Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan

Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Sartika Sitanggang

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Prakata

Segala Puji syukur,hormat,dan pujian penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Terapi Perilaku Kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S. Kp, MNS sebagai PUDEK I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Cholina Trisa Siregar M. Kep, Sp. KMB selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Rosina Tarigan S. Kp., M. Kep., Sp. KMB selaku dosen penguji I dan Ibu Fatwa Imelda S. Kep, Ns selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Achmad Fathi S. Kep, Ns dan Ibu Lufthiani S. Kep, Ns selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan binbingan selama proses perkuliahan.


(3)

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

6. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini.

8. Teristimewa keluargaku tercinta (Bapak O. Sitanggang, Ibu T. Silitonga, M. Sitanggang (kakak), P. Sitanggang (abang), Norce Sitanggang, Duma Sitanggang (kakak), Doli Sitanggang dan Sartana Sitanggang (adik)), dan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, doa, dorongan serta membimbing, menghibur dan memotivasi penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2005 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat pengambilan data (Evirina, Friska, Ida, Siska, Ica, Eca, Teresia, Eva, Oon, Yuliar, dll).

10. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di PSIK FK USU

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.


(4)

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

Prakata ... i

Daftar Isi... iv

Daftar Skema ... vi

Daftar Tabel... vii

Abstrak... viii

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Hemodialisa 1.1 Defenisi ... 6

1.2 Prinsip yang Mendasari Hemodialisa ... 6

1.3 Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa... 7

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dalam Mengurangi Asupan Cairan... 10

1.5 Komplikasi ... 12

1.6 Pendidikan Pasien... 13

2. Terapi Perilaku Kognitif 2.1 Defenisi ... 14

2.2 Prinsip-Prinsip Terapi Perilaku Kognitif ... 16

2.3 Tujuan Pendekatan Terapi Perilaku Kognitif ... 18

2.4 Teknik Pemantauan dan Kontrol Diri ... 19

2.5 Teknik Penguatan Diri ... 20

2.6 Teknik Distraksi ... 21

BAB 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Penelitian ... 24

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

3. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 27

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4. Pertimbangan Etik ... 28

5. Instrumen Penelitian ... 29

6. Pengumpulan Data ... 30


(6)

BAB 5 Analisa Data

1 Hasil Penelitian .. ... 33 Deskripsi Karakteristik Responden ... 33 Pembatasan Asupan Cairan Kelompok Kontrol

dan Kelompok Intervensi ... 34 Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif

terhadap Pembatasan Asupan Cairan ... 35 2 Pembahasan

Karakteristik Responden ... 36 Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap

Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa ... 39

BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

1 Kesimpulan... 41 2 Saran... 41

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuisioner Penelitian

3. Lembar Observasi Berat Badan Responden 4. Panduan Pelaksanaan Terapi Perilaku Kognitif

5. Lembar Observasi Pengukuran Kenaikan Berat Badan Pasien Hemodialisa 6. Tabel Chi Square

7. Tabel Frekuensi

8. Anggaran Biaya Penelitian 9. Jadwal Penelitian

10. Surat Izin Penelitian 11. Curiculum Vitae


(7)

DAFTAR SKEMA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi operasional variabel penelitian... 25 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan data demografi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan

November-Desember 2009 (N=26)...34 Tabel 5.2 Statistik Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol (N=26)...35 Tabel 5.3 Analisa Perbedaan Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Kontrol

dan Intervensi setelah Diberikan Terapi Perilaku Kognitif di RSUP Haji Adam Malik Medan Bulan November-Desember (N=26)...35


(9)

Judul : Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan

Peneliti : Sartika Sitanggang

NIM : 051101043

Fakultas : Keperawatan USU

Abstrak

Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh. Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Salah satu cara untuk membantu pasien dalam membatasi asupan cairan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif dengan cara menontrol diri, menguatkan diri dan mengalihkan rasa haus dengan melakukan kegiatan yang lebih menarik perhatian pasien. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 13 orang kelompok intervensi dan 13 orang kelompok kontrol. Pengukuran pembatasan asupan cairan dilakukan dengan cara mengukur rata-rata kenaikan berat badan semua responden antar dua sesi hemodialisa sesudah diberi terapi perilaku kognitif pada kelompok intervensi. Kemudian dibandingkan dengan berat badan kering masing-masing responden. Untuk menganalisa pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa digunakan uji Fisher (alternatif uji chi-square) dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 (p<0.05). Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan cairan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(10)

Judul : Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan

Peneliti : Sartika Sitanggang

NIM : 051101043

Fakultas : Keperawatan USU

Abstrak

Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh. Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Salah satu cara untuk membantu pasien dalam membatasi asupan cairan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif dengan cara menontrol diri, menguatkan diri dan mengalihkan rasa haus dengan melakukan kegiatan yang lebih menarik perhatian pasien. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 13 orang kelompok intervensi dan 13 orang kelompok kontrol. Pengukuran pembatasan asupan cairan dilakukan dengan cara mengukur rata-rata kenaikan berat badan semua responden antar dua sesi hemodialisa sesudah diberi terapi perilaku kognitif pada kelompok intervensi. Kemudian dibandingkan dengan berat badan kering masing-masing responden. Untuk menganalisa pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa digunakan uji Fisher (alternatif uji chi-square) dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 (p<0.05). Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan cairan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic Nephropathy, Hypertensi, Polycystic Kidney, penyakit ginjal obstruktif dan infeksi dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan irreversible sampai akhirnya terjadi gagal ginjal. Bila pasien telah mengalami gagal ginjal, ini merupakan stadium terberat dari penyakit ginjal kronik dan untuk mempertahankan hidupnya diperlukan terapi sementara berupa cuci darah (hemodialisa) (Sinaga, 2007).

Menurut Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) RSU AU Halim Jakarta, ada sekitar 100.000 orang lebih penderita gagal ginjal di Indonesia. Di RSUN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dijumpai sebanyak 120 orang pasien gagal ginjal yang menjalani pengobatan hemodialisa (Buletin Info ASKES, edisi tahun 2006). Di Medan saat ini di RSUP Haji Adam Malik dijumpai 87 orang kasus gagal ginjal, di RSUD Dr. Pirngadi dijumpai sebanyak 109 orang kasus gagal ginjal, di RS Swasta (RS Rasyida) sebanyak 78 orang kasus gagal ginjal yang secara rutin menjalani pengobatan hemodialisa (Sinaga, 2007).

Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh (Lubis, 2008). Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan


(12)

kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Meskipun pasien gagal ginjal kronis pada awal menjalani HD sudah diberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi asupan cairan selama sehari, akan tetapi pada terapi HD berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas akibat kelebihan volume cairan tubuh (Sapri, 2008).

Menurut Saran (2003) dalam Fisher (2006) mortalitas akan meningkat pada pasien hemodialisa apabila terjadi peningkatan cairan tubuh 5,7% dari berat badan kering klien selama sesi hemodialisa. Pasien harus dianjurkan untuk mempertahankan kenaikan berat badan kurang dari 3% dari berat badan kering pasien selama sesi antar hemodialisa (Sapri, 2008; Takeda, 2006). Menurut Almatsier (2005), batas asupan cairan yang bisa dikonsumsi pasien perhari adalah 500-750 ml + jumlah urine/24 jam sehingga kenaikan berat badan pasien tidak lebih dari 0,45 kg/hari.

