BAB IV. GULMA SEBAGAI SUB-SISTEM DARI SISTEM PERLINDUNGAN TANAMAN

(1)

BAB IV. GULMA SEBAGAI SUB-SISTEM DARI SISTEM PERLINDUNGAN TANAMAN

Setelah mengikuti bab ini mahasiswa akan mengetahui

1. Batasan, garis besar pengelompokan dan kedudukan gulma dalam sistem perlindungan tanaman

2. Interaksi gulma dengan opt yang lain 3. Gulma sebagai inang alternatif OPT

4. Gulma sebagai “rumah” jasad yang bermanfaat (untuk pengendalian hayati)

5. Sifat-sifat jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai gulma 6. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gulma

7. Potensi gulma sebagai sumberdaya yang bermanfaat 8. Garis besar pengendalian gulma

1. PENGANTAR

Kedudukan Gulma Dalam Perlindungan Tanaman --. Untuk mempermudah dalam memahami kedudukan gulma dalam perlindungan tanaman, perlu diungkapkan bahwa yang dihadapi oleh insan perlindungan tanaman pada dasarnya adalah suatu sistem pertanian yang dinamis. Dalam sistem perlindungan tanaman (crop protection system), gulma merupakan salah satu komponen (atau sub sistem) dari organisme pengganggu tanaman (OPT) yang saling tindak (interaction) dengan komponen yang lain. Komponen lainnya adalah penyebab penyakit (patogen) baik yang biotik maupun yang abiotik dan kelompok hewan hama (serangga, kutu, mamalia, nematoda). Walaupun ketiga komponen tersebut pada umumnya dipelajari secara terpisah, namun di dalam pengelolaan suatu ekosistem pertanian, ketiga komponen tersebut akan berpadu dan berkaitan secara timbal balik sesamanya. Keterpaduan dan keterkaitan secara timbal balik juga terjadi antara ketiga komponen OPT dengan berbagai komponen biotik dan abiotik lainnya dalam ekosistem tersebut. Hal itulah yang menyebabkan mengapa pengelolaan hama, penyakit dan gulma dalam suatu ekosistem pertanian, tidak akan berhasil dengan baik, kecuali dengan melakukan pendekatan terpadu (Soerjani et el., 1979).


(2)

Batasan Gulma.-- Dalam pidato pengukuhannya sebagai gurubesar dalam Ilmu Sistematik Tumbuhan pada Fakultas Biologi UGM, Tjitrosoepomo (1969) mensitir scheppings theorie yang dianut oleh Linnaeus. Penganut teori tersebut menyakini bahwa semua jenis tumbuh tumbuhan adalah ciptaan Tuhan, dan bahwa Tuhan menciptakan sesuatu tentulah dengan maksud atau kegunaan tertentu. Dengan mendasarkan pada teori tersebut, Ronoprawiro (1992), berpendapat bahwa sifat sifat gulma sudah dikenalkan sejak manusia membedakan antara tanaman yang berguna, yaitu tanaman yang diharapkan menghasilkan bahan atau bahan baku kebutuhan hidupnya; dan tanaman yang tidak berguna, bahkan tidak dikehendaki kehadirannya di dekat tanaman tanaman yang diusahakan, karena mereka dapat merupakan pesaing untuk ruang, air, unsur-unsur hara dan cahaya, sehingga hasil pertanamannnya kurang baik. Lebih jauh Ronoprawiro (1992) berpendapat bahwa pengelompokan tumbuhan menjadi dua kelompok tersebut telah berakibat adanya kelompok tumbuhan yang tidak dikehendaki, tidak pada tempatnya atau tidak diinginkan, yang kemudian menjadi dasar lahirnya istilah tumbuhan pengganggu (gulma). Jadi kepentingan manusialah yang menentukan apakah suatu jenis tumbuhan tertentu dinyatakan sebagai gulma atau bukan gulma. Di bawah ini disampaikan beberapa batasan tentang gulma, yang semuanya berpangkal pada kepentigan subyektif manusia (anthroposentris):

1. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, tumbuhan yang tak berguna, tak diinginkan dan tak disukai.

2. Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu manusia atau kepentingan manusia.

3. Gulma adalah tumbuhan yang potensi perusakannya melebihi potensi kegunaannya.

4. Gulma adalah tumbuhan yang apabila dibiarkan berkembang dalam sistem pertanaman menyebabkan kerugian finansial dalam berbagai bentuk.

5. Gulma adalah tumbuhan yang menduduki habitat yang terusik dan bukan merupakan anggota komunitas alami asli di areal geografik tempat ia ditemukan.

6. Gulma adalah tumbuhan yang nilai negatifnya melebihi dari nilai positifnya.


(3)

7. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat dan waktu yang tidak dikehendaki oleh manusia

Dalam ekosistem tertentu gulma merupakan key pest (hama

utama).--Peranan komponen hama (dalam arti luas) dalam suatu ekosistem pertanian sangat bervariasi dari ruang ke ruang dan dari waktu ke waktu, tergantung tergantung dari hasil saling tindak antar komponen komponen dari sistem tersebut. Dalam ekosistem tertentu, misalnya di daerah daerah yang mengusahan sayur sayuran, virus dapat merupakan key pest yang perlu diperhatikan. Pada pertanian tanaman pangan, umumnya hama serangga atau tikus merupakan key pest. Tidak dapat dibantah bahwa pada perkebunan tertentu, gulma merupakan OPT utama (key pest) yang mempunyai peran paling besar dalam menurunkan angka hasil komoditas tertentu.

Falsafah Gulma dalam sajak.— Sebagai inspirasi mengenai peranan gulma yang lebih luas dalam kehidupan manusia, kiranya menarik untuk direnungkan sajak The Weed’s Philosophy yang ditulis oleh Martin (1913 cit.

Ronoprawiro (1992) seabad yang lalu, yang secara bebas diterjemahkan sebagai berikut:

Falsafah Gulma

Nah, katakanlah, bukankah saya ini dirundung nestapa. Dilahirkan di bumi untuk menjadi gulma?

