7
Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan “International Seminar – Educational Comparative In Curriculum For Active Learning Between Indonesia And Malaysia”, Bandung June 9th-10th 2011
Lecture of Sriwijaya University, Study Program PPKn
Reading Hearing
Words Looking
at Pictures W atching
a Video W atching
a Demonstration Seeing
it Done on Location Participating
in a Discussion G iving
a Talk Sim ulating
the Real Experience Doing
a Dramatic Presentation Doing
the Real Thing Looking
at an Exhibit PASS
IVE L
E A
R NI
NG
ACT IVE
LE A
R NIN
G Level
of Involvement Verbal
Receiving
Visual Receiving
Participating
Doing Tend
to Remember about:
90 70
50 30
10 20
Bagan di atas memperlihatkan dua kelompok model pembelajaran yaitu Pembelajaran Pasif dan Pembelajaran Aktif. Gambaran tersebut juga
menunjukkan bahwa kelompok pembelajaran aktif cenderung membuat siswa lebih mengingat retention rate of knowledge materi pelajaran. Penggunaan cara-
cara pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-cara belajar tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Model Pembelajaran PKn yang Berbasis Active Learning
Berdasarkan pada konsep active learning di atas, berikut ini akan disajikan beberapa diantara sejumlah alternatif model pembelajaran yang berbasis active
learning yang dapat digunakan oleh guru PKn, dalam rangka mengaktifkan siswa, yang pada akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan sebagaimana
terdapat di dalam kurikulum PKn kurikulum sebagai dokumen diantaranya: a VCT, b Model Reflective Inquiry, c PKKBI, d Model Inquiry Sosial, dan lain-
lain.
3.1 Value Clarification Techniques VCT
VCT atau Teknik Klarifikasi Nilai, yaitu suatu teknik belajar-mengajar yang membina sikap atau nilai moral aspek afektif. VCT dianggap cocok
digunakan dalam pembelajaran PKn yang mengutamakan pembinaan aspek afektif, disamping itu menuntut keaktifan belajar siswa. Pola pembelajaran VCT
8
Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan “International Seminar – Educational Comparative In Curriculum For Active Learning Between Indonesia And Malaysia”, Bandung June 9th-10th 2011
Lecture of Sriwijaya University, Study Program PPKn
dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena pertama, mampu membina dan mempribadikan personalisasi nilai-moral. Kedua, mampu mengklarifikasi
dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dalam kehidupan
nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembang- kan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu memberikan
pengalaman belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai-moral naif yang ada
dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.
Menurut A. Kosasih Djahiri 1985 model pembelajaran VCT meliputi; metode percontohan; analisis nilai; daftarmatriks; kartu keyakinan; wawancara,
yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. Selain itu dikenal juga dengan metode bermain peran. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan
dalam pembelajaran PKn, karena PKn mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan prilaku siswa, disamping membina kecerdasan knowledge
siswa. John Jarolimek 1974 dalam menjelaskan langkah pembelajaran dengan
VCT dalam tujuh tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkat, setiap tahapan dijelaskan sebagai berikut:
a Kebebasan Memilih. Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: 1 Memilih
secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; 2
Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas; 3 Memilih, setelah dilakukan
analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
b Menghargai, terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu; 1 Adanya perasaan
senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya; 2 Menegaskan nilai yang sudah
menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh
kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
c Berbuat, pada bagian ini terdiri atas dua tahap, yaitu; 1 Kemauan dan
kemampuan untuk mencoba melaksanakannya 2 Mengulangi perilaku
9
Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan “International Seminar – Educational Comparative In Curriculum For Active Learning Between Indonesia And Malaysia”, Bandung June 9th-10th 2011
Lecture of Sriwijaya University, Study Program PPKn
sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru
menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik
dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
3.2 Reflective Inquiry