Peningkatan berat badan akibat asupan cairan pasien yang tidak terkontrol tersebut yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan edema paru. Pasien juga akan merasa tidak nyaman karena sesak nafas, lelah dan lemas (Fisher, 2004 dalam Fisher 2006). Kelebihan volume cairan tubuh yang menyebabkan hipertensi dan odema pulmonum, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan hemodialisis dan meningkatkan risiko dilatasi dan hipertropi jantung. Oleh karena itu mempertahankan sirkulasi volume darah yang efektif dan optimal sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi sirkulasi (Lubis, 2008).

Intervensi yang tepat untuk mempertahankan sirkulasi volume darah yang efektif dan optimal adalah dengan intervensi yang memanajemen asupan cairan


(13)

pasien. Untuk memanajemen asupan cairan pasien hemodialisa, pada awal hemodialisa telah diberikan penyuluhan tentang pentingnya membatasi asupan cairan sehari. Akan tetapi, seperti yang telah dinyatakan di paragraf sebelumnya bahwa pada terapi hemodialisa berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas akibat kelebihan volume cairan tubuh (Sapri, 2008). Sagawa (2001) dan Fisher (2006) melakukan penelitian dengan intervensi yang sama yaitu terapi perilaku kognitif. Fisher (2006) memberikan intervensi perilaku kognitif untuk memanajemen asupan cairan 5 orang pasien yang menjalani hemodialisa dengan kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa lebih dari 5% dari berat kering pasien. Indikator yang digunakan adalah berat badan pasien. Intervensi tersebut berhasil menurunkan persentase kenaikan berat badan 3 orang dari 5 orang sampelnya. Kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa sampel berkurang menjadi 3% dari berat keringnya. Sagawa (2001) melakukan penelitian di beberapa rumah sakit di Jepang dengan pasien hemodialisa kronis. Sagawa memberikan intervensi perilaku kognitif pada 14 orang pasien hemodialisa. Setelah 4 minggu intervensi, 10 orang berhasil menurunkan persentase kenaikan berat badan dan 4 orang yang lain keluar dari kelompok intervensi karena merasa sangat terbebani. Akan tetapi mereka tidak mempengaruhi hasil penelitian Sagawa. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(14)

2. Tujuan Penelitian 2.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata berat badan kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum diberikan terapi perilaku kognitif

b. Mengetahui rata-rata berat badan kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah diberikan terapi perilaku kognitif

c. Membandingkan rata-rata berat badan kelompok intervensi dengan rata-rata berat badan kelompok kontrol setelah diberikan terapi perilaku kognitif.

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan dijadikan intervensi keperawatan yang tepat pada pasien hemodialisa khususnya bagi pasien yang susah mengontrol asupan cairan.


(15)

4.2 Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu cara yang dapat dipelajari dan digunakan pasien hemodialisa untuk mengontrol asupan cairannya.

4.3 Penelitian Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai terapi perilaku kognitif dalam membatasi asupan cairan pasien hemodialisa.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hemodialisa Defenisi

Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta, 1992). Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2001).

Prinsip yang Mendasari Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Ada tiga prinsip yang


(17)

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat yang konsentrasinya rendah.

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan ) (Smeltzer, 2001).

Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa Diet

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul.


(18)

Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.

Masalah Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa. Ketidakseimbangan cairan juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri. Beberapa laporan menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa sangat dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Seperti penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan Natal dan Tahun Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa libuuran natal dan tahun baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum (Welch, 2006).

Jumlah asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur


(19)

kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG) (Welch, 2006). IDWG adalah peningkatan berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan oleh asupan garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut terdiri atas dua bagian yaitu on the one hand yang artinya asupan air dan salin dapat bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik. Tetapi on the other hand, asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh. Yang menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri (Villaverde, 2005). IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis et al., 1998) atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering (Fisher, 2006).

Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan yang menumpuk diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini dapat disamakan dengan berat badan orang dengan ginjal sehat setelah buang air kecil. Berat kering adalah berat terendah yang dapat ditoleransi oleh pasien sesaat setelah terapi dialysis tanpa menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekanan darah, kram atau gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang. Berat kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan masukan dari pasien. Dokter akan menentukan berat kering dengan mempertimbangkan kondisi pasien sebagai berikut : tekanan darah normal, tidak adanya edema atau pembengkakan, tidak adanya indikasi kelebihan cairan saat pemeriksaan paru – paru, tidak ada indikasi sesak nafas. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Cairan dibatasi, yaitu dengan menjumlahkan


(20)

urin/24jam ditambah 750 ml (Almatsier, 2004). Urin 24 jam ditambah 500-700 ml adalah jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat ditoleransi oleh ginjal pasien.

Pertimbangan medikasi

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dalam Mengurangi Asupan Cairan

1.4.1 Faktor usia

Pendapat Dunbar & Waszak (1990) yang menunjukkan bahwa ketaatan terhadap aturan pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan pada pasien dewasa. Pada penelitian ini didapat penderita yang patuh rara usia 52 tahun dan penderita yang tidak patuh rata-rata usia 46 tahun, ini bukan berarti usia lebih tua cenderung patuh dan sebaliknya usia lebih muda cenderung tidak patuh. Pendidikan penderita yang patuh 74,3% untuk pendidikan SMA keatas ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan pada penderita yang tidak patuh.


(21)

1.4.2 Faktor lama menjalani HD

Semakin lama pasien menjalani HD adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa semakin lama pasien menjalani HD, semakin patuh dan pasien yang tidak patuh cenderung merupakan pasien yang belum lama menjalani HD, karena pasien sudah mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan.

1.4.3 Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.

Pada penderita yang patuh keterlibatan tenaga kesehatan dalam kategori baik 82,9 % sedangkan pada penderita yang tidak patuh dalam kategori sedang 58,2%. Didapat hasil uji analisis Mann Whitney U- test antara keterlibatan tenaga kesehatan pada penderita yang patuh dengan penderita yang tidak patuh berdasarkan kategori diatas dengan nilai ( sig) atau þ= 0,002 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada pengaruh antara keterlibatan tenaga kesehatan dengan kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan. Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana pengobatan selanjutnya.

1.4.4 Faktor keterlibatan keluarga pasien

Pada penderita yang patuh lebih mempunyai kepercayaan pada kemampuannya sendiri untuk mengendalikan aspek permasalahan yang sedang dialami, ini dikarenakan individu memiliki faktor internal yang lebih dominan


(22)

seperti tingkat pendidikan yang tinggi, pengalaman yang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan membuat individu lebih dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengambil mengambil tindakan, sementara keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Schwarzt and Griffin (1995), mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis spesifik, sifat alam penyakit, dan program pengobatan. Berbeda dengan pernyataan Baekeland & Luddwall (1975) bahwa keluarga juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.

Komplikasi

Komplikasi terapi dialisisi sendiri dapat mencakup hal-hal berikut; a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi

jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit.


