2. Membandingkan nilai dari hasil uji ketangguhan impact impact test
pada proses pengelasan dengan variasi kuat arus terhadap baja karbon St 37 dengan menggunakan bentuk sudut kampuh V ganda.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti dapat menerapkan apa yang dipelajari di buku dengan
terjun langsung meneliti proses pengelasan yang dilakukan pada baja karbon St 37 dengan membandingkan variasi arus yang digunakan.
2. Bagi akademik dapat menambah pengetahuan tentang hasil penelitian
yang telah dilakukan guna referensi penelitian selanjutnya. 3.
Bagi industri dapat memberikan manfaat apabila pada suatu konstruksi yang menggunakan proses pengelasan terutama pada
material baja.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disajikan dalam 5 bab, secara garis besar isi yang dimuat dalam skripsi seperti berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisikan tinjauan pustaka, diantaranya mengenai teori yang berhubungan dengan penelitian yaitu teori pengelasan, parameter pengelasan,
persiapan sambungan, uji tarik tensile test dan uji ketangguhan impact impact charpy.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini berisikan urutan dan cara yang dilakukan. Dimulai dari alat, bahan, dan proses yang dilaksanakan.
4. Bab IV Analisa Data
Pada bab ini berisikan tentang hasil-hasil penelitian yang meliputi hasil data perbandingan pengujian dari uji tarik tensile test dan uji ketangguhan
impact impact charpy. 5.
Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisikan jawaban dari tujuan penelitian dan saran bagi peneliti
selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik penyambungan logam telah diketahui sejak zaman prasejarah, misalnya
pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-timah. Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang
waktu antara tahun 3000 sampai 4000 SM. Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan
dalam praktek oleh Benardes 1985. Dalam penggunaan yang pertama ini Benardes memakai elektroda yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Karena
panas yang timbul, maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang sama dengan logam induk mencair dan mengisi tempat sambungan. Zerner 1889
mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh dua batang karbon. Slavianoff 1892 adalah
orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kemudian
Kjellberg menemukan bahwa kualitas sambungan las menjadi lebih baik bila kawat elektroda logam yang digunakan dibungkus dengan terak.
Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg dalam las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan diatas, Thomas 1886
menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt 1895 menemukan las termit dan tahun 1901 las oksi-asitelin mulai digunakan oleh Fouche dan Piccard.
Kemudian pada tahun 1926 ditemukannya las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam dengan pelindung gas mulia oleh Hobart dan Dener
serta las busur rendam oleh Kennedy 1935. Wasserman 1936 menyusul dengan menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.
Dari tahun 1950 sampai sekarang telah ditemukan cara-cara las baru antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO
2
Definisi pengelasan menurut DIN Deutsche Industrie Normen adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh
tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.
, las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur plasma, las laser, dan masih
banyak lagi lainnya.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran
bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
2.1.1 Siklus Termal Daerah Las Heat Affected Zone
Siklus termal las adalah proses pemanasan dan pendinginan pada daerah lasan,sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2, menunjukan
siklus termal daerah lasan pada gambar 2.1 dapat dilihat siklus termal dari beberapa tempat dalam daerah HAZ Heat Affected Zone dengan kondisi
pengelasan tetap, sedangkan pada gambar 2.2 menunjukan siklus termal disekitar lasan dengan kondisi pengelasan yang berbeda. Lamanya pendinginan dalam
suatu daerah temperatur tertentu dari suatu siklus termal las sangat mempengaruhi kualitas sambungan, karena itu banyak sekali usaha-usaha pendekatan untuk
menentukan lamanya waktu pendinginan. Siklus termal dari beberapa tempat dalam daerah HAZ dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus termal dari beberapa tempat dalam daerah HAZ Heat Affected Zone
Sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800
C sampai 500 C, sedangkan retak dingin dimana
hidrogen memegang peranan penting terjadinya sangat tergantung oleh lamanya pendinginan dari temperatur 800
C sampai 300 C atau 100
C. Sedangkan untuk Silkus termal disekitar lasan dengan kondisi pengelasan yang berbeda dapat
dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Silkus termal disekitar lasan dengan kondisi pengelasan yang berbeda
2.1.2 Ketangguhan Daerah Lasan
Bila patah getas terjadi pada logam dengan daya tahan yang rendah, perpatahan tersebut dapat merambat dengan kecepatan sampai 200 mdetik yang
dapat menyebabkan kerusakan dalam waktu yang sangat singkat sekali. Dalam hal sambungan las patah getas ini menjadi lebih penting karena
adanya faktor – faktor yang membantu seperti: konsentrasi tegangan, struktur tidak sesuai dan adanya cacat dalam lasan. Pengaruh struktur logam las terhadap
ketangguhan pada dasarnya sama seperti pada batas las, tetapi pada logam las dalam proses pengelasan ini mencair dan kemudian membeku maka kemungkinan
besar terjadi pemisahan komponen yang menyebabkan terjadinya struktur yang tidak homogen.
