BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polipropilena merupakan komoditas polimer termoplastik yang menarik. Ketertarikan dalam kemampuan aplikasinya yang potensial dalam bidang komposit, bioteknologi,
teknologi serbuk, optoelektronik, ko-katalis dalam bioreaktor dan pengolahan limbah air, teknologi pelapisan dan permukaan Paik et.al., 2007.
Polipropilena merupakan salah satu polimer yang sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat karena keunggulan dalam pengaplikasiannya dan harganya
yang terjangkau. Kemungkinan dari fungsionalisasi dari polipropilena baik polimer ataktik maupun polimer isotaktik dengan momoner yang lebih polar merupakan salah
satu cara yang efektif untuk meningkatkan kepolaran dari polipropilena, begitu juga interaksinya dengan materi polar lainnya yang sering dikombinasikan juga merupakan
hal yang cukup menarik García-Martínez et.al., 1998.
Adanya perbedaan polaritas yang besar diantara polipropilena dengan bahan organik membuat hasil campuran tersebut tidak dapat berikatan secara kimia. Salah
satu cara yang ditempuh untuk mengubah sifat polipropilena adalah dengan melakukan fungsionalisasi dengan maleat anhidrida yang melalui beberapa tahap
reaksi. Penelitian degradasi polipropilena dengan inisiator benzoil peroksida yang bertujuan untuk memudahkan fungsionalisasi dari polipropilena. Hasil yang
diperolehnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat molekul dan penurunan titik lebur dari polipropilena yang terdegradasi Afriando, 2009.
Selulosa merupakan polimer alami yang paling banyak terdapat di alam, yang dapat diperbaharui, mempunyai daya biodegradabilitas, dan tidak beracun. Beberapa
tahun ini, semakin lebih banyak lagi perhatian yang terfokus pada aplikasi dari selulosa ini dalam bidang pembuatan komposit. Polimer komposit dengan
menggunakan penguat selulosa menunjukkan banyak kelebihan yang meliputi harganya yang murah, densitas yang rendah, daya kaku yang tinggi dan
kemampuannya untuk dapat diperbaharui lagi, biodegradabilitas, tidak berbahaya, serta sifat mekanik yang baik Qiu et.al., 2005.
Potensi kayu kelapa sawit di Indonesia cukup besar dalam 1 Ha kerapatan penanaman kelapa sawit 130 – 143 pohon dan pada saat peremajaan terdapat 117
pohon per Ha. Mengingat terbatasnya pasokan kayu dari hasil hutan, maka perlu dilakukan upaya lain dengan menggunakan bahan baku selain dari hasil hutan. Salah
satunya dengan menggunakan kayu kelapa sawit. Kayu kelapa sawit merupakan limbah hasil perkebunan yang ketersediaannya berlimpah dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Diperkirakan pada tahun 1992 – 2007 ada 1,7 juta pohon yang ditebang setiap tahun atau setara dengan 0,85 juta ton kayu kering. Pada tahun 2008 –
2015 jumlah pohon tua yang ditebang mencapai 11,7 juta pohon per tahun atau setara dengan 5,58 juta ton kering. Oleh karena itu ketersediaan kayu kelapa sawit akan terus
ada sepanjang tahun karena peremajaan tanaman kelapa sawit dilakukan terus menerus Lubis, 2005. Tumbuhan ini termasuk tanaman monokotil tidak bercabang
dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian batang. Diameter batang dapat
mencapai 90 cm. tinggi batang untuk tanaman komersial tidak lebih tinggi dari 12 meter. Jika tanaman telah mencapai ketinggian lebih dari 12 meter sudah sulit
dipanen, maka pada umumnya tanaman diatas umur 25 tahun sudah diremajakan Suyatno, 1994.
Bagaimanapun, sifat ketidakcocokan dari serat hidrofilik selulosa dengan gugus hidrofobik dari poliolefin termoplastik menghambat daya rekat antara selulosa
dengan matriknya yang membuat komposit yang terbentuk tidak kuat. Sifat dari komposit yang terbentuk tergantung dari permukaan rekatan yang diharapkan sama
baiknya dengan daya rekat antara masing-masing komponennya. Banyak penelitian
menunjukkan untuk meningkatkan daya rekat antar muka ditemukan bahwa polipropilena yang tergrafting dengan maleat anhidrat sangat efisien untuk
meningkatkan sifat mekanik dari papan komposit yang berasal dari polipropilena- sellulosa. Peningkatan sifat mekanik ditunjukkan oleh adanya ikatan ester antara
gugus yang berasal dari maleat anhidrat dengan gugus hidroksil yang berasal dari selulosa Endo et.al., 2004.
Keunggulan dari papan komposit adalah bahan dasarnya berasal dari kayulignin-selulosa yang dapat diperoleh dari alam dan dapat dibuat dengan jalan
yang relatif murah. Mereka menawarkan kemungkinan untuk menanggulangi masalah lingkungan dan produk fabrikasi dengan sifat dan kegunaan yang bervariasi. Fungsi
yang paling utama dari penggunaan plastik dan selulosa sebagai material komposit adalah perlindungan terhadap sumber daya yang berasal dari kayu. Substitusi bahan
kimia anorganik dan serat sintetis yang umumnya digunakan sebagai bahan pengisi oleh selulosa akan lebih menguntungkan dari segi lingkungannya Yang et.al., 2006.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin meneliti bagaimana kompabilitas dan sifat mekanik antara polipropilena termodifikasi maleat anhidrida PP-g-MA dengan
selulosa serbuk kayu kelapa sawit KKS serta penambahan divinilbenzena DVB yang berfungsi sebagai agen ikat silang perekat yang dapat meningkatkan sifat
mekanis dari polimer tersebut Dow Chemical Company. Selain itu, penulis berharap penelitian ini dapat mengurangi masalah limbah padat perkebunan kelapa sawit yang
sekarang ini luasnya mencapai 7.125.331 Ha
http:www.kapanlagi.comhold0000167560.html.
1.2 Permasalahan