2.4. Bahan Makanan Campuran
Bahan makanan campuran BMC adalah campuran dari beberapa bahan makanan dalam perbandingan tertentu dengan nilai gizi yang tinggi, sehingga
apabila diberikan dalam jumlah diperhitungkan akan melengkapi kekurangan zat gizi dalam hidangan sehari-hari. BMC biasanya digunakan sebagai bahan
makanan untuk umum dalam program pemberian makanan tambahan PMT untuk menanggulangi masalah gizi Sumarsono dan Nurhikmat, 2005.
BMC selain untuk balita biasa juga dapat diberikan sebagai MP-ASI. Makanan bayi dapat berupa susu atau bubur dengan kandungan zat gizi yang
memenuhi syarat sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara normal.
Makanan tambahan dan MP-ASI dapat dibuat dari bahan makanan campuran yang terdiri dari beberapa bahan makanan dengan
perbandingan tertentu sehingga kadar zat gizi dan mutu gizinya menjadi lebih tinggi Sarbini dan Rahmawati, 2008.
Komposisi dan konsistensi MP-ASI disesuaikan dengan umur anak berupa cair dan lunak semi padat untuk anak 4-8 bulan serta padat untuk umur 1-5
tahun. Komposisi dan konsistensi PMT dan MP-ASI harus disesuaikan dengan perkembangan fisiologis dan psikomotorik atau umur anak Herlina, 2008.
MP-ASI dapat dibuat dari bahan makanan campuran yang padat gizi, dengan harga relatif terjangkau dan bahan yang mudah didapatkan. Pembuatannya
pun mudah, salah satunya dengan menggunakan bahan makanan campuran lokal seperti kacang-kacangan, sayur-sayuran dan serelia. Pemberian MP-ASI lokal
memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal sesuai dengan
kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian MP-ASI lokal secara mandiri WHO, 2003.
2.5. Kajian Kelayakan Agroindustri
Pengambilan keputusan dalam pengembangan agroindustri memerlukan data dan informasi yang direpresentasikan ke dalam model-model yang sesuai
dengan kebutuhan dan dipilah-pilah dalam parameter kritis sebagai faktor masukan dan ukuran kinerja sebagai keluarannya Zuhdi, 2007. Selanjutnya
Wulandari 2005, menyatakan adanya sistem pendukung keputusan akan memberi dampak menaikkan efektifitas dalam pembuatan keputusan, baik dari
segi ketepatan, waktu maupun kualitas. Ukuran dasar dalam pengambilan keputusan mengenai kelayakan usaha
dapat mencakup beberapa aspek yang perlu dikaji secara mendalam. Kajian terhadap prospek suatu industri ini diantaranya dilakukan atas aspek-aspek : pasar
dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan finansial Umar, 2003.
2.5.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisa aspek pasar dan pemasaran terhadap suatu proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia untuk masa
yang akan datang, pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial, perkembangan pangsa pasar tersebut di masa
mendatang untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan Husnan dan Suwarsono, 2000.
Peramalan permintaan diperlukan untuk mengetahui gambaran tentang potensi pasar. Teknik untuk meramalkan permintaan, salah satunya, adalah
dengan teknik Time series. Hasil yang didapatkan pada teknik ini akan lebih akurat jika keadaan dimasa mendatang cukup stabil. Metoda pada teknik Time
series disesuaikan dengan jenis data yang ada. Sedangkan Metoda Trend linier adalah metoda yang sesuai untuk data yang mempunyai pola kecenderungan
Suratman, 2001. Menurut Kotler 2003, Hal yang terpenting dalam pemasaran adalah
meramalkan ke mana pelanggan bergerak, dan berada di depan mereka. Selanjutnya Husnan dan Suwarsono, 2000 menyatakan instrumen untuk
menjaga kehidupan produk dimasa mendatang sangat diperlukan untuk mencapai pangsa pasar yang ditargetkan dan berdasarkan analisa bauran pemasaran
Marketing mix diharapkan perusahaan mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan pada konsumen.