(23)

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat. f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

Pendidikan Pasien

Tujuan untuk mempersiapkan pemulangan pasien dialisis dari rumah sakit sering menjadi tantangan yang menarik. Penyakit tersebut dan terapi yang dilakukannya akan mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan klien. Biasanya pasien tidak memahami sepenuhnya dampak dialisis dan kebutuhan untuk mempelajarinya mungkin baru disadari lama sesudah pasien dipulangkan dari rumah sakit. Pasien hemodialisa yang akan memulai terapi memerlukan pengajaran tentang topik-topik berikut: Rasional dan tujuan terapi dialisis, hubungan antara obat-obat yang diresepkan dengan dialisis, efek samping obat dan pedoman kapan diberikan, perawatan akses vaskuler; pencegahan, pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan dengan akses vaskuler, dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan; konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini, pedoman pencegahan dan pendeteksian kelebihan cairan, strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala lainnya, penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping terapi, strategi


(24)

untuk menangani dan mengurangi kecemasan serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka, pilihan lain yang tersedia buat pasien, pengaturan finansial untuk dialisis, strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga.

2. Terapi Perilaku Kognitif Defenisi

Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang menganggap kesulitan-kesulitan emosional berasal dari pikiran dan keyakinan yang salah yang menyebabkan perilaku yang tidak produktif. Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi ini memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognitif ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan (Nevid, 2003).

Teknik modifikasi perilaku-kognitif merupakan teknik yang sedang berkembang pesat sejak dekade yang lalu. Mchenbaum (dalam Ivey, 1993) menggabungkan antara modifikasi perilaku dan terapi kognitif. Modifikasi perilaku kognitif didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia secara resiprok dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis, serta konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila ingin mengubah perilaku yang maladaptif dari manusia,


(25)

maka tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja, namun juga menyangkut aspek kognitifnya.

Terapi perilaku-kognitif merupakan gabungan terapi perilaku dan terapi kognitif. Dalam pelaksanaannya, modifikasi perilaku-kognitif menekankan pada pemahaman terhadap aspek pengalaman kognisi yang berbeda-beda misalnya kepercayaan, harapan, imaji, pemecahan masalah, disamping mempelajari ketrampilan teknik perilaku (Kanfer dan Goldstein, 1986).

Ellis menggunakan terapi perilaku kognitif mengubah gagasan klien agar

emosi klien terobati atau tidak sekedar perubahan perilaku mereka saja (Corey, 1990). Menurut Beck (1976 dalam Corey, 1990) rute yang langsung ke berubahnya emosi dan perilaku yang tidak berfungsi adalah dengan memodifikasi jalan pikiran yang tidak tepat dan tidak berfungsi. Menurut Marshall & Turnbull (1996 dalam Sagawa, 2001) Terapi perilaku kognitif adalah sebuah pendekatan untuk membantu menanggulangi masalah dengan lebih efektif dengan menyediakan suatu kerangka berpikir dan berperilaku, yang memungkinkan mereka untuk memimpin diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Penelitian yang dilakukan Griffin & Humfleet (1998) menyatakan bahwa terapi perilaku kognitif juga efektif dalam membantu pasien penyalahgunaan obat-obatan. Terapi ini efektif dalam mengurangi ketergantungan terhadap obat-obat terlarang yang salah satunya adalah kokain (NIDA, 2008). Didukung juga oleh penelitian Brown & Matthew (1997) menemukan bahwa pasien pecandu alkohol yang diberikan terapi perilaku kognitif lebih efektif dibanding pasien yang diberikan latihan relaksasi. Pasien dengan terapi perilaku kognitif menunjukkan


(26)

hasil yang signifikan dalam menghilangkan penggunaan alkohol secara total setelah 3 tahun intervensi (NIDA, 2008) .

Prinsip - prinsip Terapi Perilaku- Kognitif

Prinsip dasar dari terapi perilaku kognitif adalah mengajarkan kepada pasien bahwa kepercayaan dan pemikiran tidak rasional adalah penyebab dari gangguan emosional dan tingkah laku (Hoffman, 1984). Sebelum proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan susunan terapi kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang teori modifikasi perilaku dan teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak adaptif, prinsip yang melandasi prosedur modifikasi perilaku kognitif, dan tentang langkah-langkah di dalam terapi. Penjelasan ini penting perannya untuk meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. Perlu pula dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi (Ivey, 1993). Oleh karena itu individu harus benar-benar terampil menggunakan prinsip-prinsip terapi kognitif dan modifikasi perilaku dengan masalah yang dialaminya, dan peran terapis penting dalam mengajak individu memahami perasaannya dan teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki.

Terkait dengan perlunya pemahaman tentang prinsip-prinsip modifikasi perilaku-kognitif, Meichenbaum (dalam Ivey, 1993) mengemukakan 10 hal yang harus diperhatikan seorang terapis dalam penggunaan modifikasi perilaku-kognitif, yaitu:


(27)

1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku klien ditentukan oleh pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan akibat yang dialaminya. Terapis dapat memasuki sistem interaksi dengan memfokuskan pada pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan perilaku yang dihasilkan klien.

2. Proses kognitif sebenarnya tidak menyebabkan kesulitan emosional, namun yang menyebabkan kesulitan emosional adalah karena proses kognitif itu sendiri merupakan proses interaksi yang kompleks. Bagian penting dari proses kognisi adalah meta-kognisi yaitu klien berusaha untuk memberi komentar secara internal pada pola pemikiran dan perilakunya saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk mengorganisasi pengalaman adalah personal schema. Terapis perlu memahami personal schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang dialami klien. Perubahan personal skema yang tidak efektif adalah bagian yang penting dari terapi

3. Tugas penting dari seorang terapis adalah menolong klien untuk memahami cara klien membentuk dan menafsirkan realitas.

4. Modifikasi perilaku-kognitif memahami persoalan dengan pendekatan psikoterapi yang diambil dari sisi rasional atau objektif.

5. Modifikasi perilaku-kognitif ditekankan pada penjabaran serta penemuan proses pemahaman pengalaman klien.

6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk mencegah kekambuhan kembali. 7. Modifikasi perilaku-kognitif melihat bahwa hubungan baik yang dibangun

antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang penting dalam proses perubahan klien.


(28)

8. Emosi memainkan peran yang penting dalam terapi, untuk itu klien perlu dibawa ke dalam suasana terapi yang mengungkap pengalaman emosi.

9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan pihak keluarga ataupun pasangan klien.

10. Modifikasi perilaku-kognitif dapat diperluas sebagai proses pencegahan timbulnya perilaku maladaptif.

Tujuan Pendekatan Terapi Perilaku Kognitif

Pendekatan terapi perilaku kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang bertujuan mengubah suasana hati dan perilaku individu dengan mempengaruhi pola berfikirnya (Beck, 1985; Burns, 1986). Pada dasarnya pendekatan terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengenali kejadian yang memberi tekanan, mengenali dan memantau gangguan-gangguan kognitif yang muncul dalam menanggapi kejadian atau peristiwa, dan mengubah cara berfikir dalam menginterpretasikan dan menilai kejadian dengan cara-cara yang lebih sehat.