Semenjak saya muncul dari kegelapan biji kecil tempat asal saya, Saya telah mencoba hidup baik, namun tetap saja saya sebagai gulma. Untuk direnggut beserta akarku dan dibinasakan sebagai upah,

Untuk dihinakan olleh pekebun dan dibuang sebagai sampah. Ah, tetapi mengapa saya dilahirkan, bila tak ada orang yang suka, Dengan sesuatu yang begitu memuakkan, dan buruk seperti gulma? Sekarang, sebab apa saya dan saudara-saudaraku membela diri

Katakanlah, tidak adakah satupun dari gulma yang dapat digunakan untuk berbangga diri?


(4)

Bila kodrat berlaku untuk setiap maklhuk yang diciptakan,

Maka harus ada sesuatu dari gulma yang dapat dipersembahkan. Bila kejahatan dan penderitaan masih terjadi di dunia,

Dalam perjalanan perkembangannnya, maka saya sebagai gulma. Tentu merupakan bagian dari rencana alam semesta,

Meskipun saya hidup, tetapi harus mati hanya karena menjadi gulma. Demikianlah nelangsa makhluk yang disebut gulma.

Pengelompokan gulma.-- Gulma dapat dapat dikelompokan berdasarkan (1) umur atau daur hidupnya, (2) habitanya, (3) keganasannya, dan (4)

kesamaan dalam sifat saingan atau responnya terhadap herbisida (Anonim, 1983a). Berdasarkan daur hidupnya gulma dibagi menjadi gulma tahunan, gulma dua musim dan gulma semusim. Berdasarkan habitatnya dikenal adanya gulma obligat (dapat tumbuh pada habitat yang sudah ada campur tangan manusia) dan gulma fakultatif (dapat tumbuh pada habitat yang belum ada campur tangan manusia. Berdasarkan keganasannya, gulma dibagi menjadi gulma ganas atau berbahaya (noxious weed) dan gulma lunak (soft weed). Berdasarkan kesamaan sifat dalam saingan dan reaksinya terhadap herbisida dikelompokan menjadi :

a. Gulma rerumputan (grasses):

- Axonopus compressus - Brachiaria mutica - Cynodon dactylon - Digitaria nuda

- Echinochloa colonum - Imperata cylindrica - Panicum repens

- Paspalum conjugatum

b. Gulma berdaun lebar (broad leaf)

- Ageratum conyzoides - Borreria alata

- Chromolaena odorata - Drimaria cordata - Eupatorium riparium


(5)

- Hyptis rhomboidea - Lantana camara - Murdania nudiflora - Urena lobata

c. Tekian (sedges)

- Cyperus kyllingia - Cyperus rotundus d. Pakisan (fern)

- Cylosorus aridus - Gleichenia linearis

2. INTERAKSI GULMA DENGAN OPT YANG LAIN

Hubungan timbal balik antara tanaman, gulma, hama dan penyebab penyakit (biotik dan abiotik) merupakan dasar dalam perencanaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang berwawasan lingkungan, sehingga perlu mendapatkan perhatian.

Pakar perlindungan tanaman juga perlu memperhatikan adanya fenomena bahwa berbagai herbisida (racun gulma) ternyata dapat mempengaruhi tingkat kepekaan tanaman terhadap berbagai jenis penyebab penyakit tumbuhan. Herbisida jenis S-trazin dan urea, misalnya, dapat dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

Helminthosporium sp. dan Fusarium sp., melalui pengaruhnya terhadap kadar gula hasil fotosistesis dalam tanaman. Herbisida karbamat dan alifatik (dalapon) dapat meningkatkan kepekaan

tanaman terhadap patogen dengan jalan menghilangkan lapisan lilin pada daun. Sebaliknya beberapa herbisida, seperti MCPA dan 2,4 D dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen tertentu. Tetapi 2,4 D juga pernah dilaporkan dapat meningkatkan populasi hama tungau pada perkebunan teh. Sejalan dengan terus


(6)

meningkatnya jumlah penemuan dan pemasaran herbisida baru, penelitian tentang pengaruh herbisisa terhadap tingkat ketahanan tanaman terhadap patogen dan OPT lain masih perlu untuk

ditingkatkan (Soerjani et. al., 1979). Lebih jauh Soeryani et al. (1979) membedakan pengaruh herbisida terhadap tingkat keparahan

penyakit pada komoditas utama, menjadi tiga macam:

a. Berpengaruh positif (mengurangi keparahan penyakit).

- Pemakaian MCPA dan 2,4 D dilaporkan dapat mengurangi kepararahan bacterial blight yang disebabkan oleh

Xanthomonas orizae pada padi vaarietas IR-28

- Pengendalian gulma dengan 2,4-D, monuron, dan dalapon dapat mengurangi intensitas infeksi Helminthosporium sativum P.K.& B. pada bibit barley

b . Tidak perbengaruh.

- Herbisida seperti atrazine, cyanazine, dalapon, dan propachlor dilaporkan tidak mempengaruhi

perkembangan penyakit akar kacang buncis.

- MCPA dan 2,4 D tidak mempengaruhi perkembangan penyakit daun padi yang disebabkan oleh Pyricularia orizae.

- Terdapat tanda-tanda bahwa pengeruh herbisida

terhadap keparan suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh jenis patogennya. Sebagai contoh, MCPA dan 2,4 D yang pada padi dapat mengurangi keparan penyakit daun yang disebabkan oleh Xanthomonas orizae, tetapi pada saat yang sama justru tidak ada pengaruhnya terhadap

Pyricularia orizae.


(7)

- 2,4 D menambah keparahan serangan Alternaria solani, sedangkan dalapon meningkatkan serangan Fusarium oxyporum, f. lycopersici

- Trifluralin dan Nitralin meningkatkan kerusakan oleh

Rhizoctonia solani pada tanaman kapas

- Trifluralin dapat merangsang produksi clamidospora dari

Fusarium oxyporum f. sp. vasinfectrum.

- diperlukan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme bagaimana herbisida dapat menambah atau mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan patogen tertentu.

