efisien dengan penggunaan konsep LEISA Low External Input Sustainable hanya bisa dilakukan apabila memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut. Menurut Sutandi 1996 metode pendekatan untuk menentukan rekomendasi pemupukan dapat berupa metode uji tanah, analisis jaringan tanaman ataupun percobaan pemupukan. Hasil uji korelasi jaringan daun yang paling tepat hasil Penelitian 1 sebelumnya adalah daun ke-1 pada pegagan berumur 5 BST yang selanjutnya direkomendasikan sebagai sampel untuk analisis jaringan berikutnya. Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila memperhatikan status dan dinamika hara tersebut di dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai produksi optimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan didasarkan pada uji tanah dan tanaman. Nilai uji tanah dan tanaman tidak akan berarti, apabila tidak ada hasil penelitian korelasi dan kalibrasi Nursyamsi et al. 2002. Dikemukakan oleh Leiwakabessy 1996 melalui data penelitian kalibrasi maka data analisis tanah dan jaringan tanaman dari laboratorium serta produksi relatif tanaman dimanfaatkan dalam membuat rekomendasi pemupukan rasional yang berimbang dengan takaran optimum untuk menduga produksi tanaman. Menurut Dow dan Robert 1982, terdapat beberapa pengertian batas kritis yakni: 1 kadar hara tanaman dimana masih kurang untuk mendukung tercapainya produksi maksimum, 2 kadar hara tanaman dimana cukup untuk mendukung tercapainya produksi maksimum, 3 titik dimana kadar hara tanaman berada 10 lebih rendah dari pertumbuhan maksimum, 4 kadar hara tanaman dimana pertumbuhan tanaman mulai berkurang, dan 5 jumlah terendah dari suatu unsur dalam tanaman untuk menmyertai produksi tertinggi. Meskipun batasan-batasan tersebut tampak serupa tetapi tidak identik dan dapat digunakan sebagai standar referensi untuk mendiagnosis kadar hara tanaman sampel. Namun demikian standar batas kritis tersebut sebelumnya telah dibakukan terlebih dahulu tentang sampel bagian jaringan dan umur tanamannya. Uji kalibrasi dapat dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya dengan metode grafik Cate-Nelson Widjaja Adhi 1996 dan presentase hasil relatif Evans 1987. Dalam uji kalibrasi berdasarkan metode grafik Cate-Nelson akan diperoleh nilai batas kritis uji tanah atau tanaman, yaitu nilai uji yang menunjukkan bahwa tanaman pada tanah-tanah yang nilainya berada di sebelah kiri batas kritis akan memberikan respon terhadap pemupukan. Sebaliknya, bila nilai uji berada di sebelah kanan nilai batas kritis maka tanaman tidak respon terhadap pemupukan. Metode grafik Cate-Nelson hanya memberikan dua kelas kategori uji tanah maupun tanaman, yaitu respon dan tidak respon. Sedangkan kalibrasi uji tanah atau tanaman dengan menggunakan persentase hasil relatif akan memberikan kategori nilai uji lebih dari 2 kelas. Kidder 1993 menjelaskan bahwa, nilai uji tanah atau tanaman dibagi atas lima kategori berdasarkan persentase hasil, yaitu: 1 sangat rendah lebih rendah dari 50, 2 rendah 50 sampai 75, 3 sedang 75 sampai 100, 4 tinggi 100, dan 5 sangat tinggi kurang dari 100. Dalam penelitian ini, kalibrasi uji jaringan tanaman daun dapat dilakukan dengan metode yang berdasarkan kurva kontinyu. Pada metode ini, kategori uji jaringan tanaman diperoleh dengan memplot hasil relatif dengan nilai uji jaringan tanaman, selanjutnya dengan melalui titik-titik tersebut dibuat kurva. Uji kalibrasi pada penelitian ini dilakukan agar interpretasi angka nilai analisis daun status hara daun lebih bermanfaat, maka nilai analisis daun yang mempunyai korelasi terbaik dengan respon tanaman`dikelompokkan kedalam beberapa kategori respon tanaman. Penetapan kategori respon tanaman mempunyai beberapa manfaat , yakni untuk memberikan makna dari nilai indeks analisis, dan untuk memprediksi respon tanaman terhadap pemberian pupuk sekaligus membuat rekomendasi pemupukan Dahnke dan Olson 1990; Kidder 1993. Rekomendasi pupuk yang tepat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara maksimum. Penambahan pupuk hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, atau diluar kemampuan tanah untuk menyediakannya Olson et al. 1985. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian status hara daun dengan uji kalibrasi agar dapat disusun rekomendasi pemupukan untuk tanaman pegagan. Tujuan penelitian ini adalah: 1 Mendapatkan model regresi yang tepat untuk menentukan status hara N, P, K berdasarkan analisa jaringan daun yang tepat pada tanaman pegagan, 2 Menginterpretasikan status hara N, P, K berdasarkan model yang tepat untuk tanaman pegagan, 3 Menetapkan dosis maksimum pupuk N, P, K untuk mendapatkan produksi maksimum, yakni menghasilkan produksi terna daun pegagan dengan kandungan bioaktif asiltikosida yang tinggi, dan 4 Menentukan batas kritis hara N, P, dan K daun tanaman pegagan dengan kandungan bioaktif asiatikosida yang memenuhi persyaratan MMI pada tanaman pegagan. BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO , tahun 2008–2009 pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Bibit pegagan aksesi Boyolali, polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCL serta bahan-bahan untuk analisis kandungan hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari leaf area meter, peralatan tanam cangkul, tugal, traktor, timbangan, jangka sorong, meteran dan alat tulis menulis. Metodologi Penelitian Perlakuan percobaan aplikasi pupuk N, P, K masing-masing dilakukan dalam percobaan tunggal yang dilaksanakan secara paralel. Percobaan terdiri atas lima perlakuan yaitu dosis pupuk N, P, K diatur dalam rancangan acak kelompok RAK, setiap perlakuan terdiri atas lima ulangan dengan jumlah tanaman 50 tan pegaganunit percobaan. Sehingga masing-masing pupuk N, P, K menggunakan 1250 bibit tanaman pegagan yang relatif seragam. Aplikasi Pupuk Nitrogen N Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Perlakuan tunggal dosis pupuk Nitrogen N dengan 5 taraf, yakni: 1 NO = tanpa pupuk N, 2 N1 = 67.5 kg N ha -1 , 3 N2 = 135 kg N ha -1 , 4 N3 = 202.5 kg N ha -1 dan 5 N4 = 270 kg N ha -1 , yang diberikan dalam 3 kali pemberian dengan tempo waktu per 40 hari. Sehingga dosis pupuk N yang diberikan adalah tanpa pupuk N N0, 0.81 g Ntan N1, 1.62 g Ntan N2, 2.43 g Ntan N3, dan 3.24 g Ntan N4. Aplikasi pupuk N pertama dilakukan seminggu setelah tanam. Pada setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 2 g SP-36tan dan 2.65 g KCLtan yang diberikan saat tanam. Aplikasi Pupuk Fosfat P Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Perlakuan tunggal dosis pupuk Fosfat P dengan 5 taraf, yakni: 1 PO = tanpa pupuk P 2 O 5, 2 P1 = 30 kg P 2 O 5 ha -1 , 3 P2 = 60 kg P 2 O 5 ha -1 , 4 P3 = 90 kg P 2 O 5 ha -1 dan 5 P4 = 120 kg P 2 O 5 ha -1 , yang diberikan sekaligus saat tanam. Sehingga dosis pupuk P yang diberikan saat aplikasi pupuk P adalah tanpa pupuk P P0, 0.36 g P 2 O 5 tan P1, 0.72 g P 2 O 5 tan P2, 1.08 g P 2 O 5 tan P3, dan 1.44 g P 2 O 5 tan P4. Pada setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 3.60 g Ureatan dan 2.65 g KCLtan. Aplikasi Pupuk Kalium K Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Dengan perlakuan tunggal dosis pupuk Kalium N dengan 5 taraf, yakni: 1 tanpa pupuk K K0, 110 kg Kalium K1, 220 kg Kalium K2, 330 kg Kalium K3, dan 440kg Kalium K4, yang dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu saat tanam dan pada umur tanaman 60 hari setelah tanam HST. Sehinga dosis pupuk K yang diberikan adalah tanpa pupuk K K0, 1.32 g K 2 Otan K1, 2.64 g K 2 O tan K2, 3.96 g K 2 O tan K3, dan 5.28 g K 2 O tan K4. Pada setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 3.60 g Ureatan dan 2.65 g SP 36tan. Pelaksanaan Penelitian Persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, panen, pengamatan produksi dilakukan seperti pada Penelitian 1. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap 6 tanaman contoh per petak yang diambil secara acak dan bukan tanaman pinggir, dilakukan saat tanaman berumur 2 – 16 MST. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Peubah yang diamati adalah karakter morfologi, agronomi dan kandungan fitokimia tanaman pegagan seperti tertera pada Tabel 10. Pengambilan Sampel Daun Jaringan daun yang dijadikan sampel daun adalah daun ke-1 umur 5 bulan yang diambil dari rumpun induk dan rumpun anakannya hasil Penelitian 1. yaitu daun yang mempunyai koefisien korelasi r terbaik antara konsentrasi hara N, P, K daun dengan hasil terna daun pegagan dan senyawa bioaktif asitikosida. Sampel daun tersebut kemudian dianalisis di laboratorium untuk diketahui status hara N, P, K nya. Tabel 10 Karakter morfologi, agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi

A. Daun

1. Panjang tangkai daun Peubah panjang tangkai daun diamati dengan cara melakukan pengukuran dari pangkal tangkai sampai ujung tangkai terpanjang pada tanaman induk. 2. Diameter tangkai daun Peubah ini dilakukan terhadap tangkai daun induk terpanjang pada bagian 1-2 cm diatas pangkal tangkai dengan jangka sorong digital. 3. Jumlah daun tanaman induk Peubah jumlah daun diamati dengan cara menghitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna pada tanaman induk. 4. Panjang daun Peubah panjang daun diamati dengan cara mengukur daun secara horizontal daun terbesar yang muncul pada tanaman induk 5. Lebar daun Peubah Lebar daun diamati dengan cara mengukur daun secara vertikal daun terbesar yang muncul pada tanaman induk pada daun yang sama pada pengamatan no. 3. 6. Tebal daun Tebal daun Pengukuran tebal daun dilakukan menggunakan jangka sorong pada daun no. 3 secara horizontal. Tabel 10 Lanjutan No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi 7. Luas Daun