Kewajiban anak untuk menampung dan menunjang kehidupan orangtua yang manusia lanjut usia semakin berkurang karena tekanan hidup dan
kemiskinan. Kondisi ini mendorong manusia lanjut usia untuk berupaya menghidupi diri sendiri, dan sebagian diantara mereka memanfaatkan
peluang yang ditinggalkan pembantu rumah tangga berusia muda. Yang menjadi persoalan bahwa sebagian cukup besar dari jumlahnya
adalah berasal dari kalangan masyarakat miskin di pedesaan. Perubahan pedesaan menjadi perkotaan di Jawa mengakibatkan terjadinya pelemahan
norma dan nilai keluarga dan kekerabatan sehingga manusia lanjut usia semakin sukar menggantungkan hidup secara ekonomi pada anak-anaknya
yang pas-pasan taraf ekonominya. Di sisi lain, pemerintah belum mampu menyediakan pelayanan bagi
manusia lanjut usia secara memadai seperti memberikan tunjangan manusia lanjut usia, atau menyediakan rumah untuk manusia lanjut usia seperti
ditemukan di negara-negara maju. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan tentang ledakan manusia lanjut
usiayang bekerja sebagai pembantu, karena yang muda merasa gengsi atau memandang pendapatannya kecil yang mereka peroleh menjadi pembantu
rumah tangga di Indonesia, sehingga membuat para pembantu rumah tangga yang muda memilih kerja di luar negeri dengan pendapatannya yang
tinggi sehingga para pembantu rumah tangga manusia lanjut usia mengambil peluang yang di tinggalkan oleh pembantu rumah tangga yang
muda karena tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
B. Tinjauan Mengenai Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja
Setiap manusia pasti memiliki motivasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya, baik itu remaja, dewasa serta manusia lanjut usia. Manusia
lanjut usia juga memiliki motivasi yang tinggi dalam hal bekerja sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya serta untuk mengisi waktu kosongnya
kesepian, seperti yang telah di paparkan oleh Abraham Maslow dalam Novia, 2012:1 bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, Kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan yang bersifat dasar dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan pengakuan.
Berdasarkan penjelasan Abraham maslow dalam Novia, 2012:1, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja yaitu:
1. Motivasi Yang Tinggi
Secara umum motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk
berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu “Driving Force” yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh
manusia selalu di mulai dengan motivasi niat. Menurut Mitchell dalam Winardi, 2002 motivasi mewakili proses-
proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela volunter yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Morgan dalam Soemanto, 1987 mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari
motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: a.
Keadaan yang mendorong tingkah laku motivating states, b.
Tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut motivated behavior,
c. Tujuan dari pada tingkah laku tersebut goals or ends of such
behavior.
Soemanto 1987 secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan
bagi tingkahlaku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang. Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi
adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga
emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus
terpuaskan.