2.1.3 Ketangguhan Logam Las
Logam las adalah logam yang dalam proses pengelasan mencair kemudian membeku, sehingga logam las ini banyak sekali mengandung oksigen dan gas-gas
lain. Dalam menganalisa ketangguhan logam las harus diperhatikan pengaruh unsur lain yang terserap selama proses pengelasan, terutama oksigen, dan
pengaruh dari struktur logam itu sendiri. Struktur logam daerah pengaruh panas atau HAZ berubah secara berangsur dari struktur logam induk ke struktur logam
las, pada daerah HAZ dekat dengan daerah lebur, kristal tumbuh dengan cepat dan membentuk butir-butir kasar daerah ini dinamakan batas las.
Didalam daerah pengaruh panas besar butir dan struktur berubah sesuai dengan siklus termal yang terjadi pada waktu pengelasan, karena siklus termal
yang terjadi sangat komplek sehingga ketangguhannyapun semakin komplek.
2.2 Klasifikasi Pengelasan
Ditinjau dari sumber panasnya, pengelasan dapat dibedakan menjadi: 1.
Mekanik 2.
Listrik 3.
Kimia Sedangkan menurut cara pengelasan, dibedakan menjadi dua bagian besar:
1. Pengelasan Tekanan Pressure Welding
2. Pengelasan Cair Fusion Welding
Bedasarkan buku Haynes Techbook Welding Manual, Jay Storer And John Haynes diagram temperatur cair material dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah
ini.
Gambar 2.3 Diagram Temperatur Cair Material
2.2.1 Pengelasan Cair Fusion Welding
Pengelasan cair fusion welding adalah proses penyambungan logam dengan cara mencairkan logam yang tersambung, yaitu:
1. Oxyacetylene Welding
2. Elektrik Arc Welding
3. Shield Gas Arc Welding TIG, MIG, MAG dan Submerged Welding
4. Resistance Welding Spot Welding, Seam Welding, Upset
5. Welding, Flash Welding, Electro Slag Welding dan Electro Gas Welding
6. Electro Beam Welding
7. Laser Beam Welding
8. Plasma Welding
2.2.2 Jenis-Jenis Pengelasan yang Umum Dilakukan 1. Proses pengelasan busur logam terbungkus Shielded Metal Arc Welding
Salah satu jenis proses las busur listrik elektoda terumpan, yang menggunakan busur listrik yang terjadi antara elektroda dan benda kerja setempat,
kemudian membentuk paduan serta membeku menjadi lasan. Elektroda terbungkus yang berfungsi sebagai fluks akan terbakar pada waktu proses
pengelasan dan gas yang terjadi akan melindungi proses pengelasan terhadap pengaruh udara luar, cairan yang terbungkus akan terapung membeku pada
permukaan las yang disebut slag. Proses pengelasan elektroda terbungkus terlihat pada gambar 2.4.