Menurut Oermarjoedi (2004), tujuan terapi perilaku kognitif adalah mengajak klien untuk menentang pikiran yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Terapis diharapkan mampu menolong klien untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri klien dan secara kuat mencoba menguranginya. Terapis harus hati-hati terhadap munculnya pemikiran yang tiba-tiba yang mungkin dapat dipergunakan untuk merubah klien.


(29)

Teknik pemantauan dan kontrol diri

Pemantauan dan kontrol diri merupakan langkah awal untuk merubah perilaku target. Seseorang itu harus mengetahui terlebih dahulu perilaku yang mana yang menjadi target terapi perilaku kognitif. Kedua teknik tersebut mengkaji seberapa sering perilaku target itu timbul dan resiko yang apa yang muncul kalau tidak segera ditangani. Pada tehnik ini, klien sangat berperan penting (Taylor, 1983).

Teknik ini berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus berfungsi terapeutik. Dasar pemikiran teknik ini adalah pemantauan diri terkait dengan evaluasi diri dan pengukuhan diri (Kanfer, 1975). Subjek memantau dan mencatat perilakunya sendiri, sehingga lebih menyadari perilakunya setiap saat. Beberapa langkah dalam teknik pemantauan diri adalah sebagai berikut: mendiskusikan dengan subjek tentang pentingnya subjek memantau dan mencatat perilakunya secara teliti, subjek dan terapis secara bersama-sama menentukan jenis perilaku yang hendak dipantau, mendiskusikan saat-saat pemantauan dilaksanakan, terapis menunjukkan pada subjek cara mencatat data perilakunya.. Pemantauan diri hendaknya dilakukan untuk satu jenis perilaku dan relatif merupakan respon yang sederhana (Kanfer, 1975).

Kontrol diri dapat diterapkan dalam teknik terapi apapun. Satu-satunya syarat adalah orang tersebut harus menginplementasikan prosedurnya sendiri setelah menerima instruksi dari terapis. Ada tiga kriteria yang terkandung dalam semua konsep kontrol diri yaitu:


(30)

a) Hanya ada sedikit kontrol eksternal yang dapat menjelaskan perilaku (tidak ada pengawasan atau pemaksaan dari luar atau orang lain)

b) Kontrol adalah suatu hal yang cukup sulit sehingga orang yang bersangkutan harus berupaya cukup keras (melakukan suatu kegiatan yang sangat tidak diinginkan dan merasa gembira dan bebas setelah kegiatan itu selesai)

c) Perilaku dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar

Individu secara aktif memutuskan untuk melakukan kontrol diri baik dengan melakukan suatu tindakan atau dengan menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu. Orang yang bersangkutan tidak melakukan ini secara otomatis dan tidak dipaksa oleh orang lain untuk melakukan suatu tindakan.

Reinforcement (Penguatan diri)

Penguatan diri adalah teknik yang paling menarik apabila kita belajar teori terapi perilaku kognitif. Penguatan diri meliputi pemberian pujian atau hukuman pada diri sendiri untuk meningkatkan atau meminimalkan beberapa kejadian perilaku target. Pujian itu terbagi atas dua bagian yaitu pujian positif dan pujian negatif. Pujian positif yaitu memberikan pujian yang sepantasnya pada diri sendiri karena telah berhasil merubah atau memodifikasi perilaku target. Pujian negatif adalah pujian melalui modifikasi faktor pencetus perilaku target di linkungan klien. Seperti pemberian pujian pada diri sendiri, hukuman juga dibagi dua bagian yaitu hukuman yang positif dan hukuman yang negatif. Akan tetapi jarang digunakan dalam memanajemen atau memodifikasi perilaku (Taylor, 1983). Reinforcement dihubungkan dengan hemodialisa adalah hal yang sangat tepat


(31)

untuk mencapai berat badan yang idel untuk pasien, dan pada umumnya merupakan intervensi yang paling sering diberikan para medis ke pasiennya (Sagawa, 2001).

Distraksi (pengalihan perhatian)

Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain yang lebih menyenangkan sehingga klien mampu mengabaikan pemikiran yang tidak menyenangkan yang sedang dialami. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat. Perawat dapat mengkaji aktivitas-aktivitas yang dinikmati klien sehingga dapat dimanfaatkan sebagai distraksi. Aktivitas tersebut dapat meliputi kegiatan menyanyi, berdoa, mendengarkan musik, menonton TV, membaca, bercerita, dan lain-lain. Sebagian besar distraksi dapat digunakan di rumah sakit, di rumah , atau pada fasilitas perawatan jangka panjang (Potter, 2005).

Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks. Ada orang tertentu yang akan mampu mengalihkan perhatiannya hanya dengan memainkan suatu permainan yang butuh konsentrasi penuh sperti main catur. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain sensori yang sedang dialami ( Smeltzer, 2001).

Distraksi visual Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca

koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual. Distraksi


(32)

serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007). Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

Distraksi pernafasan yaitu bernafas ritmik, anjurkan klien untuk

memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. Distraksi

intelektual, antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,


(33)

cerita. Tehnik pernafasan, seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang. Imajinasi terbimbing adalah kegiatan klien dengan membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap stimulus yang kurang menyenangkan (Tamsuri, 2007).


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Skema 3.1 Kerangka Penelitian pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap

pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Rata-rata berat badan awal Rata-rata berat badan Rata-rata berat badan Kelompok kontrol (tidak diberi terapi perilaku kognitif) Kelompok intervensi (diberi terapi perilaku kognitif) Rata-rata berat badan awal Pembatasan baik Pembatasan buruk


(35)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian

Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Terapi

perilaku kognitif

Terapi yang diberikan untuk membatasi asupan cairan pasien

hemodialisa. Format pelaksanaan terapi perilaku kognitif 1=Tidak dilakukan 2= Dilakukan Skala Nominal Pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa Pemasukan cairan berdasarkan kondisi pasien dan kebutuhan

pasien Format pengkajian peningkatan berat badan pasien. 1. Pembatasan Buruk dengan kriteria kenaikan BB > 3% dari BB kering

2. Pembatasan Baik dengan kriteria kenaikan BB

≤ 3% dari BB

kering

Skala Ordinal


(36)

3. Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa

Ha : Terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi eksperimental (nonequivalent control group) (Polit, 1999).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari data survei awal pada bulan Oktober, diperoleh jumlah pasien hemodialisa rutin dalam satu bulan adalah 130 orang. Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi dalam penelitian lebih dari 100, maka 10% dari populasi sudah dapat mewakili populasi. Sehingga besar sampel pada kelompok intervensi 13 orang dan pada kelompok kontrol 13 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2003). Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

a) Menjalani perawatan hemodialisa 2-3 kali dalam satu minggu b) Dapat berkomunikasi dengan baik

c) Kenaikan berat badan antar dialisis lebih dari 3 persen dari berat badan kering.


(38)

d) Bersedia menjadi responden

3. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di ruangan hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti memilih RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian, karena Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit pendidikan, lokasi Rumah Sakit mudah dijangkau dan memiliki unit hemodialisa sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Menurut Nursalam (2003), ada 5 pertimbangan etik yang harus diperhatikan pada penelitian ini, yaitu:

4.1 Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela.

