Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

13 nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas? 3. Bagaimana pembuktian corporate opportunity terhadap Direksi perseroan yang ditinjau dari undang – undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas? Permasalahan dalam penelitian tersebut berbeda dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, begitu juga dengan Undang – Undang yang digunakan. Secara keseluruhan penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian diatas, dengan demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori. 9 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 6. Universitas Sumatera Utara 14 suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta – fakta yang dapat menunjukkan kebenarannya. 10 Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum. 11 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir – butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis. 12 Sesuai dengan judul penelitian “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Melaksanakan Duty of Loyalty dan Duty of Care Berdasarkan Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”, didasarkan pada teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan teori organisasi dari Otto Von Gierke seorang sarjana kebangsaan Jerman 1841-1921 yang menyatakan pengurus adalah organ atau alat perlengkapan dari badan hukum. 13 Seperti halnya manusia yang memiliki organ – organ tubuh misalnya kaki, tangan, dan lain sebagainya itu digerakkan dan diperintahan oleh otak manusia, demikian pula gerakan dari organ badan hukum diperintah oleh badan hukum itu sendiri sehingga pengurus adalah merupakan personifikasi dari badan hukum itu sendiri. 10 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Jakarta : UI Press, 1996, hal. 203 11 Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum, Bandung : Refika Aditama, 2009, hal.23. 12 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 80. 13 Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal Di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti 1997, hal. 20. Universitas Sumatera Utara 15 Beranjak dari teori organisasi yang dikemukan oleh Otto Von Gierke bahwa teori sangat relevan menganalisis permasalahan yang telah dikemukakan terutama terkait dengan sistem pertanggungjawaban dari Direksi Perseroan Terbatas dalam melaksanakan prinsip pengelolaan perusahaan berdasarkan duty of loyalty dan duty of care, demikian juga halnya dengan teori Business Judgment Rule dan teori Treatment yang dipakai dalam menganalisis penelitian ini. Adapun teori lain yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Business Judgment Rule, adalah salah satu teori yang sangat popular untuk menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad baik. Penerapan teori ini mempunyai misi utama yaitu untuk mencapai keadilan khususnya bagi para Direksi perseroan dalam melakukan suatu keputusan bisnis, artinya tidak terdapat kepentingan pribadi yang dilakukan oleh Direksi dalam menjalankan perseroan. Teori ini mengandung suatu hak yang berupa perlindungan bagi Direksi dalam menjalankan perseroan yaitu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atas tindakan yang telah dilakukan bila dapat membuktikan suatu tindakan yang dilakukan dengan jujur, itikad baik, dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Selain teori yang disebut diatas juga dipakai dalam penelitian ini adalah teori treatment, teori ini berpendapat bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan kepada pelaku kejahatan, bukan pada perbuatannya. Pemidanaan dimaksudkan untuk memberikan tindakan perawatan rehabilitas dan perbaikan kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti dari hukuman. Pada dasarnya teori ini dilandasi pemikiran aliran Universitas Sumatera Utara 16 positif. Aliran positif ini dipelopori oleh Casare Lambroso 1835-1909, Enrico Ferri 1856-1928 dan Raffaele Garafalo 1852-1934. 14 Aliran positif melihat kejahatan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengkonfirmasi fakta – fakta dilapangan dalam kaitannya dengan terjadinya kejahatan. Aliran ini beralaskan faham determinisme, menyatakan seseorang yang melakukan kejahatan bukan berdasarkan kehendaknya karena manusia tidak mempunyai kehendak bebas free will, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pribadinya sendiri watak, faktor biologis dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaku kejahatan tidak dapat dipersalahkan dan dipidana, melainkan diberi perlakuan treatment untuk resosialisasi dan perbaikan sipelaku. Perbuatan seseorang tidak bisa hanya melihat dari aspek yuridis semata terlepas dari orang yang melakukan. Perbuatan seseorang itu harus dilihat secara konkrit bahwa dalam kenyataannya perbuatan seseorang itu dipengaruhi oleh watak pribadi, biologis dan lingkungan. 15 Aliran ini menolak pandangan adanya pembalasan berdasarkan kesalahan subjektif. Aliran positif melihat kejahatan tidak dari sudut pandang perbuatannya, melainkan pelakunya sendiri yang harus dilihat dan didekati secara nyata dan persuasif. Tujuan pendekatan kepada pelaku ini adalah untuk mempengaruhi pelaku kejahatan secara positif sepanjang masih dapat dibina dan diperbaiki. Paham rehabilitasi sebagai tujuan pemidanaan dalam perjalanannya tidak semulus yang 14 Mahmud Mulyadi, Feri antoni Surbakti, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, Jakarta : PT.Sofmedia, 2010, hal. 99. 15 Ibid. 100. Universitas Sumatera Utara 17 diperkirakan. Paham ini banyak mendapatkan kritikan, ditujukan pada kenyataan bahwa sedikit negara yang mempunyai fasilitas untuk menerapkan program rehabilitas pada tingkat dan kebijakan yang menekankan penggunaan tindakan untuk memperbaiki. Kedua, adanya tuduhan yang serius bahwa pendekatan yang mengundang tirani individu dan penolakan hak asasi manusia.

2. Konsepsi