Gambar.2.4 Proses pengelasan busur las terbungkus
2. Proses pengelasan busur terendam Shield Arc Welding
Ini adalah salah satu pengelasan dimana logam cair ditutup dengan fluks yang diatur melalui suatu penampang fluks dan elektroda yang merupakan
kawat pejal diumpankan secara terus menerus, dalam pengelasan ini busur listrik nya terendam dalam fluks dapat dilihat pada gambar 2.5. Prinsip las busur
terendam ini material yang dilas adalah baja karbon rendah, dengan kadar karbon tidak lebih dari 0, 05. Baja karbon menengah dan baja konstruksi
paduan rendah dapat juga dilas dengan proses SAW, namun harus dengan
perlakuan panas khusus dan elektroda khusus. Proses pengelasan busur terendam SAW dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Proses pengelasan busur terendam
3. Proses pengelasan busur logam gas Gas Metal Arc Welding
Jenis pengelasan ini menggunakan busur api listrik sebagai sumber panas untuk peleburan logam, perlindungan terhadap logam cair menggunakan gas
mulia inert gas atau CO
2
merupakan elektroda terumpan yang diperlihatkan pada gambar 2.6. Proses GMAW dimodifikasikan juga dengan proses menggunakan
fluks yaitu dengan penambahan fluks yang magnetig atau fluks yang diberikan sebagai inti.
Gambar 2.6 Proses pengelasan busur logam gas
4. Proses pengelasan busur berinti fluks Proses pengelasan busur berinti fluks merupakan proses pengelasan
busur listrik elektroda terumpan. Proses peleburan logam terjadi diantara logam induk dengan elektroda berbentuk turbolensyang sekaligus menjadi bahan
pengisi, fluks merupakan inti dari elektroda dan terbakar menjadi gas, akan melindugi proses dari udara luar, seperti gambar 2.7.
Gambar.2.7 Proses pengelasan berinti fluks
5. Proses pengelasan busur tungsten gas Gas Tungsten Arc Welding Pengelasan dengan memakai busur nyala api yang menghasilkan
elektroda tetap yang terbuat dari tungsten wolfram, sedangkan bahan penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang dilas dan
terpisah dari torch, untuk mencegah oksidasi dipakai gas pelindung yang keluar dari torch biasanya berupa gas argon 99. Pada proses pengelasan
inipeleburan logam terjadi karena panas yang dihasilkan oleh busur listrik antara
elektroda dan logam induk. Proses pengelasan busur tungsten gas dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Proses pengelasan busur tungsten gas
2.3 Parameter Pengelasan
Kestabilan dari busur api yang terjadi pada saat pengelasan merupakan masalah yang paling banyak terjadi dalam proses pengelasan dengan SAW, oleh
karena itu kombinasi dari Arus listrik I yang dipergunakan dan Tegangan V harus benar-benar sesuai dengan spesifikasi kawat elektroda dan fluksi yang
dipakai. 1.
Pengaruh dari Arus Listrik I Setiap kenaikan arus listrik yang dipergunakan pada saat pengelasan akan
meningkatkan penetrasi serta memperbesar kuantiti lasnya. Penetrasi akan meningkat 2 mm per 100A dan kuantiti las meningkat juga 1,5 Kgjam per 100A.
Gambar 2.9 Pengaruh Arus Listrik
2. Pengaruh dari Tagangan Listrik V
Setiap peningkatan tegangan listrik V yang dipergunakan pada proses pengelasan akan semakin memperbesar jarak antara tip elektroda dengan material
yang akan dilas, sehingga busur api yang terbentuk akan menyebar dan mengurangi penetrasi pada material las. Konsumsi fluksi yang dipergunakan akan
meningkat sekitar 10 pada setiap kenaikan 1 volt tegangan. 3.
Pengaruh Kecepatan Pengelasan Jika kecepatan awal pengelasan dimulai pada kecepatan 40 cmmenit,
setiap pertambahan kecepatan akan membuat bentuk jalur las yang kecil Welding Bead, penetrasi, lebar serta kedalaman las pada benda kerja akan berkurang.