4.2 Ananomity

Selama kegiatan penelitian, nama responden tidak digunakan dan sebagai gantinya peneliti menggunakan inisial nama responden.


(39)

4.3 Informed Consent

Responden bersedia menandatangani lembar persetujuan setelah responden memahami tujuan, manfaat, prosedur penelitian dan harapan peneliti terhadap responden yang telah dijelaskan oleh peneliti. Responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak.

4.4 Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

4.5 Protection from discomfort

Penelitian ini tidak memiliki resiko yang besar. Responden bebas dari rasa sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berat badan klien, format pelaksanaan terapi perilaku kognitif dan kuisioner untuk data demografi. Lembar observasi berat badan klien diisi dengan hasil pengukuran berat badan klien 6 kali sebelum dan sesudah hemodialisa pada kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kuisioner data demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama menjalani hemodialisa dan jadwal hemodialisa perminggu. Format pelaksanaan terapi perilaku kognitif dari Sagawa (2001).


(40)

6. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU).

b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (RSUP Haji Adam Malik Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pelaksanaan penelitian.

e. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan).

f. Responden diminta untuk mengisi kuisioner data demografi. Selama pengisian kuisioner, responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti.

g. Peneliti membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

h. Sesaat setelah kelompok intervensi selesai menjalani hemodialisa, peneliti langsung berdiskusi bersama responden. Peneliti menjelaskan apa yang dimaksud peneliti sesuai dengan yang tertulis dalam format pelaksanaan terapi perilaku kognitif.

i. Di setiap antar sesi hemodialisa, responden (kelompok intervensi) diminta untuk mengalihkan rasa haus sesuai dengan teknik terapi perilaku kognitif


(41)

yang sudah dijelaskan peneliti dan tertulis dalam format pelaksanaan terapi perilaku kognitif.

j. Peneliti mengukur badan kelompok kontrol dan intervensi sebelum dan sesudah hemodialisa selama 6 sesi antar hemodialisa selama pemberian tindakan (terapi perilaku kognitif) pada kelompok intervensi dan mencatatnya pada lembar observasi berat badan pasien hemodialisa.

k. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data atau analisa data dengan mengecek terlebih dahulu kelengkapan data dan memastikan semua data telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilakukan coding yaitu mengubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah pada saat melakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi dan data hasil pengukuran berat badan kelompok intervensi dan kontrol sebelum dan sesudah hemodialisa selama 6 sesi antar hemodialisa. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tehnik komputerisasi.

7.1 Statistik univariat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 2002). Pada penelitian ini, Statistik univariat digunakan untuk menyajikan data demografi dan hasil pengukuran rata-rata kenaikan berat badan


(42)

kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif.

7.2 Statistik bivariat

Untuk melihat pengaruh dari variabel independen (terapi perilaku kognitif) yang berskala kategorik terhadap variabel dependen (pembatasan asupan cairan) yang juga berskala kategorik digunakan uji statistik Chi-square (X2). Uji statistik Chi-square (X2)Uji yang digunakan untuk membandingkan pembatasan asupan cairan kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.

Menurut Dahlan (2008) dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Kesimpulan hasilnya

diinterpretasikan dengan membandingakan nilai p dengan nilai alpha (α = 0,05).

Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak seda ngkan bila nilai


(43)

BAB 5 ANALISA DATA

1. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 18 November sampai dengan 18 Desember dengan jumlah responden 26 orang. Responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberi terapi perilaku kognitif dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi perilaku kognitif.

Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil data karakteristik responden pada tabel 5.1 menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi, sebanyak 9 orang (69,2%) berada pada umur 41-60 tahun. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (76,9%) dan jenis kelamin laki-laki 3 orang (23,1%). Responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 8 orang (61,5%). Pada umumnya semua responden menjalani hemodialisa 2 kali seminggu (100%) dengan 9 orang (69,2%) dari responden menjalani hemodialisa kurang dari 1 tahun.

Sedangkan hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan 8 orang (61,5) berada pada umur 18-40 tahun. Responden dengan jenis kelamin perempuan 9 orang (69,2) dan jenis kelamin laki-laki 4 orang (30,8%). Responden


(44)

dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 8 orang (61,5%). Pada kelompok ini juga, semua responden menjalani hemodialisa 2 kali seminggu dan 7 orang (53,8%) dari responden telah menjalani hemodialisa lebih dari 1 tahun.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan data demografi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan November-Desember 2009 (N=26)

Intervensi Kontrol

Karateristik frekuensi (%) frekuensi (%)

Umur

18-40 tahun 3 23,1 8 61,5 41-60 tahun 9 69,2 4 30,8 61-70 tahun 1 7,7 1 7,7 Jenis Kelamin

Laki-laki 3 23,1 4 30,8 Perempuan 10 76,9 9 69,2 Pendidikan terakhir

Tidak sekolah 2 15,4 4 30,8 SD 3 23,1 1 7,7 SMA 8 61,5 8 61,5 Sesi hemodialisa

2x seminggu 13 100 13 100 Lama menjalani HD

≤ 1 tahun 9 69,2 6 46,2

> 1 tahun 4 30,8 7 53,8

Pembatasan Asupan Cairan Kelompok kontrol dan Kelompok Intervensi

Tabel 5.2 menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi, sebanyak 9 orang dengan pembatasan buruk dan 4 orang dengan pembatasan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (13 orang) dengan pembatasan buruk.


(45)

Tabel 5.2 Statistik Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (N=26).

Intervensi Kelompok

Frekuensi % Frekuensi %

Pembatasan baik Pembatasan buruk 4 9 30,8 69,2 - 13 - 100

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap pembatasan asupan cairan

Dari tabel 5.3 dapat kita analisa bahwa sebanyak 9 orang (69,2%) kelompok intervensi dengan pembatasan asupan cairan buruk, sedangkan kelompok kontrol, 13 orang (100%) dengan pembatasan asupan cairan buruk. Hasil uji statitik (uji Fisher) menunjukkan nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-2-sided (one tail). karena nilai p hitung> 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa.

Tabel 5.3 Analisa perbedaan pembatasan asupan cairan pada kelompok kontrol dan intervensi setelah diberikan terapi perilaku kognitif di RSUP Haji Adam Malik Medan bulan November-Desember (N=26)

Kelompok Pembatasan Total P

value

Baik Buruk

N % N % N % One

tail

Two tail Intervensi 4 30,8 9 69,2 13 100

0,48 0,96

Kontrol - - 13 100 13 100


(46)

2. Pembahasan

Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi, sebanyak 3 orang (23,1%) berada pada umur 18-40 tahun, 9 orang (69,2%) berada pada umur 41-60 tahun dan 1 orang (7,7%) berada pada umur 61-70 tahun. Sedangkan penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan sebanyak 8 orang (61,5%) berada pada umur 18-40 tahun, 4 orang (30,8%) berada pada umur 41-60 tahun dan 1 orang (7,7%) berada pada umur 61-70 tahun. Bila dilihat dari penjabaran umur antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tersebut diatas, maka dapat dinyatakan bahwa respondennya tidak homogen. Karena pada kelompok intervensi lebih banyak pada usia dewasa madya, sedangkan kelompok kontrol pada usia dewasa awal yaitu masa produktif. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil penelitian ini bila dikaji dari pendapat Notoadmojo (1997) yang menyatakan bahwa usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi sebagai tulang punggung keluarga. Sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua dan hanya menunggu waktu. Akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi.

Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (23,1%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (76,9%). Sedangkan kelompok kontrol, responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (30,8%) dan jenis


(47)

kelamin perempuan sebanyak 9 orang (69,2%). Responden dalam penelitian ini, baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi, mayoritas perempuan. Salah satu kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami kenaikan berat badan antar hemodialisa lebih dari 3 persen dari berat badan kering pasien. Artinya pasien hemodialisa yang mengalami kenaikan berat badan antar hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik medan adalah perempuan. Hal ini didukung oleh Bots (2004) yang menyatakan bahwa air ludah laki-laki lebih banyak daripada air ludah wanita. Sehingga wanita lebih cenderung cepat haus dan mengalami mulut kering dibandingkan dengan laki-laki. Rasa haus dan mulut kering sangat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien.

Responden kelompok intervensi dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 8 orang (61,5%), SD sebanyak 3 orang (23,1%) dan tidak sekolah sebanyak 2 orang (15,4%). Sedangkan kelompok kontrol, pendidikan terakhir SMA 8 orang (61,5%), SD sebanyak 1 orang (7,7%) dan tidak sekolah 4 orang (30,8%). Pembagian responden menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi terbagi rata. Dimana pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sama-sama didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir SMA. Sehingga responden dinyatakan homogen bila dikaji dari karakteristik pendidikan terakhir. Homogenitas dari karakteristik pendidikan terakhir harus diperhatikan karena Allport (1954 dalam Notoadmodjo, 2003)menyatakan bahwa penentuan sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, cara berpikir, keyakinan dan emosinya. Pengetahuan akan merangsang individu untuk berpikir dan berusaha


(48)

supaya tercipta keseimbangan. Pernyataan ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2002) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Witherington (1952 dalam Sukmadinata, 2003) juga menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi menjalani hemodialisa 2 kali seminggu. Responden kelompok intervensi sebanyak 9 orang (69,2%) yang menjalani hemodialisa kurang dari 1 tahun dan 4 orang (30,8%) yang menjalani hemodialisa lebih dari 1 tahun. Responden kelompok kontrol sebanyak 6 orang (46,2%)yang menjalani hemodialisa kurang dari 1 tahun dan 7 orang (53,8%) yang menjalani hemodialisa lebih dari 1 tahun. Kelompok intervensi didominasi oleh pasien yang sudah menjalani hemodialisa kurang dari satu tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol terbagi secara merata. Penjabaran responden yang tidak homogen antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi dalam penelitian ini akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembatasan asupan cairan pasien. Karena waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing-masing pasien berbeda lamanya, semakin lama dan semakin sering pasien menjalani hemodialisa maka adaptasi dan pembatasan asupan cairan pasien akan semakin baik, karena semakin banyak pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan dari petugas kesehatan yang diterima pasien (Sapri, 2008).


(49)

Pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan

Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian dari Fisher (2006) dan Sagawa (2001) yang menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif dapat membantu pasien hemodialisa untuk membatasi asupan cairan. Kelemahan dari penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian Sagawa dan Fisher adalah jumlah sampel terlalu banyak, sehingga sangat tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan konseling tiap hari. Peneliti juga tidak bisa melakukan pengawasan terhadap responden. Kelemahan penelitian ini juga didukung keterbatasan waktu penelitian. Dimana penelitian ini hanya berlangsung tiga minggu saja, sedangkan penelitian Fisher dan Sagawa berlangsung bertahap. Tahap awal tiga bulan dan tahap akhir enam bulan. Efektivitas terapi perilaku kognitif bermanfaat secara akurat untuk membatasi asupan cairan pasien, setelah enam bulan perlakuan.

Kepatuhan pasien hemodialisa dalam membatasi asupan cairan antar sesi hemodialisa juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti sebagian dari banyak faktor tersebut. Schwarzt and Griffin (1995),


(50)

mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis spesifik, sifat alam penyakit, dan program pengobatan. Argiles (2004 dalam Welch, 2006) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkontrol pada musim panas, pada masa liburan Natal dan Tahun Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa liburan Natal dan Tahun Baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum. Bots (2004) berpendapat bahwa kenaikan berat badan adalah indikator untuk mengetahui kepatuhan pasien dalam mengontrol cairan tubuh. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh rasa haus dan mulut kering (xerostomia). Rasa haus ”the urge to drink” juga dipengaruhi oleh tingginya asupan garam, tingginya sodium plasma, penurunan jumlah potassium, angiotensin II, peningkatan urea plasma secara akut, rendahnya berat badan setelah hemodialisa (Postdialysis Hypovolemia) dan faktor psikologi. Mulut kering juga akan mempengaruhi pasien untuk banyak minum.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan yang buruk. Penelitian ini menggunakan uji Fisher yang menggambarkan pembatasan yang buruk baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi dan diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail) . sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa.

2. Saran

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini waktu yang dibutuhkan untuk penelitian sangat kurang sehingga kedekatan antara peneliti dengan responden belum terjalin sempurna. Bagaimanapun, kedekatan dan saling kenal satu sama lain, sangat mempengaruhi kepercayaan responden terhadap peneliti. Dengan adanya kepercayaan tersebut, maka responden juga akan lebih termotivasi untuk melakukan apa yang diinginkan peneliti. Waktu yang begitu singkat tersebut juga


(52)

sangat berpengaruh terhadap pengambilan sampel. Peneliti sangat terburu-buru sehingga kurang memperhatikan karakteristik umur responden seperti yang telah dideskripsikan di atas.

Peneliti juga sangat kesulitan dalam mengajarkan terapi perilaku kognitif terhadap responden oleh karena sebagian besar dari pasien mempunyai prinsip bahwa pembatasan asupan cairan itu dilakukan hanya untuk mencegah sesak. Oleh karena itu peneliti sangat berharap agar perawat menjelaskan tentang diet yang benar pada pasien hemodialisa dan menjelaskan juga alasan kenapa mereka harus membatasi asupan cairannya. Sebaiknya penjelasan tersebut diberikan di hari pertama pasien menjalani hemodialisa.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta

Brommage, D. (2007). Fluid Management in Patients on Hemodialysis. Diambil tanggal 17-06-2009 dari:

Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif: Pendekatan Baru bagi Penanganan Depresi. Jakarta: Erlangga

Corey, G. (1996). Teory and Practice on Counseling and Psikotherapy (5th ed), California: Brooks Publishing Company

Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Jakarta: Salemba Medika.

Efendy, (2008).