Kedudukan gulma dalam perlindungan tanaman juga menjadi lebih menarik untuk dikaji karena gulma dapat secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan OPT yang lain dengan jalan mempengaruhi iklim mikro pada suatu agroekosistem tempat komoditas dibudidayakan, misalnya kehadiran gulma yang terlalu lebat meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga jamur

tertentu dapat berkembang biak dengan baik (Mere and Thursten, 1970 cit. Soeryani et al., 1979). Gulma juga mempunyai peranan penting sebagai sumber genetik sifat sifat ketahanan terhadap OPT.

Gulma sebagai inang alternatif bagi organisme pengganggu tumbuhan.-- Keberlangsungan hidup suatu makluk umumnya tidak hanya tergantung dari satu jenis tanaman/inang saja. Hal ini juga berlaku sebaliknya, yaitu bahwa tanaman umumnya dapat menjadi inang/pendukung hidup untuk lebih dari satu jenis OPT. Bahkan ada sejenis tanaman yang dapat menjadi inang lebih dari 100 jenis OPT. Dalam kaitannya dengan epidemi penyakit tumbuhan atau ledakan hama, banyak gulma yang merupakan inang alternatif penting dan tempat bertahannya patogen di saat tidak ada tanaman utama.


(8)

Sebaliknya berbagai penelitian juga mengungkapkan bahwa

berbagai patogen dan hama yang inang utamanya adalah gulma, juga dapat menyerang tanaman yang diusahakan.

Berdasarkan kisaran inangnya, OPT dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu OPT dengan kisaran inang sempit dan OPT dengan kisaran inang luas. Bagi OPT yang kisaran inangnya sangat sempit, gulma umumnya tidak mempunyai peranan penting sebagai tanaman inang alternatif. Contoh OPT yang berkisaran inang sempit adalah

Bactrocera migregori yang sampai saat diketahui dapat menyerang belinjo (Gnetum gnemon) dan Bactrocera umbrosa yang hanya menyerang Artocarpus spp. Umumnya satu jenis OPT dapat menyerang tanaman yang termasuk dalam satu famili. Misalnya

Xanthomonas orizae, salah satu patogen penting pada padi, dapat juga menyerang Leersia hexandra dan Hymonachno

pseudointerupta. Hal ini dimungkinkan karena kelompok tanaman yang termasuk dalam satu famili umumnya mempunyai kesamaan sifat, termasuk kandungan bahan bahan yang diperlukan untuk hidup dan berkembangnya OPT. Di sisi lain, tanaman dalam satu kerabat, umumnya sama sama tidak mempunyai bahan bahan yang tidak disukai/meracun OPT. Contoh OPT yang mempunyai inang luas adalah virus mosaik tebu yang diketahui dapat menyerang 50

sepesies dari familia Graminae (Triahrso, 1978) yang diantaranya berstatus sebagai gulma. Banyak contoh kegagalan dalam

pengendalian hama dan penyakit karena tidak dilandasi dengan pengetahuan tetang kisaran inang dari OPT atau serangga penular bagi OPT yang dikendalikan.

Salah satu contoh kehadiran inang alternatif OPT yang berupa gulma yang berpotensi mempersulit pengendalian OPT tersebut adalah adanya gulma yang merupakan inang dari virus yang


(9)

semangka dan melon. Pada saat di lapangan tidak ada tanaman labu labuan, virus dan serangga vektor bertahan pada gulma yang tumbuh pada pematang pematang atau tanggul tanggul sungai. Pada saat bibit mulai tumbuh dengan perantaraan vektor, segera terjadi penularan virus dari gulma ke semai yang baru tumbuh, sehingga dapat menimbulkan serangan yang sangat parah.

Peranan gulma sebagai tanaman inang pengganti dari virus, bakteri, jamur, nematoda parasit disajikan dalam Tabel terlampir (Tabel.... sd ...).

Gulma Sebagai Tempat Berlindung bagi Agens Pengendalian Hayati --. Keberhasilan pengendalian OPT secara hayati antara lain ditentukan dengan kemampuan agens hayati bertahan dari musim ke musim pada saat tidak ada organisme sasaran. Dalam hal ini gulma dapat merupakan habitat penting bagi berkembangnya agen hayati tersebut. Contoh beberapa agen pengendalian hayati yang bertahan pada gulma dapat dilihat pada Tabel ...

Salah satu cara untuk mempertahankan populasi musuh musuh alami dalam agroekosistem adalah dengan membiarkan tumbuh sebagian dari gulma pada ekosistem tersebut (Oka, 1976)

3. SIFAT SIFAT JENIS TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI GULMA

Apabila batasan batasan tentang gulma direnungkan kembali dengan seksama, akan terlihat bahwa kepentingan sesaat manusialah yang menentukan apakah suatu tumbuhan berstatus gulma atau tanaman yang bermanfaat. Tanaman padi di antara pertanaman bawang putih adalah gulma dan sebaliknya rumput


(10)

grinting yang tumbuh di antara tanaman padi adalah gulma (Ronoprawiro, 1992). Hal senada akan dapat kita alami apabila kita menentukan status tumbuhan parasit tinggi, misalnya benalu teh. Dulu benalu yang tumbuh sebagai parasit pada tanaman teh dianaggap sebagai gulma yang harus diberantas karena dapat menurunkan angka hasil teh, namun sejak diyakininya oleh banyak pihak bahwa benalu teh dapat digunakan untuk obat kanker, status benalu teh berubah menjadi komoditas yang tinggi nilai ekonominya. Memang harus diakui bahwa ada tumbuhan yang untuk hampir sepanjang hidupnya berstatus sebagai gulma. Misalnya Echinochloa crusgalli, Monochoria vaginalis menjadi gulma pada padi sawah, teki pada palawija dan sayuran, serta alang-alang pada perkebunan dan lahan perladangan. Tumbuhan yang hampir pada seluruh siklus hidupnya berpotensi sebagai gulma, pada umumnya mempunyai ciri ciri sebagai berikut (Ronoprawiro, 1992):

a. Pertumbuhan vegetatifnya cepat. Pada jenis-jenis rumput, hal ini dicirikan dengan pembentukan anakan yang cepat dan banyak (Echinochloa colona) dapat diketahui dengan pembentukan anakan yang cepat; pada jenis tekian dicirikan dengan pembentukan umbi dan tunas yang cepat (Cyperus rotundus); pada jenis gulma berdaun lebar dapat dilihat dengan pemanjangan dan percabangan batang yang cepat disertai dengan pembentukan daun yang cepat (Commelina benghalensis)

b. Reproduksinya awal dan efisien

- Gulma semusim berkembang biak terutama dengan biji dan pertumbuhan vegetatif yang cepat dan kuat melalui pembentukan anakan dan percabangan yang menunjang produksi biji yang sangat besar. Sebagai contoh Rottboelia exaltata, dapat menghasilkan lebih dari 700 anakan dan


