2.5. Pemilihan Titik Pengambilan Sampel
Kecepatan aliran di sungai, saluran dsb, tidaklah merata di suatu badan air, sehingga sifat air menjadi tidak homogen. Karena itu titik pengambilan sampel harus dipilih agar sampel
dapat mewakili seluruh badan air, bukan hanya salah satu bagian dengan karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki. Berikut beberapa anjuran penentuan titik pengambilan sampel, tetapi
harus dipahami bahwa setiap pengambilan sampel, merupakan suatu kasus yang tersendiri. Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamannya tidak lebih
dari 5 meter, dan alirannya cukup turbulen bagi air tersebut untuk menjadi homogen, sampel sebaiknya diambil pada kira-kira ½ sampai 23 tinggi penampang basah dari bawah permukaan
air. Dekat dasar sungai air mengandung terlalu banyak zat tersuspensi yang mengendap atau yang dapat tergerus oleh aliran air. Dekat lapisan permukaan air, ada resiko bahwa lapisan
tersebut mengandung banyak zat ringan seperti lumut, minyak dan lemak dan sebagainya. Sampel tidak boleh diambil terlalu dekat dengan tepi penampang sungai karena air didaerah
tersebut kurang mewakili seluruh badan air. Pada umumnya titik pengambilan sampel dipilih agar sampel benar-benar dapat
mewakili badan air tersebut, debit air dapat diukur secara cukup teliti, dan daerah drainase yang menyebabkan pencemaran dapat diketahui secara lengkap. Daerah tersebut terdiri dari sumber
pencemaran setempat point source dan sumber pencemaran yang tersebar disperse source. Termasuk sumber pencemaran setempat adalah pabrik, rumah sakit dan kampung yang seluruh
air buangannya ditampung oleh satu saluran drainase atau anak sungai, termasuk sumber pencemaran yang tersebar adalah saluran-saluran dan anak sungai yang mengandung air
buangan penduduk dan bermuara didalam induk sungai diberbagai tempat sepanjang induk
sungai tersebut, atau air irigasi yang keluar dari sawah-sawah dan dibuang ke dalam induk sungai ditempat-tempat yang berbeda
http:www.scribd.comdoc26621441Pengambilan-Sampel-Dan-Pengawetannya.
2.6. Sulfat