Diambil tanggal 17-06-2009 dari:

Fisher, L. (2006). Psychological Intervention in Fluid Management. Diambil tanggal 18-02-2009 dari

Gilliland, B. E. (1994). Theories and Strategies in Counseling and Psycotherapy, Boston: Allyn and Bacon

Ivey, A. E. (1993). Counseling and Psycotherapy: Multicultural Perspective, Boston: Ally and Bacon

Kanfer, Goldstein, AP. (1986). Helping People Change, New York : Pergamon Press.


(54)

Lewis, et al. (1998). Medical Surgical Nursing; Assessment and Management of Clinical Problem , 5th edition, Vol 2, America: Mosby

Lubis, A. J. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diambil tanggal 27-04-2009 dari:

Sagawa, M. (2001). Cognitive Behavioral therapy for Fluid Control in Hemodialysis patients. Diambil tanggal 13-05-2009 dari:

Meichenbaum, D. (1977). Cognitive Behaviour Modification: An Integrative Approach, New York: Plennum Pers

Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan, Ed. Revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I, Jakarta: Salemba Medika.

Oermarjoedi, Kasandra. (2004). Pendekatan Kognitif Behaviour dalam psikotherapy, Jakarta: Creative Media

Patterson, C. H. (1986). Theories of Counseling and Psycotherapy, New York: Harper and Row Publisher

Polit, Danise. (1999). Nursing Research: Principles and Methods, 6th ed, p. cm. Philadelpia: Lippincott.

Potter, & Anne. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC

Sapri, A. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Diunduh dari:

Sinaga, U. M. (2007). Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Masalah Pengandaan Donor Organ Manusia. Diambil tanggal 18-02-2009 dari:

Smeltzer, & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart, (8th edition), Jakarta: EGC


(55)

Tamsuri, (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC

Villaverde, M., et al. (2005). Interdialytic weight gain as a marker of blood pressure, nutrition, and survival in hemodialysis patients. Diambil tanggal29-04-2009 dari:

Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia. (2008). Kontrol Asupan Cairan untuk Pasien Dialisis. Diambil tanggal 17-06-2009 dari: http://www.ygdi.org/patient-info/tips/mengurangi-rasa-haus.html


(56)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Pengaruh terapi perilaku kognitif

terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

Oleh

Sartika Sitanggang

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan yang sedang melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya juga mengharapakan tanggapan dan jawaban yang diberikan sesuai dengan keluhan yang saudara/i rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya juga menjamin kerahasian jawaban dan identitas saudara/i atas informasi yang bapak dan ibu berikan. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saudara/i bebas untuk ikut atau tidak ikut menjadi peserta dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Jika saudara/i bersedia, silahkan menandatangani formulir ini. Terima kasih atas partisipasi saaudara/i dalam penelitian ini.

No. responden : Tanda tangan :


(57)

Lampiran 2

Kode : Tanggal : Alamat :

Kuisioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian : Bapak/Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan tanda Checklist (√) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pernyataan harus dijawab

3. Tiap satu pernyataan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

Usia Bapak/Ibu saat ini :…...tahun Jadwal hemodialisa :...x/minggu

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Pendidikan terakhir : SD SMA

SMP Lain-lain, sebutkan...

Lama menjalani hemodialisa : ≤ 1 tahun


(58)

Lampiran 3

Lembar observasi peningkatan berat badan

No

sesi Berat badan pasien sebelum hemodialisa (kg)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

No

sesi Berat badan pasien sesaat setelah hemodialisa (kg)


(59)

Lampiran 4

FORMAT PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN HEMODIALISA

Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang mengajak klien untuk menentang pikiran yang salah, dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.

Protokol pelaksanaan oleh peneliti :

1. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga

2. Menggali tentang kebiasaan konsumsi cairan pasien selama menjalani terapi hemodialisa

3. Menggali tentang solusi apa saja yang digunakan pasien dalam membatasi asupan cairannya selama menjalani terapi hemodialisa

4. Menggali tentang mengapa pasien memilih solusi tersebut dan seberapa efektif solusi yang selama ini pasien gunakan.

5. Berdiskusi pada pasien tentang ” kenapa mereka harus membatasi asupan cairan ”.

6. Berdiskusi tentang jumlah asupan cairan yang di anjurkan oleh dokter. 7. Berdiskusi bersama pasien tentang terapi perilaku kognitif.

8. sehubungan dengan distraksi, kita menanyakan tentang kegiatan apa saja yang disukai oleh pasien.

9. Menganjurkan pasien untuk melakukan kegiatan tersebut apabila rasa haus tersebut timbul pada jam yang tidak seharusnya minum.


(60)

Pembatasan cairan dengan terapi perilaku kognitif (mengontrol diri, penguatan diri dan distraksi oleh pasien selama antar sesi hemodialisa):

1. Membagi-bagi asupan cairan yang dianjurkan dalam porsi kecil. 2. Tiap porsi air minum dijadwalkan untuk diminum pada jam-jam

tertentu.

3. Bila timbul rasa haus, perhatikan apakah itu pada jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak.

4. Apabila rasa haus itu timbul pada jam yang ditentukan, minum satu porsi. Kalau tidak puas, sadarkan diri kalau perilaku saya sudah tidak tepat. Segera yakinkan diri kalau anda sanggup menahan rasa haus. Sambil meyakinkan diri, usahakan mencari kesibukan atau kegiatan yang lebih menyenangkan bagi anda.

5. Apabila rasa haus itu timbul pada jam yang tidak ditentukan, sadarkan diri kalau perilaku anda sudah tidak tepat. Segera yakinkan diri kalau anda sanggup menahan rasa haus. Sambil meyakinkan diri, usahakan mencari kesibukan atau kegiatan yang lebih menyenangkan bagi anda.


(61)

Lampiran 5

Lembar observasi hasil pengukuran kenaikan berat badan pasien hemodialisa

Sampel

penelitian Kontrol

Intervensi BB kering Rata-rata

kenaikan BB (kg)

% BB

kering

Rata-rata kenaikan BB (kg)

%

1 60 2.50 4.16 62 3.00 4.83

2 40 2.00 5.00 48 2.00 4.16

3 48 2.00 4.16 50 1.50 3.00

4 42 2.00 4.76 56 2.50 4.46

5 60 3.00 5.00 70 3.00 4.28

6 46 2.50 5.43 72 3.00 4.16

7 60 3.00 5.00 65 2.50 3.84

8 37 2,50 6.70 52 1.50 2.88

9 41 2.00 4.87 72 2.50 3.47

10 53 2.50 4.71 41 1.00 2.43

11 57 3.00 5.20 68 2.00 2.94

12 62 3.00 4.83 62 3.00 4.83


(62)

Lampiran 6

Tabel Chi Square Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perlakuan * Pembatasan 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

Perlakuan * Pembatasan Crosstabulation

Pembatasan Total

buruk baik

Perlakuan kontrol Count 13 0 13

Expected

Count 11.0 2.0 13.0

intervensi Count 9 4 13

Expected

Count 11.0 2.0 13.0

Total Count 22 4 26

Expected

Count 22.0 4.0 26.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.727(b) 1 .030

Continuity

Correction(a) 2.659 1 .103

Likelihood Ratio 6.277 1 .012

Fisher's Exact Test .096 .048

Linear-by-Linear

Association 4.545 1 .033

N of Valid Cases 26

a Computed only for a 2x2 table


(63)