(11)

cabang yang semuanya menghasilkan bunga. Kebanyakan gulma menahun (Cyperus rotundus dan Imperata cylindrica) berkembang biak dengan cepat dengan umbi atau akar rimpang. Tekian menahun (Scirpus maritimus) dapat menghasilkan lebih dari 100 umbi dorman dan non dorman dalam satu musim pada sawah (Mercado, 1979

Cit. Ronoprawiro, 1992)

c. Memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri/beradaptasi terhadap lingkungan yang jelek. Digitaria sanguinalis misalnya, dalam keadaan sangat kering akan membentuk akar-akar kontraktil dan pertumbuhan tunasnya terhenti, tetapi bila keadaan lingkungan membaik, akan melanjutkan pertumbuhannya (King, 1966 Cit. Ronoprawiro, 1992). Scirpus maritimus dan

Monochoria vaginalis dapat tumbuh baik dalam tanah berkadar garam tinggi maupun rendah.

d. Propagulnya dorman atau dapat menjadi dorman dalam kondisi yang kurang menguntungkan.

e. Kemampuan merusaknya tinggi.-- Sifat inilah yang biasanya digunakan untuk membedakan gulma jahat dan yang tidak/kurang jahat (noxious). Sebagai contoh, Scirpus supinus

var. lateriflorus pada pertanaman padi digolongkan sebagai gulma yang tidak jahat karena dengan kerapatan 232 tanaman/m2 (pada periode kritik) tidak menurunkan angka hasil yang nyata. Sedangkan Scirpus maritimus pada tanaman yang sama dikelompokan menjadi gulma yang jahat karena dengan kerapatan 20 tanaman/m2 dapat mengurangi produksi padi sebesar 79 persen.


(12)

Gulma dapat menimbulkan kerugian kepada manusia melalui berbagai cara (Ronoprawiro, 1992)

a. Pengurangan hasil karena persaingan unsur hara, air dan cahaya. Dari Filipina dilaporkan bahwa penurunan angka hasil padi sawah dengan sistem pindah tanam karena gulma dapat mencapai 25,6 %, sedang pada padi sebar langsung penurunan angka hasil tersebut dapat mencapai 75,6 persen. Penurunan angka hasil padi gogo karena gulma dapat

mencapai 78%. Hasil penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa gulma Echinochloa crusgalli dengan kerapatan 100 tumbuhan/m2 dapat menurunkan angka hasil padi sebesar 72-78 %.

b. Meningkatkan biaya pengendalian hama dan penyakit. Hal ini dimungkinkan karena kehadiran gulma tertentu,

khususnya yang dapat berfungsi sebagai inang alternatif dan tempat bertahannya organisme pengganggu tumbuhan, akan mempersulit pengendalian OPT sasaran.

c. Menurunkan kualitas atau mutu hasil.

- Tercampurnya biji gulma dalam contoh benih padi dapat menyebabkan ditolaknya persediaan benih tertentu untuk mendapatkan sertifikasi.

- Ikut termakannya gulma tertentu oleh sapi perah dapat mengakibatkan bau yang tidak dikehendaki dalam air susu sehingga mutunya turun.

d. Terhambatnya aliran air dalam saluran irigasi, saluran pembuangan, dan pipa air hidrolistrik. Gulma juga dapat mengurangi ketersediaan air dengan jalan meningkatkan evavotranspirasi air yang tersedia.

e. Gulma juga dapat menimbulkan kerugian secara tidak langsung dengan cara menjadi inang alternatif beberapa patogen dan serangga perusak tanaman


(13)

5. Potensi gulma sebagai sumberdaya yang bermanfaat. Dilihat dari pengendalian gulma, pemanfaatan gulma untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dianggap sebagai alternatif pengendalian yang berwawasan lingkungan (Ronoprawiro, 1992). Adapun berbagai kemungkinan pemanfaatan gulma teresebut adalah:

a. Sebagai sumber bahan obat-obatan

- Banyak bahan obat-obatan yang dapat dihasilkan dari tanaman gulma. Tercatat ada 8 jenis gulma yang digunakan sebagai bahan jamu dan beberapa industri jamu di jawa.

- Sebagai contoh tanaman pegagan (Centella asiatica) dilaporkan sebagai imunomodulator yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit. Secara farmakologis pegagan sudah diketahui sebagai anti oksidan, anti diabetes, anti kanker, menurunkan kadar asam urat, peluruh air seni, hepato protector, dan inunomodulator (Ediati, 2012)

- Rumput teki diketahui mengandung alkaloid, protein, dan minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai obat cacing, obat sakit perut, pelancar kencing, pengencang kulit.

- Mimosa pudica (putri malu) diketahui mempunyai mimosin dan tanin yang dapat digunakan sebagai obat diare, obat tidur, pelancar kencing.

b. Sebagai bahan dasar parfum - Contohnya rumput teki

-c. Rumput sebagai pakan ternak dan ikan (menopa, mata ikan, kayu apu, dan azola)


(14)

d. Sebagai bahan bangunan - Misalnya alang-alang

- Di Bali budidaya alang-alang dapat menghasilkan nilai ekonomis yang setara dengan budidaya padi karena atap dari alang-alang mempunyai nilai budaya tersendiri.