Tetapi jika kecepatan pengelasannya berkurang dibawah 40 cmmenit cairan las yang terjadi dibawah busur api las akan menyebar serta penetrasi yang dangkal,
hal ini dikarenakan over heat. 4.
Pengaruh Polaritas arus listrik Alternating Curret atau Direct Current Pengelasan dengan kawat elektroda tunggal pada umumnya menggunakan
tipe arus Direct Current DC, elektroda positif EP, jika menggunakan elektroda negatif EN penetrasi yang terbentuk akan rendah dan kuantiti las yang tinggi.
Pengaruh dari arus Alternating Curret AC pada bentuk butiran las dan kuantiti pengelasan antara elektroda positif dan negatif adalah sama yaitu
cenderung porosity, oleh karena itu dalam proses pengelasan yang menggunakan arus AC harus memakai fluks yang khusus.
2.3.1 Klasifikasi Fluksi dan Kawat Elektroda 2.3.1.1 Fluksi
Fluksi merupakan pembungkus elektroda yang sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu sambungan karna fluksi bersifat melindungi metal cair dari
udara bebas serta menstabilkan busur. Terdapat 2 macam Fluksi sesuai dengan pembuatannya, diantaranya:
1. Fused Fluksi
Fused Fluksi terbuat dari campuran butir-butir material seperti mangan, kapur, boxit, kwarsa dan fluorpar didalam suatu tungku pemanas. Cairan terak
yang terbentuk akan diubah ke dalam bentuk fluksi dengan jalan: •
Dituang di suatu cetakan dalam bentuk beberapa lapis susun yang tebal kemudian dipecah serta disaring sesuai dengan ukuran butiran yang diinginkan.
• Dari kondisi panas dituang ke dalam air, sehingga timbul percikan – percikan
yang kemudian disaring sesuai ukurannya. Metode ini lebih effisien, tetapi kualitas fluksi yang dihasilkan mengandung hidrogen yang cukup tinggi yang
memerlukan prose lebih lanjut untuk mengurangi kadar hidrogen tersebut. 2.
Bonded Fluksi Bonded Fluksi ini dibuat di pabrik dengan jalan mencampur butiran-
butiran material yang ukurannya jauh lebih halus seperti mineral, ferroalloy, water
glass sebagi pengikat dalam suatu pengaduk mixer yang khusus. Campuran tersebut kemudian akan dikeringkan dalam suatu pengering yang berputar pada
temperatur 600–800 C.
2.3.1.2 Kawat Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut klasifikasi AWS American Welding Society dinyatakan dengan tanda E
XXXX yang artinya sebagai berikut: •
E menyatakan elaktroda busur listrik. •
XX dua angka sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ibin
2
• X angka ketiga menyatakan posisi pangelasan angka 1 untuk pengelasan
segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan. lihat table.
• X angka keempat menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan.
Contoh : E 6013 Artinya:
• Kekuatan tarik minimum dan deposit las adalah 60.000 Ibin2 atau 42
kgmm
2
• Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi.
.
• Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC
+ atau DC –.
2.3.2 Persiapan Sambungan
Klasifikasi sambungan las berdasarkan jenis sambungan dan bentuk alur, yaitu:
1. Sambungan Las Dasar
Sambungan las dalam konstruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan t, sambungan sudut dan sambungan tumpang.
Sebagai perkembangan sambungan dasar tersebut diatas terjadi sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi berdasarkan buku Teknologi
Pengelasan Logam oleh Prof. Dr. Ir. Harsono wiryosumarto seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.10.
Gambar 2.10 Alur sambungan las tumpul 2.
Sambungan Tumpul Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien.
Sambungan ini dibagi lagi mejadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian seperti yang terlihat dalam gambar 2.10.
