Oleh karena itu perlu distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja HOK atau Hari Kerja Setara Pria HKSP.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktora-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha dilakukan oleh Alfin Samir 2011
mengangkat judul “Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung
”. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikiasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja UKM catering di Bandung. Faktor-faktor tersebut meliputi modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya manusia,
inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering. Hasil penelitian menyimpulan bahwa modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya
manusia, inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung.
Mukson dkk 2008 mengangkat judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat Di
Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, Jawa Tengah” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan ternak sapi potong
dihasilkan bahwa secara serempak variabel independen luas lahan, ketersediaan pakan , curahan tenaga kerja, modal, perilaku zooteknik usaha,
tingkat pendidikan, dan lama beternak berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap variabel dependen pengembangan ternak sapi potong, sedangkan
secara parsial variabel luas lahan, ketersediaan pakan hijauan dan curahan tenaga kerja berpengaruh nyata P 0,05 terhadap pengembangan populasi
sapi potong, modal berpengaruh sangat nyata P 0,01 sedangkan perilaku zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak tidak
berpengaruh nyata P 0,05 terhadap pengembangan ternak sapi potong. Faktor pengembangan ternak sapi potong sebesar 92,30, dipengaruhi oleh
luas lahan, ketersediaan pakan, tenaga kerja, modal, perilaku zooteknis, tingkat pendidikan dan lama beternak sedangkan sisanya sebanyak 7,70
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. S.N. Kasim 2011 melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enreka ng” menyimpulkan
bahwa populasi sapi perah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2006 sebanyak 1.056 ekor menjadi 1.581 ekor pada tahun 2008,
dengan peningkatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Enrekang sudah melihat prospek pengembangan sapi perah yang dapat
meningkatkan pendapatan dan pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrekang mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, propinsi dan
pusat. Pemasaran dangke sendiri untuk sekarang ini mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan dangke yang diproduksi tidak
dapat menutupi permintaan. Dangke ini dipasarkan di kabupaten Enrekang sendiri dan di luar kabupaten enrekang, dan dijadikan oleh-oleh. Strategi yang
diperoleh yaitu meningkatkan populasi sapi perah 1,785, pemperdayaan kredit usaha 0,865 dan optimalisasi lahan 0,38.
2.5 Kerangka Pemikiran