Lampiran 7

Tabel Frekuansi Kelompok Intervensi umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 3 23.1 23.1 23.1

41-60 9 69.2 69.2 92.3

61-70 1 7.7 7.7 100.0

Total 13 100.0 100.0

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 3 23.1 23.1 23.1

perempuan 10 76.9 76.9 100.0

Total 13 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 2 15.4 15.4 15.4

SD 3 23.1 23.1 38.5

SMA 8 61.5 61.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Sesi hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 kali seminggu

13 100.0 100.0 100.0

Lama menjalani HD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤1tahun

9 69.2 69.2 69.2

>1 tahun 4 30.8 30.8 100.0


(64)

Tabel Frekuansi Kelompok kontrol

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 8 61.5 61.5 61.5

41-60 4 30.8 30.8 92.3

61-70 1 7.7 7.7 100.0

Total 13 100.0 100.0

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 4 30.8 30.8 30.8

perempuan 9 69.2 69.2 100.0

Total 13 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 4 30.8 30.8 30.8

SD 1 7.7 7.7 38.5

SMA 8 61.5 61.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Sesi hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 kali seminggu

13 100.0 100.0 100.0

Lama menjalani HD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤ 1 tahun 6 46.2 46.2 46.2

> 1 tahun 7 53.8 53.8 100.0


(65)

Lampiran 8

Anggaran Biaya Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Proposal

- Biaya print materi dan proposal untuk konsul

- Biaya internet

- Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka

- Perbanyakan proposal

Rp. 200.000

Rp. 50.000 Rp. 50.000

Rp. 80.000

2 Pengumpulan Data - Izin penelitian - Transportasi

- Foto copy kuesioner, lembar persetujuan menjadi responden dan lembar observasi berat badan responden.

Rp. 114.000 Rp. 200.000 Rp. 50.000

3 Analisa Data Dan Penyusunan Laporan - Biaya print

- Penjilidan

- Foto copy laporan penelitian - Sidang skripsi

Rp. 200.000 Rp. 100.000 Rp. 80.000 Rp. 150.000

4 Biaya tak terduga Rp. 500.000


(66)

Lampiran 11

CURICULUM VITAE

Nama : Sartika Sitanggang

Tempat/Tanggal Lahir : Baringin, 28 Agustus 1986

Agama : Protestan

Alamat Rumah : Jl. Setia Budi No. 476 Tanjung Sari Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Baringin (1993-1999)

2. SMP RK Santa Maria Pakkat (1999-2002) 3. SMA RK Santa Maria Pakkat (2002-2005) 4. Fakultas Keperawatan USU (2005-2009)


(1)

Lampiran 5

Lembar observasi hasil pengukuran kenaikan berat badan pasien

hemodialisa

Sampel

penelitian

Kontrol

Intervensi

BB kering

Rata-rata

kenaikan

BB (kg)

%

BB

kering

Rata-rata

kenaikan

BB (kg)

%

1

60

2.50

4.16

62

3.00

4.83

2

40

2.00

5.00

48

2.00

4.16

3

48

2.00

4.16

50

1.50

3.00

4

42

2.00

4.76

56

2.50

4.46

5

60

3.00

5.00

70

3.00

4.28

6

46

2.50

5.43

72

3.00

4.16

7

60

3.00

5.00

65

2.50

3.84

8

37

2,50

6.70

52

1.50

2.88

9

41

2.00

4.87

72

2.50

3.47

10

53

2.50

4.71

41

1.00

2.43

11

57

3.00

5.20

68

2.00

2.94

12

62

3.00

4.83

62

3.00

4.83


(2)

Lampiran 6

Tabel Chi Square

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Perlakuan * Pembatasan 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

Perlakuan * Pembatasan Crosstabulation

Pembatasan Total

buruk baik

Perlakuan kontrol Count 13 0 13

Expected

Count 11.0 2.0 13.0

intervensi Count 9 4 13

Expected

Count 11.0 2.0 13.0

Total Count 22 4 26

Expected

Count 22.0 4.0 26.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.727(b) 1 .030 Continuity

Correction(a) 2.659 1 .103

Likelihood Ratio 6.277 1 .012

Fisher's Exact Test .096 .048 Linear-by-Linear

Association 4.545 1 .033

N of Valid Cases 26

a Computed only for a 2x2 table


(3)

Lampiran 7

Tabel Frekuansi Kelompok Intervensi

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 3 23.1 23.1 23.1

41-60 9 69.2 69.2 92.3

61-70 1 7.7 7.7 100.0

Total 13 100.0 100.0

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 3 23.1 23.1 23.1

perempuan 10 76.9 76.9 100.0

Total 13 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak sekolah 2 15.4 15.4 15.4

SD 3 23.1 23.1 38.5

SMA 8 61.5 61.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Sesi hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2 kali seminggu

13 100.0 100.0 100.0

Lama menjalani HD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ≤1tahun

9 69.2 69.2 69.2

>1 tahun 4 30.8 30.8 100.0


(4)

Tabel Frekuansi Kelompok kontrol

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 8 61.5 61.5 61.5

41-60 4 30.8 30.8 92.3

61-70 1 7.7 7.7 100.0

Total 13 100.0 100.0

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 4 30.8 30.8 30.8

perempuan 9 69.2 69.2 100.0

Total 13 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak sekolah 4 30.8 30.8 30.8

SD 1 7.7 7.7 38.5

SMA 8 61.5 61.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Sesi hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2 kali seminggu

13 100.0 100.0 100.0

Lama menjalani HD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤ 1 tahun 6 46.2 46.2 46.2

> 1 tahun 7 53.8 53.8 100.0


(5)

Lampiran 8

Anggaran Biaya Penelitian

No

Keterangan

Jumlah

1

Proposal

-

Biaya print materi dan proposal untuk

konsul

-

Biaya internet

-

Fotocopy sumber-sumber tinjauan

pustaka

-

Perbanyakan proposal

Rp. 200.000

Rp. 50.000

Rp. 50.000

Rp. 80.000

2

Pengumpulan Data

-

Izin penelitian

-

Transportasi

-

Foto copy kuesioner, lembar

persetujuan menjadi responden dan

lembar observasi berat badan

responden.

Rp. 114.000

Rp. 200.000

Rp. 50.000

3

Analisa Data Dan Penyusunan Laporan

-

Biaya print

-

Penjilidan

-

Foto copy laporan penelitian

-

Sidang skripsi

Rp. 200.000

Rp. 100.000

Rp. 80.000

Rp. 150.000

4

Biaya tak terduga

Rp. 500.000


(6)

Lampiran 11

CURICULUM VITAE

Nama

: Sartika Sitanggang

Tempat/Tanggal Lahir

: Baringin, 28 Agustus 1986

Agama

: Protestan

Alamat Rumah

: Jl. Setia Budi No. 476 Tanjung Sari

Riwayat Pendidikan

:

1.

SD Negeri Baringin (1993-1999)

2.

SMP RK Santa Maria Pakkat (1999-2002)

3.

SMA RK Santa Maria Pakkat (2002-2005)

4.

Fakultas Keperawatan USU (2005-2009)