Sambungan penetrasi penuh dibagi lebih lanjut menjadi sambungan tanpa pelat
pembantu dan sambungan dengan pelat pembantu yang masih dibagai lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian dari konstruksi dan pelat pembantu
yang hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja. Bentuk alur dalam sambungan tumpul sangat mempengaruhi efisiensi
pengerjaan, efisiensi sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting. Bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah
banyak di standarkan dalam standar AWS, DIN, JSSC dan sebagainya. Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan
masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada harga terendah yang tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk
alur diperlukan kemampuan dan pengalaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi bentuk alur harus ditentukan sendiri
berdasarkan pengalaman yang dapat dipercaya. Sambungan T berdasarkan buku Teknologi Pengelasan Logam oleh Prof. Dr. Ir. Harsono wiryosumarto dapat
dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Sambungan T
2.3.3 Arus Pengelasan
Arus adalah aliran pembawa muatan listrik,simbol yang digunakan adalah huruf besar I dalam satuan ampere. Pengelasan adalah penyambungan dua logam
dan atau logam paduan dengan cara memberikan panas baik diatas atau dibawah titik cair logam tersebut,baik dengan atau tanpa tekanan serta ditambah atau tanpa
logam pengisi yang dimaksud dengan arus paengelasan disini adalah aliran pembawa muatan listrik dari mesin las yang digunakan untuk menyambung dua
logam dengan mengalirkan panas ke logam pengisi atau elektroda. Hubungan diameter elektroda dengan arus pengelasan menurut Howard BC,1998 dapat
dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Hubungan diameter elektroda dengan arus pengelasan
Diameter Elektroda mm Arus Ampere
2,5 60-90
2,6 60-90
3,2 80-140
4,0 150-190
5,0 180-250
2.3.4 Polaritas Terbalik
AC Alternating Current dan DC Direct Current digunakan untuk menggambarkan polaritas arus listrik yang menghasilkan arus las dan arah
pengelasan. Istilah umum yang dihubungkan dengan polaritas yaitu polaritas terbalik dan polaritas langsung. Ini sangat umum untuk dunia pengelasan.
Elektroda positif adalah sama dengan polaritas terbalik. Elektroda negatif adalah
sama dengan polaritas lurus. Oleh karena itu + dan - tertulis pada mesin las untuk kabel yang tersambung.
Untuk arus muatan kutub langsung kawat lasnya negative, dan untuk muatan kutub terbalik kawat las positifnya. Hal-hal seperti ini terkadang sangat
diperlukan untuk mengubah arah arus yang mengalir pada jaringan las. Ketika muatan listrik mengalir dari kutub negative katoda dari busur las ke benda kerja
sistem ini adalah arus searah DC dengan sistem kutub terbalik.
Gambar 2.12 Muatan Kutub terbalik
2.3.5 Metalurgi Las
Pengelasan adalah proses penyambungan dengan menggunakan energi panas, karena proses ini maka logam disekitar lasan mengalami siklus termal
cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan – tegangan termal. Hal ini sangat erat hubunganya dengan
ketangguhan, cacat las, retak dan lain sebagainya yang umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dan konstruksi las.
Daerah lasan terdiri dari tiga bagian: 1.
Logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair kemudian membeku.
2. Fusion Line, garis penggabungan atau garis batas cair antara logam las
dan logam Induk 3.
Daerah pengaruh panas disebut HAZ Heat Affected Zone, adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las selama pengelasan
mengalami pemanasan dan pendinginan yang cepat Pembagian daerah
lasan dapat dilihat pada gambar 2.13.
Gambar 2.13 Pembagian daerah las Keterangan:
1. Weld Metal Logam Las
2. Fusion Line Garis Penggabung
3. HAZ Daerah Pengaruh Panas
4. Logam Induk
2.3.6 Kampuh V Tunggal dan Ganda
Salah satu yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pengelasan adalah pembuatan kampuh las. Kampuh las berguna sebagai tempat pengisian logam
pengisi elektroda yang ikut mencair. Bentuk kampuh sangat mempengaruhi efisiensi sambungan dan jaminan sambungan.
Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambung logam atau plat. Sambungan ini terdiri dari sambungan kampuh V tunggal dan sambungan
kampuh V ganda dengan sudut kampuh antara 45 -70
. Kampuh V tunggal dan ganda dapat dilihat pada gambar 2.14 dan 2.15. Pada dasarnya pemilihan bentuk
kampuh menuju kepada penurunan pemasukan panas dan penurunan logam las pada tingkat harga terendah dan tidak menurunkan mutu dari sambungan.