e. Sebagai bahan pembuatan kertas - Misalnya alang-alang

f. Sebagai bahan sayur

- Penelitian di Kabupaten Bogor menunjukan bahwa 45 jenis yang dijumpai di daerah itu 32 diantaranya dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sayur dan lalap meskipun tidak semuanya sebagai sayur utama. 10 jenis diantaranya diperdagangkan di pasar (Monochoria vaginalis, enceng leutik)

g. Sebagai bahan kerajinan - Misalnya eceng gondok

h. Sebagai bahan media untuk menumbuhkan jamur yang dapat dimakan

- Misalnya eceng gondok i. Sebagai penghasil biogas

j. Sebagai bahan pembuatan pupuk organik (mis azola)

k. Dikembangkan menjadi kompenen tanaman hias/dekorasi

6. Garis besar pengendalian gulma

Secara umum, pengendalian gulma bertujuan untuk membatasi investasi gulma sedemikian rupa sehingga secara ekologis dan ekonomis tidak merugikan. Sedangkan tujuan khusus

pengendalian tersebut dari habitat gulma dan komoditas yang diusahakan. Untuk bidang perkebunan, misalnya, tujuan


(15)

pengendalian gulma tersebut dapat dijabarkan menjadi (Mangunsoekarjo, 1990):

- Menghindarkan terjadinya persaingan dengan tanaman pokok,

- Memberantas gulma yang mengeluarkan zat alelopati, - Memudahkan pengumpulan hasil, misalnya brondolan

kelap sawit, buah kelapa, lelesan kopi dan lain lain

- Memudahkan pengawasan atau kontrol oleh pengelola kebun

- Mempermudah pemupukan (pre-manuring weeding) Secara singkat gulma dapat dikendalikan dengan tindakan tindakan sebagai berikut:

a. Pengendalian gulma secara preventif

- Apabila dalam pembukaan lahan baru gulma asli biasanya mudah dikendalikan namun gulma-gulma pendatang biasanya sulit dikendalikan.

- Oleh karena itu, didalam pencegahan sangat dianjurkan dan dijaga agar tidak terdapat gulma-gulma pendatang.

- Untuk dapat mengendalikan secara pencegahan perlu diketahui cara berkembang biak gulma, cara penyebaran, dan sifat biologis gulma.

- Pengendalian preventif dapat dilakukan dengan Peraturan Perundang-undangan atau karantina dan peningkatan kesadaran, pendidikan dan pengamatan oleh masyarakat.

- Pemakaian benih yang bersih tanpa biji gulma, menghindarkan pemberian makanan ternak yang

mengandung propagul gulma, menghindarkan pemakaian pupuk kandang yang diduga ada biji gulmanya,


(16)

menjaga pematang agar bersih dari gulma merupakan salah satu tindakan pencegahan adanya gulma-gulma yang berbahaya.

-b. Pengendalian gulma secara mekanis/Fisik - Mencabut dengan tangan

Cara pencabutan akan berhasil baik apabila digunakan untuk pengendalian gulma yang mudah dicabut tetapi kurang berhassil untuk gulma yang mempunyai

rimpang/rizhoma, geragih/stolon atau berumbi. Hal ini disebabkan karena pencabutan dengan tangan atauu dengan menggunakan alat sederhana menyebabkan umbi, rimpang, dan geragih tetap tertinggal dalam tanah dan tumbuh kembali. Penyiangan dengan tangan memerlukan banyak waktu dan tenaga. Namun, ditinjau dari kerusakan yang ditimbulkan cara ini paling sedikit menimbulkan kerusakan pada tanaman utamanya.

- Menggunakan alat-alat baik alat-alat yang paling sederhana sampai alat-alat yang besar.

- Pada pertanian tradisional alat-alat pengolah tanah seperti cangkul, bajak, garu sangat efektif untuk mengendalikan gulma.

- Penggunaan api juga tergolong salah satu pengendallian fisik/mekanis.

- Penggunaan api secara terbatas masih sering dilaksanakan pada pertanian-pertanian yang tradisional.

- Pemakaian panas juga dapat dilakukan dalam bentuk uap, terutama untuk mematikan biji-biji gulma dalam tempat yang terbatas misalnya pada bedengan persemaian.

- Keuntungan penggunaan api dalam pengendalian gulma adalah tidak menimbulkan residu pada tanah dan


(17)

- Kelemahannya api sering dapat mematikan tanaman-tanaman pokok.

- Pengendalian dengan api dapat juga digunakan “flame guns” yang dapat digunakan dengan tangan dan traktor.

- Keuntungan lain penggunaan api karena dapat mematikan hama dan penyebab penyakit tetapi api juga dapat

menyebabkan kebakaran, mengurangi humus, mematikan jasad berguna, memperbesar erosi, dan menimbulkan asap yang merugikan.

- Membabat

Cara pengendalian gulma dengan mencabut banyak dilakukan di perkebuna karet, kelapa sawit, kopi, coklat, dan lain-lain. Ditinjau dari segi penyebaran gulma

sebaiknya membabat dilakukan sebelum gulma berbunga dan menghasilkan biji. Untuk pencegahan erosi dan

pengawetan tanah, cara pembabatan adalah cara yang paling dianjurkan.

- Pembabatan gulma seyogyanya dilakukan sebelum

penaburan pupuk sehingga pemupukan akan lebih efektif.

- Mengerjakan tanah

- Cara pengendalan gulma dengan mengerjakan tanah dapat dipakai untuk memberantas gulma semusim maupun tahunan. Pengolahan tanah selain dapat

mengendalikan gulma juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga tanah tersebut lebih siap untuk ditanami. Pengolahan tanah dapat dilakukan

dengan alat-alat sederhana maupun dengan alat-alat yang besar.

c. Pengendalian gulma secara kultur teknis

- Cara pengendalian gulma ini didasarkan pada pengetahuan ekologi yaitu berusaha menciptakan


(18)

lingkungan yang sedemilian rupa agar keadaan tersebut relatif sesuai dan serasi untuk komuditas yang diusahakan sehingga dapat tumbuh dengan kuat tetapi dipihak lain keadaan tersebut dapat mengurangi atau menekan pertumbuhan gulma.

- Teknik pengendalian secara kultur teknis meliputi pergiliran tanaman, pengairan, pengolahan tanah,

penggunaan varietas atau benih yang unggul, pengaturan jarak tanam, penyiangan, pemanenan, dan penggunaan mulsa

d. Pengendalian secara hayati

- Pengendalian hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang lain.