2.5.2. Aspek Teknis dan Teknologi
Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi. Sisi tersebut mencakup penentuan
lokasi proyek, pemilihan mesin dan peralatan serta teknologi dan penentuan skala operasi atau kapasitas produksi Suratman, 2001.
Menurut Umar, kapasitas produksi dapat ditentukan dari sisi masukan input dan keluaran output yang dikenal dengan neraca.massa Input terkait
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku serta kapasitas mesin dalam mengolah input yang didasarkan pada jam masa kerja operasi perhari.
Output terkait bagaimana jumlah yang dihasilkan dari pengolahan yang dilakukan oleh perusahaan.
2.5.3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek, manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi badan
usaha yang dipilih. Aspek ini umumnya kurang mendapat perhatian dalam membuat kajian kelayakan. Aspek ini sebenarnya merupakan kunci keberhasilan
usaha nantinya yang dipegang oleh tenaga-tenaga manajerial dan operasional Husnan dan Suwarsono, 2000. Deskripsi tugas, tenaga kerja dan persyaratannya
juga dibahas pada aspek ini Sutojo, 1983. Tujuan kajian aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah
pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya.
Penetapan kapasitas produksi dan teknologi yang akan dikerjakan oleh pekerja, diperlukan untuk menentukan kebutuhan personil pada berbagai level manajemen,
produksi dan aktivitas lain yang berhubungan. Aspek manajemen melibatkan sumber daya manusia berikut jumlah, tugas dan wewenang yang diperlukan guna
operasionalisasi pabrik secara keseluruhan Umar, 2003.
2.5.4. Aspek Finansial
Aspek finansial mengkaji tentang keuntungan proyek Sutojo, 1983. Evaluasi finansial dimaksudkan untuk memperkirakan jumlah dana yang
diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Evaluasi aspek finansial juga mempelajari struktur pembiayaan serta sumber dana modal yang
digunakan, berapa bagian dari jumlah kebutuhan dana tersebut yang wajar dibiayai dengan pinjaman dari pihak ketiga, serta dari mana sumbernya dan
berapa besarnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisa finansial
yaitu diantaranya modal investasi, modal kerja dan penyusutan. Analisis finansial suatu proyek memandang perbandingan pengeluaran uang dan perolehan
keuntungan dari proyek tersebut Kadariah et al., 1999. Rencana proyek dapat dilanjutkan bila hasil analisis menunjukkan net benefit yang bernilai positif; bila
sebaliknya yaitu bernilai negatif, maka rencana investasi tersebut sebaiknya dibatalkan.
Umar 2003 menyatakan, analisis terhadap aspek finansial mencakup beberapa hal yaitu.
2.5.4.1. Kebutuhan modal tetap
Kebutuhan modal tetap meliputi: 1 kebutuhan modal untuk aset tetap atau barang investasi berupa lahan, bangunan, kendaraan, mesin dan sebagainya,
2 kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan pra operasional seperti percobaan, survey, perijinan, dan sejenisnya. 3 kebutuhan modal kerja, yaitu
modal yang harus selalu ada diperusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat beroperasi berkelanjutan.
2.5.4.2. Biaya operasi
Biaya operasi berbeda untuk setiap jenis kegiatan usaha. Biaya operasi meliputi biaya produksi bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya
administrasi gaji dan alat tulis kantor, biaya pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga. Biaya usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Pengelompokan biaya usaha ini dimaksudkan untuk mempermudah penghitungan biaya.
2.5.4.3. Rugi – Laba Usaha
Pernyataan rugi laba suatu perusahaan menyatakan keadaan penerimaan, biaya dan rugi laba perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2.5.4.4. Kriteria kelayakan investasi
Kriteria investasi yang digunakan: Net Present Value NPV, Internal rate of return IRR, Pay back Period PBP, Internal rate of return IRR, Net Benefit