34
Kestabilan emulsi diukur antara air dan xylene. Xylene dan air dicampur dengan perbandingan 6 : 4. Campuran tersebut dikocok selama 5
menit menggunakan vortex mixer. Pemisahan emulsi antar xylene dan air diukur berdasarkan lamanya pemisahan antar fasa. Konsentrasi surfaktan
yang ditambahkan adalah 10 persen dalam campuran xylene-air. Lamanya pemisahan antar fasa sebelum ditambahkan surfaktan dibandingkan dengan
sesudah ditambahkan surfaktan.
5. Daya Busa dan Stabilitas Busa MPOB, 2001
Larutan sabun 200 ml 0,1 deterjen dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml. Kemudian dikocok-kocok dengan kuat sebanyak 30 kali. Volume busa
dicatat setelah 30 detik dan 5,5 menit. Stabilitas busa diekspresikan sebagai rasio volume busa pada 5,5 menit terhadap volume busa pada 30 detik.
6. Uji Deterjensi
Deterjensi dilakukan untuk mengetahui kemampuan deterjen dalam pembersihan kotoran berlemak dari suatu kain. Kain yang digunakan
berwarna putih yang dipotong seragam kemudian dicelupkan ke dalam kotoran berlemak. Setelah itu kain yang kotor tersebut direndam dalam
larutan deterjen 0,2 persen selama 30 menit. Kekeruhan air yang terjadi merupakan hasil kelarutan kotoran berlemak dalam air yang nilai
kekeruhannya dibaca menggunakan DR2000. Nilai yang terbaca merupakan nilai kekeruhan dengan satuan FTU Turbidity.
7. Warna, metode Hunter Hutchings, 1999
Pengukuran warna dilakukan menggunakan alat kromameter CR-310. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh nilai L, a dan b. Notasi L
menyatakan parameter kecerahan light yang mempunyai nilai 0 hitam sampai 100 putih. Nilai a menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan
warna kromatik campuran merah- hijau dengan nilai +a positif dari 0 sampai 100 untuk warna merah dan nilai –a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna
hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan
35
nilai +b positif dari 0 sampai 70 untuk warna biru dan nilai –b negatif dari 0 sampai -70 untuk warna kuning. Selanjutnya dihitung
o
Hue dari nilai L, a dan b untuk penentuan warna. Kisaran warna berdasarkan
o
Hue adalah sebagai berikut.
Keterangan : MU :
Merah keunguan H : Hijau
M : Merah
BH : Biru kehijauan KM :
Kuning kemerahan B
: Biru K
: Kuning
BU : Biru keunguan KH :
Kuning kehijauan U
: Ungu
Lampiran 3. Diagram Alir Proses Pemurnian MES
MES cair
Proses pemurnian suhu = 50 - 55
° C,
waktu 0,5; 1 dan 1,5 jam Metanol
10, 20, 30, dan 40
Proses separasi waktu = 1 jam
Proses netralisasi suhu = 50 - 55
° C,
waktu = 30 menit, stirer NaOH
36
Lampiran 4. Formula deterjen bubuk berdasarkan Formula Matheson 1996 yang dimodifikasi
Komponen Persentase
Surfaktan MES Sodium tripolifosfat
Sodium karbonat Sodium silikat
Sodium sulfat Bleach additive
Air Antiredeposition agent
Perfume 15 - 25
10 – 20 15 – 25
2 – 10 20 – 30
0 – 5 5 – 10
1 – 3 1 – 3
Proses pengeringan oven vakum suhu 80 -100
° C
MES pasta
Karakterisasi warna, pH, tegangan permukaan,
tegangan antar muka, stabilitas emulsi, daya pembusaan, daya
deterjensi
37
Ket :
Sodium tripolifosfat STPP menggantikan zeolit karena zeolit relatif lambat dalam menangkap ion- ion pada air sadah dan dapat melepaskan ion Na karena
pengaruh pertukaran ion INFORM, 1998.
Lampiran 5. Diagram alir proses produksi deterjen
MES 15, 20, 25 Air q.s
Pencampuran 60 -70
° C
30 menit
Sediaan I
Homogenizer Sodium tripoliposfat 10-20
Sodium karbonat 15-25 Sodium silikat 2-10
Sodium sulfat 20-30 Air 5 -10
38
Lampiran 6. Prosedur analisis produk deterjen
1. Derajat Keasaman pH SNI : 06-4085-1996