- Salah satu batasan tentang pengendalian hayati adalah tindakan parasitoid, predator, dan patogen dalam

memelihara kerapatan organisme llain pada rerata yang lebih rendah daripada kerapatan bila tindakan musuh alami tersebut tidak ada. Pendapat lain memahami pengendalian hayati dalam arti yang lebih luas yaitu

mencakup faktor-faktor lain misalnya, ketahanan tanaman inang terhadap opt, pemandulan diri, dan manipulasi genetik.

- Pengendalian hayati gulma telah dilakukan di masa pra-kemerdekaan yaitu di lembah Palu, Sulawesi Tengah terhadap gulta eksotik yaitu kaktus Opuntia spp. Agen hayati yang digunakan adalah kutu putih Dactylopius

opuntiae yang diimpor dari Australia (1934) dan dibiakkan secara masal di Bogor. Pada tahun 1935 kutu putih

tersebut dilepas di padang penggembalaan yang


(19)

tahun kaktus tersebut hanya dijumpai secara sporadik di tepi hutan saja sehingga program ini dinilai berhasil secara sempurna. Program yang sama kemudian dilakukan di Lombok Timur pada tahun 1940 dengan tingkat

keberhasilan yang sama. Kalshoven (1981 cit Sosromarsono, 2006).

- Walaupun tidak ada laporan resmi mengenai kasus yang nyaris berakibat fatal, dalam tahun 1939, sejenis kepik renda asli Amerika Selatan (Telenomaena scrupulosa) diimpor dari Australia dengan tujuan untuk

mengendalikan Lantana camara. Pada waktu itu muncul pendapat yang memperkirakan bahwa kepik itu mungkin akan menjadi hama pohon jati kemudian kepik tersebut tidak dibiakkan dan dimusnahkan. Rupanya, sejumlah kepik renda itu berhasil menyelinap keluar dari tempat pembiakkan dan dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada Lantana camara yang tumbuh bersama-sama dengan tumbuhan liar lainnya. Pada dasawarsa berikutnya kepik renda itu memencar di seluruh daerah Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

- Pada tahun 1945 kepik itu dilepas dengan sengaja di Pulau Timor untuk pengendalian Lantana camara di padang penggembalaan tetapi hasilnya negatif sehingga sampai saat ini peran kepik tersebut sebagai agen pengendalian hayati gulma kkurang mendapatkan perhatian.

- Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian hayati di Indonesia. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas terdiri dari ribuan pulau yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi khususnya dalam fauna musuh alami yang


(20)

pengendalian hayati OPT pertanian. Kedua, pengendalian hayati klasik terutama terhadap gulma eksotik yang

menggunakan herbivor eksotik harus direncanakan dan dilaksanakan secara berhati-hati dan cermat. Kekhususan inang agen yang digunakan adalah faktor yang tidak dapat dikompromikan. Ketiga, pengendalian alami oleh musuh alami asli setempat harus dimanfaatkan semaksimal mungkin yang dapat dikombinasikan dengan taktik pengendalian dalam sistem PHT.

- Di masa kemerdekaan pengendalian hayati gulma mulai mendapat perhatian lagi sejak pertengahan 70-an dengan meningkatnya perhatian untuk mengendalikan gulma di perairan misalnya, eceng gondok.

- Mangoendihardjo et al (1977) merupakan pioner dalam inventarisasi serangga herbivor dan jamur yang

berasosiasi dengan gulma air yaitu eceng gondok (Salvinia molesta), Pistia striatalis, Alternanthera philoxeroides, Ludwigia spp, Scripus grossus. Sebagian besar serangga yang ditemukan adalah herbivor umum dan sebagian lagi adalah hama tanaman budidaya.

- Agen hayati eksotik juga telah dicoba untuk

mengendalikan gulma eksotik di Indonesia. Pada tahun 1970-an sejenis kumbang moncong penggerek eceng gondok Neochetina eichhorniae di impor dari Florida dan di teliti sebagai calon agen hayati pengendali eceng

gondok. Pada tahun 1979, kumbang moncong tersebut dilepaskan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan dilaporkan dapat mapan serta memencar secara alami di daerah lain di Jawa Tengah.

- Meskipun kumbang tersebut dapat mapan tetapi tidak dapat mengendalikan eceng gondok secara efektif. Hal ini


(21)

diduga salah satu faktor penyebabnya terutama di sungai dan danau ialah adanya kehanyutan koloni eceng gondok di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih sedang populasi eceng gondok pulih secara cepat.

- Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah pengendalian Mimosa diplotricha dengan kutu loncat eksotik asal Brazil, Heteropsylla spinulosa yang diimpor dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan pertama dilakukan di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa kutu loncat tersebut dapat mapan di semua tempat pelepasan namun populasinya rendah. Salah satu sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang menyerang kutu tersebut.

Daftar Pustaka

Anonim. 1983a. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting Pada Tanaman Perkebunan. Dirjenbun, Deptan, Jakarta. 115 hal

Anonim. 1983b. Pedoman Pengendalian Gulma Pada Budidaya Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. 99 hal. Anonim. 1992. Undang-Undang RI Nomor 12 Tentang Sistem Budidaya

Tanaman. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46. Anonim. 1995. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Proyek Pengendalian Hama Terpadu. Departemen Pertanian, Jakarta.


(22)

Oka, I.N. 1976. Ekologi Pengelolaan Penyakit Tanaman. Konggres Nas. PFI ke-4, Gambung, Bandung, 20-21 Desember 1976. 13 hal.

Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992. Yogyakarta. 23 hal. Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal.

Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam

Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal 155-184.

Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan

kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25 Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal


(23)

Tabel 1. Kepekaan varietas padi IR 36 terhadap beberapa jamur yang isioalsi dari gulma

(Soejani et al., 1979)

No. Sumber Gulma Kepekaan Padi IR 36

1. Imperata cylindrical L. (Beauv.) +

2. Pennisetum purpureum Schumach +

3. Panicum repens L. +

4. Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl +

5. Scirpus grossus L.f. +

6. Eichhornia crassipes (Mart.) Solms +

7. Salvinia molesta D.S. Mitchell

-8. Marsilea crenata Presl

-9. Ipomoea aquatic Forsk

-+ : peka - : tahan

Tabel 2 : Beberapa patogen tanaman pertanian yang dapat menginfeksi gulma (Soerjani et al., 1979)

No. Jenis Penyakit/patogen Diisolasi dari tanaman

Gulma yang dapat diinfeksi

1

“Dwarf”

(virus) padi

Echinochloa crusgalli, Paspalum thunbergii,

dan Gramineae lainnya 2

“Black-streaked dwarft”

(virus) Padi, jagung barley

Alopecurus aequalis var.

amurensis


(24)

3

Hoja blanca padi Echinochloa colonum

dan Gramineae lainnya

4 Tungro padi Padi liar

5 “Yellow dwarft” (virus) padi Alopecurus aequalis, Glyceria aquatiflora, Oryza cubensis

6 “Curly top disease”

(virus) Bit gula sayuran gulma

7 “Stewart’s diseases” Jagung Euchlaea Mexicana

8 Glaeosporium sp. Karet Eichhornia crassipes

9 “Mildew disease Apel Euphorbia hirta

Tabel 3. Patogen penting pada gulma (Soejani et al., 1979)

No. Gulma Jenis Penyakit

1. Alternanthera philoxeroides Alternasia sp. 2. Cassia surrattensis Lamarck Cephalosporium sp. 3.

Eichhornia crassipes (Mart.) Solm (eceng gondok)

- Acremonium zonatum (Sawada) Gams

- Alternaria eichhorniae Nag Raj and Ponnappa

- Bipolaris stenospila - Cercospora piaropi Tharp.

- C. rodmanii Conway

- Fusarium roseum (Lk) Sacc.

- Myrothecium sp. - Rhizoctonia sp.

- Uredo eichhorniae Fragoso & Ciferi

4.

Oxalis sp. Puccinia oxalidis (Lev.) Diet. and

Ell.

5. Rumex orispus L. Uromyces rumiqii (Shum) Wint

6.

Salvinia sp. Alternaria sp

Spicariopsis sp. 7.

Sida spinosa L. Collectotrichum malvarum (A.

Brown & Casp.) Southworth

8. Xanthium spp Puccinia xanthii show.

Tabel 4. Gulma sebagai Inang Alternatif Bakteri Patogen (Disiapkan oleh Tri Joko)

No

. Nama Patogen Inang Utama Inang Alternatif (Gulma)


(25)

oryzae (Ishiyama) - Zizania latifolia

2 Xylela fastidiosa - Vitis spp. - Coffea arabica

- Citrus spp.

- Cynodon dactylon

- Paspalum dilatatum

3 Candidatus Liberibacter

asiaticus Citrus spp. - Cleome rutidosperma- Pisonia aculeata , - Trichostigma octandrum

4 Ralstonia solanacearum Solanaceae - Hydrocotyle ranunculoides - Polygonum pennsylvanicum

5 Xanthomonas axonopodis pv.

citri

Citrus spp. Ageratum conyzoides

6 Pseudomonas syringae pv.

phaseolicola

Phaseolus vulgaris Neonotonia wightii

7 Pectobacterium carotovorum

subsp. carotovorum

Multiple hosts Chromolaena odorata

8 Dickeya spp. Multiple hosts Arundo donax

9 Clavibacter michiganensis

subsp. michiganensis

- Lycopersicon esculentum

- Solanum tuberosum

- Capsicum annum

- Amaranthus retroflexus - Chenopodium album - Xanthium saccharatum

10 Xanthomonas albilineans Saccharum officinarum Pennisetum purpureum

Tabel 5. Contoh Gulma yang dapat Berfungsi sebagai Inang Alternatif Virus yang Menyerang Padi

No. Nama Ilmiah Nama Umum Jenis Virus

1 Alopecurus aequalis Sobol. Dwarf (kerdil)

2 Avena sativa L. Dwarf (kerdil)

3 Echinochloa crusgalli Beauv. Jawan Dwarf (kerdil), Tungro

Kerdil hampa 4 Eleusine indica (L) Gaertn Rumput celulang Tungro,

5 Echinochloa colonum (L) Link Tuton Tungro,

Kerdil hampa 6 Dactyloctenium aegyptium (L) Beauv katilan Tungro

7 Leersia hexandra Tungro

8 Cynodon dactylon (L.) Pers. Suket Grinting Tungro

9 Paspalum scrobiculatum Tungro

10 Beckmannia syzigachne Blacck-streaked


(26)

11 Cynosurus cristatus Blacck-streaked dwarf


(1)

diduga salah satu faktor penyebabnya terutama di sungai

dan danau ialah adanya kehanyutan koloni eceng gondok

di musim hujan karena aliran air yang deras. Karena faktor

itulah populasi kumbang turun drastis dan lambat pulih

sedang populasi eceng gondok pulih secara cepat.

-

Pengendalian hayati gulma yang paling belakangan ialah

pengendalian

Mimosa diplotricha

dengan kutu loncat

eksotik asal Brazil,

Heteropsylla spinulosa

yang diimpor

dari Australia oleh Biotrop. Pelepasan pertama dilakukan

di Sukabumi dan Bogor tahun 2003, dilaporkan bahwa

kutu loncat tersebut dapat mapan di semua tempat

pelepasan namun populasinya rendah. Salah satu

sebabnya diduga bahwa terdapat parasitoid yang

menyerang kutu tersebut.

Daftar Pustaka

Anonim. 1983a. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting Pada Tanaman Perkebunan. Dirjenbun, Deptan, Jakarta. 115 hal

Anonim. 1983b. Pedoman Pengendalian Gulma Pada Budidaya Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. 99 hal. Anonim. 1992. Undang-Undang RI Nomor 12 Tentang Sistem Budidaya

Tanaman. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46. Anonim. 1995. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Proyek Pengendalian Hama Terpadu. Departemen Pertanian, Jakarta.


(2)

Oka, I.N. 1976. Ekologi Pengelolaan Penyakit Tanaman. Konggres Nas. PFI ke-4, Gambung, Bandung, 20-21 Desember 1976. 13 hal.