Gambar 2.14 Kampuh V tunggal
Gambar 2.15 Kampuh V ganda
Ada 3 aturan dalam pemilihan sambungan dan kampuh: 1.
Pemilihan sambungan yang memerlukan sedikit logam pengisi. 2.
Penggunaan akar kampuh yang minimum dengan sudut yang sangat kecil agar dapat mengurangi jumlah logam pengisi.
3. Pada pelat yang tebal menggunakan kampuh ganda untuk mengurangi
logam pengisi.
2.4 Pengujian Tarik Tensile Test
Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau
lebih tinggi dari kelompok raw materials. Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui berapa nilai kekuatannya dan dimanakah
letak putusnya suatu sambungan las. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan
memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda. Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
deformasi bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran Kristal logam yang mengakibatkan melemahnya gaya
elektromagnetik setiap atom logam hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Gambar 2.14 menunjukkan alat uji tarik.
Gambar 2.16 Alat uji tarik Keterengan:
1. Load roll
2. Tombol Down
3. Tombol Up
4. Stop
5. Start
6. Chuck bawah
7. Chuck atas
8. Load
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap berupa kurva seperti digambarkan pada gambar 2.15. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang Callister,
2004.
Gambar 2.17 Kurva F vs Δl
Perubahan panjang dalam kurva disebut sebagai regangan teknik ε
eng
., yang didefinisikan sebagai perubahan panjang yang terjadi akibat perubahan statik
∆L terhadap panjang batang mula-mula L . Tegangan yang dihasilkan pada
proses ini disebut dengan tegangan teknik σ
eng
, dimana didefinisikan sebagai nilai pembebanan yang terjadi F pada suatu luas penampang awal A
. Tegangan normal tesebut akibat gaya tarik dapat ditentukan berdasarkan
persamaan 2.1.
Ao F
=
σ 2.1
Dimana:
σ = Tegangan tarik MPa F = Gaya tarik N
A
o
= Luas penampang spesimen mula-mula mm
2
Regangan akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2.2.
100 x
L L
∆ =
ε
Dimana:
= ∆L
L - L Keterangan:
ε = Regangan akibat gaya tarik L = Panjang spesimen akibat beban tarik mm
Lo = Panjang spesimen mula-mula mm Pada prakteknya nilai hasil pengukuran tegangan pada suatu pengujian
tarik pada umumnya merupakan nilai teknik. Regangan akibat gaya tarik yang terjadi, panjang akan menjadi bertambah dan diameter pada spesimen akan
menjadi kecil, maka ini akan terjadi deformasi plastis Nash, 1998. Hubungan antara stress dan strain dirumuskan pada persamaan 2.3
2.2
E = σ ε 2.3
E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan σ dan regangan ε selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas”
atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS SS curve
. Kurva ini ditunjukkan oleh gambar 2.16.
Gambar 2.18 Kurva Tegangan-Regangan
Umumnya, limit elastis bukan merupakan definisi tegangan yang jelas, tetapi pada besi tidak murni dan baja karbon rendah, titik awal terjadinya
deformasi plastis ditandai dengan penurunan beban secara tiba-tiba yang menunujukan adanya titik luluh atas dan titik luluh bawah. Perilaku luluh ini
merupakan karakteristik bebagai jenis logam, khusunya yang memiliki struktur
bcc dan mengandung sejumlah kecil elemen terlarut. Untuk material yang tidak memiliki titik luluh yang jelas, berlaku definisi konvensional mengenai titik awal
deformasi plastis, yaitu tegangan uji 0,1 atau 0,2 . Di sini ditarik garis sejajar dengan bagian elastis kurva tegangan-regangan dari titik dengan regangan 0,2 .
2.4 Pengujian Ketangguhan Impak Impact Toughness TestImpact Charpy Test