Ronoprawiro, S. 1992. Gulma Sebagai Lawan dan Kawan Dalam Kehidupan Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu Pertanaian pada Fakultas Pertanian UGM. 13 Februari 1992. Yogyakarta. 23 hal. Soerjani, M., S. Tjitrosemito, dan Kasno. 1979. Pengendalian Terpadu Sebagai Usaha Pengendalian Penyakit Tanaman Dalam Hubungannya Dengan Masalah Gulma. Makalah Prasaran undangan (invited lecture) pada Konggres Nasional ke-5, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Malang 18-20 Januari 1979. 19 hal.

Sosromarsono, S. 2006. Pengendalian Hayati Organisme Pengganggu Tanaman di Indonesia: Pengalaman Enam Dasawarsa terakhir. Dalam

Soemadihardjo, S. dan S.D. Sastrapradja (Penyunting): Enam Dasawarsa Ilmu dan Ilmuwan di Indonesia, Naturindo, Bogor. Hal 155-184.

Triharso, 1978. Beberapa gatra pengendalian penyakit tanaman dan

kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pidato pengukuhan sebagai Gurubesar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian UGM. 25 Nop. 1978. Yogyakarta, 33 hal


(3)

Tabel 1. Kepekaan varietas padi IR 36 terhadap beberapa jamur yang isioalsi dari gulma

(Soejani et al., 1979)

No. Sumber Gulma Kepekaan Padi IR 36

1. Imperata cylindrical L. (Beauv.) +

2. Pennisetum purpureum Schumach +

3. Panicum repens L. +

4. Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl +

5. Scirpus grossus L.f. +

6. Eichhornia crassipes (Mart.) Solms +

7. Salvinia molesta D.S. Mitchell

-8. Marsilea crenata Presl

-9. Ipomoea aquatic Forsk

-+ : peka - : tahan

Tabel 2 : Beberapa patogen tanaman pertanian yang dapat menginfeksi gulma (Soerjani et al., 1979)

No. Jenis Penyakit/patogen Diisolasi dari tanaman

Gulma yang dapat diinfeksi 1

“Dwarf”

(virus) padi

Echinochloa crusgalli, Paspalum thunbergii, dan Gramineae lainnya 2

“Black-streaked dwarft”

(virus) Padi, jagung barley

Alopecurus aequalis var. amurensis


(4)

3

Hoja blanca padi Echinochloa colonum

dan Gramineae lainnya

4 Tungro padi Padi liar

5 “Yellow dwarft” (virus) padi Alopecurus aequalis, Glyceria aquatiflora, Oryza cubensis 6 “Curly top disease”

(virus) Bit gula sayuran gulma

7 “Stewart’s diseases” Jagung Euchlaea Mexicana

8 Glaeosporium sp. Karet Eichhornia crassipes

9 “Mildew disease Apel Euphorbia hirta

Tabel 3. Patogen penting pada gulma (Soejani et al., 1979)

No. Gulma Jenis Penyakit

1. Alternanthera philoxeroides Alternasia sp. 2. Cassia surrattensis Lamarck Cephalosporium sp. 3.

Eichhornia crassipes (Mart.) Solm (eceng gondok)

- Acremonium zonatum (Sawada) Gams

- Alternaria eichhorniae Nag Raj and Ponnappa

- Bipolaris stenospila - Cercospora piaropi Tharp. - C. rodmanii Conway

- Fusarium roseum (Lk) Sacc. - Myrothecium sp.

- Rhizoctonia sp.

- Uredo eichhorniae Fragoso & Ciferi

4.

Oxalis sp. Puccinia oxalidis (Lev.) Diet. and

Ell.

5. Rumex orispus L. Uromyces rumiqii (Shum) Wint

6.

Salvinia sp. Alternaria sp

Spicariopsis sp. 7.

Sida spinosa L. Collectotrichum malvarum (A.

Brown & Casp.) Southworth

8. Xanthium spp Puccinia xanthii show.

Tabel 4. Gulma sebagai Inang Alternatif Bakteri Patogen (Disiapkan oleh Tri Joko)

No

. Nama Patogen Inang Utama Inang Alternatif (Gulma)


(5)

oryzae (Ishiyama) - Zizania latifolia

2 Xylela fastidiosa - Vitis spp. - Coffea arabica

- Citrus spp.

- Cynodon dactylon

- Paspalum dilatatum

3 Candidatus Liberibacter

asiaticus Citrus spp. - Cleome rutidosperma- Pisonia aculeata , - Trichostigma octandrum

4 Ralstonia solanacearum Solanaceae - Hydrocotyle ranunculoides

- Polygonum pennsylvanicum

5 Xanthomonas axonopodis pv.

citri

Citrus spp. Ageratum conyzoides

6 Pseudomonas syringae pv.

phaseolicola

Phaseolus vulgaris Neonotonia wightii

7 Pectobacterium carotovorum

subsp. carotovorum

Multiple hosts Chromolaena odorata

8 Dickeya spp. Multiple hosts Arundo donax

9 Clavibacter michiganensis

subsp. michiganensis

- Lycopersicon esculentum

- Solanum tuberosum

- Capsicum annum

- Amaranthus retroflexus - Chenopodium album - Xanthium saccharatum

10 Xanthomonas albilineans Saccharum officinarum Pennisetum purpureum

Tabel 5. Contoh Gulma yang dapat Berfungsi sebagai Inang Alternatif Virus yang Menyerang Padi

No. Nama Ilmiah Nama Umum Jenis Virus

1 Alopecurus aequalis Sobol. Dwarf (kerdil)

2 Avena sativa L. Dwarf (kerdil)

3 Echinochloa crusgalli Beauv. Jawan Dwarf (kerdil),

Tungro Kerdil hampa 4 Eleusine indica (L) Gaertn Rumput celulang Tungro,

5 Echinochloa colonum (L) Link Tuton Tungro,

Kerdil hampa 6 Dactyloctenium aegyptium (L) Beauv katilan Tungro

7 Leersia hexandra Tungro

8 Cynodon dactylon (L.) Pers. Suket Grinting Tungro

9 Paspalum scrobiculatum Tungro

10 Beckmannia syzigachne Blacck-streaked


(6)

11 Cynosurus cristatus Blacck-streaked dwarf